Вы находитесь на странице: 1из 16

LAPORAN PENDAHULUAN

REUMATHOID ARTRITIS

Dibuat oleh :
DYAH YUSPITASARI

P2722016201

KEMENTERIAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN
KESEHATAN SURAKARTA
JURUSAN KEPERAWATAN
2018
BAB I
KONSEP DASAR REUMATHOID ARTRITIS

A. Definisi

Reumathoid artritis (RA) adalah penyakit inflamasi non-bakterial yang ersifat


sistemik, progesif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat sendi
secara simetris. (Chairuddin, 2009)
Reumathoid artritis (RA) merupakan suatu penyakit autoimun dimana persendian
(biasanya sendi tangan dan kaki) mengalami peradangan, sehingga terjadi
pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam
sendi. (Gordon, 2010).
Reumathoid artritis merupakan inflamasi kronik yang paling sering ditemukan
pada sendi. Insiden puncak adalah antara usia 40 hingga 60 tahun, lebih sering pada
wanita daripada pria dengan perbandingan 3 : 1. Penyakit ini menyerang sendi-sendi
kecil pada tangan, pergelangan kaki dan sendi-sendi besar dilutut, panggul serta
pergelangan tangan. (Muttaqin, 2006)
Arthritis rheumatoid adalah penyakit sistemik dengan gejala ekstra–
artikuler. (Smeltzer, 2010)
Reumatoid Artritis (RA) adalah suatu penyakit inflamasi kronis yang
menyebabkan degenerasi jaringan penyambung. Jaringan penyambung yang biasanya
mengalami kerusakan pertama kali adalah membran sinovial, yang melapisi sendi.
Pada RA, inflamasi tidak berkurang dan menyebar ke struktur sendi disekitarnya,
termasuk kartilago artikular dan kapsul sendi fibrosa. Akhirnya, ligamen dan tendon
mengalami. Inflamasi ditandai oleh akumulasi sel darah putih, aktivasi komplemen,
fagositosis ekstensif, dan pembentukan jaringan parut. Pada inflamasi kronis,
membran sinovial mengalami hipertropi dan menebal sehingga menyumbat aliran
darah dan lebih lanjut menstimulasi nekrosis sel dan respon inflamasi. Sinovium yang
menebal menjadi ditutup oleh jaringan granular inflamasi yang disebut panus. Panus
dapat menyebar ke seluruh sendi sehingga menyebabkan inflamasi dan pembentukan
jaringan parut lebih lanjut. Proses ini secara lambat merusak tulang dan menimbulkan
nyeri hebat serta deformitas. (Corwin, 2009)

Sendi yang terlibat pada reumathoid artiris adalah :


Sendi yang terlibat Frekuesi keterlibatan (%)
Metacarpophalangeal (MCP) 85
Pergelangan tangan 80
Proximal interphalangeal (PIP) 75
Lutut 75
Metatarssophalangeal (MTP) 75
Pergelangan kaki (tibiotalar + subtalar) 75
Bahu 60
Midfoot (tarsus) 60
Panggul (HIP) 50
Siku 50
Acromioclavikular 50
Vertebra servikal 40
Temporomandibular 30
Sternoclavikular 30
Sumber: IPD hal:2499

B. Etiologi

Penyebab utama kelaianan ini tidak diketahui. Ada beberapa teori yang
dikemukakan mengenai penyebab reumathoid artritis, yaitu:
1. Infeksi Stretokokus hemolitikus dan Streptokokus non-hemolitikus.
2. Endokrin
3. Autoimun
4. Metabolik
5. Faktor genetik serta fakto pemicu lingkungan
Pada saat ini reumathoid artritis diduga disebabkan oleh faktor autoimun dan
infeksi. Autoimun ini bereaksi terhadap kolagen tipe II; faktor injeksi mungkin
disebabkan oleh virus dan organisme mikroplasma atau group difterinioid yang
menghasilkan antigen kolagen tipe II dari tulang rawan sendi penderita.
Kelainan yang dapat terjadi pada suatu artritis reumathoid yaitu :

