Вы находитесь на странице: 1из 30

TUGAS KEPERAWATAN SISTEM URINARY I

ENURISIS

KELOMPOK 4

RITA RAHMAWATI 88150004


YOSSI PRASETIA 88150007
SITA HAVITA YUNITA 88150013
IDA YULI YUNIARTI 88150014
FUJI INTAN SAPUTRI 88150026
SELPY AGUSTIN 88150027
YONATA PRATOMO W 88150040
SANTI DWIYANA 88150043
ULFY SAPUTRI 88150046

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS BSI BANDUNG
2017/2018

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan
rahmat, hidayat, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
Tugas Sistem Urinary I tentang “Enurisis”.

Makalah ini kami susun dengan semaksimal mungkin dan mendapatkan


bantuan dari berbagai pihak dan berbagai sumber sehingga dapat memperlancar
pembuatan makalah ini. Untuk itu kami banyak mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar dapat memperbaiki
makalah ini.

Akhir kata kami berharap makalah Sistem Urinary I tentang “Enurisis” dapat
memberikan manfaat terhadap pembaca.

Bandung, Maret 2018

Penulis

ii
DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR ............................................................................................................. ii


DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. iii
BAB I ....................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ......................................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................................................... 2
1.3. Tujuan ...................................................................................................................... 2
BAB II...................................................................................................................................... 3
TINJAUAN TEORI ................................................................................................................. 3
2.1 Definisi, Etiologi, Manifestasi Klinis Enuresis........................................................ 3
2.2 Proses Pengkajian Keperawatan Pada Pasien Enuresis ........................................... 4
2.3 Analisa Data ............................................................................................................. 7
2.4 Diagnosa Keperawatan Pada Pasien Enuresis ....................................................... 14
2.5 Intervensi Keperawatan Pada Pasien Enuresis ...................................................... 14
2.6 Managemen Toilet Training Pada Anak ................................................................ 24
BAB III .................................................................................................................................. 26
PENUTUP ............................................................................................................................. 26
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................ 26
3.2 Saran ...................................................................................................................... 26

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kata enuresis berasal dari kata Yunani (enourein) yang berarti
"menghilangkan urin." The International Children's Continence Society [ICCS]
membatasi istilah pembasahan yang terjadi pada malam hari. Enuresis dapat
dibagi menjadi enuresis primer (PE) dan enuresis sekunder (SE). Seorang anak
yang belum pernah kering dianggap memiliki PE; seorang anak yang telah
benua setidaknya selama 6 bulan sebelum awitan mengompol dianggap SE.
Patogenesis PE mirip dengan SE. [1, 2]
Di PE, masalah psikologis hampir selalu merupakan akibat dari kondisi dan
jarang penyebabnya. Namun, di SE, masalah psikologis adalah penyebab yang
mungkin, walaupun bukan masalah yang umum. Komorbiditas masalah perilaku
dua sampai empat kali lebih tinggi pada anak-anak dengan enuresis.
Dampak emosional enuresis pada anak dan keluarga bisa sangat besar. Anak-
anak dengan enuresis biasanya dihukum dan berisiko mengalami pelecehan
emosional dan fisik. Sejumlah penelitian tentang anak-anak dengan enuresis
melaporkan perasaan malu dan cemas, kehilangan harga diri, dan efek pada
persepsi diri, hubungan interpersonal, kualitas hidup, dan kinerja sekolah. [3]
Dampak negatif yang substansial terhadap harga diri dilaporkan terjadi bahkan
pada anak-anak yang episode epiknya jarang sekali terjadi per bulan.
Di Amerika Serikat,prevelensi PE bervariasi menurut usia. Pada usia 4 tahun,
25% anak sering membasahi tempat tidur, namun pada usia 7 tahun, hanya 5-
10% yang masih membasahi tempat tidur dan pada usia 10 tahun kurang dari
5% anak melakukannya.
Tinggat resolusi PE kira-kir 15% per tahun. Pada akhir masa remaja, sangat
sedikit pasien yang memiliki kondisiya. Tingkat resolusi tinggi inisering di
gunakan sebagai pembenaran untuk menunggu dantidak merawat PE. Namun,
hal itu mungkin tidak berlaku untuk anak-anak yang basah setiap malam dan
kemungkinan hanya berlaku untuk anak-anak yang sudah mulai memiliki malam
kering. Di seluruh dunia, prevalensi PE tampak nya kurang lebih sama,

1
meskipun tidak ada evaluasi standar mengenai pevelensi mengompol telah
dilakukan secara global.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa definisi, etiologi, patofisiologi dan manifestasi enuresis ?
2. Bagaimana peroses pengkajian pada pasien yang menderita enuresis ?
3. Diagnosa keperawatan apa saja yang sering muncul pada pasien penderita
enuresis?
4. Bagaimana intervensi keperawataan untuk pasien enuresis?
5. Bagaimana management toilet training pada anak yang menderita enuresis?

