Вы находитесь на странице: 1из 54

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Anatomi Payudara


1.1.1 Areola

Areola adalah daerah berwarna gelap yang mengelilingi puting susu. Pada areola terdapat
kelenjar-kelenjar kecil yang disebut kelenjar Montgomery, menghasilkan cairan berminyak
untuk menjaga kesehatan kulit disekitar areola.(1)

2.1.2 Alveoli

Alveoli adalah kantong penghasil ASI yang berjumlah jutaan. Hormon prolaktin
mempengaruhi sel alveoli untuk menghasilkan ASI.⁽¹⁾

2.1.3 Duktus laktiferus

Duktus laktiferus merupakan saluran kecil yang yang berfungsi menyalurkan ASI dari
alveoli ke sinus laktiferus (dari pabrik ASI ke gudang ASI).⁽¹⁾

2.1.4 Sinus laktiferus / ampula

Sinus laktiferus merupakan saluran ASI yang melebar dan membentuk kantung di sekitar
areola yang berfungsi untuk menyimpan ASI.⁽¹⁾

2.1.5 Jaringan lemak dan penyangga

Jaringan lemak di sekeliling alveoli dan duktus laktiferus yang menentukan besar kecilnya
ukuran payudara. Payudara kecil atau besar mempunyai alveoli dan sinus laktiferus yang sama,
sehingga dapat menghasilkan ASI sama banyak. Di sekeliling alveoli juga terdapat otot polos,
yang akan berkontraksi dan memeras keluar ASI. Keberadaan hormon oksitosin menyebabkan
otot tersebut berkontraksi.⁽¹⁾
Gambar 2.1 Anatomi payudara⁽²⁾

2.2 Air Susu Ibu dan Hormon Prolaktin

Setiap kali bayi menghisap payudara akan merangsang ujung saraf sensoris disekitar
payudara sehingga merangsang kelenjar hipofisis bagian depan untuk menghasilkan prolaktin.
Prolaktin akan masuk ke peredaran darah kemudian ke payudara menyebabkan sel sekretori di
alveolus (pabrik ASI) menghasilkan ASI.

Prolaktin akan berada di peredaran darah selama 30 menit setelah dihisap, sehingga
prolaktin dapat merangsang payudara menghasilkan ASI untuk minum berikutnya. Sedangkan
untuk minum yang sekarang, bayi mengambil ASI yang sudah ada.

Makin banyak ASI yang dikeluarkan dari gudang ASI (sinus laktiferus), makin banyak
produksi ASI. Dengan kata lain, makin sering bayi menyusui makin banyak ASI diproduksi.
Sebaliknya, makin jarang bayi menghisap, makin sedikit payudara menghasilkan ASI. Jika bayi
berhenti menghisap maka payudara akan berhenti menghasilkan ASI.

Prolaktin umumnya dihasilkan pada malam hari, sehingga menyusui pada malam hari
dapat membantu mempertahankan produksi ASI. Hormon prolaktin juga akan menekan ovulasi
(fungsi indung telur untuk menghasilkan sel telur), sehingga menyusui secara eksklusif akan
memperlambat kembalinya fungsi kesuburan dan haid. Oleh karena itu, menyusui pada malam
hari penting untuk tujuan menunda kehamilan.⁽¹⁾
Gambar 2.2 Prolaktin.

2.2.1 Air susu ibu dan refleks oksitosin (Love reflex, Let Down Reflex)

Hormon oksitosin diproduksi oleh bagian belakang kelenjar hipofisis. Hormon tersebut
dihasilkan bila ujung saraf disekitar payudara dirangsang oleh isapan. Oksitosin akan dialirkan
melalui darah menuju ke payudara yang akan merangsang kontraksi otot di sekeliling alveoli
(pabrik ASI) dan memeras ASI keluar dari pabrik ke gudang ASI. Hanya ASI di dalam gudang
ASI yang dapat dikeluarkan oleh bayi dan atau ibunya.

Oksitosin dibentuk lebih cepat dibanding prolaktin. Keadaan ini menyebabkan ASI di
payudara akan mengalir untuk dihisap. Oksitosin sudah mulai bekerja saat ibu berkeinginan
menyusui (sebelum bayi menghisap). Jika refleks oksitosin tidak bekerja dengan baik, maka bayi
mengalami kesulitan untuk mendapatkan ASI. Payudara seolah-olah telah berhenti memproduksi
ASI, padahal payudara tetap menghasilkan ASI namun tidak mengalir keluar.

Efek penting oksitosin lainnya adalah menyebabkan uterus berkontraksi setelah


melahirkan. Hal ini membantu mengurangi perdarahan, walaupun kadang mengakibatkan
nyeri.⁽¹⁾

2.2.2 Keadaan yang dapat meningkatkan hormon oksitosin

Beberapa keadaan yang dianggap dapat mempengaruhi (meningkatkan) produksi hormon


oksitosin :

 Perasaan dan curahan kasih sayang terhadap bayinya.


 Celotehan atau tangisan bayi
 Dukungan ayah dalam pengasuhan bayi, seperti menggendong bayi ke ibu saat akan
disusui atau disendawakan, mengganti popok dan memandikan bayi, bermain,
mendendangkan bayi dan membantu pekerjaan rumah tangga
 Pijat bayi⁽¹⁾

2.2.3 Beberapa keadaan yang dapat mengurangi produksi hormon oksitosin

 Rasa cemas, sedih, marah, kesal, atau bingung


 Rasa cemas terhadap perubahan bentuk pada payudara dan bentuk tubuhnya,
meniggalkan bayi karena harus bekerja dan ASI tidak mencukupi kebutuhan bayi.
 Rasa sakit terutama saat menyusui⁽¹⁾

Gambar 2.2.1 Refleks oksitosin.

2.3 Air Susu Ibu (ASI)

2.3.1 Definisi
ASI (Air Susu Ibu) adalah suatu jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur kebutuhan
bayi baik fisik, psikologi,sosial maupun spiritual. ASI mengandung nutrisi, hormon, unsur
kekebalan tubuh, serta anti inflamasi. Nutrisi dalam ASI mencakup hampir 200 zat makanan.(5)
ASI adalah suatu cairan tanpa tanding ciptaan Allah yang memenuhi kebutuhan gizi bayi
dan melindunginya dalam melawan kemungkinan serangan penyakit. Keseimbangan zat-zat
dalam ASI berada dalam tingkat terbaik dan air susunya memiliki bentuk paling baik bagi tubuh
bayi yang masih muda. Pada saat yang sama ASI juga sangat kaya akan sari-sari makanan yang
mempercepat pertumbuhan sel-sel otak dan pertumbuhan sistem saraf.(5)

2.3.2 Klasifikasi ASI


2.3.2.1 Kolostrum
Adalah ASI khusus berwarna kekuningan, agak kental dan diproduksi dari hari pertama
sampai hari keempat setelah persalinan. Volumenya 150 sampai 300 ml per hari. Kolostrum
berwarna kuning keemasan disebabkan tingginya komposisi lemak dan sel-sel hidup. Kolostrum
merupakan pencahar (pembersih usus bayi) yang membersihkan mekonium sehingga mukosa
usus bayi yang baru lahir segera bersih dan siap menerima ASI. Hal ini menyebabkan bayi yang
mendapat ASI kepada minggu pertama sering defekasi dan feses berwarna hitam. Kolostrum
lebih banyak mengandung protein dibanding ASI mature, perbedaan dengan ASI mature dimana
protein yang utama adalah kasein, di dalam kolostrum yang utama “globulin”, sehingga dapat
memberikan daya perlindungan tubuh terhadap infeksi.(5)
Kandungan kolostrum:
 Kaya antibody : melindungi terhadap infeksi dan alergi.
 Banyak sel darah putih : melindungi terhadap infeksi.
 Pencahar : membersihkan mekonium, membantu bayi kuning atau ikterus.
 Faktor-faktor pertumbuhan : membantu usus berkembang lebih matang mencegah
alergi dan keadaan tidak tahan (intoleransi).
 Kaya vitamin A : mengurangi keparahan infeksi, mencegah penyakit mata.(5)

2.3.2.2 Air susu masa peralihan / masa transisi / susu awal / foremilk
ASI ini diproduksi pada hari ke-4 sampai hari ke-10 komposisi protein semakin rendah,
sedangkan lemak dan hidrat arang semakin tinggi serta jumlah volume ASI semakin meningkat.
Hal ini merupakan pemenuhan aktivitas bayi yang semakin aktif karena bayi sudah beradaptasi
terhadap lingkungan.(2)
Warna ASI ini lebih bening dibanding kolostrum dan susu akhir. Apabila bayi
memperoleh susu awal lebih banyak maka semua kebutuhan akhir akan terpenuhi, bayi tidak
memerlukan air minum selain ASI sebelum berusia 6 bulan, walaupun tinggal di daerah yang
beriklim panas. Jika bayi haus diberi tambahan air minum maka bayi akan kurang memperoleh
ASI.(2)

2.3.2.3 Air susu mature / susu akhir / hindmilk


ASI yang disekresi pada hari ke-10 sampai seterusnya. ASI mature merupakan nutrisi
bayi yang terus berubah disesuaikan dengan perkembangan bayi sampai usia 6 bulan. Setelah 6
bulan bayi mulai dikenakan makanan lain selain ASI. Volumenya 300 sampai 800 ml per 24 jam.
Dalam susu mature ini terdapat anti mikrobakterial faktor, yaitu :
 Antibody terhadap bakteri dan virus
 Cell (phagocyle, granulocyle, macrophag, lymhocycle T)
 Enzim (lysozime, lactoperoxidese)
 Protein (lactoferrin, B12 Ginding Protein)
 Faktor resisten terhadap staphylococcus)
 Complement (C3 dan C4).(2)

