Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Definisi
Menurut WHO, penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan
sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolic
sama atau lebih besar 95 mmHg (Stanley, Mickey. 2006).
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi atau istilah kedokteran
menjelaskan hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi gangguan pada
mekanisme pengaturan tekanan darah (Soenarto. 2007)
Hipertensi adalah keadaan menetap tekanan sistolik melebih dari 140
mmHg atau tekanan diastolic lebih tinggi dari 90 mmHg. Diagnostic ini dapat
dipastikan dengan mengukur rata-rata tekanan darah pada 2 waktu yang
terpisah (Tamher, S. Noorkasiani. 2011)
2. Etiologi
Menurut Stanley, Mickey (2006), penyebabnya hipertensi dapat dibedakan
menjadi 2 golongan besar yaitu :
a. Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak
diketahui penyebabnya
b. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit
lain.
c. Hipertensi primer terdapat pada lebih dari 90 % penderita hipertensi,
sedangkan 10 % sisanya disebabkan oleh hipertensi sekunder. Meskipun
hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data
penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan
terjadinya hipertensi.
Pada umunya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik.
Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau
peningkatan tekanan perifer. Namun ada beberapa faktor yang
mempengaruhi terjadinya hipertensi:
a. Genetik: Respon nerologi terhadap stress atau kelainan eksresi
atautransport Na.
b. Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang
mengakibatkantekanan darah meningkat.
c. Stress Lingkungan.
d. Hilangnya Elastisitas jaringan and arterisklerosis pada orang tua
sertapelabaran pembuluh darah.
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya
perubahan – perubahan pada :
a. Elastisitas dinding aorta menurun.
b. Katub jantung menebal dan menjadi kaku.
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun. 1% setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah
menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena kurangnya
efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi.
e. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.
3. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan
keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak
ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini,
neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut
saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya
noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi
respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan
hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui
dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan Diana
system saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang
emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas
vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan
vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang
dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi
yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan
rennin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah
menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan
retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume
intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi
untuk pertimbangan gerontology.
Perubahan structural dan fungsional pada system pembuluh perifer
bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut.
Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat
dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada
gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah.
Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam
mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung ( volume
sekuncup ), mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan
perifer (Stanley, 2006).
Pathway
4. Manifestasi Klinis
Menurut Kushariyadi (2010), manifestasi klinis beberapa pasien yang
menderita hipertensi yaitu :
1) Mengeluh sakit kepala, pusing
2) Lemas, kelelahan
3) Sesak nafas
4) Gelisah
5) Mual muntah
6) Epistaksis
7) Kesadaran menurun
5. Komplikasi
Menurut Boedhi Darmojo dan Hadi (2006), Dalam perjalannya penyakit
ini termasuk penyakit kronis yang dapat menyebabkan berbagai macam
komplikasi antara lain :
1) Stroke
2) Gagal jantung
3) Gagal Ginjal
4) Gangguan pada Mata
6. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Kushariyadi (2010), pemeriksaan penunjng hipertensi yaitu
sebagai berikut :
1) Hemoglobin / hematokritUntuk mengkaji hubungan dari sel – sel
terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan factor –
factor resiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia. BUN : memberikan
informasi tentang perfusi ginjal
2) Glukosa. Hiperglikemi (diabetes mellitus adalah pencetus hipertensi)
dapat diakibatkan oleh peningkatan katekolamin (meningkatkan
hipertensi).
3) Kalium serum. Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron
utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
4) Kalsium serum. Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan
hipertensi
5) Kolesterol dan trigliserid serum. Peningkatan kadar dapat
mengindikasikan pencetus untuk / adanya pembentukan plak
ateromatosa (efek kardiovaskuler)
6) Pemeriksaan tiroid. Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi
dan hipertensi
7) Kadar aldosteron urin/serum. Untuk mengkaji aldosteronisme primer
(penyebab)
8) Urinalisa. Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan
atau adanya diabetes.
9) Asam urat. Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko
hipertensi.
10) Steroid urin. Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
11) IVP. Dapat mengidentifikasi penyebab hieprtensi seperti penyakit
parenkim ginjal, batu ginjal / ureter
12) Foto dada. Menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub,
perbesaran jantung
13) CT scan. Untuk mengkaji tumor serebral, ensefalopati.
14) EKG. Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan,
gangguan konduksi, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda
dini penyakit jantung hipertensi.
7. Penatalaksanaan
Menurut Kushariyadi (2010), prinsip pengelolaan penyakit hipertensi
meliputi penanggulangan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi dua jenis
penatalaksanaan:
1) Penatalaksanaan Non Farmakologis :
a) Diet
Pembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurunan BB dapat
menurunkan tekanan darah dibarengi dengan penurunan aktivitas
rennin dalam plasma dan kadar adosteron dalam plasma.
b) Aktivitas
Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan disesuaikan
dengan batasan medis dan sesuai dengan kemampuan seperti
berjalan, jogging, bersepeda atau berenang.
2) Penatalaksanaan Farmakologis
Secara garis besar terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pemberian atau pemilihan obat anti hipertensi yaitu:
a) Mempunyai efektivitas yang tinggi
b) Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau minimal.
c) Memungkinkan penggunaan obat secara oral.
d) Tidak menimbulakn intoleransi.
e) Memungkinkan penggunaan jangka panjang.
Golongan obat – obatan yang diberikan pada klien dengan hipertensi
seperti golongan diuretic, golongan betabloker, golongan antagonis kalsium,
golongan penghambat konversi rennin angitensin.
8. Pencegahan
Penerapan pola hidup sehat seperti konsumsi makanan bernutrisi, olahraga
teratur, tidak merokok, dan menghindari minuman keras bisa mencegah
hipertensi. Beberapa contoh penerapan yang bisa dilakukan meliputi:
a. Makanan
Konsumsilah makanan yang rendah lemak dan kaya serat, seperti roti dari
biji-bijian utuh, beras merah, serta buah dan sayuran. Kurangi konsumsi
garam dalam makanan Anda, setidaknya tidak lebih dari 6 gram garam per
hari (sekitar satu sendok teh).
b. Berat Badan
c. Olahraga
Untuk menurunkan tekanan darah dan menjaga jantung serta pembuluh darah
dalam kondisi baik, olahraga dan rutin beraktivitas perlu dilakukan. Bagi
orang dewasa, beraktivitas dengan intensitas menengah ( bersepeda atau
jalan cepat) setidaknya harus dilakukan selama 2 hingga 3 jam setiap
minggu.
d. Terapi relaksasi
f. Merokok
g. Kafein