Вы находитесь на странице: 1из 10

TUGAS KEPANITERAAN

BALOK SKDN
PUSKESMAS KELURAHAN PEJATEN BARAT I

Disusun oleh :

Indira Mayusti Nandini 030.11.141


Maya Puspa Sari 030.11.182

KEPANITERAAN KLINIK
ILMU KEDOKTERAN KESEHATAN MASYARAKAT
PUSKESMAS KECAMATAN PASAR MINGGU
PERIODE 28 AGUSTUS 2017 – 4 NOVEMBER 2017
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
Data Penimbangan
DATA POSYANDU

S Semua balita yang ada di Daerah Kelompok Penimbangan

K Semua balita yang terdaftar dan mempunyai KMS bulan ini

D Semua balita yang ditimbang bulan ini

N/T Balita yang ditimbang 2 bulan berturut-turut dan garis


pertumbuhannya pada KMS naik (N) atau tidak naik (T)

BGM Jumlah balita yang berada dibawah garis merah bulan ini pada
KMS

O Jumlah balita yang ditimbang bulan ini tapi bulan lalu tidak
ditimbang

B Jumlah balita yang baru ditimbang bulan ini dari posyandu yang
melapor

A. Jenis Data
1. Jumlah balita yang ada (S) di wilayah kelurahan Puskesmas Kelurahan
Pejaten Barat I.
2. Jumlah balita yang memiliki Kartu Menuju Sehat (K), di wilayah
kelurahan Puskesmas Kelurahan Pejaten Barat I.
3. Jumlah balita yang datang ditimbang (D) pada bulan penimbangan, di
wilayah kelurahan Puskesmas Kelurahan Pejaten Barat I.
4. Jumlah balita yang naik berat badannya (N) pada bulan penimbangan,
di wilayah kelurahan Puskesmas Kelurahan Pejaten Barat I.
5. Jumlah balita yang bawah garis merah pada KMS (BGM) pada bulan
penimbangan di wilayah kelurahan Puskesmas Kelurahan Pejaten
Barat I.

B. Sumber Data

 Data diperoleh dari hasil pemantauan pertumbuhan balita setiap bulan


di wilayah kelurahan Puskesmas Kelurahan Pejaten Barat I

C. Periode Waktu
 Juni 2017 – Agustus 2017
D. Pengolahan
Data SKDN dihitung dalam bentuk jumlah misalnya S,K,D,N atau
dalam bentuk proporsi misalnya D/S, K/S, N/D, dan BGM/D untuk
masing-masing Posyandu.
Setelah melakukan kegiatan di Posyandu atau di pos penimbangan
petugas kesehatan dan kader Posyandu (petugas sukarela) melakukan
analisis SKDN. Analisisnya terdiri dari:
1. Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Penimbangan Balita
Yaitu jumlah balita yang ditimbang dibagi dengan jumlah balita yang
ada di wilayah kerja Posyandu atau dengan menggunakan rumus (D/S
x 100%), hasilnya minimal harus mencapai 80%, apabila dibawah 80%
maka dikatakan partisipasi masyarakat untuk kegiatan pemantauan
pertumbuhan dan perkembangan berat badan rendah. Hal ini akan
berakibat pada balita tidak akan terpantau oleh petugas kesehatan
ataupun kader Posyandu dan memungkinkan balita ini tidak diketahui
pertumbuhan berat badannya atau pola pertumbuhan berat badannya.

2. Tingkat Liputan Program


Yaitu jumlah balita yang mempunyai KMS dibagi dengan jumlah
seluruh balita yang ada di wilayah Posyandu atau dengan
menggunakan rumus (K/S x 100%). Hasil yang didapat harus 100%.
Alasannya balita-balita yang telah mempunyai KMS telah mempunyai
alat instrumen untuk memantau berat badannya dan data pelayanan
kesehatan lainnya. Apabila tidak digunakan atau tidak dapat KMS
maka pada dasarnya program posyandu tersebut mempunyai liputan
yang sangat rendah atau biasa juga dikatakan balita yang seharusnya
mempunyai KMS karena memang mereka (Balita) masih dalam fase
pertumbuhan ini telah kehilangan kesempatan untuk mendapat
pelayanan sebagaimana yang terdapat dalam KMS tersebut. Khusus
untuk Tingkat Kehilangan Kesempatan ini menggunakan rumus ((S-
K)/S x 100%), yaitu jumlah balita yang ada di wilayah Posyandu
dikurangi jumlah balita yang mempunyai KMS, hasilnya dibagi
dengan jumlah balita di wilayah posyandu tersebut, semakin tinggi
Presentasi Kehilangan Kesempatan, maka semakin rendah kemauan
orang tua balita untuk dapat memanfaatkan KMS. Padahal KMS
sangat baik untuk memantau pertumbuhan berat badan balita atau juga
pola pertumbuhan berat badan balita.