Komposisi ASI antara lain 88,1% mengandung air, 3,8% lemak, 0,9% protein, 7,0%
laktosa, dan zat gizi lain 0,2%. Salah satu fungsi utama air adalah untuk mengeluarkan kelebihan
bahan-bahan larut melalui air seni. Zat-zat yang dapat larut (misalnya sodium, potasium,
nitrogen, dan klorida) disebut sebagai bahan-bahan larut. Ginjal bayi yang pertumbuhannya
belum sempurna hingga usia tiga bulan, mampu mengeluarkan kelebihan bahan larut lewat air
seni untuk menjaga keseimbangan kimiawi di dalam tubuhnya. Oleh karena ASI mengandung
sedikit bahan larut, maka bayi tidak membutuhkan air sebanyak anak-anak atau orang dewasa. (2)

2.3.3 Volume Produksi ASI


Pada bulan terakhir kehamilan, kelenjar-kelenjar pembuat ASI mulai menghasilkan ASI.
Apabila tidak ada kelainan, pada hari pertama sejak bayi lahir akan dapat menghasilkan 50-100
ml sehari dari jumlah ini akan terus bertambah sehingga mencapai sekitar 400-450 ml pada
waktu bayi mencapai usia minggu kedua. Jumlah tersebut dapat dicapai dengan menysui bayinya
selama 6 bulan pertama. Karena itu selama kurun waktu tersebut ASI mampu memenuhi
kebutuhan gizinya. Setelah 6 bulan volume pengeluaran air susu menjadi menurun dan sejak saat
itu kebutuhan gizi tidak lagi dapat dipenuhi oleh ASI saja dan harus mendapat makanan
tambahan. (2)
Dalam keadaan produksi ASI telah normal, volume susu terbanyak yang dapat diperoleh
adalah 5 menit pertama. Penyedotan/penghisapan oleh bayi biasanya berlangsung selama 15-25
menit. (2)
Selama beberapa bulan berikutnya bayi yang sehat akan mengkonsumsi sekitar 700-800
ml ASI setiap hari. Akan tetapi penelitian yang dilakukan pada beberapa kelompok ibu dan bayi
menunjukkan terdapatnya variasi dimana seseorang bayi dapat mengkonsumsi sampai 1 liter
selama 24 jam, meskipun kedua anak tersebut tumbuh dengan kecepatan yang sama. (2)
Konsumsi ASI selama satu kali menyusui atau jumlahnya selama sehari penuh sangat
bervariasi. Ukuran payudara tidak ada hubungannya dengan volume air susu yang diproduksi,
meskipun umumnya payudara yang berukuran sangat kecil, terutama yang ukurannya tidak
berubah selama masa kehamilan hanya memproduksi sejumlah kecil ASI. (2)
Pada ibu-ibu yang mengalami kekurangan gizi, jumlah air susunya dalam sehari sekitar
500-700 ml selama 6 bulan pertama, 400-600 ml dalam 6 bulan kedua, dan 300-500 ml dalam
tahun kedua kehidupan bayi. Penyebabnya mungkin dapat ditelusuri pada masa kehamilan
dimana jumlah pangan yang dikonsumsi ibu tidak memungkinkan untuk menyimpan cadangan
lemak dalam tubuhnya, yang akan digunakan sebagai salah satu komponen ASI dan sebagai
sumber energi selama menyusui. Akan tetapi kadang-kadang terjadi bahwa peningkatan jumlah
produksi konsumsi pangan ibu tidak selalu dapat meningkatkan produksi air susunya. Produksi
ASI dari ibu yang kekurangan gizi seringkali menurun jumlahnya dan akhirnya berhenti, dengan
akibat yang fatal bagi bayi yang masih sangat muda. Di daerah-daerah dimana ibu-ibu sangat
kekurangan gizi seringkali ditemukan “marasmus” pada bayi-bayi berumur sampai enam bulan
yang hanya diberi ASI. (2)

2.3.4 Perbedaan ASI, Susu Sapi dan Susu Formula


Berdasarkan sumber dari Food and Nutrition Boart, National Research Council
Washington tahun 1980 diperoleh perkiraan komposisi Kolostrum ASI dan susu sapi untuk setiap
100 ml seperti tertera pada tabel berikut:

Tabel 2.3.4 Komposisi Kolostrum, ASI dan Susu Sapi (2)

Zat-zat gizi Kolostrum ASI Susu sapi


Energi (K Cal) 70 65
Protein (g) 58

 Kasein/whey 2,3 0,9 3,4


 Kasein (mg) 140 1:1,5 1:1,2
 Laktamil bumil (mg) 218 187 -
 Laktofein 330 161 -
 Ig A (mg) 364 167 -

Laktosa (g) 5,3 142 -


Lemak (g) 2,9 7,3 4,8

Vitamin

 Vit A (mg) 151 4,2 3,9


 Vit B1 (mg) 1,9 75 41
 Vit B2 (mg) 30 14 43
 Asam nikotinmik 75 40 1145
(mg)
 Vit B6 (mg) - 160 82
 Asam pantotenik 183 12-15 64
 Biotin
 Asam folat 0,06 246 340
0,05 0,6 2,8
 Vit B12
0,05 0,1 13
 Vit C
5,9 0,1 0,6
 Vit D (mg) - 5 1,1
 Vit Z 1,5 0,04 0,02
 Vit K (mg) - 0,25 0,07

Mineral

 Kalsium (mg)
39 1,5 130
 Klorin (mg)
85 35 108
 Tembaga (mg) 40 40 14
 Zat besi (ferrum) 70 40 70
(mg)
 Magnesium (mg) 4 100 12
 Fosfor (mg) 14 4 1120
 Potassium (mg) 74 15 145
 Sodium (mg) 48 57 58
 Sulfur (mg) 22 15 3
Perbandingan komposisi kolostrum, ASI dan susu sapi dapat dilihat pada (Tabel 2.3.4).
Dimana susu sapi mengandung sekitar tiga kali lebih banyak protein daripada ASI. Sebagian
besar dari protein tersebut adalah kasein, dan sisanya berupa protein whey yang larut. Kandungan
kasein dalam susu sapi yang tinggi akan membentuk gumpalan yang relatif keras dalam lambung
bayi, sedangkan ASI walaupun mengandung lebih sedikit total protein, namun bagian protein
“whey”nya lebih banyak, sehingga akan membentuk gumpalan yang lunak dan lebih mudah
dicerna serta diserap oleh usus bayi. Laktosa (gula susu) merupakan satu-satunya karbohidrat
yang terdapat dalam air susu murni. Jumlahnya dalam ASI tak terlalu bervariasi dan terdapat lebih
banyak dibandingkan dengan susu sapi. Disamping fungsinya sebagai sumber energi, juga
didalam usus sebagian laktosa akan diubah menjadi asam laktat. Didalam usus asam laktat
tersebut membantu mencegah pertumbuhan bakteri yang tidak diinginkan dan juga membantu
penyerapan kalsium serta mineral-mineral lain. (2)
Tabel 2.3.4 Kandungan ASI, Susu Sapi dan Susu Formula

2.3.5 Manfaat ASI


1. ASI merupakan sumber gizi sempurna
ASI mengandung zat gizi berkualitas tinggi yang berguna untuk pertumbuhan dan
perkembangan kecerdasan bayi. Faktor pembentukan sel-sel otak terutama DHA dalam
kadar tinggi. ASI juga mengandung whey (protein utama dari susu yang berbentuk cair)
lebih banyak dari kasein (protein utama dari susu yang berbentuk gumpalan). Komposisi
ini menyebabkan ASI mudah diserap oleh bayi. (2)

2. ASI dapat meningkatkan daya tahan tubuh bayi


Bayi sudah dibekali immunoglobulin (zat kekebalan tubuh) yang didapat dari
ibunya melalui plasenta. Tapi, segera setelah bayi lahir kadar zat ini akan turun cepat
sekali. Tubuh bayi baru memproduksi immunoglobulin dalam jumlah yang cukup pada
usia 3 - 4 bulan. Saat kadar immunoglubolin bawaan menurun, sementara produksi sendiri
belum mencukupi, bisa muncul kesenjangan immunoglobulin pada bayi. Di sinilah ASI
berperan bisa menghilangkan atau setidaknya mengurangi kesenjangan yang mungkin
timbul. ASI mengandung zat kekebalan tubuh yang mampu melindungi bayi dari berbagai
penyakit infeksi bakteri, virus, dan jamur. Kolostrum (cairan pertama yang mendahului
ASI) mengandung zat immunoglobulin 10 - 17 kali lebih banyak dari ASI.(2)
3. ASI eklusif meningkatkan kecerdasan dan kemandirian anak
Fakta-fakta ilmiah membuktikan, bayi dapat tumbuh lebih sehat dan cerdas bila
diberi air susu ibu (ASI) secara eksklusif pada 4 - 6 bulan pertama kehidupannya. Di
dalam ASI terdapat beberapa nutrien untuk pertumbuhan otak bayi di antaranya taurin,
yaitu suatu bentuk zat putih telur khusus, laktosa atau hidrat arang utama dari ASI, dan
asam lemak ikatan panjang - antara lain DHA dan AA yang merupakan asam lemak utama
dari ASI. (2)
Hasil penelitian tahun 1993 terhadap 1.000 bayi prematur membuktikan, bayi-
bayi prematur yang mendapat ASI eksklusif mempunyai IQ lebih tinggi secara bermakna
yaitu 8,3 poin lebih tinggi dibanding bayi prematur yang tidak diberi ASI. Pada penelitian
Dr. Riva dkk. menunjukkan anak-anak usia 9,5 tahun yang ketika bayi mendapat ASI
eksklusif, ditemukan memiliki IQ mencapai 12,9 poin lebih tinggi dibandingkan anak-
anak yang ketika bayi tidak mendapatkan ASI. (2)