1.3. Tujuan
1. Tujuan umum
Penulisan makalah ini untuk menambah pengetahuan tentang asuhan
keperawatan pada pasien enuresis
2. Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui definisi, etiologi, patofisiologi dan manifestasi klinis
pada pasien enuresis
2. Untuk mngetahui bagaimana proses pengkajian keperawatan pada pasien
yang menderita enuresis
3. Untuk mengetahui apasaja diagnosa keperawatan yang sering muncul
pada pasien yang menderita enuresis
4. Untuk mengetahui intervensi keperwata pada pasien yang menderita
enuresis
5. Untuk mengetahui bagaimana proses management toilet training pada
anak yang menderita enuresis

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi, Etiologi, Manifestasi Klinis Enuresis


a. Definisi
Enuresis adalah gangguan umum dan bermasalah yang didefinisikan
sebagai keluarnya urine yang disengaja atau involunter ditempat tidur
(biasanya dimalam hari) atau pada pakaian disiang hari dan terjadi pada
anak-anak yang usianya secara normal telah memiliki kendali terhadap
kandung kemih secara volunter (Wong, 2008).
Enuresis atau mengompol merupakan kondisi yang biasanya terjadi
karena saraf dalam menyuplai kantong kemih lambat matangnya, sehingga
si anak tidak berhasil terbangun ketika kantong kemih penuh dan butuh
dikosongkan (Mukhalidah Hanun Siregar, Sri Minatun,“Kamus Kedokteran
Modern cara mudah memahami istilah-istilah kedokteran”, Jogjakarta:
Laksana, 2011, hlm.222-223).

b. Etiologi
Penyebab enuresis primer disebabkan adanya keterlambatan proses
pematangan sistem saraf pada anak, dimana adanya ketidakmampuan otak
untuk menangkap sinyal yang dikirimkan kandung kemih, gangguan
hormonal, dan kelainan anatomi. Sedangkan, enuresis sekunder biasanya
terjadi ketika anak tiba-tiba mengalami stress kejiwaan, seperti pelecehan
seksual, kematian dalam keluarga, kepindahan, mendapat adik baru,
perceraian orang tua atau masalah psikis lainnya.
Beberapa faktor penyebab yang mempengaruhi enuresis pada anak
adalah sebagai berikut :
- Faktor Genetik
- Faktor Sosial dan Psikologis
- Faktor tidur
- Kapasitas kandung kemih
- Prematuritas (keterlambatan perkembangan neurologis)
- Kontipasi
3
c. Manifestasi Klinis Enuresis
Diagnosa dapat ditegakkan pada anak yang mengalami enuresis menurut
DSM-IV (American Psychiatric Assosiation, 1994) apabila:
- Buang air kecil yang berulang pada siang dan malam hari di tempat tidur
atau pada pakaian.
- Sebagian besar tidak disengaja, tetapi kadang-kadang disengaja.
Sekurang-kurangnya terjadi 2 kali dalam 1 minggu selama lebih dari 3
bulan, atau harus menyebabkan kesulitan yang signifikan di bidang
sosial, akademik atau fungsi penting lainnya.
- Anak tersebut mencapai usia dimana berkemih secara normal seharusnya
telah tercapai, yaitu usia kronologis paling sedikit 5 tahun. Sedangkan
pada anak dengan keterlambatan perkembangan usia paling sedikit 5
tahun.
- Tidak berhubungan dengan efek fisiologis dari suatu zat atau kondisi
kesehatan secara umum.

