Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
TINJAUAN PUSTAKA
Areola adalah daerah berwarna gelap yang mengelilingi puting susu. Pada areola terdapat
kelenjar-kelenjar kecil yang disebut kelenjar Montgomery, menghasilkan cairan berminyak
untuk menjaga kesehatan kulit disekitar areola.(1)
2.1.2 Alveoli
Alveoli adalah kantong penghasil ASI yang berjumlah jutaan. Hormon prolaktin
mempengaruhi sel alveoli untuk menghasilkan ASI.⁽¹⁾
Duktus laktiferus merupakan saluran kecil yang yang berfungsi menyalurkan ASI dari
alveoli ke sinus laktiferus (dari pabrik ASI ke gudang ASI).⁽¹⁾
Sinus laktiferus merupakan saluran ASI yang melebar dan membentuk kantung di sekitar
areola yang berfungsi untuk menyimpan ASI.⁽¹⁾
Jaringan lemak di sekeliling alveoli dan duktus laktiferus yang menentukan besar kecilnya
ukuran payudara. Payudara kecil atau besar mempunyai alveoli dan sinus laktiferus yang sama,
sehingga dapat menghasilkan ASI sama banyak. Di sekeliling alveoli juga terdapat otot polos,
yang akan berkontraksi dan memeras keluar ASI. Keberadaan hormon oksitosin menyebabkan
otot tersebut berkontraksi.⁽¹⁾
Gambar 2.1 Anatomi payudara⁽²⁾
Setiap kali bayi menghisap payudara akan merangsang ujung saraf sensoris disekitar
payudara sehingga merangsang kelenjar hipofisis bagian depan untuk menghasilkan prolaktin.
Prolaktin akan masuk ke peredaran darah kemudian ke payudara menyebabkan sel sekretori di
alveolus (pabrik ASI) menghasilkan ASI.
Prolaktin akan berada di peredaran darah selama 30 menit setelah dihisap, sehingga
prolaktin dapat merangsang payudara menghasilkan ASI untuk minum berikutnya. Sedangkan
untuk minum yang sekarang, bayi mengambil ASI yang sudah ada.
Makin banyak ASI yang dikeluarkan dari gudang ASI (sinus laktiferus), makin banyak
produksi ASI. Dengan kata lain, makin sering bayi menyusui makin banyak ASI diproduksi.
Sebaliknya, makin jarang bayi menghisap, makin sedikit payudara menghasilkan ASI. Jika bayi
berhenti menghisap maka payudara akan berhenti menghasilkan ASI.
Prolaktin umumnya dihasilkan pada malam hari, sehingga menyusui pada malam hari
dapat membantu mempertahankan produksi ASI. Hormon prolaktin juga akan menekan ovulasi
(fungsi indung telur untuk menghasilkan sel telur), sehingga menyusui secara eksklusif akan
memperlambat kembalinya fungsi kesuburan dan haid. Oleh karena itu, menyusui pada malam
hari penting untuk tujuan menunda kehamilan.⁽¹⁾
Gambar 2.2 Prolaktin.
2.2.1 Air susu ibu dan refleks oksitosin (Love reflex, Let Down Reflex)
Hormon oksitosin diproduksi oleh bagian belakang kelenjar hipofisis. Hormon tersebut
dihasilkan bila ujung saraf disekitar payudara dirangsang oleh isapan. Oksitosin akan dialirkan
melalui darah menuju ke payudara yang akan merangsang kontraksi otot di sekeliling alveoli
(pabrik ASI) dan memeras ASI keluar dari pabrik ke gudang ASI. Hanya ASI di dalam gudang
ASI yang dapat dikeluarkan oleh bayi dan atau ibunya.
Oksitosin dibentuk lebih cepat dibanding prolaktin. Keadaan ini menyebabkan ASI di
payudara akan mengalir untuk dihisap. Oksitosin sudah mulai bekerja saat ibu berkeinginan
menyusui (sebelum bayi menghisap). Jika refleks oksitosin tidak bekerja dengan baik, maka bayi
mengalami kesulitan untuk mendapatkan ASI. Payudara seolah-olah telah berhenti memproduksi
ASI, padahal payudara tetap menghasilkan ASI namun tidak mengalir keluar.