4. ASI meningkatkan jalinan kasih sayang


Jalinan kasih sayang yang baik adalah landasan terciptanya keadaan yang disebut
secure attachment. Anak yang tumbuh dalam suasana aman akan menjadi anak yang
berkepribadian tangguh, percaya diri, mandiri, peduli lingkungan dan pandai
menempatkan diri. Bayi yang mendapat ASI secara eksklusif. akan sering dalam dekapan
ibu saat menyusu, mendengar detak jantung ibu, dan gerakan pernapasan ibu yang telah
dikenalnya dan juga akan sering merasakan situasi seperti saat dalam kandungan:
terlindung, aman dan tenteram. (2)

2.3.6 Manfaat Menyusui Bagi Ibu


Menyusui memberi keuntungan untuk ibu, karena tidak perlu mensterilkan botol, tidak
perlu membeli susu formula, menakar dan mencampurnya. Oleh karena menyusui bayi
memerlukan ekstra kalori, maka ibu yang ingin berat badannya kembali seperti semula dapat
terbantu. Menyusui juga merangsang uterus untuk berkontraksi kembali ke ukurannya semula
sebelum hamil sehingga membantu mengurangi perdarahan setelah melahirkan. (2)
Menyusui ekslusif selama 6 bulan juga akan meningkatkan kadar antibodi dalam sirkulasi
darah ibu sehingga dapat mengurangi resiko terjadinya infeksi setelah lahir. Perdarahan post
partum berkurang dihubungkan dengan peningkatan konsentrasi oksitosin. Resiko kanker
payudara, kanker ovarium, dan osteoporosis pasca menopause dilaporkan juga lebih kecil pada
ibu menyusui. (2)
Selama ini dilaporkan bahwa menyusui dapat berperan sebagai satu cara kontrasepsi,
karena selama menyusui ovulasi akan tertekan sehingga kemungkinan hamil selama menyusui
sangat kecil. Ibu tidak akan mengalami ovulasi. (2)

2.3.7 Alasan Tidak Menggunakan Pengganti ASI


Ketika menyusui secara eksklusif tidak lagi menjadi suatu ‘keharusan’, biasanya para ibu
dengan mudahnya berpaling pada susu formula. Oleh karena itu WHO merekomendasikan para
ibu untuk menyusui secara ekslusif selama 6 bulan, melanjutkannya dengan pemberian Makanan
Pendamping ASI (MP-ASI) dari bahan-bahan lokal yang kaya nutrisi sambil tetap memberikan
ASI / menyusui sampai anak berusia 2 tahun atau lebih. (3)
Resiko pemberian susu formula untuk bayi dan anak-anak

1. Meningkatkan resiko asma


 Sebuah penelitian di Arizona, Amerika Serikat yang menggunakan sampel 1.246 bayi
sehat menunjukkan hubungan yang kuat antara menyusui dan gangguan pernafasan
pada bayi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak-anak di bawah umur 6 tahun
yang tidak disusui sama sekali, akan memiliki resiko gangguan pernafasan tiga kali
lebih besar dibandingkan dengan anak-anak yang disusui (Wright AL, 1995).
 Penelitian pada 2.184 anak yang dilakukan oleh Hospital for Sick Children di
Toronto, Kanada menunjukkan bahwa resiko asma dan gangguan pernapasan
mencapai angka 50% lebih tinggi pada bayi yang diberi susu formula, dibandingkan
dengan bayi yang mendapatkan ASI sampai dengan usia 9 bulan atau lebih (Dell S,
2001).
 Para peneliti di Australia Barat melakukan penelitian terhadap 2602 anak-anak untuk
melihat peningkatan resiko asma dan gangguan pernafasan pada 6 tahun pertama.
Anak-anak yang tidak mendapatkan ASI beresiko 40% lebih tinggi terkena asma dan
gangguan pernafasan dibandingkan dengan anak-anak yang mendapatkan ASI
eksklusif sekurangnya 4 bulan. Para peneliti ini merekomendasikan untuk
memberikan ASI eksklusif sekurangnya 4 bulan untuk mengurangi resiko terkena
asma dan gangguan pernafasan (Oddy WH, 2002)

 Para ahli melihat pada 29 penelitian terbaru untuk mengevaluasi dampak


‘melindungi’ terhadap asma dan penyakit pernapasan atopik lainnya yang diberikan
oleh ASI. Setelah menggunakan kriteria penilaian yang ketat, terdapat 15 penelitian
yang memenuhi persyaratan untuk dievaluasi, dan ke-15 penelitian tersebut
menunjukkan manfaat/efek melindungi yang diberikan oleh ASI dari resiko asma.
Para ahli menyimpulkan, tidak menyusui atau memberikan ASI pada bayi akan
meningkatkan resiko asma dan penyakit pernafasan atopik (Oddy WH, 2003).

2. Meningkatkan resiko alergi

 Anak-anak di Finlandia yang mendapatkan ASI lebih lama memiliki resiko lebih
rendah untuk terkena penyakit atopik, eksim, alergi makanan dan gangguan
pernafasan karena alergi. Pada usia 17 tahun, resiko gangguan pernafasan karena
alergi pada mereka yang tidak mendapatkan ASI (atau mendapat ASI dalam jangka
waktu pendek) adalah 65%, sementara pada mereka yang disusui lebih lama hanya
42% (Saarinen UM, 1995).
 Bayi yang memiliki riwayat asma/gangguan pernafasan karena memiliki riwayat
alergi dari keluarganya, diteliti untuk penyakit dermatitis atopik dalam tahun pertama
kehidupannya. Menyusui eksklusif selama tiga bulan pertama diakui dapat
melindungi bayi dari penyakit dermatitis (Kerkhof M, 2003).
 Pengaruh dari konsumsi harian ibu akan vitamin C dan E pada komposisi anti-
oksidan di ASI sebagai zat yang melindungi bayi dari kemungkinan terkena penyakit
atopik diteliti. Makanan yang dikonsumsi oleh ibu yang menderita penyakit atopik
dipantau selama 4 hari, kemudian diambil sampel ASI dari ibu yang memiliki bayi
dengan usia 1 bulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi vitamin C
sehari-hari pada makanan ibu dapat meningkatkan kadar vitamin C pada ASI.
Semakin tinggi kadar vitamin C pada ASI dapat menurunkan risiko terkena penyakit
atopik pada bayi (Hoppu U, 2005).

3. Meningkatkan resiko infeksi saluran pernapasan


 Anak-anak di Brazil yang tidak disusui/mendapatkan ASI beresiko 16,7 kali lebih
tinggi terkena pneumonia dibandingkan anak-anak yang semasa bayinya disusui
secara eksklusif (Cesar JA, 1999).
 Untuk menentukan faktor-faktor resiko dalam mendeteksi ISPA pada balita, sebuah
rumah sakit di India membandingkan 201 kasus dengan 311 kunjungan pemeriksaan.
Menyusui adalah salah satu dari sekian faktor yang dapat menurunkan tingkat risiko
ISPA pada balita (Broor S, 2001).
 Beberapa sumber yang digunakan untuk meneliti hubungan antara menyusui dan
resiko ISPA pada bayi yang lahir cukup bulan. Analisis dari data-data yang diteliti
menunjukkan pada negara-negara berkembang, bayi yang diberikan susu formula
mengalami 3 kali lebih sering gangguan pernafasan yang membutuhkan perawatan
intensif di rumah sakit, dibandingkan dengan bayi yang diberikan ASI eksklusif
selama 4 bulan atau lebih (Bachrach VRG, 2003).

4. Meningkatkan resiko infeksi dari susu formula yang terkontaminasi


 Pada kasus tercemarnya susu formula dengan Enterobacter Sakazakii di Belgia,
ditemukan 12 bayi yang menderita Necrotizing Enetrocolitis (NEC) dan 2 bayi yang
meninggal setelah mengkonsumsi susu formula yang tercemar bakteri tersebut (Van
Acker J, 2001).
 Sebuah kasus di Amerika Serikat menyebutkan bahwa seorang bayi berusia 20 hari
meninggal dunia karena menderita panas, tachyardia¸dan mengalami penurunan
fungsi pembuluh darah setelah diberikan susu formula yang tercemar bakteri E-
Sakazakii di NICU (Weir E, 2002).

5. Meningkatkan infeksi saluran pencernaan


 Tujuh ratus tujuh puluh enam bayi dari New Brunswick, Kanada, diteliti untuk
mengetahui hubungan antara pernapasan dan penyakit gastrointestinal dengan
menyusui selama enam bulan pertama kehidupan. Meskipun angka pemberian ASI
ekslusif rendah, hasil menunjukkan efek perlindungan yang signifikan terhadap total
penyakit selama enam bulan pertama kehidupan. Bagi mereka yang disusui ASI ,
insidensi infeksi gastrointestinal adalah 47 per persen lebih rendah; tingkat penyakit
pernapasan adalah 34 persen lebih rendah daripada mereka yang tidak disusui
(Beaudry M, 1995).
 Perbandingan antara bayi yang menerima ASI terutama selama 12 bulan pertama
kehidupan dan bayi yang secara eksklusif diberikan susu formula atau disusui ASI
selama selama tiga bulan atau kurang, menemukan bahwa penyakit diare dua kali
lebih tinggi untuk bayi yang diberikan susu formula dibandingkan mereka yang
disusui ASI (Dewey KG, 1995).
 Dukungan menyusui di Belarus secara signifikan mengurangi insiden infeksi
gastrointestinal sampai dengan 40 persen (Kramer MS, 2001).