2.2 Proses Pengkajian Keperawatan Pada Pasien Enuresis


a. Anamnesa
Identitas pasien dan penanggung jawab
Dengan mengisi : nama, usia, tanggal lahir, alamat, suku bangsa, agama dan
lain-lain.
b. Riwayat kesehatan
1. Keluhan utama :
Sering mengeluh kencing
2. Riwayat kesehatan sekarang :
Adanya keluhan kencing disiang hari dan dimalam hari
3. Riwayat kesehatan terdahulu :

4. Riwayat kesehatan keluarga :


Riwayat keluarga lebih baik didapat melalui kuesioner. Karena enuresis
merupakan rahasia keluarga yang biasanya tidak didiskusikan.
5. Riwayat pengobatan sebelumnya :

4
Tanggal, intensitas, durasi dan kesuksesan dari pengobatan sebelumnya
(baik secara medis/alternatif), dapat memberikan pemahaman yang baik
bagi keluarga untuk meningkatkan efektifitas pengobatan selanjutnya.
a. Riwayat psikologi :
- Bagaimana perasaan anak mengenai masalah ini ?
- Apakah anak sering merasa malu atau menangis ?
- Apakah yang merasa paling terganggu/stress dengan kejadian enuresis,
apakah anak, ibu atau ayah ?
- Apakah orang tua menghukum anak karena enuresis ?
- Apakah anak termotivasi untuk melakukan pengobatan ?
- Apakah pengaruh yang dirasakan dalam kehidupan anak ?
- Seberapa banyak pengetahuan orang tua mengenai enuresis ?
b. Riwayat Sosial :

c. Riwayat spiritual :

d. Pola enuresis :
- Awal terjadinya enuresis pola dan tingkat keparahan dari enuresis
harus diperhatikan.
- Apakah enuresis termasuk primer/sekunder, dan apakah terjadi pada
siang hari ?.
- Apakah volumenya banyak atau sedikit ?.
- Berapa kali frekuensinya dalam satu malam?.
- Akan sangat membantu apabila dalam satu minggu sebelum
berkonsultasi, orang tua membuat kalender/catatan mengenai seberapa
sering kejadian enuresis pada anak.
e. Pola istirahat tidur
Anak dengan enuresis tidak bangun dalam menanggapi sensasi
kandung kemih penuh. Orangtua telah lama mengklaim bahwa anakanak
mereka dengan mengompol senang tidur, temuan yang sering dikaitkan
dengan bias seleksi karena anak enuresis wilth mereka adalah
satusatunya anak mereka terbangun untuk buang air kecil. Namun,
penelitian telah menunjukkan bahwa anakanak dengan mengompol

5
memiliki batas yang lebih tinggi untuk gairah: misalnya, stimulus yang
terbangun 40% dari kontrol terbangun hanya 9% dari pasien enuresis
dalam satu sampel dari 33 anak laki-laki. Tidur studi anak-anak dengan
mengompol tidak seragam yang berbeda dari orang-orang dari kontrol,
dan tidak ada waktuspesifik dari malam atau tahap tidur ketika enuresis
lebih mungkin terjadi(Wolraich, 2008)
f. Pemeriksaan labolatorium :
Satu-satunya tes rutin yang di rekomendasikan adalah urinalisa untuk
melihat tanda-tanda terjadinya infeksi, penyakit ginjal kronik, DM dan
infeksi lainnya. Tes lain seperti sicke cell prep dan tes dari urinary
concentrating ability merupakan indikasi hanya bila ada gejala spesifik
tertentu yang dicurigai. Radiografi dari sistem urinarius adalah invasif,
mahal dan tidak bermanfaat untuk kebanyakan anak dengan enuresis
nokturnal.
g. Pemeriksaan fisik

Keadaan umum : compos mentis

Tanda-tanda vital
Suhu : 37,2-37,8
RR : 20-30 x/mnt
Nadi : 75-130 x/mnt
TD : 96-115 / 60-65 mmHg

Pemeriksaan fisik harus mencakup palpasi abdomen untuk menilai


ada/tidaknya massa tinja, pemeriksaan tulang belakang segmen bawah
untuk menilai ada/tidaknya stigmata kutaneus disrafisme spinalis
(pigmentasi pada linea vertebralis), penilaian jepitan anus, dan evaluasi
kekuatan motorik, tonus, refleks, dan sensasi di tungkai untuk
membuktikan ada/tidaknya neurogenic bladder. Anak-anak yang
mengalami gejala mengompol di siang hari atau tidak membaik dengan
terapi harus dirujuk ke dokter spesialis anak.