2.3.1 Definisi
ASI (Air Susu Ibu) adalah suatu jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur kebutuhan
bayi baik fisik, psikologi,sosial maupun spiritual. ASI mengandung nutrisi, hormon, unsur
kekebalan tubuh, serta anti inflamasi. Nutrisi dalam ASI mencakup hampir 200 zat makanan.(5)
ASI adalah suatu cairan tanpa tanding ciptaan Allah yang memenuhi kebutuhan gizi bayi
dan melindunginya dalam melawan kemungkinan serangan penyakit. Keseimbangan zat-zat
dalam ASI berada dalam tingkat terbaik dan air susunya memiliki bentuk paling baik bagi tubuh
bayi yang masih muda. Pada saat yang sama ASI juga sangat kaya akan sari-sari makanan yang
mempercepat pertumbuhan sel-sel otak dan pertumbuhan sistem saraf.(5)
2.3.2.2 Air susu masa peralihan / masa transisi / susu awal / foremilk
ASI ini diproduksi pada hari ke-4 sampai hari ke-10 komposisi protein semakin rendah,
sedangkan lemak dan hidrat arang semakin tinggi serta jumlah volume ASI semakin meningkat.
Hal ini merupakan pemenuhan aktivitas bayi yang semakin aktif karena bayi sudah beradaptasi
terhadap lingkungan.(2)
Warna ASI ini lebih bening dibanding kolostrum dan susu akhir. Apabila bayi
memperoleh susu awal lebih banyak maka semua kebutuhan akhir akan terpenuhi, bayi tidak
memerlukan air minum selain ASI sebelum berusia 6 bulan, walaupun tinggal di daerah yang
beriklim panas. Jika bayi haus diberi tambahan air minum maka bayi akan kurang memperoleh
ASI.(2)
Komposisi ASI antara lain 88,1% mengandung air, 3,8% lemak, 0,9% protein, 7,0%
laktosa, dan zat gizi lain 0,2%. Salah satu fungsi utama air adalah untuk mengeluarkan kelebihan
bahan-bahan larut melalui air seni. Zat-zat yang dapat larut (misalnya sodium, potasium,
nitrogen, dan klorida) disebut sebagai bahan-bahan larut. Ginjal bayi yang pertumbuhannya
belum sempurna hingga usia tiga bulan, mampu mengeluarkan kelebihan bahan larut lewat air
seni untuk menjaga keseimbangan kimiawi di dalam tubuhnya. Oleh karena ASI mengandung
sedikit bahan larut, maka bayi tidak membutuhkan air sebanyak anak-anak atau orang dewasa. (2)
Vitamin
Mineral
Kalsium (mg)
39 1,5 130
Klorin (mg)
85 35 108
Tembaga (mg) 40 40 14
Zat besi (ferrum) 70 40 70
(mg)
Magnesium (mg) 4 100 12
Fosfor (mg) 14 4 1120
Potassium (mg) 74 15 145
Sodium (mg) 48 57 58
Sulfur (mg) 22 15 3
Perbandingan komposisi kolostrum, ASI dan susu sapi dapat dilihat pada (Tabel 2.3.4).