1. Kelainan pada daerah artikuler


a. Stadium I (tadium sinovitis)
b. Stadium II (stadium destruksi)
c. Stadium III (stadium deformitas)
2. Kelainan pada jaringan ekstra-artikuler
Perubahan patologis yang dapat terjadi pada jaringan ekstra-artikuler adalah:
a. Otot : terjadi miopi
b. Nodul subkutan
c. Pembuluh darah perifer : terjadi proliferasi tunika intima, lesi pada pembuluh
darah arteriol dan venosa.
d. Kelenjar limfe : terjadi embesaran limfe yang berasal dari aliran limfe sendi,
hiperplasi folikuler, peningkatan aktivitas sistem retikuloendotelisl dan
proliferasi yang mengakibatkan splenomegali.
e. Saraf : terjadi nekrosis fokal, reaksi epiteloid serta infiltrasi leukosit.
f. Visera
Walupun etiologi dari Rheumatoid arthritis belum diketahui pasti, namun
nampaknya multifaktorial. Terdapat kerentanan genetik yang jelas, dan penelitian pada
orang kembar mengindikasikan indeks sekitar 15-20%. Sebanyak 70% dari pasien
artrirtis reumatoid ditemukan human leucocyte antigen-DR4 (HLA-DR4), sedangkan
faktor lingkungan seperti merokok dan agen infeksius dikatakan memiliki peranan
penting pada etiologi, namun kontribusinya sampai saat ini belum terdefinisikan
(Cush, J.J. dan Lipsky, P.E., 2008).

C. Menifestasi Klinis

Ada beberapa gambaran klinis yang lazim ditemukan pada penderita Rheumatoid
arthritis. Gambaran klinis ini tidak harus timbul sekaligus pada saat yang bersamaan
oleh karena penyakit ini memiliki gambaran klinis yang bervariasi (Carter, 2009).
1. Gejala-gejala konstitusional, misalnya lelah, anoreksia, berat badan menurun dan
demam. Terkadang kelelahan dapat demikian hebatnya
2. Poliartritis simetris: semua sendi dapat terserang terutama pada sendi perifer,
termasuk sendi-sendi di tangan, namun biasanya tidak melibatkan sendi-sendi
interfalang distal.
3. Kekakuan pagi hari, selama lebih dari satu jam: dapat bersifat menyeluruh tetapi
terutama menyerang sendi-sendi. Kekakuan ini berbeda dengan kekakuan sendi
pada osteoartritis, yang biasanya hanya berlangsung selama beberapa menit dan
selalu kurang dari satu jam
4. Artritis erosif: merupakan ciri khas dari penyakit ini pada gambaran radiologik.
Peradangan sendi yang kronik mengakibatkan erosi di tepi tulang.
5. Deformitas: kerusakan struktur penunjang sendi meningkat dengan perjalanan
penyakit. Pergeseran ulnar atau deviasi jari, subluksasi sendi metakarpofalangeal,
deformitas boutonniere dan leher angsa adalah beberapa deformitas tangan yang
sering dijumpai. Pada kaki terdapat protrusi (tonjolan) kaput metatarsal yang
timbul sekunder dan subluksasi metatarsal. Sendi-sendi yang besar juga dapat
terserang dan mengalami pengurangan kemampuan bergerak terutama dalam
melakukan gerak ekstensi.
6. Nodul-nodul rheumatoid adalah massa subkutan yang ditemukan pada sekitar
sepertiga orang dewasa pasien Rheumatoid arthritis. Lokasi yang paling sering
dari deformitas ini adalah bursa olekranon (sendi siku) atau sepanjang permukaan
ekstensor dari lengan. Walaupun demikan, nodul-nodul ini dapat juga timbul pada
tempat lainnya. Adanya nodul-nodul ini biasanya merupakan petunjuk dari suatu
penyakit yang aktif dan lebih berat.
7. Manifestasi ekstra-artikular; Rheumatoid arthritis juga dapat menyerang organ-
organ lain di luar sendi. Jantung (perikarditis), paru-paru (pleuritis), mata, dan
pembuluh darah dapat rusak.
Dibawah ini merupakan tabel revisi kriteria untuk klasifikasi dari Rheumatoid
arthritis dari American Rheumatism Association tahun 1987