6
2.3 Analisa Data

No. Data Etiologi Masalah


1. DS: Etiologi
- Pasien mengatakan sering BAK ↓
yang berulang pada siang dan malam Perubahan neurologic
hari di tempat tidur atau pada

pakaian
Perubahan otot urinary

DO :
Otot dekstruso tidak stabil
- Konsentrasi urine meningkat

- Kehilangan BB secara tiba-tiba
- Penurunan turgor kulit Gangguan control berkemih Defisit Volume Cairan

- Membran mukosa kering ↓


Reaksi otot berlebih

Enuresis

7
Enuresis nocturnal (mengompol di malam hari)

Defisit Volume Cairan

2. Ds : Enuresis
- ↓
Kencing di malam hari (nocturnal)
Do : ↓
- Kulit kemerahan Pengeluaran urin terus menerus
- Adanya bintik bintik

Ganggguan integritas kulit
Kulit kemerahan

Gg. integritas kulit

8
Etiologi
3 DS : ↓
Perubahan neurologic
- Orang tua klien mengeluh bahwa
anaknya tidak senang dengan ↓

keadaannya yang masih terus Perubahan otot urinary


mengompol di umurnya sekarang ↓
- Orang tua klien mengeluh Otot dekstruso tidak stabil
terkadang anaknya menangis saat ↓
mengompol
Gangguan control berkemih Gangguan Rasa Nyaman

DO : Reaksi otot berlebih

- Klien terlihat cemas ↓


- Klien terlihat gelisah Enuresis

Enuresis nocturnal (mengompol di malam hari)

Gangguan rasa nyaman

9
4 DS : Faktor penyebab
1. Klien mengatakan bahwa dia ↓
merasa minder jika bermain
dengan teman-temannya, karena Perubahan neurologik
temannya mengetahui kebiasaan ↓
mengompol
2. Klien mengatakan bahwa teman- Perubahan otot urinari
temannya sering mengolok-ngolok
saat bermain bersama ↓
3. Klien mengatakan bahwa dia Otot destruksi tidak stabil
merasa kurang nyaman berada di
lingkungan masyarakat sekitar ↓
rumahnya Harga diri rendah situasional b/d
DO : Gg. Kontrol berkemih
enuresis
1. Klien terlihat menarik diri ↓
2. Klien terlihat tidak percaya Reaksi otot berlebih

Enuresis

Kencing di siang hari tidak terkontrol

Harga diri rendah

10
5. DS :
- Orang tua klien mengeluh anaknya
tidak mau keluar rumah untuk main
Enuresis
karena anaknya malu masih sering

mengompol dan terkadang teman-
Kencing pada siang hari (Enuresis Diurinal)
temannya suka mengejek dengan

kondisinya. Isolasi Lingkungan
Harga Diri Rendah
DO :

- Tidak ada kontak mata
Isolasi Lingkungan
- Tidak komunikatif
- Tidak ada dukungan emosional
terhadap anak dari orang tua / orang
yang di anggap penting oleh si anak.

Perubahan neurologik
6. DS: ↓
Gangguan pola eliminasi
- Sering buang air kecil Perubahan otot urinari
- Nokturia

- Mengompol

11
- Enuresis Otot Destruksi tak stabil
- Ibu mengatakan air urinenya

keluar sendiri.
Gangguan kontrol berkemih

Do: ↓

- Volume residu uriene Reaksi otot berlebih



Enuresis

Kencing dimalam hari nokturnal

Pengeluaran urine terus menerus

Intake tidak adekuat

Gangguan pola eliminasi

12
7 DS : Enurisis

1. Orang tua klien sering menanyakan ↓


keadaan kesehatan anaknya
Koping keluarga tidak efektif
2. Orang tua klien mengatakan
anaknya sering murung ↓

3. Keluarga klien mengatakan tidak Kurangnya pengetahuan keluarga mengenai penyakit


mengerti tentang penyakit anaknya
↓ Ansietas b/d defisit pengetahuan
DO :
Ansietas
1. Orang tua klien terlihat resah dan
gelisah
2. Orang tua klien sering bertanya
tentang penyakit anaknya
3. Orang tua klien sering bertanya
mengenai tindakan yang akan
dilakukan

13
2.4 Diagnosa Keperawatan Pada Pasien Enuresis
Diagnosa yang muncul pada pasien enuresis adalah sebagai berikut :
1. Defisit volume cairan b.d kehilangan volume cairan secara aktif
2. Gangguan integritas kulit b.d kelembapan
3. Gangguan rasa nyaman b.d enuresis nocturnal
4. Harga diri rendah b.d enurisis
5. Isolasi lingkungan b.d harga diri rendah
6. Gangguan pola eliminasi b.d enurisis
7. Ansietas b.d defisit pengetahuan