Dimana susu sapi mengandung sekitar tiga kali lebih banyak protein daripada ASI. Sebagian
besar dari protein tersebut adalah kasein, dan sisanya berupa protein whey yang larut. Kandungan
kasein dalam susu sapi yang tinggi akan membentuk gumpalan yang relatif keras dalam lambung
bayi, sedangkan ASI walaupun mengandung lebih sedikit total protein, namun bagian protein
“whey”nya lebih banyak, sehingga akan membentuk gumpalan yang lunak dan lebih mudah
dicerna serta diserap oleh usus bayi. Laktosa (gula susu) merupakan satu-satunya karbohidrat
yang terdapat dalam air susu murni. Jumlahnya dalam ASI tak terlalu bervariasi dan terdapat lebih
banyak dibandingkan dengan susu sapi. Disamping fungsinya sebagai sumber energi, juga
didalam usus sebagian laktosa akan diubah menjadi asam laktat. Didalam usus asam laktat
tersebut membantu mencegah pertumbuhan bakteri yang tidak diinginkan dan juga membantu
penyerapan kalsium serta mineral-mineral lain. (2)
Tabel 2.3.4 Kandungan ASI, Susu Sapi dan Susu Formula
Anak-anak di Finlandia yang mendapatkan ASI lebih lama memiliki resiko lebih
rendah untuk terkena penyakit atopik, eksim, alergi makanan dan gangguan
pernafasan karena alergi. Pada usia 17 tahun, resiko gangguan pernafasan karena
alergi pada mereka yang tidak mendapatkan ASI (atau mendapat ASI dalam jangka
waktu pendek) adalah 65%, sementara pada mereka yang disusui lebih lama hanya
42% (Saarinen UM, 1995).
Bayi yang memiliki riwayat asma/gangguan pernafasan karena memiliki riwayat
alergi dari keluarganya, diteliti untuk penyakit dermatitis atopik dalam tahun pertama
kehidupannya. Menyusui eksklusif selama tiga bulan pertama diakui dapat
melindungi bayi dari penyakit dermatitis (Kerkhof M, 2003).
Pengaruh dari konsumsi harian ibu akan vitamin C dan E pada komposisi anti-
oksidan di ASI sebagai zat yang melindungi bayi dari kemungkinan terkena penyakit
atopik diteliti. Makanan yang dikonsumsi oleh ibu yang menderita penyakit atopik
dipantau selama 4 hari, kemudian diambil sampel ASI dari ibu yang memiliki bayi
dengan usia 1 bulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi vitamin C
sehari-hari pada makanan ibu dapat meningkatkan kadar vitamin C pada ASI.
Semakin tinggi kadar vitamin C pada ASI dapat menurunkan risiko terkena penyakit
atopik pada bayi (Hoppu U, 2005).
Gambar 2.3.9.1 Pengurutan buah dada dari tengah ke samping kemudian ke bawah. (3)
Gambar 2.3.9.2 Pengurutan buah dada berputar dari tengah ke samping kemudian ke
bawah. (3)
Gambar 2.3.9.3 Pengurutan buah dada berputar dari tengah ke samping kemudian ke
bawah. (3)
Saat seorang wanita hamil terjadi perubahan-perubahan pada tubuh yang memang secara
alamiah dipersiapkan utk menyambut datang si buah hati. Perubahan-perubahan itu antara lain
berat badan bertambah perubahan pada kulit perubahan pada payudara, dll. (3)
Perawatan payudara sangat penting dilakukan selama hamil sampai masa menyusui. Hal
ini karena payudara merupakan satu-satu penghasil ASI yang merupakan makanan pokok bayi
yang baru lahir sehingga harus dilakukan sedini mungkin. Inilah karunia Allah yg sangat besar
kepada kaum wanita di mana ASI merupakan makanan paling cocok bagi bayi komposisi paling
lengkap dan tidak bisa ditandingi susu formula buatan manusia. (3)
Perawatan payudara selama hamil memiliki banyak manfaat antara lain:
1. Menjaga kebersihan payudara terutama kebersihan puting susu.
2. Melenturkan dan menguatkan puting susu sehingga memudahkan bayi untuk menyusu.
3. Merangsang kelenjar-kelenjar air susu sehingga produksi ASI banyak dan lancar.
4. Dapat mendeteksi kelainan-kelainan payudara secara dini dan melakukan upaya untuk
mengatasinya.