Tabel 1: 1987 Revised American Rheumatism Association Criteria for the


Classification of Rheumatoid Arthritis
Kriteria Definisi

1. Kekakuan pagi Kekakuan pagi hari pada sendi atau disekitar sendi,
hari lamanya setidaknya 1 jam

Setidaknya tiga area sendi secara bersama-sama dengan


2. Artritis pada peradangan pada jaringan lunak atau cairan sendi. 14
kemungkinan area yang terkena, kanan maupun kiri
tiga atau lebih proksimal interfalangs (PIP), metakarpofalangs (MCP),
area sendi pergelangan tangan, siku, lutut, pergelangan kaki, dan
sendi metatarsofalangs (MTP)

3. Artritis pada Setidaknya satu sendi bengkak pada pergelangan tangan,


sendi tangan sendi MCP atau sendi PIP

Secara bersama-sama terjadi pada area sendi yang sama


4. Artritis simetris pada kedua bagian tubuh

5. Nodul-nodul Adanya nodul subkutaneus melewati tulang atau


reumatoid permukaan regio ekstensor atau regio juksta-artikular

Menunjukkan adanya jumlah abnormal pada serum faktor


6. Serum faktor
reumatoid dengan berbagai metode yang mana hasilnya
reumatoid positif jika < 5% pada subyek kontrol yang normal

Perubahan radiografik tipikal pada Rheumatoid arthritis


7. Perubahan pada radiografik tangan dan pergelangan tangan
radiografik posteroanterior, dimana termasuk erosi atau dekalsifikasi
terlokalisasi yang tegas pada tulang.

Untuk klasifikasi, pasien dikatakan menderita atrtritis reumatoid jika pasien


memenuhi setidaknya 4 dari 7 kriteria diatas. Kriteria 1 - 4 harus sudah
berlangsung sekurang-kurangnya 6 minggu. Pasien dengan dua diagnosis klinis,
tidak dikeluarkan pada kriteria ini. Pembagian diagnosis sebagai artritis
reumathoid klasik, definit, probable atau possible tidak perlu dibuat.

Sumber: Noer S., 1996

D. Patofisiologi

Rheumatoid arthritis adalah proses inflamasi kompleks yang merupakan hasil


reaksi dari berbagai populasi sel imun dengan aktivasi dan proliferasi dari fibroblas
sinovial. Respon inflamasi ini menyerang cairan sinovial pada persendian, bursa dan
tendon, serta jaringan lain di seluruh tubuh. Orang-orang yang menderita penyakit ini
menunjukkan tanda-tanda klinik yang bermacam-macam dan distribusinya pada
muskuloskeletal. Dalam jaringan sinovial, proses inflamasi terjadi secara jelas,
menimbulkan edema dan proliferasi kapiler dan sel mesenkim. Pada jaringan sendi dan
cairan sinovial, terjadi akumulasi dari leukosit yang menghasilkan enzim lisosom dan
proinflamasi lain, serta mediator-mediator toksik. Kemudian, dengan teraktivasinya
sel-sel imun dan fibroblas sinovial, mediator ini dapat merusak kartilago persendian
yang bedekatan. Jika proses ini terus berlanjut dan tidak dikendalikan, permukaan
sendi akan hancur, dan secara bertahap terjadi fibrosis pada jaringan fibrosa kapsul
persendian dan jaringan sendi atau terlihat ankilosis pada tulang (Carter, 2009).
Destruksi jaringan sendi terjadi melalui dua cara. Pertama adalah destruksi akibat
proses pencernaan oleh karena produksi protease, kolagenase dan enzim-enzim
hidrolitik lainnya. Enzim-enzim ini memecah kartilago, ligamen, tendon dan tulang
pada sendi, serta dilepaskan bersama dengan radikal oksigen dan metabolit asam
arakidonat oleh leukosit polimorfonuklear dalam cairan sinovial. Proses ini diduga
adalah bagian dari respon autoimun terhadap antigen yang diproduksi secara lokal.
Kedua adalah, destruksi jaringan juga terjadi melalui kerja panus reumatoid. Panus
merupakan jaringan granulasi vaskular yang terbentuk dari sinovium yang meradang
dan kemudian meluas ke sendi. Disepanjang pinggir panus, terjadi destruksi kolagen
dan proteoglikan melalui produksi enzim oleh sel di dalam panus tersebut (Carter,
2009)
Hiperplasia sinovial dan formasi ke dalam panus merupakan patogenesis
Rheumatoid arthritis yang fundamental. Proses ini dimediasi oleh produksi dari
berbagai sitokin, contohnya tumor necrosis factor α (TNF-α) dan interleukin-1 (IL-1)
oleh antigen presenting cells dan sel T. TNF-α dan IL-1 juga memiliki peranan penting
dalam destruksi tulang (Sommer, 2008).
E. Pathway