2.3.8 Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ASI


Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam produksi ASI antara lain:
1. Frekuensi Penyusuan
Frekuensi penyusuan ini berkaitan dengan kemampuan stimulasi hormon dalam
kelenjar payudara. (3)
2. Berat Lahir
Bayi berat lahir rendah (BBLR) mempunyai kemampuan mengisap ASI yang lebih
rendah dibanding bayi yang berat lahir normal (> 2500 gr). Kemampuan mengisap
ASI yang lebih rendah ini meliputi frekuensi dan lama penyusuan yang lebih rendah
dibanding bayi berat lahir normal yang akan mempengaruhi stimulasi hormon
prolaktin dan oksitosin dalam memproduksi ASI. (3)
3. Umur Kehamilan
Saat melahirkan Umur kehamilan dan berat lahir mempengaruhi intik ASI. Hal ini
disebabkan bayi yang lahir prematur (umur kehamilan kurang dari 34 minggu) sangat
lemah dan tidak mampu mengisap secara efektif sehingga produksi ASI lebih rendah
daripada bayi yang lahir tidak prematur. Lemahnya kemampuan mengisap pada bayi
prematur dapat disebabkan berat badan yang rendah dan belum sempurnanya fungsi
organ. (3)
4. Stres dan Penyakit Akut
Ibu yang cemas dan stres dapat mengganggu laktasi sehingga mempengaruhi
produksi ASI karena menghambat pengeluaran ASI. Pengeluaran ASI akan
berlangsung baik pada ibu yang merasa rileks dan nyaman. (3)
5. Konsumsi Rokok
Merokok dapat mengurangi volume ASI karena akan mengganggu hormon prolaktin
dan oksitosin untuk produksi ASI. Merokok akan menstimulasi pelepasan adrenalin
dimana adrenalin akan menghambat pelepasan oksitosin. (3)
6. Konsumsi Alkohol
Meskipun minuman alkohol dosis rendah disatu sisi dapat membuat ibu merasa lebih
rileks sehingga membantu proses pengeluaran ASI, namun disisi lain etanol dapat
menghambat produksi oksitosin. (3)
7. Pil Kontrasepsi
Penggunaan pil kontrasepsi kombinasi estrogen dan progestin berkaitan dengan
penurunan volume dan durasi ASI, sebaliknya bila pil hanya mengandung progestin
maka tidak ada dampak terhadap volume ASI. Berdasarkan hal ini WHO
merekomendasikan pil progestin untuk ibu menyusui yang menggunakan pil
kontrasepsi. (3)
8. Aspek gizi ibu
Aspek gizi ibu yang dapat berdampak terhadap komposisi ASI adalah intake pangan
aktual, cadangan gizi, dan gangguan dalam penggunaan zat gizi. Perubahan status
gizi ibu yang mengubah komposisi ASI dapat berdampak positif, netral, atau negatif
terhadap bayi yang disusui. Bila asupan gizi ibu berkurang tetapi kadar zat gizi dalam
ASI dan volume ASI tidak berubah maka zat gizi untuk sintesis ASI diambil dari
cadangan ibu atau jaringan ibu (Ritonang, 2007).
2.3.9 Cara perawatan payudara
Perawatan payudara dilakukan 2x sehari sebelum mandi. Berikut ini adalah langkah-
langkah perawatan payudara yang baik dan benar menurut Depkes, 2005: (3)
1. Sediakan alat-alat sebagai berikut : handuk, kapas, minyak kelapa, bedak talk dan dua
waskom, masing-masing berisi air hangat dan air dingin.
2. Oleskan minyak kelapa ke payudara dengan kapas. Dengan kedua tangan urutlah kedua
payudara yaitu dari tengah ke samping kemudian ke bawah, dari tengah ke samping
kemudian ke bawah, dari tengah ke samping kemudian ke bawah, kemudian dari pangkal
payudara ke arah puting susu.
3. Ketuk-ketuklah sekeliling puting dengan ujung-ujung ruas jari.
4. Tarik-tariklah puting susu keluar, terutama kalau putting susu letaknya masuk ke dalam.
5. Mandikanlah payudara dengan air hangat, kemudian dengan air dingin berganti-ganti
beberapa kali. Keringkanlah dengan handuk bersih bila perlu beri bedak talk.
6. Pakailah kutang atau BH yang sesuai besarnya dengan pertumbuhan payudara. Ingat jangan
bersihkan puting dengan sabun atau alkohol karena menyebabkan puting lecet/sakit.(3)
Langkah-langkah pengurutan payudara diatas tampak pada gambar dibawah ini:

Gambar 2.3.9.1 Pengurutan buah dada dari tengah ke samping kemudian ke bawah. (3)

Gambar 2.3.9.2 Pengurutan buah dada berputar dari tengah ke samping kemudian ke
bawah. (3)
Gambar 2.3.9.3 Pengurutan buah dada berputar dari tengah ke samping kemudian ke
bawah. (3)

Gambar 2.3.9.4 Pengurutan buah dada dari pangkal ke puting. (3)

2.3.10 Kelebihan dan kekurangan perawatan payudara

Saat seorang wanita hamil terjadi perubahan-perubahan pada tubuh yang memang secara
alamiah dipersiapkan utk menyambut datang si buah hati. Perubahan-perubahan itu antara lain
berat badan bertambah perubahan pada kulit perubahan pada payudara, dll. (3)
Perawatan payudara sangat penting dilakukan selama hamil sampai masa menyusui. Hal
ini karena payudara merupakan satu-satu penghasil ASI yang merupakan makanan pokok bayi
yang baru lahir sehingga harus dilakukan sedini mungkin. Inilah karunia Allah yg sangat besar
kepada kaum wanita di mana ASI merupakan makanan paling cocok bagi bayi komposisi paling
lengkap dan tidak bisa ditandingi susu formula buatan manusia. (3)
Perawatan payudara selama hamil memiliki banyak manfaat antara lain:
1. Menjaga kebersihan payudara terutama kebersihan puting susu.
2. Melenturkan dan menguatkan puting susu sehingga memudahkan bayi untuk menyusu.
3. Merangsang kelenjar-kelenjar air susu sehingga produksi ASI banyak dan lancar.
4. Dapat mendeteksi kelainan-kelainan payudara secara dini dan melakukan upaya untuk
mengatasinya.
5. Mempersiapkan mental ibu untuk menyusui. (3)
Bila seorang ibu hamil tidak melakukan perawatan payudara dengan baik dan hanya
melakukan perawatan menjelang melahirkan atau setelah melahirkan maka sering dijumpai
kasus-kasus yg akan merugikan ibu dan bayi. Kasus-kasus yg sering terjadi antara lain:
1. ASI tidak keluar. Inilah yg sering terjadi. Baru keluar setelah hari kedua atau lebih.
2. Puting susu tidak menonjol sehingga bayi sulit menghisap.
3. Produksi ASI sedikit sehingga tidak cukup dikonsumsi bayi.
4. Infeksi pada payudara payudara bengkak atau bernanah.
5. Muncul benjolan di payudara, dll. (3)

2.3.11 Inisiasi Menyusu Dini (IMD)


Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah proses bayi menyusu segera setelah dilahirkan,
dimana bayi dibiarkan mencari puting susu ibunya sendiri, tidak disodorkan ke puting susu. (3)
Inisiasi Menyusu Dini akan sangat membantu dalam keberlangsungan pemberian ASI
Ekslusif ( ASI saja ) dan periode lama menyusui. Dengan demikian, bayi akan terpenuhi
kebutuhannya hingga usia 2 tahun dan mencegah anak kurang gizi. (3)
Pemerintah Indonesia mendukung kebijakan WHO dan UNICEF yang menyusu Dini
(IMD) sebagai tindakan ’penyelamatan kehidupan’, karena IMD dapat menyelamatkan 22
persen dari bayi yang meninggal sebelum usia satu bulan. (3)

2.3.11.1 Manfaat Inisiasi Menyusu Dini


Banyak manfaat yang didapatkan dari menyusu dini antara lain untuk sebagai berikut :
a. Untuk Ibu :
- Meningkatkan hubungan khusus antara ibu dan bayi
- Merangsang kontraksi otot rahim, sehingga mengurangi perdarahan sesudah
melahirkan
- Memperbesar peluang ibu untuk memantapkan dan melanjutkan kegiatan yang
menyusui selama masa bayi.
- Mengurangi stress ibu setelah melahirkan. (3)
b. Untuk Bayi :
- Mempertahankan bayi dalam suhu bayi tetap hangat
- Memenangkan ibu dan bayi serta mengatur pernafasan dan detak jantung
- Mengurangi bayi menangis sehingga mengurangi stress dan tenaga yang dipakai
bayi
- Memungkinkan bayi untuk menemukan sendiri payudara ibu untuk memulai
menyusu
- Mengatur tingkat kadar gula dalam darah, dan biokimia yang lain dalam tubuh
lain.
- Mempercepat mekonium (kotoran bayi berwarna hijau agak kehitaman yang
pertama kali keluar dari bayi karena minum air ketuban).
- Bayi akan terlatih motoriknya saat menyusu, sehingga menguragi kesulitan
menyusu
- Membantu perkembangan saraf bayi
- Memperoleh kolostrum yang bermanfaat bagi sistem kekebalan tubuh bayi. (3)