5. Mempersiapkan mental ibu untuk menyusui. (3)
Bila seorang ibu hamil tidak melakukan perawatan payudara dengan baik dan hanya
melakukan perawatan menjelang melahirkan atau setelah melahirkan maka sering dijumpai
kasus-kasus yg akan merugikan ibu dan bayi. Kasus-kasus yg sering terjadi antara lain:
1. ASI tidak keluar. Inilah yg sering terjadi. Baru keluar setelah hari kedua atau lebih.
2. Puting susu tidak menonjol sehingga bayi sulit menghisap.
3. Produksi ASI sedikit sehingga tidak cukup dikonsumsi bayi.
4. Infeksi pada payudara payudara bengkak atau bernanah.
5. Muncul benjolan di payudara, dll. (3)
Tabel 2.3.11 Lima Urutan Perilaku Bayi Saat Menyusu Pertama Kali
Gambar 2.3.12.1 (1) Posisi menyusui sambil berdiri yang benar (Perinasia, 1994)
Gambar 2.3.12.1 (2) Posisi menyusui sambil duduk yang benar (Perinasia, 1994)
Gambar 2.3.12.1 (3) Posisi menyusui sambil rebahan yang benar (Perinasia, 1994)
2.3.12.2 Posisi mulut bayi dan puting susu ibu
1) Payudara dipegang dengan ibu jari diatas dan jari yang lain menopang dibawah (bentuk
C) atau dengan menjepit payudara dengan jari telunjuk dan jari tengah (bentuk gunting),
di belakang areola (kalang payudara).
2) Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (rooting reflex) dengan cara:
(1) Menyentuh pipi dengan puting susu.
(2) Menyentuh sisi mulut putting
3) Tunggu sampai bayi bereaksi dengan membuka mulutnya lebar dan lidah ke bawah.
4) Dengan cepat dekatkan bayi ke payudara ibu dengan cara menekan bahu belakang bayi
bukan bagian belakang kepala.
5) Posisikan putting susu diatas bibir atas bayi dan berhadap-hadapan dengan hidung bayi.
6) Kemudian masukkan putting susu ibu menelusuri langit-langit mulut bayi.
7) Usahakan sebagian besar areola (kalang payudara) masuk ke mulut bayi, sehingga putting
susu berada diantara pertemuan langit-langit yang keras (palatum durum) dan langit-
langit yang lunak (palatum molle).
8) Lidah bayi akan menekan dinding bawah payudara dengan gerakan memerah sehingga
ASI akan keluar dari sinus latiferus yang terletak dibawah kalang payudara.
9) Setelah bayi menyusu atau menghisap payudara dengan baik, payudara tidak perlu
dipegang atau disangga lagi.
10) Beberapa ibu sering meletakkan jarinya pada payudara dengan hidung bayi dengan
maksud untuk memudahkan bayi bernafas. Hal ini tidak perlu karena hidung bayi telah
dijauhkan dari payudara dengan cara menekan pantat bayi dengan lengan ibu.
11) Dianjurkan tangan ibu yang bebas dipergunakan untuk mengelus-elus bayi. (3)
Gambar 2.3.15 (1) Menyendawakan dengan meletakkan bayi pada bahu ibu (Depkes,
2005)
Gambar 2.3.15 (2) Menyendawakan dengan meletakkan bayi tengkurap pada pangkuan
ibu (Depkes,2005)
2.3.16 Cara mengosongkan payudara
Menurut Depkes, 2005 langkah-langkah mengosongkan payudara adalah sebagai berikut:
1. Mengosongkan payudara secara manual (dengan tangan)
2. Menyiapkan perlengkapan untuk mengeluarkan ASI
1) Sediakan cangkir, gelas dengan mulut culup lebar.
2) Cuci cangkir, gelas dengan air dan sabun dan keringkan.
3) Rendam cangkir, gelas pada air mendidih.
4) Apabila akan mengeluarkan ASI baru cangkir, gelas diangkat dari air.
3. Mengeluarkan ASI
1) Cuci tangan ibu sehinga bersih.
2) Duduk dengan santai dan pegang mangkok dekat payudara ibu.
3) Letakkan jari jempol diatas areola di bawah puting pada bagian berlawanan.
4) Tekan jempol dan ibu jari ke arah pangkal payudara.
5) Tekan bagian areola di sekitar puting, tekan dan lepas, tekan dan lepas.
6) Ubah posisi jari-jari pada areola dan tekan dengan cara yang sama.