2.5 Intervensi Keperawatan Pada Pasien Enuresis


No Dx Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
Mandiri : Mandiri
1.
Defisit volume cairan b.d Setelah dilakukan tindakan
1. Monitor status hidrasi 1. Status hidrasi
kehilangan volume cairan keperawatan selama 2x24 jam,
menggambarkan cairan
secara aktif diharapkan kesimbangan cairan
dalam tubuh
klien terpenuhi dengan 2. Monitor TTV
DS: 2. Kekurangan volume cairan
Kriteia hasil :
- Pasien mengatakan mempengaruhi TTV
- TTV dalam batas normal 3. Pantau dan catat intake dan
sering BAK yang 3. Catatan intake dan output

14
berulang pada siang - Tidak ada tanda-tanda output untuk mengetahui status
dan malam hari di dehidrasi cairan
tempat tidur atau pada - Intake oral dan intravena 4. Berat badan
4. Timbang berat badan
pakaian adekuat menggambarkan cairan
dalam tubuh
5. Kaji pemahaman keluarga
DO : 5. Pemahaman tentang alasan
klien tentang alasan
- Konsentrasi urine tersebut membantu klien
mempertahankan hidrasi
meningkat dalam mengatasi masalah
yang adekuat
- Kehilangan BB secara
tiba-tiba
Kolaborasi :
- Penurunan turgor kulit Kolaborasi :
- Membran mukosa 6. Pemberian infuse dan
6. Kolaborasi pemberian cairan nutrisi menambah cairan
kering
atau makanan dalam tubuh

2.
Gg. Integritas kulit b.d Tupan : Setelah diberikan 1. Kaji warna kulit tiap 8 jam
1. Mengetahui adanya
kelembapan ditandai tindakan perawatan
perubahan warna kulit
dengan selama 2X24 jam 2. Ubah posisi setiap 2 jam
2. Mencegah penekanan kulit

15
DS : integritas kulit teratasi pada daerah tertentu dalam
- waktu lama
Tupen : Setelah diberikan
DO : 3. Jaga kebersihan kulit bayi 3. Mencegah lecet
tindakan perawatan
- Adanya bintik bintik agar tetap bersih dan kering
selama 3x24 jam
4. Olesi lotion atau baby oil
diharapkan tidak terjadi
pada daerah yang lembab 4. Mencegah lecet
gangguan integritas kulit

Kriteria Hasil :

- Tidak terjadi kerusakan pada


kulit
- Kulit bersih dan lembab

Gangguan rasa nyaman b.d Tupan : Mandiri Mandiri


3 enuresis nocturnal yang d.d Dalam 4 hari kedepan klien 1. Gunakan pendekatan yang 1. Untuk membangun rasa
: menunjukkan sikap nyaman dan menenangkan pendekatan dan percaya
menyampaikan secara verbal.
DS : terhadap perawat.
Kriteria hasil :
- Orang tua klien 2. Pahami perspektif klien 2. Guna mengetahui tingkat
- Menunjukkan rasa bahagia terhadap situasi stress stress anak dan intervensi
mengeluh bahwa - Status lingkungan yang
anaknya tidak senang nyaman selanjutnya

16
dengan keadaannya Tupen : 3. Anjurkan orang tua atau 3. Untuk memberikan rasa aman
yang masih terus Dalam waktu 2 hari kecemasan perawatnya sendiri untuk dan mengurangi kecemasan
mengompol di dan kegelisahan klien berkurang menemani klien.
atau hilang.
umurnya sekarang 4. Dorong orang tua untuk 4. Untuk memberikan rasa aman
Kriteria hasil :
- Orang tua klien menemani anak (klien) dan mengurangi kecemasan.
mengeluh terkadang - Support social dari orang tua 5. Control suasana lingkungan. 5. Untuk memberikan
- Dapat mengontrol ketakutan,
anaknya menangis kecemasan, dan kegelisahan. kenyamanan kepada klien.
saat mengompol 6. Instruksikan klien atau orang 6. Untuk memberikan
tua untuk memakaikan anak kenyamanan dan menghindari
popok saat ingin tidur. Kasur basah oleh anak yang
DO :
mengompol.
- Klien terlihat cemas
- Klien terlihat gelisah Kolaborasi Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan tim medis 1. Untuk mengurangi kecemasan
lain terkain pemberian obat.
Harga diri rendah b.d Tujuan : MANDIRI : MANDIRI :
4 enuresis ditandai dengan 1. Klien mengalami
peningkatan harga diri 1. Bina hubungan saling 1. Hubungan saling percaya
DS : 2. Klien tidak menarik diri percaya dengan merupakan dasar untuk
Kriteria Hasil: menggunakan prinsip hubungan interaksi
1. Klien mengatakan komunikasi terapeutik selanjutnya
bahwa dia merasa 1. Wajah klien terlihat tidak seperti : menyapa,