2.3.11.2 Langkah – langkah menyusu dini


Prinsip pemberian ASI adalah dimulai sedini mungkin, eksklusif selama 6 bulan
diteruskan selama 2 tahun dengan makanan pendamping asi sejak usia 6 bulan. pemberian asi
juga meningkatkan kasih sayang (asih), memberikan nutrisi terbaik (asuh) dan melatih reflek dan
motorik bayi (asah). Langkah inisiasi menyusu dini dalam asuhan bayi baru lahir.(3)

Langkah I : lahirkan, lakukan penilaian pada bayi, keringkan :


1. Saat bayi lahir, catat waktu kelahiran.
2. Sambil meletakkan bayi di perut bawah ibu lakukan penilaian apakah bayi butuh
resusitasi atau tidak.
3. Jika bayi stabil tidak memerlukan resusitasi, keringkan tubuh bayi mulai dari muka,
kepala, dan bagian tubuh lainnya dengan lembut tampa menghilangkan verniks. Vernik
akan membantu menyamankan dan menghangatkan bayi. Setelah dikeringkan, selimuti
bayi dengan kain kering untuk menunggu 2 menit sebelum tali pusat di klem.
4. Hindari mengeringkan punggung tangan bayi. Bau cairan amnion pada tangan bayi
membantu bayi mencari puting ibunya yang berbau sama.
5. Periksa uterusa untuk memastikan tidak ada janin dalam uterus (hamil tunggal) kemudian
suntikkan oksitosin 10 UI intra muskular pada ibu. (3)
Langkah II : Lakukan kontak kulit ibu dengan kulit bayi selama paling sedikit 1 jam.
1. Setelah tali pusat di potong dan diikat, letakkan bayi tengkurap didada ibu. Luruskan
bahu bayi sehingga bayi menempel didada ibu. Kepala bayi harus berada diantara
payudara ibu tapi lebih rendah dari puting.
2. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi dikepala bayi.
3. Lakukan kontak kulit bayi kekulit ibu didada ibu paling sedikit 1 jam. Mintalah ibu untuk
memeluk dan membelai bayinya. Jika perlu letakkan bantal dibawah kepala ibu untuk
mempermudah kontak visual antara ibu dan bayi. Hindari membersihkan payudara ibu.
4. Selama kontak kulit bayi kekulit ibu tersebut. Lakukan management aktif kala III
persalinan. (3)
Langkah III : Biarkan bayi mencari dan menemukan puting ibu dan memulai menyusu.
1. Biarkan bayi mencari, menemukan puting dan mulai menyusu.
2. Anjurkan ibu dan orang lainnya untuk tidak mengintrupsi menyusu, misalnya
memindahkan bayi dari satu payudara kepayudara lainnya. Menyusu pertama biasanya
berlangsung 10 - 15 menit. Bayi cukup menyusu dari 1 payudara. Sebagian besar bayi
akan berhasil menemukan puting ibu dalam waktu 30 - 60 menit tetapi tetap biarkan
kontak kulit bayi dan ibu setidaknya 1 jam walaupun bayi sudah menemukan puting
kurang dari 1 jam.
3. Menunda semua asuhan bayi baru lahir normal lainnya sehingga bayi selesai menyusu 1
jam atau lebih bila bayi menemukan puting setelah 1 jam.
4. Bila bayi harus pindah dari kamar bersalin sebelum 1 jam atau sebelum bayi menyusu,
usahakan ibu dan bayi dipindah bersama dengan mempertahankan kontak bayi dan ibu.
5. Jika bayi belum menemukan puting ibu, IMD dalam 1 jam, posisikan bayi lebih dekat
dengan puting ibu, dan biarkan kontak kulit dengan kulit selama 30 - 60 menit
berikutnya.
6. Jika bayi masih belum melakukan IMD dalam waktu 2 jam, pindahkan ibu keruang
pemulihan dengan bayi tetap di dada ibu. Lanjutkan asuhan perawatan neonatal esensial
lainnya (menimbang, pemberian vitamin K1, salep mata) dan kemudian kembalikan bayi
kepada ibu untuk menyusu.
7. Kenakan pakaian pada bayi atau tetap diselimuti agar tetap terjaga sehangatannya. Tetap
tutupi kepala bayi dengan topi dengan topi selama beberapa hari pertama. Bila suatu saat
kaki bayi terasa dingin saat disentuh, buka pakaiannya kemudian telungkupkan kembali
didada ibu dan selimuti keduanya sampai bayi hangat kembali.
8. Tempatkan ibu dan bayi diruangan yang sama. Bayi harus selalu dalam jangkauan ibu 24
jam dalam sehari, sehingga bayi dapat menyusu sesering keinginannya. (3)

Tabel 2.3.11 Lima Urutan Perilaku Bayi Saat Menyusu Pertama Kali

Langkah Perilaku yang Teramati Perkiraan Waktu


1. Bayi beristirahat dan melihat 30 - 40 menit pertama
2. Bayi mulai mendecak bibir dan membawa 40 - 60 menit setelah lahir
jarinya kemulut dengan kontak kulit secara terus
3. Bayi mengeluarkan air liur menerus tanpa putus
4. Bayi menendang, menggerakan kaki, bahu,
lengan dan badannya kearah dada ibu dengan
mengandalkan indra penciumannya
5. Bayi meletakkan mulutnya ke puting ibu

2.3.12 Cara menyusui yang baik dan benar


Berikut ini hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyusui menurut Depkes, 2005: (3)
2.3.12.1 Posisi badan ibu dan badan bayi
Terdapat berbagai macam posisi menyusui. Cara menyusui yang tergolong biasa
dilakukan adalah dengan duduk, berdiri atau berbaring.
1) Ibu harus duduk, berdiri atau berbaring santai.
2) Pegang bayi pada belakang bahunya, tidak pada dasar kepala.
3) Putar seluruh badan bayi sehingga menghadap ke ibu.
4) Rapatkan dada bayi dengan dada ibu atau bagian bawah payudara ibu.
5) Tempelkan dagu bayi pada payudara ibu.
6) Dengan posisi seperti ini maka telinga bayi akan berada dalam satu garis dengan leher
dan lengan bayi.
7) Jauhkan hidung bayi dari payudara ibu dengan cara menekan pantat bayi dengan lengan
ibu bagian dalam.(3)

Gambar 2.3.12.1 (1) Posisi menyusui sambil berdiri yang benar (Perinasia, 1994)

Gambar 2.3.12.1 (2) Posisi menyusui sambil duduk yang benar (Perinasia, 1994)

Gambar 2.3.12.1 (3) Posisi menyusui sambil rebahan yang benar (Perinasia, 1994)
2.3.12.2 Posisi mulut bayi dan puting susu ibu
1) Payudara dipegang dengan ibu jari diatas dan jari yang lain menopang dibawah (bentuk
C) atau dengan menjepit payudara dengan jari telunjuk dan jari tengah (bentuk gunting),
di belakang areola (kalang payudara).
2) Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (rooting reflex) dengan cara:
(1) Menyentuh pipi dengan puting susu.
(2) Menyentuh sisi mulut putting
3) Tunggu sampai bayi bereaksi dengan membuka mulutnya lebar dan lidah ke bawah.
4) Dengan cepat dekatkan bayi ke payudara ibu dengan cara menekan bahu belakang bayi
bukan bagian belakang kepala.
5) Posisikan putting susu diatas bibir atas bayi dan berhadap-hadapan dengan hidung bayi.
6) Kemudian masukkan putting susu ibu menelusuri langit-langit mulut bayi.
7) Usahakan sebagian besar areola (kalang payudara) masuk ke mulut bayi, sehingga putting
susu berada diantara pertemuan langit-langit yang keras (palatum durum) dan langit-
langit yang lunak (palatum molle).
8) Lidah bayi akan menekan dinding bawah payudara dengan gerakan memerah sehingga
ASI akan keluar dari sinus latiferus yang terletak dibawah kalang payudara.
9) Setelah bayi menyusu atau menghisap payudara dengan baik, payudara tidak perlu
dipegang atau disangga lagi.
10) Beberapa ibu sering meletakkan jarinya pada payudara dengan hidung bayi dengan
maksud untuk memudahkan bayi bernafas. Hal ini tidak perlu karena hidung bayi telah
dijauhkan dari payudara dengan cara menekan pantat bayi dengan lengan ibu.
11) Dianjurkan tangan ibu yang bebas dipergunakan untuk mengelus-elus bayi. (3)

Gambar 2.3.12.2 (1) Cara memegang payudara (Perinasia, 2004)


Gambar 2.3.12.2 (2) Cara merangsang mulut bayi (Perinasia, 2004)

Gambar 2.3.12.2 (3) Perlekatan benar (Perinasia,2004)

2.3.12.3 Tanda-tanda posisi menyusui yang benar


1) Tubuh bagian depan bayi menepel pada tubuh ibu.
2) Dagu bayi menempel pada payudara ibu.
3) Dada bayi menepel pada dada ibu yang berada di dasar payudara (payudara bagian
bawah)
4) Telinga bayi berada dalam satu garis dengan leher dan lengan bayi.
5) Mulut bayi terbuka lebar dengan bibir bawah yang terbuka.
6) Sebagian besar areola tidak tampak.
7) Bayi menghisap dalam dan perlahan.
8) Bayi puas dan tenang pada akhir menyusu.
9) Terkadang terdengar suara bayi menelan.
10) Puting susu tidak terasa sakit atau lecet.