7) Keluarkan ASI dari payudara yang satu selama sekurang-kurangnya 3-5 menit sampai
ASI berkurang, kemudian ulangi pada payudara lainnya.
8) Jangan menekan pada putting, karena tidak akan mengeluarkan ASI Pengeluaran ASI
memakan waktu 20-30 menit.(3)
Keunggulan ASI sebagai nutrisi bayi telah banyak dipelajari dan dibuktikan oleh para
peneliti sehingga Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan ASI eksklusif untuk
bayi sampai berumur 6 bulan dan kemudian dilanjutkan bersama makanan pendamping ASI
sampai bayi berumur 2 tahun atau lebih. Meskipun demikian angka menyusui eksklusif di
Indonesia menurut Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 baru
mencapai 32% dan pula, bayi yang dilahirkan di fasilitas kesehatan cenderung diberi susu
formula.
Bab ini akan mengemukakan alasan medis yang dapat diterima untuk memberi susu
formula pada bayi baru lahir yaitu beberapa situasi khusus dimana ASI memang tidak boleh
diberikan, atau susu formula diperlukan sementara atau diperlukan tambahan susu
formula disamping pemberian ASI. Namun sekali lagi, setiap keputusan pemberian susu formula
terutama pada neonatus sampai usia 6 bulan, perlu dipertimbangkan keuntungannya
dibandingkan dengan kerugian yang mungkin timbul dikemudian hari.
2.5.1Kondisi bayi
Pada beberapa kelainan metabolik / genetik, tubuh tidak mempunyai enzim tertentu untuk
mencerna salah satu komponen dalam susu, baik susu manusia maupun hewan sehingga bayi
tidak boleh menyusu. Bayi tersebut memerlukan formula khusus yang disesuaikan dengan
kebutuhannya dan memerlukan penanganan komprehensif antara dokter anak, ahli penyakit
endokrin, metabolik, dan gizi. Di banyak negara maju, uji penapisan untuk jenis kelainan
metabolik dilakukan segera setelah bayi lahir .
Bayi kurang bulan memerlukan kalori, lemak dan protein lebih banyak dari bayi cukup
bulan agar dapat menyamai pertumbuhannya dalam kandungan. ASI bayi prematur mengandung
kalori, protein dan lemak lebih tinggi dari ASI bayi matur, tetapi masalahnya adalah ASI
prematur berubah menjadi ASI matur setelah 3 -4 minggu. Jadi untuk BKB kurang dari 34
minggu setelah 3 minggu kebutuhan tidak terpenuhi lagi.
Volume lambung BKB kecil dan motilitas saluran cerna lambat sehingga asupan ASI
tidak optimal. Untuk merangsang produksi ASI, diperlukan isapan yang baik dan pengosongan
payudara. Refleks mengisap bayi prematur kurang / belum ada, akibatnya produksi ASI sangat
tergantung pada kesanggupan ibu memerah.
Beberapa penelitian klasik antara lain oleh Lucas dan Schanler telah membuktikan
manfaat ASI pada bayi prematur, akan mengurangi hari rawat, menurunkan insidensi
enterokolitis nekrotikans (EKN) dan menurunkan kejadian sepsis lanjut, hal hal yang sangat
bermakna untuk perawatan BKB kecil di Indonesia. Sehingga perlu diusahakan memberi
kolostrum (perah) terutama pada perawatan bayi di hari hari pertama.
Untuk mengatasi masalah nutrisi selanjutnya, setelah ASI prematur berubah menjadi ASI
matur dianjurkan penambahan penguat ASI (HMF atau human milk fortifier, saat ini belum
tersedia secara meluas di Indonesia). Penguat ASI adalah suatu produk komersial berisi
karbohidrat, protein dan mineral yang sangat dibutuhkan bayi kurang bulan. HMF yang
proteinnya berasal dari susu sapi, biasanya dicampurkan dalam air susu ibu bayi sendiri . Bila
tidak tersedia penguat ASI, pemberian susu prematur dapat dibenarkan terutama untuk bayi
prematur yang lahir dengan usia kehamilan kurang dari 32 minggu atau berat lahir kurang dari
1500 gram. Apabila terdapat alergi terhadap susu sapi sebaiknya susu formula yang diberikan
adalah susu formula yang telah dihidrolisis sempurna. Schanler menemukan pemberian HMF
pada ASI donor kurang bermanfaat mungkin karena prosedur pemanasan yang harus dilalui.