17
minder jika bermain murung memperkenalkan diri,
dengan teman- 2. Melakukan kontak mata dan menanyakan tentang
temannya, karena 3. Klien tidak mengindari identitas klien. Tunjukan
temannya interaksi sosial sikap menerima klien apa
mengetahui 4. Mengungkapkan adanya dan berikan
kebiasaan penerimaan diri perhatian kepada klien.
mengompol 5. Komunikasi terbuka
2. Klien mengatakan
bahwa teman- 2. Diskusikan kemampuan
temannya sering dan aspek positif yang
mengolok-ngolok dimiliki klien, keluarga
saat bermain dan lingkungan
bersama sekitarnya
3. Klien mengatakan
bahwa dia merasa
kurang nyaman
berada di
lingkungan
masyarakat sekitar 2. Mendiskusikan tingkat
rumahnya 3. Hindari penilaian negatif kemampuan seperti
DO : saat bertemu klien dan menilai realitas, kontol diri
3. Klien terlihat utamakan memberi atau integritas ego
menarik diri pujian yang realistik pada diperlukan sebagai dasar
4. Klien terlihat tidak klien. asuhan keperawatan
percaya

3. Penilaian positif dapat


meningkatkan harga diri

18
klien dan pujian yang
realistis tidak membuat
klien melakukan kegiatan
hanya untuk mendapat
pujian.
4. Rencanakan bersama
klien dan keluarga klien
aktivitas yang dapat 4. Contoh peran yang dilihat
dilakukan setiap hari klien akan memotivasi
sesuai kemampuan. klien untuk melaksanakan
kegitan.

5. Beri dukungan kepada


klien dengan 5. Kehadiran teman dapat
mendatangkan teman- memotivasi klien dan
temannya. meningkatkan semangat
klien dalam berinteraksi
sosial.
5 Isolasi lingkungan b.d harga Tujuan jangka Panjang : 1. Fasilitasi dukungan kepada 1. Dengan banyaknya dukungan
diri rendah yang ditandai pasien oleh keluarga, teman dari luar dapat membantu anak
Dalam 2 minggu klien dan komunitas. termotivasi dan tidak
dengan
menunjukan kemampuan untuk mengasingkan dirinya
DS : berinteraksi dengan orang lain. kembali.
2. Kaji kekuatan dan kelemahan 2. Untuk mengetahui
- Orang tua klien Kriteria hasil :
klien dalam berinteraksi kemampuan anak dalam
mengeluh anaknya - Berinteraksi terhadap orang, social berinteraksi social.
kelompok atau organisasi. 3. Dukung anak untuk 3. Untuk memberikan adaptasi
tidak mau keluar
- Ketersediaan dan mengubah lingkungan seperti dengan lingkungan luar
rumah untuk main peningkatan pemberian ajak jalan-jalan keluar. kepada anak.
actual bantuan andal dari 4. Dorong anak untuk 4. Memberikan dorongan dan

19
karena anaknya malu orang lain. melakukan aktivitas social menemani bermain kepada
- Partisipasi dalam bermain dan bermain anak dapat memberikan rasa
masih sering
dan aktivitas social anak percaya diri untuk mulai
mengompol dan lainnya kembali melakukan aktivitas
Tujuan jangka pendek : social seperti bermain.
terkadang teman-
5. Temani dan awasi anak saat 5. Memberikan dorongan dan
temannya suka Dalam waktu 2 hari tingkat stress melakukan aktivitas social. menemani bermain kepada
klien menurun dan menunjukan anak dapat memberikan rasa
mengejek dengan interaksi terhadap orang. percaya diri dan rasa aman
kondisinya. untuk mulai kembali
Kriteria hasil :
melakukan aktivitas social
DO : - Menunjukkan adanya interaksi seperti bermain.
dengan orang.
- Tidak ada kontak - Mengungkapkan penurunan
mata perasaan merasa diasingkan.
- Tidak komunikatif
- Tidak ada dukungan
emosional terhadap
anak dari orang tua /
orang yang di anggap
penting oleh si anak.