3. Indikator lainnya
Adalah (N/D x 100%) yaitu jumlah balita yang naik berat badannya
dibandingkan dengan jumlah seluruh balita yang ditimbang. Sebaiknya
semua balita yang ditimbang harus mengalami peningkatan berat
badannya.

4. Indikator lainnya dalam SKDN adalah indikator Drop-Out, yaitu balita


yang sudah mempunyai KMS dan pernah datang menimbang berat
badannya tetapi kemudian tidak pernah datang lagi di Posyandu untuk
selalu mendapatkan pelayanan kesehatan. Rumusnya yaitu jumlah
balita yang telah mendapatkan KMS dikurangi dengan jumlah balita
yang ditimbang, dan hasilnya dibagi dengan balita yang mempunyai
KMS ((K-D)/K x 100%)

5. Indikator lainnya dalam SKDN adalah indikator perbandingan antara


jumlah balita yang status gizinya berada di Bawah Garis Merah
(BGM) dibagi dengan banyaknya jumlah balita yang ditimbang pada
bulan penimbangan (D). rumusnya adalah (BGM/D x 100%).

6. Indikator lainnya adalah kesinambungan program yaitu jumlah balita


yang ditimbang dibagi dengan jumlah balita yang memiliki KMS di
wilayah posyandu atau dengan menggunakan rumus (D/K x 100%).

E. Penyajian
1. Penyajian dalam bentuk tabular dan grafik/balok
2. Di tingkat Posyandu pada grafik/balok SKDN

SKDN Posyandu wilayah kelurahan Pejaten Barat I


Periode Juni - Agustus 2017
Juni 2017 Juli 2017 Agustus 2017

S K D N BGM S K D N BGM S K D N BGM

735 735 585 281 4 750 750 601 292 2 744 744 614 274 1

BALOK SKDN

KELURAHAN PEJATEN BARAT I

Grafik 1. SKDN Posyandu wilayah kelurahan Pejaten Barat I bulan Juni - Agustus 2017

BULAN
RUMUS Juni 2017 Juli 2017 Agustus 2017
D/S (%) 79.5 % 80.1 % 82.5 %
N/D (%) 48 % 48.6 % 44.6 %
K/S (%) 100 % 100 % 100 %
D/K (%) 79.6 % 80.1 % 82.5 %
(K-D)/K (%) 20.4 % 19.9 % 17.4 %
BGM/D (%) 0.01 % 0.01 % 0.01 %
Tabel 1. Pencapaian Program SKDN

Grafik 2. Pencapaian Program SKDN bulan Juni - Agustus 2017

Penjelasan Pencapaian Program SKDN

Penilaian data SKDN dihitung dalam bentuk jumlah misalnya S,K,D,N


atau dalam bentuk proporsi misalnya N/D, D/S, K/S, D/K dan (K-D)/K (%) untuk
masing-masing wilayah kelurahan Pejaten Barat I.
Berikut ini adalah analisis SKDN berdasarkan hasil pencapaian program
SKDN yang telah disebutkan di atas:
1. Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Penimbangan Balita
Yaitu jumlah balita yang ditimbang dibagi dengan jumlah balita yang ada
di wilayah kerja Posyandu atau dengan menggunakan rumus (D/S x
100%). Target tingkat partisipasi masyarakat di wilayah Puskesmas
kelurahan Pejaten Barat I adalah 80%. Berdasarkan tabel di atas,
didapatkan bahwa tingkat partisipasi masyarakat dalam penimbangan
balita bulan Juni 79,5%, bulan Juli 80,1% dan bulan Agustus 82,5 %.
Kesimpulan dari data tersebut adalah wilayah kelurahan Pejaten Barat I
sudah mencapai target tingkat partisipasi masyarakat untuk bulan Juni
sampai Agustus 2017 dimana hasilnya > 80%.