Selanjutnya, bila bayi sudah stabil, susu prematur dapat diberikan dengan Alat Bantu Laktasi
(Lact Aid / Suplementer) untuk melatih bayi belajar mengisap.⁽¹⁾
Masih banyak ibu yang memberi tambahan susu formula pada bayinya yang cukup bulan
dan sehat karena merasa ASInya belum keluar atau kurang. Salah satu penyebab adalah
kurangnya informasi bahwa memberi susu formula terutama pada hari hari pertama kelahiran
mungkin mengganggu produksi ASI, bonding, dan dapat menghambat suksesnya menyusui
dikemudian hari. Bayi yang diberi formula akan kenyang dan cenderung malas untuk menyusu
sehingga pengosongan payudara menjadi tidak baik. Akibatnya payudara menjadi bengkak
sehingga ibu kesakitan, dan akhirnya produksi ASI memang betul menjadi kurang. Belum lagi
akibat pemberian susu formula, masalah medis lain yang mungkin timbul adalah perubahan flora
usus, terpapar antigen dan kemungkinan meningkatnya sensitivitas bayi terhadap susu formula
(alergi) dan bayi kurang mendapat perlindungan kekebalan dari kolostrum yang keluar justru di
hari hari pertama kelahiran
Bagi ibu yang melahirkan di fasilitas kesehatan, peraturan rumah bersalin / rumah sakit
serta sikap dan dukungan petugas kesehatan sangat mempengaruhi keberhasilan mereka
menyusui di kemudian hari. Apabila secara rutin diberikan informasi dan motivasi kepada ibu
hamil, diberi kesempatan untuk inisiasi menyusu dini, kemudian didukung dan dibantu
mempraktekkan teknik menyusui yang benar selama ibu dirawat, kemungkinan ibu akan berhasil
menyusui eksklusif sehingga tambahan pengganti ASI tidak diperlukan .
a) Bayi yang berisiko hipoglikemia dengan gula darah yang tidak meningkat meskipun telah
disusui dengan baik tanpa jadwal atau diberi tambahan ASI perah. Risiko hipoglikemi dapat
terjadi pada bayi kecil untuk masa kehamilan, pasca stress iskemik intrapartum, dan bayi dari ibu
dengan diabetes mellitus terutama yang tidak terkontrol. Tata laksana yang dianjurkan adalah:
segera setelah lahir bayi disusui tanpa jadwal, dan jaga kontak kulit dengan ibu agar tidak
hipotermi (untuk mengatasi hipotermi bayi memerlukan banyak energi)
gula darah plasma hanya diukur bila ada risiko atau ada gejala hipoglikemia dan
sebaiknya diukur sebelum minum / umur bayi 4-6 jam.
dibenarkan memberi suplemen ASI perah atau susu formula bila gula darah < 2.6 mmol
(40 mg/dl) dan diulang 1 jam setelah minum ASI. mencukupi, penambahan susu formula
dikurangi dan akhirnya dihentikan.
bila gula darah tetap tidak meningkat ikuti tata laksana penanganan hipoglikemi sesuai
panduan rumah sakit.
b) Bayi yang secara klinis menunjukkan gejala dehidrasi (turgor/ tonus kurang, frekuensi urin <
4x setelah hari ke-2, buang air besar lambat keluar atau masih berupa mekonium setelah umur
bayi > 5 hari).
c) Berat bayi turun 8 – 10% terutama bila laktogenesis pada ibu lambat.
d) Hiperbilirubinemia pada hari-hari pertama, bila diduga produksi ASI belum banyak atau bayi
belum bisa menyusu efektif
Kuning karena ASI (breastmilk jaundice), bila bilirubin melebihi 20 – 25 mg/dL pada bayi
sehat. Anjuran untuk membantu diagnosis dengan menghentikan ASI 1-2 hari sambil sementara
diberi susu formula. Bila bilirubin terbukti menurun, ASI dimulai kembali.
e) Lain-lain: bayi terpisah dari ibu, bayi dengan kelainan kongenital yang sukar menyusu
langsung (sumbing, kelainan genetik). Dapat kita simpulkan, bahwa pada kasus-kasus di atas
suplemen susu formula hanya diberikan sampai masalah teratasi sambil bayi terus disusui.