20
Gg. Pola eliminasi b.d 1. Mengkaji riwayat 1. Mendapatkan informasi
6 enuresis ditandai dengan gangguan eliminasi apakah ada keluarga yang
Tujuan:
DS: (BAK). mengalami masalah
agar anak dapat mengontrol ginjal/eliminasi.
- Sering buang air pengelaran urine
kecil 2. Mengajak anak untuk 2. Pengososngan kantung
Kriteria hasil:
- Nokturia BAK sebelum tidur. kemih dapat menghindari
- Mengompol 1. Anak tidak mengompol lagi enuresis dimalam hari.
- Enuresis dimalam hari
- Ibu mengatakan 3. Melatih bladder 3. Anak diberikan munum
air urinenya keluar excercise pada anak. dalam jumlah banyak
sendiri. kemudian menahan
berkemih selama yang dia
mampu. Dan berlatih
Do:
menghentikan aliran
- Volume residu urinnya, hal ini dilakukan
uriene untuk melatih menhan
berkemihnya.
4. Menjadwalkan
4. Ketika sudah saatnya
berkemih anak dengan
berkemih anak akan
diberikan alarm yg
menuju kamar mandi dan
menandakan waktu
berkemih, sehingga
berkemih (Toilet
enuresis dapat dihindari.
training).

21
5. Kolaborasi dalam 5. Atnti kolonergik berfungsi
pemberian obat dalam menghambat
ditropan pengsanong bladder.
(antikolinergik).
Ansietas b.d defisit Tujuan : Mandiri : Mandiri :
7 1. Keluarga klien tidak
pengetahuan 1. Kaji tingkat kecemasan 1. Hildegard E. Peplau
merasa cemas dan gelisah
2. Keluarga klien mengalami yang dialami keluarga menggambarkan 4 tingkat
DS : peningkatan pengetahuan klien kecemasan yaitu : ringan,
mengenai penyakit klien sedang, berat, dan panik.
1. Orang tua klien Kriteria hasil : Tingkat kecemasan dikaji
sebagai dasar untuk
sering menanyakan
1. Keluarga klien mampu melakukan intervensi
keadaan kesehatan mengidentifikasi dan selanjutnya.
mengungkapkan gejala 2. Kaji pengaruh budaya, 2. Pada beberapa kasus,
anaknya
cemas. norma, dan nilai pada biasanya tingkat
2. Orang tua klien 2. Postur tubuh, ekspresi perspektif keluarga klien kecemasan dipengaruhi
wajah, bahasa tubuh dan tentang penyakit klien. oleh faktor adat dan
mengatakan anaknya
tingkat aktivitas budaya masyarakat
sering murung menunjukan berkurangnya lingkungan sektitar.
kesemasan. 3. Dorong keluarga klien 3. Dengan mengungkapkan
3. Keluarga klien untuk mengungkapkan perasaannya diharapkan
mengatakan tidak perasaan, ketakutan, dan keluarga klien dapat
persepsinya terhadap merasa tenang dan
mengerti tentang keadaan klien. kecemasan berkurang.
penyakit anaknya 4. Jelaskan mengenai 4. Penjelasan penyakit
keadaan penyakit dan dengan bahasa medis
DO : tindakan yang akan mungkin tidak akan
dilakukan dengan bahasa

22
1. Orang tua klien yang dapat dimengerti dipahami oleh keluarga
keluarga klien. klien dan meningkatkan
terlihat resah dan
kecemasan keluarga klien.
gelisah 5. Instruksikan keluarga 5. Teknik relaksasi seperti
klien untuk melakukan tarik nafas dalam dapat
2. Orang tua klien
teknik relaksasi. membuat keluarga kien
sering bertanya merasa relaks dan tenang.
tentang penyakit
anaknya
3. Orang tua klien
sering bertanya
mengenai tindakan
yang akan dilakukan

23
2.6 Managemen Toilet Training Pada Anak
Hidayat (2005) menjelaskan bahwa metode toilet training merupakan
suatu hal yang harus dilakukan orang tua kepada anaknya, diharapkan dengan
metode toilet training anak mempunyai kemampuan sendiri dalam
melaksanakan buang air kecil maupun buang air besar tanpa merasa takut atau
cemas.
Metode ini dapat dilakukan dengan 2 metode yaitu lisan ataupun dengan
alat peraga yaitu:
a. Teknik lisan
Cara untuk melatih anak dengan memberikan instruksi pada anak dengan
kata-kata sebelum atau sesudah buang air kecil dan besar. Teknik lisan
memiliki nilai yang sangat besar dalam memberikan rangsangan untuk buang
air kecil atau buang air besar dimana dengan lisan persiapan psikologis pada
anak akan semakin matang dan akhirnya anak mampu dengan baik dalam
melaksanakan buang air kecil atau buang air besar.
b. Teknik modeling/alat peraga
Cara untuk melatih anak dengan cara meniru untuk buang air besar
maupun buang air kecil atau dengan memberikan contoh. Tetapi cara ini
mempunyai dampak yang jelek pada cara ini apabila contoh yang diberikan
salah akan dapat diperlihatkan pada anak akhirnya anak mempunyai
kebiasaan yang salah.