Reaksi faktor R dengan antibodi,


faktor metabolik, infeksi dengan Reaksi peradangan Nyeri
kecenderungan virus

Kekakuan sendi Senovial menebal Kurangnya infromasi

Hambatan mobilitas fisik Pannus Defisiensi pengetahuan


Ansietas

Nodul Infiltrasi dalam os. subcondria

Deformitas sendi Hambatan nutrisi pada kartilago


artikularis

Gangguan Body image


Kartilago nekrosis Kerusakan kartilago dan tulang

Erosi kartilago Tendon dan ligame melemah

Adhesi pada permukaan sendi

Hambatan mobilitas fisik Ankilosis fibrosa

Kekuatan sendi ↓ Ankilosis tulang

Keterbatasan gerakan sendi Hilangnya kekuatan otot


Mudah luksasi dan subluksasi

Defisit perawatan diri Risiko cidera


F. Pemeriksaan Diagnostik

Diagnosis dari Rheumatoid arthritis dengan anamnesis dan pemeriksaan yang


dikorelasikan dengan data laboratorium dan pemeriksaan radiologi. Karakteristik
pasien, termasuk umur, jenis kelamin dan etnis, sangat penting, karena hal tersebut
berhubungan dengan resiko dan tingkat keberatan dari penyakit (Kent and Matteson,
2010)
1. Pemeriksaan Fisis

Pemeriksaan fisis pada pasien dengan Rheumatoid arthritis adalah penilaian


standar untuk peradangan pada sendi, kelemahan dan keterbatasan gerak. Selain
itu, pada pemeriksaan fisis juga menunjukkan adanya gejala-gejala ekstra-
artikular seperti skleritis, nodul-nodul, efusi pleura, splenomegali, dan ulkus kulit
pada ekstremitas bawah (Kent and Matteson, 2010).
Pada Rheumatoid arthritis yang lanjut, tangan pasien dapat menunjukkan
deformitas boutonnierre dimana terjadi hiperekstensi dari sendi distal interfalangs
(DIP) dan fleksi pada sendi proksimal interfalangs (PIP). Deformitas yang lain
merupakan kebalikan dari deformitas boutonniere, yaitu deformitas swan-neck
(leher angsa), dimana juga terjadi hiperekstensi dari sendi PIP dan fleksi dari
sendi DIP. Jika sendi metakarpofalangs telah seutuhnya rusak, sangat mungkin
untuk menggantinya dengan protesa silikon (Mettler, 2009).

Gambar 1 : Gambaran skematik dari deformitas


swan-neck dan deformitas boutonniere, sering
telihat pada Rheumatoid arthritis lanjut.

2. Pemeriksaan Laboratorium

Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang spesifik untuk mendiagnosis