Setelah itu ibu dan bayinya harus dibantu dan didukung agar bayi tetap mendapat ASI eksklusif.
Catatan:
1. Pengganti ASI diberikan memakai sendok, cangkir ataupun selang orogastrik. Sementara
itu ibu dianjurkan sering-sering menyusui dan memerah payudara (4-5x sehari).
2. Pemeriksaan kadar gula darah jam-jam pertama kelahiran tidak diperlukan pada bayi
cukup bulan sehat.
Insufisiensi kelenjar mammae primer: dicurigai bila payudara tidak membesar tiap
menstruasi / ketika hamil dan produksi ASI memang minimal.
Pasca operasi payudara yang merusak kelenjar atau saluran ASI
Rasa sakit yang hebat ketika menyusui yang tidak teratasi oleh intervensi seperti
perbaikan pelekatan, kompres hangat maupun obat.
Kesimpulan
Kecuali pada keadaan khusus, bayi cukup bulan sehat tidak memerlukan tambahan susu
formula asalkan bayi diberi kesempatan untuk segera menyusu dan tidak dipisahkan dari ibunya.
Bila dianggap perlu, harus diingat bahwa tujuan pemberian tambahan susu formula
adalah memberi nutrisi bayi sementara masalah diatasi.
Proses menyusui dan menyusu antara ibu dan bayi perlu dinilai oleh seseorang yang
memahami manajemen laktasi dan bila perlu berikan intervensi.
Di rumah sakit, sebaiknya ada informed consent bila hendak memberi tambahan susu formula.
Alasan pemberian, jumlah, cara pemberian dan jenis formula harus ditulis lengkap dan jelas.
PROFIL PUSKESMAS
2.1. DATA UMUM
2.1.1. Geografis
3. Pekarangan : 604 Ha
5. Hutan : 374,400 Ha
6.Makam : 19,350 Ha
DISTRIBUSI LUAS LAHAN PENDUDUK
PUSKESMAS WONOMERTO-TAHUN 2008
2500
Saw ah Tehnis
2000
Tegalan
Pekarangan
lUAS LAHAN
Thousands
1500
Hutan
Saw ah Td Hujan
1000 Perkebunan
Kuburan
Lain-lain
500
0
Jenis Lahan
Dari gambaran grafik diatas menunjukan bahwa masyarakat Wonomerto masih sangat
mengandalkan dari kehidupan agraris ( bertani atau berladang ). Namun dari gambaran
Tanah tegalan merupakan bagian terbesar dari wilayah Wonomerto, memberikan asumsi
di wilayah ini merupakan wilayah yang tergolong sulit dalam hal pemenuhan air.
5. Jrebeng 1,5 km
6. Wonorejo 5 km
7. Tunggak crème 3 km
Antar desa dihubungkan dengan jalan yang bervariasi, lebih kurang 75 % berupa jalan
aspal tapi kondisi jalan aspal banyak yang sudah rusak, 20 % berupa jalan dengan
pengerasan (makadam) dan 5 % berupa jalan tanah biasa. Dengan kondisi jalan seperti di
atas serta sulitnya alat transportasi umum yang dapat menembus Desa kecuali Ojek
(kendaraan roda dua) , hal ini sangat mempengaruhi kesadaran mengobatkan diri
masyarakat terhadap fasilitas kesehatan, ataupun prosedur rujukan yang seharusnya
dilakukan masyarakat.