Langkah-langkah dalam melakukan toilet training


Menurut Gardner (2003), langkah-langkah dalam melakukan toilet training
antara lain:
a. Jaga anak untuk tidak berlari ketika ingin buang air besar atau buang air kecil,
untuk mengidentifikasi pola eliminasi anak.
b. Perkenalkan anak dengan pot portabel atau toilet, letakkan pot portabel di dalam
kamar mandi dan tunggu anak menggunakannya.
c. Anjurkan anak untuk jongkok di pot portabel atau toilet beberapa lama setiap hari
dengan menggunakan pakaian yang mudah dilepas, hal ini akan membuat anak
merasa nyaman pada waktu jongkok di toilet dan tidak menjadi stress.

24
d. Anjurkan anak untuk jongkok di toilet beberapa saat setiap harinya dengan celana
dicopot, tujuannya agar anak merasa nyaman jongkok di toilet. Saat yang tepat
adalah saat anak ingin buang air besar atau kecil.
e. Tentukan waktu setiap hari untuk membuka celana anak, tujuannya agar anak
belajar mengenal dorongan untuk buang air besar atau kecil. Masalah yang sering
terjadi adalah karena orang tua merasa khawatir apakah anak mampu melakukannya
atau tidak. Saat membuka celana anjurkan untuk buang air besar atau kecil dengan
cara tunjukkan dimana toilet dan anjurkan anak untuk jongkok di toilet, bantu anak
bila mengalami kesulitan dan ajak anak untuk sambil bermain, jika anak berhasil
melakukan toilet training berikan pujian agar anak merasa bangga atas
keberhasilannya, bila anak gagal dalam toilet training jangan memarahi anak dan
tetap dukung anak untuk mencoba melakukanya lagi.
f. Usahakan anak untuk berlatih membuka rok atau celana bagian luar kemudian
celana bagian dalam.
g. Jelaskan langkah-langkah toilet training pada anak sesuai pemahaman anak, mulai
dari melepas pakaian dan celana dalam, kemudian pergi ke toilet untuk buang besar
atau buang air kecil. Bila telah selesai membersihkan daerah anus dari depan
kebelakang gunakan kemabali celana dan pakaiannya, yang terakhir mencuci tangan
dan mengeringkan tangan dengan handuk.

25
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Enuresis adalah istilah yang digunakan untuk kebiasaan pengeluaran air
seni tanpa terkendali pada anak yang usianya lebih dari tiga tahun.Enuresis
sebenarnya dianggap normal karena pasti setiap anak mengalaminya. Bisa
saja hal ini terjadi diluar umur normalnya.
Biasanya anak yang menderita enuresis menyadari bahwa dirinya basah
oleh air seninya melalui mimpi seolah sedang buang air kecil di kamar
mandi. Kejadian enuresis bisa bervariasi yang disebabkan oleh kebiasaan
atau kondisi tertentu, misalnya saat anak merasa dirinya sedang sangat
tertekan.

3.2 Saran
Pada makalah ini, penulis ingin menyampaikan saran bahwa manajemen
toilet training sangat penting diterapkan kepada anak sejak usia dini. Peranan
orang tua sangat berpengaruh terhadap penyakit enuresis ini, maka dari itu
orang tua diharapkan dapat memberikan perhatian yang cukup kepada anak-
anaknya.

26
DAFTAR PUSTAKA

Nurarif Amin Huda,2015,Asuhan Keperawatan Berdasarkan Dignosis Medis & NANDA


NIC NOC, Jakarta:Medicaton
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016,Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, Jakarta
Selatan:DPP&PPNI
Doenges E Marlyn,2000,Rencana Asuhan Keperawatan,Jakarta:Buku kedokteran EGC

standar diagnosis keperawatan indonesia, definisi dan indikator diagnostik.Edisi1


Kesehatan mental 2 (gangguan eliminasi). Penerbit: Kanisius Yogyakarta

27

Вам также может понравиться