Rheumatoid arthritis. Beberapa hasil uji laboratoirum dipakai untuk membantu
menegakkan diagnosis Rheumatoid arthritis. Sekitar 85% pasien Rheumatoid
arthritis memiliki autoantibodi di dalam serumnya yang dikenal sebagai faktor
reumatoid. Autoantibodi ini adalah imunoglobulin M (IgM) yang beraksi
terhadap perubahan imunoglobulin G (IgG). Keberadaan dari faktor reumatoid
bukan merupakan hal yang spesifik pada penderita Rheumatoid arthritis. Faktor
reumatoid ditemukan sekitar 5% pada serum orang normal, insiden ini meningkat
dengan pertambahan usia, sebanyak 10-20% pada orang normal usia diatas 65
tahun positif memiliki faktro reumatoid dalam titer yang rendah.
Laju endap darah (LED) adalah suatu indeks peradangan yang tidak spesifik.
Pasien dengan Rheumatoid arthritis nilainya dapat tinggi (100 mm/jam atau lebih
tinggi lagi). Hal ini berarti bahwa LED dapat dipakai untuk memantau aktivitas
penyakit (Carter, 2009).
Anemia normositik normokrom sering didapatkan pada penderita dengan
artritis rematoid yang aktif melalui pengaruhnya pada sumsum tulang. Anemia ini
tidak berespon pada pengobatan anemia yang biasa dan dapat membuat seseorang
merasa kelelahan (Lipsky, 2008).
Analisis cairan sinovial menunjukkan keadaan inflamasi pada sendi,
walaupun tidak ada satupun temuan pada cairan sinovial spesifik untuk
Rheumatoid arthritis. Cairan sinovial biasanya keruh, dengan kekentalan yang
menurun, peningkatan kandungan protein, dan konsentrasi glukosa yang
mengalami sedikit penurunan atau normal. Hitung sel leukosit (WBC) meningkat
mencapai 2000/µL dengan lebih dari 75% leukosit PMN, hal ini merupakan
karakteristik peradangan pada artritis, walaupun demikian, temuan ini tidak
mendiagnosis Rheumatoid arthritis (Lipsky, 2008).
3. Pemeriksaan Radiologi

a. Foto Polos

Pada tahap awal penyakit, biasanya tidak ditemukan kelainan pada


pemeriksaan radiologis kecuali pembengkakan jaringan lunak. Tetapi, setelah
sendi mengalami kerusakan yang lebih berat, dapat terlihat penyempitan
ruang sendi karena hilangnya rawan sendi. Juga dapat terjadi erosi tulang
pada tepi sendi dan penurunan densitas tulang. Perubahan-perubahan ini
biasanya irreversibel (Carter, 2009).
Gambar 2 : Artritis erosif yang mengenai
tulang karpal dan sendi metakarpofalangs

Gambar 3: A. Perubahan erosif


pada ulna dan distal radius. B.
Erosi komplit pada pergelangan
tangan

Gambar 4: C. Swelling dan erosi


pada sendi MTP 5. D. Nodul
subkutaneus multipel pada tangan
Tanda pada foto polos awal dari Rheumatoid arthritis adalah peradangan
periartikular jaringan lunak bentuk fusiformis yang disebabkan oleh efusi
sendi dan inflamasi hiperplastik sinovial. Nodul reumatoid merupakan massa
jaringan lunak yang biasanya tampak diatas permukaan ekstensor pada aspek
ulnar pergelangan tangan atau pada olekranon, namun adakalanya terlihat
diatas prominensia tubuh, tendon, atau titik tekanan. Karakteristik nodul ini
berkembang sekitar 20% pada penderita Rheumatoid arthritis dan tidak
terjadi pada penyakit lain, sehingga membantu dalam menegakkan diagnosis.

b. CT Scan

Computer tomography (CT) memiliki peranan yang minimal dalam


mendiagnosis Rheumatoid arthritis. Walaupun demikian, CT scan berguna
dalam memperlihatkan patologi dari tulang, erosi pada sendi-sendi kecil di
tangan yang sangat baik dievaluasi dengan kombinasi dari foto polos dan
MRI (Tsou, 2011).
CT scan jarang digunakan karena lebih rendah dari MRI dan memiliki
kerugian dalam hal radiasi. CT scan digunakan sebatas untuk
mengindikasikan letak destruksi tulang dan stabilitas tertinggi tulang secara
tepat, seperti pada pengaturan pre-operatif atau pada tulang belakang.

c. Ultrasonografi (USG)