Tentunya hal ini sangat menunjang keberhasilan dari program yang dilaksanakan, tanpa
peran serta aktif aparat desa sulit mengharapkan hasil yang optimal.
2.1.2. DEMOGRAFI
6000
PENCAPAIAN ( JML )
5000
4000
3000
2000
1000
0
S.gembol Patal P.Ngisor P.Tengah Jreng Tunggkl Wonor P.Lor S.Kare K.Kidul K.Supit
L 3053 2468 916 1460 1622 1441 1820 1798 2562 1015 1208
P 3172 2496 1034 1626 1581 1539 2008 1806 2862 1123 1233
Total 6225 4964 1950 3086 3203 2980 3828 3604 5424 2138 2441
Dari hasil grafik jumlah penduduk diatas bahwa jumlah penduduk untuk
Kecamatan Wonomerto komposisinya lebih banyak jumlah Wanita (51,40 % ) daripada
Laki-Laki ( 48,60 % )
(2.3%) Tani
(1.9%)
(0.9%) Buruh Tani
(0.5%)
(0.4%) (19.6%)
(0.3%)
(0.1%)
(0.0%)
(0.1%) Pedagang
Br Industri
Jasa Angkutan
Br Penggalian
Jasa Bangunan
PNS
Pensiunan
Pengrajin
ABRI
Lain-lain
(58.8%)
10000
9000
8000
Pencapaian ( Jml )
7000
6000
5000
4000
3000
2000
1000
0
1-4. 5-9. 10-24. 25-34. 35-39. 40-44. 45-54. 55-59. 60-64. >65.
L 1780 1603 4727 2995 1685 1474 2479 889 718 1013
P 3787 1698 4767 3315 1695 1543 2545 861 807 1542
TOTAL 5567 3301 9494 6310 3380 3017 5024 1750 1525 2555
2013 2014
1. Dokter Umum 1 1
2. Apoteker 1 1
3. Dokter Gigi 1 1
4. Bidan Induk 4 9
7. Perawat Gigi 0 0
Jaga Malam/Kebersihan
Total 58 63
GEDUNG
Puskesmas Induk/UGD
1. 1 Rawat Jalan
Rawat Inap
2. 13 TT
Puskesmas Pembantu
3. 3 1 Rusak sedang
Polindes/Ponkesdes
4 3/4
TRANSPORTASI
Puskesmas Keliling
1. Kendaran bermotor roda 2 2
2. Sepeda Roda dua 9
SIK (Komputer)
3. 7
Laptop
4. 6
LCD
5. 4
6. 1
TOT AL
1. Sp Gembol 4 20 20 ( 100 % ) 0
2.
Patalan 4 20 20 ( 100 % ) 0
3.
PS Ngisor 3 15 15 ( 100 % ) 0
4.
5. PS Tengah 3 15 15 ( 100 % ) 0
6. Jrebeng 3 15 15 ( 100 % ) 0
8. Wonorejo 4 20 20 ( 100 % ) 0
9. PS Lor 4 20 20 (100 % ) 0
Dari data diatas menunjukan bahwa sudah baik tentang peran serta masyarakat
dalam bidang kesehatan baik dalam bentuk peran aktif kader tetapi untuk dana
sehat.masaih rendah .setelah dilakukan dengan upaya pembinaan yang telah dilaksanakan
Puskesmas baik dalam bentuk pembekalan, refresing maupun pembinaan secara langsung.
Namun disadari pula ada sisi lain yang belum optimal mendapatkan perhatian yaitu
masalah reward (imbalan) bagi tenaga kader posyandu, terutama dari pemerintahan desa
setempat.
1. Sepuh Gembol 4 0 2 2 0
2. Patalan 4 0 3 1 0
3. Poh S Ngisor 3 0 2 1 0
4. Poh S Tengah 4 0 4 0 0
5. Jrebeng 3 0 3 1 0
6. Tunggak 3 0 2 1 0
Cerme
7. 4 1 2 1 0
Wonorejo
8. 4 0 4 0 0
9. Poh S Lor 6 1 4 1 0
Kedung Supit
Jumlah 41 2 27 11 1