Gambar 2.3.12.3 Teknik menyusui yang benar (Depkes, 2005)

2.3.12.4 Tanda-tanda posisi menyusu yang salah


1) Mulut tidak terbuka lebar, dagu tidak menempel pada payudara.
2) Dada bayi tidak menempel pada dada ibu, sehingga leher bayi terputar.
3) Sebagian besar daerah areola masih terlihat.
4) Bayi menghisap sebentar-bentar.
5) Bayi tetap gelisah pada akhir menyusu.
6) Kadang-kadang bayi minum berjam-jam.
7) Puting ibu lecet dan sakit.

Gambar 2.3.12.4 Perlekatan salah (Perinasia,2004)

2.3.13 Lama dan frekuensi menyusui


Waktu atau lama menyusui tidak perlu dibatasi dan frekuensi tidak perlu dijadwal.
Susuilah sesuai kebutuhan bayi biasanya 8-10 kali sehari, termasuk menyusui waktu malam hari
(Depkes, 2005). (3)
2.3.14 Cara menghentikan bayi menyusu
Apabila bayi selesai disusui tapi mulutnya masih melekat pada putting susu ibu, maka
ibu dapat menekan sudut bayi dengan jari atau tekan dagu bayi dan bayi akan melepas puting
dengan perlahan (Depkes, 2005). (3)

2.3.15 Cara menyendawakan bayi


Letakkan bayi tegak lurus pada bahu dan topang kepala bayi atau letakkan bayi pada
pangkuan ibu dan perlahan-lahan diusap belakangnya sampai bersendawa. Kalau bayi sudah
tertidur baringkan miring ke kanan atau tengkurap. Udara akan keluar dengan sendirinya
(Depkes, 2005). (3)

Gambar 2.3.15 (1) Menyendawakan dengan meletakkan bayi pada bahu ibu (Depkes,
2005)

Gambar 2.3.15 (2) Menyendawakan dengan meletakkan bayi tengkurap pada pangkuan
ibu (Depkes,2005)
2.3.16 Cara mengosongkan payudara
Menurut Depkes, 2005 langkah-langkah mengosongkan payudara adalah sebagai berikut:
1. Mengosongkan payudara secara manual (dengan tangan)
2. Menyiapkan perlengkapan untuk mengeluarkan ASI
1) Sediakan cangkir, gelas dengan mulut culup lebar.
2) Cuci cangkir, gelas dengan air dan sabun dan keringkan.
3) Rendam cangkir, gelas pada air mendidih.
4) Apabila akan mengeluarkan ASI baru cangkir, gelas diangkat dari air.
3. Mengeluarkan ASI
1) Cuci tangan ibu sehinga bersih.
2) Duduk dengan santai dan pegang mangkok dekat payudara ibu.
3) Letakkan jari jempol diatas areola di bawah puting pada bagian berlawanan.
4) Tekan jempol dan ibu jari ke arah pangkal payudara.
5) Tekan bagian areola di sekitar puting, tekan dan lepas, tekan dan lepas.
6) Ubah posisi jari-jari pada areola dan tekan dengan cara yang sama.
7) Keluarkan ASI dari payudara yang satu selama sekurang-kurangnya 3-5 menit sampai
ASI berkurang, kemudian ulangi pada payudara lainnya.
8) Jangan menekan pada putting, karena tidak akan mengeluarkan ASI Pengeluaran ASI
memakan waktu 20-30 menit.(3)

Gambar 2.3.16 Mengosongkan payudara dengan tangan (Depkes, 2005)

2.3.17 Cara menyimpan ASI di rumah


Menurut Depkes, 2001 cara menyimpan ASI di rumah adalah sebagai berikut:
1. ASI yang disimpan di udara kamar/luar akan tahan 6 – 8 jam pada suhu 26° C atau lebih
rendah.
2. ASI yang disimpan di dalam termos berisi es batu tahan 24 jam.
3. ASI yang disimpan di lemari es di tempat buah dibagian paling dalam dimana tempat
terdingin tahan 2 – 3 x 24 jam (4°C atau lebih rendah)
4. ASI yang disimpan di freezer yakni lemari es dengan satu pintu, tahan 2 minggu.
5. ASI yang disimpan di freezer yang mempunyai pintu terpisah sendiri, tahan 3 bulan.
6. ASI yang disimpan di deep freezer (-18°C atau lebih rendah) akan tahan 6–12 bulan
Sebelum diminumkan dengan sendok atau gelas plastik, ASI dapat dihangatkan didalam
mangkok berisi air hangat. Jangan dihangatkan di atas api karena beberapa zat kekebalan dan
enzim dapat berkurang. (2)

2.3.18 Cara memberikan ASI setelah disimpan


Memberikan ASI yang disimpan dapat dilakukan oleh semua orang tidak harus ibu bayi.
Caranya adalah :
1. Cuci tangan sebelum memegang cangkir atau gelas yang bertutup yang berisi ASI.
2. ASI yang disimpan pada suhu kamar, dapat segera diberikan sebelum masa simpan
berakhir ( 8 jam )
3. ASI yang disimpan ditermos atau lemari es, terlebih dahulu harus dihangatkan.
Rendam cangkir yang berisi ASI dalam mangkok yang berisi air hangat. Tunggu
sampai ASI mencapai suhu kamar. Jangan memanaskan ASI diatas api / kompor
4. Berikan ASI dengan sendok bersih, jangan pakai dot / botol. (2)

2.3.18.1 Cara memberikan ASI dengan cangkir


Hal penting yang perlu diperhatikan dalam pemberian susu dengan cangkir adalah :
1. Mulai dengan 80 ml per KgBB/hari. Selanjutnya ditingkatkan volume 10 – 20 ml / KgBB
/ hari.
2. Hitung masuk cairan dalam 24 jam bagi 8 kali pemberian
3. Untuk bayi sakit atau bayi kecil di berikan setiap 2 jam. (2)

Pemberian ASI dengan cangkir :


1. Ajari ibu cara memberi minum bayi dengan cangkir
2. Ukur jumlah ASI dalam jumlah cangkir
3. Posisikan bayi setengah tegak dipangkuan ibu.
4. Posisikan cangkir dibibir bayi
5. Letakkan cangkir pada bibir bawah secara perlahan
6. Sentuhkan tepi cangkir demikian rupa hingga ASI menyentuh bibir bayi.
7. Jangan tuangkan ASI kemulut bayi
8. Bayi akan bangun, membuka mulut dan membuka mata dan akan memulai minum
9. Bayi akan menghisap bayi dan ada yang sedikit yang tumpah
10. Bayi kecil akan memasukkan susu kemulutnya dengan lidahnya
11. Bayi menelan ASI
12. Bayi akan selesai minum bila sudah menutup mulut atau pada saat sudah tidak tertarik
lagi dengan ASI
13. Bila bayi tidak menghabiskan ASI yang sudha ditakar : berikan minum dalam waktu
yang lama, ajari ibu untuk menghitung jumlah ASI yang di minum dalam 24 jam, tidak
hanya sekali minum.
14. Apabila ibu tidak bisa memerah ASI dalam jumlah yang cukup untuk beberapa hari
pertama / tidak bisa menyusui sama sekali, gunakan salah satu alternatif : berikan ASI
donor, berikan susu formula.
15. Bayi mendapatkan minum dengan cangkir secara cukup, apabila bayi menelan sebagian
ASI dan menumpahkan sebagian kecil serta berat badannya meningkat. (2)