Sonografi dengan resolusi tinggi serta pemeriksaan dengan frekuensi


tinggi digunakan untuk mengevaluasi sendi-sendi kecil pada Rheumatoid
arthritis. Efusi dari sendi adalah hipoekhoik, sedangkan hipertrofi pada
sinovium lebih ekhogenik. Nodul-nodul reumatoid terlihat sebagai cairan
yang memenuhi area kavitas dengan pinggiran yang tajam. Erosi tulang dapat
terlihat sebagai irregularitas pada korteks hiperekhoik. Komplikasi dari
arthritis reumatoid, seperti tenosinovitis dan ruptur tendon, juga dapat
divisualisasikan dengan menggunakan ultrasonografi. Hal ini sangat berguna
pada sendi MCP dan IP. Tulang karpal dan sendi karpometakarpal tidak
tervisualisasi dengan baik karena konfigurasinya yang tidak rata dan
lokasinya yang dalam.
Sonografi telah digunakan dalam mendiagnosis Rheumatoid arthritis
dengan tujuan meningkatkan standar yang tepat untuk radiografi
konvensional. Ultrasonografi, terkhusus dengan menambahkan amplitude
color doppler (ACD) Imaging, juga menyediakan informasi klinis yang
berguna untuk dugaan Rheumatoid arthritis. ACD imaging telah
diaplikasikan untuk Rheumatoid arthritis dengan tujuan mengevaluasi
manifestasi dari hiperemia pada peradangan jaringan sendi. Hiperemia
sinovial merupakan ciri patofisiologi yang fundamental untuk Rheumatoid
arthritis (Tsou, 2011).

d. MRI

Magnetic Resonance Imaging (MRI) menyediakan gambaran yang baik


dengan penggambaran yang jelas dari perubahan jaringan lunak, kerusakan
kartilago, dan erosi tulang-tulang yang dihubungkan dengan Rheumatoid
arthritis (Tsou, 2011).
Diagnosis awal dan penanganan awal merupakan manajemen utama
pada Rheumatoid arthritis. Dengan adanya laporan mengenai sensitivitas
MRI dalam mendeteksi erosi dan sinovitis, serta spesifitas yang nyata untuk
perubahan edema tulang, hal itu menandakan bahwa MRI merupakan
penolong untuk mendiagnosis awal penyakit Rheumatoid arthritis. MRI juga
memberikan gambaran yang berbeda pada abnormalitas dari Rheumatoid
arthritis, sebagai contoh, erosi tulang, edema tulang, sinovitis, dan
tenosinovitis (Wakefield, 2008).

G. Penatalaksanaan

Tujuan penatalaksanaan reumatoid artritis adalah mengurangi nyeri, mengurangi


inflamasi, menghentikan kerusakan sendi dan meningkatkan fungsi dan kemampuan
mobilisasi penderita.
Adapun penatalaksanaan umum pada rheumatoid arthritis antara lain :
1. Pemberian terapi
Pengobatan pada rheumatoid arthritis meliputi pemberian aspirin untuk
mengurangi nyeri dan proses inflamasi, NSAIDs untuk mengurangi inflamasi,
pemberian corticosteroid sistemik untuk memperlambat destruksi sendi dan
imunosupressive terapi untuk menghambat proses autoimun.
2. Pengaturan aktivitas dan istirahat
Pada kebanyakan penderita, istirahat secara teratur merupakan hal penting
untuk mengurangi gejala penyakit. Pembebatan sendi yang terkena dan
pembatasan gerak yang tidak perlu akan sangat membantu dalam mengurangi
progresivitas inflamasi. Namun istirahat harus diseimbangkan dengan latihan
gerak untuk tetap menjaga kekuatan otot dan pergerakan sendi.

3. Kompres panas dan dingin


Kompres panas dan dingin digunakan untuk mendapatkan efek analgesic dan
relaksan otot. Dalam hal ini kompres hangat lebih efektive daripada kompres
dingin.

4. Diet
Untuk penderita rheumatoid arthritis disarankan untuk mengatur dietnya.
Diet yang disarankan yaitu asam lemak omega-3 yang terdapat dalam minyak
ikan.
Mengkonsumsi makanan seperti tahu untuk pengganti daging, memakan
buah beri untuk menurunkan kadar asam urat dan mengurangi inflamasi.
Hindari makanan yang banyak mengandung purin seperti bir dari minuman
beralkohol, ikan anchovy, sarden, herring, ragi, jerohan, kacang-kacangan,
ekstrak daging, jamur, bayam, asparagus, dan kembangkol karena dapat
menyebabkan penimbunan asam urat dipersendian.

5. Banyak minum air untuk membantu mengencerkan asam urat yang terdapat
dalam darah sehingga tidak tertimbun di sendi. (NANDA, 2013).