2. Kecenderungan Status Gizi


Adalah (N/D x 100%) yaitu jumlah balita yang naik berat badannya
dibandingkan dengan jumlah seluruh balita yang ditimbang. Target
kecenderungan status gizi di kelurahan Pejaten Barat I adalah 80%.
Berdasarkan tabel di atas, didapatkan bahwa tingkat kecenderungan status
gizi pada bulan Juni – Agustus 2017 adalah 48%, 48,6% dan 44,6% yang
artinya masih jauh dari target sasaran peningkatan gizi dan diperlukan
evaluasi lebih lanjut karena idealnya semua balita yang ditimbang
mengalami peningkatan berat badan.

3. Tingkat Liputan Program


Yaitu jumlah balita yang mempunyai KMS dibagi dengan jumlah seluruh
balita yang ada di wilayah Posyandu atau dengan menggunakan rumus
(K/S x 100%). Target tingkat liputan program di kelurahan Pejaten Barat I
adalah 100%. Berdasarkan tabel di atas, didapatkan bahwa tingkat liputan
program di wilayah kelurahan Pejaten Barat I sudah mencapai target dan
harus dipertahankan dimana pencapaian di bulan Juni 2017 hingga
Agustus 2017 adalah 100%.

4. Kesinambungan Program
Yaitu jumlah balita yang ditimbang dibagi dengan jumlah balita yang
memiliki KMS di wilayah posyandu atau dengan menggunakan rumus
(D/K x 100%). Target kesinambungan program di wilayah kelurahan
Pejaten Barat I adalah 70%. Berdasarkan tabel di atas, didapatkan bahwa
tingkat kesinambungan program pada 3 bulan tersebut mencapai target.
Hal ini perlu dievaluasi dan tetap dipertahankan agar tidak terjadi
penurunan partisipasi masyarakat dalam penimbangan balita di bulan-
bulan berikutnya.

5. Indikator lainnya adalah Indikator Drop Out yaitu balita yang sudah
mempunyai KMS dan pernah datang menimbang berat badannya tetapi
kemudian tidak pernah datang lagi di posyandu untuk selalu mendapatkan
pelayanan kesehatan. Rumusnya adalah jumlah balita yang telah mendapat
KMS dikurangi dengan jumlah balita ditimbang hasilnya dibagi dengan
balita yang punya KMS yaitu (K-D)/ K x 100 %. Pada wilayah kelurahan
Pejaten Barat I didapatkan presentase drop out pada bulan Juni - Agustus
2017 adalah 20.4 %, 19.9 %, 17.4 %. Hal ini menandakan para kader dan
petugas kesehatan di wilayah tersebut perlu menghimbau kepada warga
untuk datang secara rutin ke Posyandu untuk menimbang berat badan
anaknya agar dapat di evaluasi dari waktu ke waktu.

6. Indikator lainnya dalam SKDN adalah indikator perbandingan jumlah


balita yang status gizinya berada di Bawah Garis Merah (BGM) dibagi
dengan banyaknya jumlah balita yang ditimbang pada bulan penimbangan
(D), rumusnya adalah (BGM/D x 100%). Dari hasil perhitungan
didapatkan jumlah balita yang berada yang berada di bawah garis merah
pada bulan Juni - Agustus 2017 sebanyak 0.01 %, 0.01 %, 0.01 %. Kondisi
ini harus selalu dievaluasi agar tidak terjadi peningkatan jumlah balita
BGM di setiap bulannya.
KESIMPULAN

Berdasarkan penyelenggaraan Posyandu Balita pada Puskesmas Kelurahan


Pejaten Barat I pada bulan Juni - Agustus 2017 didapatkan hasil dari keenam
indikator SKDN. Tingkat partisipasi masyarakat dalam penimbangan balita sudah
mencapai target >80%. Jumlah balita yang berat badannya naik setelah ditimbang
di Posyandu (Kecenderungan Status Gizi) masih perlu dievaluasi karena dalam
tiga bulan terakhir belum mencapai target (<80%). Jumlah balita yang memiliki
KMS (Kartu Menuju Sehat) adalah 100% yang menunjukkan bahwa sudah
mencapai target dan harus dipertahankan.
Pada Kesinambungan program Posyandu sudah mencapai target >70%.
Tingkat drop out balita atau balita yang tidak menimbang pada bulan berikutnya
mengalami penurunan dari satu bulan ke bulan berikutnya. Bayi dengan KMS
berada di bawah garis merah (BGM) berjumlah 0.01 % pada bulan Juni – Agustus
2017 sehingga harus selalu dievaluasi agar tidak terjadi peningkatan jumlah balita
BGM di setiap bulannya.

Вам также может понравиться