2.3.19 Hambatan Menyusui dan Cara Mengatasi

2.3.19.1 Mengatasi masalah pemberian ASI pada bayi


Berikut ini adalah hambatan dalam menyusui dan cara mengatasinya menurut
kementerian kesehatan Republik Indonesia, 2011:
Tabel 2.3.19.1 Masalah dan pemecahan pemberian ASI
Masalah Pemecahan
Bayi banyak - Jelaskan bahwa hal ini tidak selalu terkait dengan
menagis / rewel pemberian ASI
- Periksa popok bayi mungkin basah
- Gendong bayi perlu perhatian
- Susui bayi. Beberapa bayi butuh lebih banyak minum dari
pada bayi lainnya.
Bayi tidak tidur - Merupakan proses alamiah, karena bayimuda perlu
sepanjang malam menyusu lebih sering
- Tidurkan bayi disamp;ing ibu dan lebih sering disusui
pada malam hari
- Jangan beri makanan yang lain
Bayi menolak untuk - Mungkin bayi bingung puting, karena sudah diberi susu
menyusu botol
- Tetap berikan hanya ASI
( tunggu sampai bayi bener-bener lapar )
- Berikan perhatian dan kasih saying
- Pastikan bayi menyusu sampai Air susu habis
Bayi bingung puting - Jangan mudah mengganti ASI dengan susu formula tanpa
indikasi media yang tepat
- Ajarkan posisi ibu dan cara melekat yang benar.
- Secara bertahap tawarkan selalu payudara setiap kali bayi
menunjukan keinginan bayi untuk minum.
- ASI tetap dapat diperah dan diberikan pada bayi dengan
cangkir atau sendok, sampai bayi dapat menyusu.
Bayi premature dan - Berikan ASI sesering mungkin meskpipun waktu
bayi kecil ( BBLR ) menyusuinya pendek-pendek. BBLR minum setidaknya
minum setiap 2 jam
- Jika belum bisa menyusu, ASI dikeluarkan dengan tangan
ataupun pompa. Berikan ASI dengan sendok atau cangkir
- Untuk merangsang menghisap, sentuh langit-langit bayi
dengan jari ibu yang bersih
Bayi kuning - Mulai menyusu segera setelah bayi lahir
( ikterus ) - Susui bayi sesering mungkin tanpa dibatasi. ASI
membantu bayi mengatasi kuning lebih cepat.
Bayi sakit - Teruskan menyusui
Bayi sumbing - Posisi bayi duduk
- Puting dan areola dipegang selagi menyusui, dalam hal ini
membantu bayi mendapatkan ASI cukup.
- Ibu jari ibu dapat dipakai penyumbat celah pada bibi bayi.
- Jika sumbing pada bibir dan langit-langit, ASI dikeluarkan
dengan cara manual atau pompa, kemudian diberikan
dengan sendok atau pipet atau botol dengan dot panjang
sehingg ASI dapat masuk dengan sempurna. Dengan cara
ini bayi akan belajar menghisap dan menelan ASI
menyesuaikan dengan Irama pernafasannya.
Bayi kembar - Posisi yang mudah adalah dibawah lengn ( under arm )
- Paling baik dengan kedua bayi disusui secara bersamaan
- Susui lebih sering selama waktu yang diinginkan masing-
masing bayi umumnya lebih dari 20 menit.
Bayi banyak tidur - Letakkan bayi di dada ibu sesering mungkin sehingga
dapat melihat tanda-tanda bayi mulai terjaga dan dapat
segera menawarinya untuk menyusu.
- Redupkan cahaya dalam ruangan agar bayi mau membuka
matanya
- Bangunkan bayi dengan cara : berbicara dengan bayi,
membuka selimut atau pakaian bayi, mengusap-usap
wajah bayi, memandikan bayi
- Rangsang reflek rooting bayi dengan menyentuhkan
putting ibu ke pipinya.
- Teteskan ASI perah kemulut bayi
- Setiap kali gerakan memerah ASI dari mulut bayi
berkurang, gerakan payudara kea rah langit-langit mulut
bayi
2.3.19.2 Mengatasi masalah pemberian ASI pada ibu
Berikut ini adalah hambatan dalam menyusui dan cara mengatasinya menurut Depkes,
2001:
1. Puting susu datar/terbenam.
- Tidak perlu memperbaiki puting susu sebelum persalinan.
- Ajari posisi dan cara perlekatan yang benar.
- Ibu dan byi sesering mungkin melakukan kontak kulit dengan kulit untuk
memberikan kesempatan pada bayi menemukan sendiri posisi cara yang paling
nyaman baginya untuk menyusu.
- Bila bayi belum dapat melekat dengan baik pada minggu-minggu pertama, ibu dapat
memerah ASI dan memberinya dengan gelas
- Bisa juga menggunakan spuit 10-30 ml yang dipotong ujung sehingga pendorong
spuit bisa di masukkan dari ujung tersebut. Ujung sisi yang tidak dipotong dapat
dilekatkan ke areola ibu dan pendorong spuit ditarik untuk merangsang penonjolan
puting sebelum menyusui.
- Seiring dengan pertumbuhan bayi, mulut bayi menjadi lebih besar dan
ketrampilannya untuk menyusu pun meningkat
- Hindari penggunaan botol susu atau dot karena akan menghalang bayi untuk
menyusu. (2)
2. Puting lecet dan nyeri.
Hal ini disebabkan oleh karena posisi menyusui atau cara mengisap yang salah, puting susu
belum meregang (belum siap untuk disusui), dan hisapan bayi sangat kuat.
Cara mengatasinya:
1) Mulai menyusui pada putting yang tidak sakit
2) Susui sebelum bayi sangat lapar agar hisapannya tidak terlalu kuat.
3) Perbaiki cara menghisap, bibir bayi menutup areola diantara gusi atas dan bawah.
4) Jangan bersihkan puting dengan sabun atau alcohol.
5) Perhatikan cara melepaskan mulut bayi dari putting setelah selesai menyusui. Letakkan
jari kelingking di sudut mulut bayi.
6) Keluarkan sedikit ASI untuk dioles pada puting setelah selesai menyusui.
7) Biarkan puting kering sebelum memaki BH.
8) Kalau lecet tidak sembuh dalam 1 minggu, rujuk ke Puskesmas.
9) Usahakan bayi menghisap sampai areola mamae. (2)
3. Payudara bengkak.
Sekitar hari ketiga sampai keempat sering terasa penuh atau tegang disertai rasa nyeri.
Cara mengatasinya:
1) Susukan bayi tanpa dijadwal sesuai kebutuhan.
2) Keluarkan ASI dengan pompa atau dengan tangan bila ASI melebihi kebutuhan bayi.
3) Untuk mengurangi rasa sakit, kompres dengan air hangat
4) Lakukan pengurutan mulai dari puting kearah pangkal payudara. (2)
4. Saluran ASI tersumbat.
Akibat payudara membengkak dan pemakaian BH yang ketat dapat mengakibatkan
penyumbatan saluran ASI.
Cara mengatasinya:
1) Keluarkan ASI dengan tangan/pompa.
2) Kompres air hangat sebelum menyusui, kompres air dingin setelah menyusui. (2)
5. Radang payudara
Radang pada payudara dapat disebabkan oleh karena radang yang dapat terjadi pada 1 – 3
minggu setelah melahirkan.
Tanda-tandanya adalah:
1) Kulit payudara nampak lebih merah.
2) Payudara mengeras.
3) Nyeri dan berbenjol-benjol
Cara mengatasinya:
1) Tetap menyusui bayi.
2) Bila disertai demam dan nyeri dapat diberi obat penurun demam dan menghilangkan rasa
nyeri.
3) Bila tidak berhasil segera rujuk ke Puskesmas.
4) Lakukan perawatan payudara secara baik dan teratur. (2)
6. Payudara abses
Abses pada payudara disebabkan karena radang payudara. Untuk sementara payudara yang
abses jangan disusukan. Rujuk ke Puskesmas. (2)
7. Produksi kurang/ let-down reflex berkurang
Berkurangnya produksi ASI disebabkan karena reflex menghisap berkurang dan keadaan
emosi ibu.
Cara mengatasinya:
1) Ibu perlu memperhatikan suasana emosi ibu. Hindarkan rasa khawatir yang berlebihan.
2) Ibu perlu menjaga ketenangan pikiran.
3) Cukup istirahat dan mempertinggi rasa percaya diri akan kemampuan menyusui bayinya.
Ibu makan lebih banyak dan minum minimal 8 gelas sehari. (2)
8. Ibu bekerja
1) Susui bayi pagi hari sebelum berangkat kerja, segera setelah pulang kerumah dan lebih
sering pada malam hari.
2) Jika ada tempat penitipan bayi di tempat bekerja, susui bayi sesuai jadwal. Jika tidak ada
perah ASI di tempat kerja.
3) ASI perah disimpan untuk di bawa pulang atau di kirim ke rumah
4) Pastikan pengasuh memberi ASI perah dengan cangkir atau sendok. (2)

2.4 Progam Persiapan ASI Prenatal

2.4.1 Pemahaman dan Motivasi


Pemahaman dan motivasi adalah kunci utama keberhasilan menyusui. Memahami bahwa
menyusui adalah fitrah, air susu ibu adalah spesies spesifik, air susu ibu adalah yang terbaik. Air
susu ibu tidak hanya berisi nutrisi tetapi juga materi pengatur pematangan saluran cerna bayi,
materi berisi kode strategi menghadapi kehidupan dengan paparan terhadap zat kimia, mikroba
dan racun yang ada pada makanan dan minuman.
Proses pembuatan dan pengeluaran air susu ibu di kendalikan oleh hormon maka
pemahaman dan motivasi yang sangat tinggi bisa menjadi boomerang apabila tidak disertai
strategi. Memberikan ASI Ekslusif membutuhkan stamina yang baik, oleh karenanya perlu
dukungan keluarga dan lingkungan.
Pemahaman dan motivasi ini juga harus meliputi pengupayaan agar kehamilannya
berjalan normal. Pada kehamilan dengan komplikasi maka pemberian ASI eksklusif menjadi
relatif lebih sulit. Agar timbul pemahaman dan motivasi tinggi, sebaiknya pasangan atau lebih
baik lagi jika keluarga diikutsertakan saat ibu mengikuti bimbingan ASI pranatal sehingga peran
dan dukungan dalam mewujudkan pemberian ASI eksklusif menjadi utuh. Pada kelas ASI
eksklusif sebaiknya disuluhkan juga tentang IMD dan rawat gabung.⁽¹⁾

2.4.2 Tujuh Kontak untuk keberhasilan menyusui


Keberhasilan menyusui selama 6 bulan secara eksklusif memerlukan minimal 7 kontak
dengan tenaga kesehatan atau konselor laktasi. Bimbingan pengetahuan mengenai ASI sebelum
proses kelahiran sebaiknya dilakukan paling sedikit 2 kali. Kunjungan pertama membahas dan
mediskusikan keuntungan dan manajemen menyusui, sedangkan kunjungan kedua membahas
lebih rinci mengenai proses menyusui dan apa yang dirasakan akan menjadi masalah nanti oleh
ibu. Bekerja seringkali mencemaskan ibu tidak dapat memberi ASI eksklusif selama 6 bulan.
Bimbingan sebelum kelahiran diperlukan untuk menghilangkan kecemasan ibu dan memberi
pengetahuan yang nantinya diperlukan bila ibu kembali bekerja.
Setelah proses kelahiran, masih diperlukan sekitar 5 kali kontak dengan tenaga kesehatan.
Kontak pertama dilakukan saat kelahiran terjadi yaitu dengan melakukan kontak kulit dini antara
ibu dan bayi. Kontak ke dua setelah kelahiran dilakukan dalam 24 jam berupa bimbingan posisi
menyusui baik dalam keadaan tidur/duduk (disesuaikan dengan kondisi ibu) dan membantu ibu
melekatan mulut bayi pada payudara dengan baik . Kontak berikutnya dilakukan dalam 1
minggu kelahiran untuk menemukan berbagai kesulitan dan memberi dukungan pada ibu untuk
tetap menyusui. Pertemuan ke 6 dan 7 biasanya dilakukan 1 dan 2 bulan setelah kelahiran.⁽¹⁾

2.5 Pertimbangan Pemberian Susu Formula Pada Bayi Baru Lahir

Keunggulan ASI sebagai nutrisi bayi telah banyak dipelajari dan dibuktikan oleh para
peneliti sehingga Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan ASI eksklusif untuk
bayi sampai berumur 6 bulan dan kemudian dilanjutkan bersama makanan pendamping ASI
sampai bayi berumur 2 tahun atau lebih. Meskipun demikian angka menyusui eksklusif di
Indonesia menurut Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 baru
mencapai 32% dan pula, bayi yang dilahirkan di fasilitas kesehatan cenderung diberi susu
formula.