6. Gizi
Pemenuhan gizi pada atritis reumatoid adalah untuk mencapai dan
mempertahankan status gizi yang optimal serta mengurangi peradangan pada
sendi. Adapun syarat–syarat diet atritis rheumatoid adalah protein cukup, lemak
sedang, cukup vitamin dan mineral, cairan disesuaikan dengan urine yang
dikeluarkan setiap hari. Rata–rata asupan cairan yang dianjurkan adalah 2 – 2 ½
L/hari, karbohidrat dapat diberikan lebih banyak yaitu 65 – 75% dari kebutuhan
energi total.

7. Pembedahan
Pembedahan dilakukan apabila rheumatoid arthritis sudah mencapai tahap
akhir. Bentuknya dapat berupa tindakan arhthrodesis untuk menstabilkan sendi,
arthoplasty atau total join replacement untuk mengganti sendi.
H. Komplikasi

1. Sindrom sjogrens
2. Neuropati
3. Anemia, leucopenia

I. Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan citra tubuh b.d perubahan penampilan tubuh, sendi, bengkok,


dedormitas.
2. Nyeri akut b.d perubahan patologis oleh artritis reumathoid.
3. Risiko cidera b.d hilangnya kekuatan otot, rasa nyeri.
4. Defisiensi pengetahuan b.d kurangnya informasi.
5. Hambatan mobilitas fisik.
6. Defisit perawatan diri.
7. Ansietas

J. Discharge Planning

1. Olah raga teratur dan istirahat cukup.


2. Ketahui penyebab dan tanda gejala penyakit.
3. Kompres panas dapat mengatasi kekakuan, kompres dingin dapat membantu
meredakan nyeri.
4. Pertahankan BB yang normal.
5. Mengkonsumsi makanan yang bergizi lengkap dan seimbang.
6. Hindari makanan yang banyak mengandung purin.
7. Mengkonsumsi makanan seperti tahu, untuk pengganti daging, memakan buah beri
unutk menurunkan kadar asam urat dan mengurangi inflamasi.
8. Banyak minum air untuk membantu mengencerkan asam urat yang terdapat dalam
darah sehingga tidak bertimbun di sendi.
Daftar Pustaka

Helmi, Zairin Noor.2013.Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal.Salemba Medika:Jakarta

Lukman dan Nurna Ningsih.2009.Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan gangguan


Sistem Muskuloskeletal.Salemba Medika:Jakarta

Muttaqin, Ns. Arif, S. Kep. 2008. Buku Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. EGC : Jakarta.

Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma.2013.Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC Jilid
2.MediAction:Yogyakarta

Nursingbegin.Asuhan Keperawatan Reumathoid artritis


http://nursingbegin.com/askep-artritis-reumatoid/ (diakses tanggal 7 Maret 2015
pukul 18.32 wita)

Ners UNAIR.Asuhan Keperawatan Reumathoid artritis


http://ners.unair.ac.id/materikuliah/askep%20rheumatoid%20artritis.pdf (diakses
tanggal 7 Maret 2015 pukul 18.32 wita)

Вам также может понравиться

  • Resume Keperawatan Intraoperatif Ke 1
    Resume Keperawatan Intraoperatif Ke 1
    Документ5 страниц
    Resume Keperawatan Intraoperatif Ke 1
    Lusy Angriani
    Оценок пока нет
  • 16 - Lusy Angriani Manurung - Patient Safety
    16 - Lusy Angriani Manurung - Patient Safety
    Документ2 страницы
    16 - Lusy Angriani Manurung - Patient Safety
    Lusy Angriani
    Оценок пока нет
  • 16 - Lusy Angriani Manurung - Aspek Psikososial Pada Pasien Kanker
    16 - Lusy Angriani Manurung - Aspek Psikososial Pada Pasien Kanker
    Документ3 страницы
    16 - Lusy Angriani Manurung - Aspek Psikososial Pada Pasien Kanker
    Lusy Angriani
    Оценок пока нет
  • Diskusi Kasus Bu Sulan
    Diskusi Kasus Bu Sulan
    Документ1 страница
    Diskusi Kasus Bu Sulan
    Lusy Angriani
    Оценок пока нет
  • KASUS PASien Askep Kemo Ba - Ca
    KASUS PASien Askep Kemo Ba - Ca
    Документ1 страница
    KASUS PASien Askep Kemo Ba - Ca
    Lusy Angriani
    Оценок пока нет
  • 16 - Lusy Angriani Manurung - Askep Pasien Denga Kemoterapi
    16 - Lusy Angriani Manurung - Askep Pasien Denga Kemoterapi
    Документ3 страницы
    16 - Lusy Angriani Manurung - Askep Pasien Denga Kemoterapi
    Lusy Angriani
    Оценок пока нет
  • Askep Kelompok Peri
    Askep Kelompok Peri
    Документ12 страниц
    Askep Kelompok Peri
    Lusy Angriani
    Оценок пока нет
  • Ansin Opa
    Ansin Opa
    Документ3 страницы
    Ansin Opa
    Lusy Angriani
    Оценок пока нет
  • LANDASAN TEORI Serotinus
    LANDASAN TEORI Serotinus
    Документ7 страниц
    LANDASAN TEORI Serotinus
    dr_dhiya
    Оценок пока нет
  • Ansin Nebulizer
    Ansin Nebulizer
    Документ4 страницы
    Ansin Nebulizer
    Lusy Angriani
    Оценок пока нет
  • Ansin Syringe Pump
    Ansin Syringe Pump
    Документ2 страницы
    Ansin Syringe Pump
    Lusy Angriani
    Оценок пока нет
  • LP HT
    LP HT
    Документ16 страниц
    LP HT
    Lusy Angriani
    Оценок пока нет
  • Ekg Aw
    Ekg Aw
    Документ2 страницы
    Ekg Aw
    Lusy Angriani
    Оценок пока нет
  • Ansin Hecting
    Ansin Hecting
    Документ6 страниц
    Ansin Hecting
    Lusy Angriani
    Оценок пока нет
  • Ansin Luka Gerontik
    Ansin Luka Gerontik
    Документ5 страниц
    Ansin Luka Gerontik
    Lusy Angriani
    Оценок пока нет
  • Ar Kelompok
    Ar Kelompok
    Документ5 страниц
    Ar Kelompok
    Nur komariah
    Оценок пока нет
  • RAKITIS
    RAKITIS
    Документ6 страниц
    RAKITIS
    Nur komariah
    Оценок пока нет
  • Sap Hipertensi
    Sap Hipertensi
    Документ16 страниц
    Sap Hipertensi
    Lusy Angriani
    Оценок пока нет
  • LP HT
    LP HT
    Документ16 страниц
    LP HT
    Lusy Angriani
    Оценок пока нет
  • Sap Hipertensi - For Merge
    Sap Hipertensi - For Merge
    Документ17 страниц
    Sap Hipertensi - For Merge
    Lusy Angriani
    Оценок пока нет
  • Sap Hipertensi
    Sap Hipertensi
    Документ8 страниц
    Sap Hipertensi
    Lusy Angriani
    Оценок пока нет
  • LP HT
    LP HT
    Документ16 страниц
    LP HT
    Lusy Angriani
    Оценок пока нет
  • LP Remathoid Artritis
    LP Remathoid Artritis
    Документ16 страниц
    LP Remathoid Artritis
    Lusy Angriani
    Оценок пока нет
  • Intervensi Keperawatan
    Intervensi Keperawatan
    Документ5 страниц
    Intervensi Keperawatan
    Lusy Angriani
    Оценок пока нет
  • Leaflet Hipertensi
    Leaflet Hipertensi
    Документ1 страница
    Leaflet Hipertensi
    Lusy Angriani
    Оценок пока нет
  • Askep Jiwa 1
    Askep Jiwa 1
    Документ10 страниц
    Askep Jiwa 1
    Lusy Angriani
    Оценок пока нет
  • Plan of Action
    Plan of Action
    Документ3 страницы
    Plan of Action
    Lusy Angriani
    Оценок пока нет
  • Asuhan Keperawatan KMB Akar Wangi
    Asuhan Keperawatan KMB Akar Wangi
    Документ37 страниц
    Asuhan Keperawatan KMB Akar Wangi
    Lusy Angriani
    Оценок пока нет
  • Resume Keperawatan 1 (Ect)
    Resume Keperawatan 1 (Ect)
    Документ1 страница
    Resume Keperawatan 1 (Ect)
    Lusy Angriani
    Оценок пока нет