Di luar jalur medis, pemerintah Indonesia membuktikan komitmennya dalam


menurunkan angka kematian bayi dan mendukung pemberian ASI eksklusif dengan
mengeluarkan Undang-Undang Kesehatan No. 36 tahun 2009, pasal 128 yang menekankan hak
bayi untuk mendapat ASI eksklusif kecuali atas indikasi medis dan ancaman hukuman pidana
bagi yang tidak mendukungnya, termasuk diantaranya para petugas kesehatan.

Bab ini akan mengemukakan alasan medis yang dapat diterima untuk memberi susu
formula pada bayi baru lahir yaitu beberapa situasi khusus dimana ASI memang tidak boleh
diberikan, atau susu formula diperlukan sementara atau diperlukan tambahan susu
formula disamping pemberian ASI. Namun sekali lagi, setiap keputusan pemberian susu formula
terutama pada neonatus sampai usia 6 bulan, perlu dipertimbangkan keuntungannya
dibandingkan dengan kerugian yang mungkin timbul dikemudian hari.

Panduan pemberian susu formula pada bayi baru lahir

2.5.1 Kondisi bayi

1. Kontra indikasi mendapat ASI


2. Pemberian susu formula pada BKB
3. Pemberian susu formula pada BCB

2.5.2 Kondisi ibu

1. Indikasi untuk tidak menyusui


2. Indikasi untuk sementara tidak menyusui
3. Pertimbangan pada beberapa kondisi ibu

2.5.1Kondisi bayi

2.5.1.1 Kontra indikasi mendapat ASI

Pada beberapa kelainan metabolik / genetik, tubuh tidak mempunyai enzim tertentu untuk
mencerna salah satu komponen dalam susu, baik susu manusia maupun hewan sehingga bayi
tidak boleh menyusu. Bayi tersebut memerlukan formula khusus yang disesuaikan dengan
kebutuhannya dan memerlukan penanganan komprehensif antara dokter anak, ahli penyakit
endokrin, metabolik, dan gizi. Di banyak negara maju, uji penapisan untuk jenis kelainan
metabolik dilakukan segera setelah bayi lahir .

1. Galaktosemia: penyakit ini disebabkan tidak adanya enzim galactose – l -phosphate


uridyltransferase yang diperlukan untuk mencerna galaktosa, hasil penguraian laktosa. Bentuk
klasik bisa berakibat fatal, sedangkan bentuk ringan menyebabkan gagal tumbuh dan
membesarnya organ hati dan limpa ( hepato – splenomegali). ASI mengandung laktosa tinggi
sehingga bayi harus disapih, diberi susu tanpa laktosa, selanjutnya penderita harus diet makanan
tanpa galaktosa sepanjang hidupnya.
2. Maple syrup urine disease, pada penyakit ini tubuh tidak dapat mencerna jenis protein leusin,
isoleusin dan valine. Bayi tidak boleh mendapat ASI atau susu bayi biasa, dan memerlukan
formula khusus tanpa leusin, isoleusin dan valine.
3. Fenilketonuria, memerlukan formula tanpa fenilalanin. Dengan diagnosis dini, disamping
pemberian susu khusus dianjurkan untuk diberikan berselang-seling dengan ASI karena kadar
fenilalanin ASI rendah dan agar manfaat lainnya tetap diperoleh asalkan disertai pemantauan
ketat kadar fenilalanin dalam darah.⁽¹⁾

2.5.1.2 Pemberian susu formula pada bayi kurang bulan (BKB)

Bayi kurang bulan memerlukan kalori, lemak dan protein lebih banyak dari bayi cukup
bulan agar dapat menyamai pertumbuhannya dalam kandungan. ASI bayi prematur mengandung
kalori, protein dan lemak lebih tinggi dari ASI bayi matur, tetapi masalahnya adalah ASI
prematur berubah menjadi ASI matur setelah 3 -4 minggu. Jadi untuk BKB kurang dari 34
minggu setelah 3 minggu kebutuhan tidak terpenuhi lagi.

Volume lambung BKB kecil dan motilitas saluran cerna lambat sehingga asupan ASI
tidak optimal. Untuk merangsang produksi ASI, diperlukan isapan yang baik dan pengosongan
payudara. Refleks mengisap bayi prematur kurang / belum ada, akibatnya produksi ASI sangat
tergantung pada kesanggupan ibu memerah.

Beberapa penelitian klasik antara lain oleh Lucas dan Schanler telah membuktikan
manfaat ASI pada bayi prematur, akan mengurangi hari rawat, menurunkan insidensi
enterokolitis nekrotikans (EKN) dan menurunkan kejadian sepsis lanjut, hal hal yang sangat
bermakna untuk perawatan BKB kecil di Indonesia. Sehingga perlu diusahakan memberi
kolostrum (perah) terutama pada perawatan bayi di hari hari pertama.

Untuk mengatasi masalah nutrisi selanjutnya, setelah ASI prematur berubah menjadi ASI
matur dianjurkan penambahan penguat ASI (HMF atau human milk fortifier, saat ini belum
tersedia secara meluas di Indonesia). Penguat ASI adalah suatu produk komersial berisi
karbohidrat, protein dan mineral yang sangat dibutuhkan bayi kurang bulan. HMF yang
proteinnya berasal dari susu sapi, biasanya dicampurkan dalam air susu ibu bayi sendiri . Bila
tidak tersedia penguat ASI, pemberian susu prematur dapat dibenarkan terutama untuk bayi
prematur yang lahir dengan usia kehamilan kurang dari 32 minggu atau berat lahir kurang dari
1500 gram. Apabila terdapat alergi terhadap susu sapi sebaiknya susu formula yang diberikan
adalah susu formula yang telah dihidrolisis sempurna. Schanler menemukan pemberian HMF
pada ASI donor kurang bermanfaat mungkin karena prosedur pemanasan yang harus dilalui.
Selanjutnya, bila bayi sudah stabil, susu prematur dapat diberikan dengan Alat Bantu Laktasi
(Lact Aid / Suplementer) untuk melatih bayi belajar mengisap.⁽¹⁾

2.5.1.3 Pemberian susu formula pada bayi cukup bulan (BCB)

Masih banyak ibu yang memberi tambahan susu formula pada bayinya yang cukup bulan
dan sehat karena merasa ASInya belum keluar atau kurang. Salah satu penyebab adalah
kurangnya informasi bahwa memberi susu formula terutama pada hari hari pertama kelahiran
mungkin mengganggu produksi ASI, bonding, dan dapat menghambat suksesnya menyusui
dikemudian hari. Bayi yang diberi formula akan kenyang dan cenderung malas untuk menyusu
sehingga pengosongan payudara menjadi tidak baik. Akibatnya payudara menjadi bengkak
sehingga ibu kesakitan, dan akhirnya produksi ASI memang betul menjadi kurang. Belum lagi
akibat pemberian susu formula, masalah medis lain yang mungkin timbul adalah perubahan flora
usus, terpapar antigen dan kemungkinan meningkatnya sensitivitas bayi terhadap susu formula
(alergi) dan bayi kurang mendapat perlindungan kekebalan dari kolostrum yang keluar justru di
hari hari pertama kelahiran
Bagi ibu yang melahirkan di fasilitas kesehatan, peraturan rumah bersalin / rumah sakit
serta sikap dan dukungan petugas kesehatan sangat mempengaruhi keberhasilan mereka
menyusui di kemudian hari. Apabila secara rutin diberikan informasi dan motivasi kepada ibu
hamil, diberi kesempatan untuk inisiasi menyusu dini, kemudian didukung dan dibantu
mempraktekkan teknik menyusui yang benar selama ibu dirawat, kemungkinan ibu akan berhasil
menyusui eksklusif sehingga tambahan pengganti ASI tidak diperlukan .

Pertimbangan memberi tambahan susu formula pada BCB disamping ASI:

a) Bayi yang berisiko hipoglikemia dengan gula darah yang tidak meningkat meskipun telah
disusui dengan baik tanpa jadwal atau diberi tambahan ASI perah. Risiko hipoglikemi dapat
terjadi pada bayi kecil untuk masa kehamilan, pasca stress iskemik intrapartum, dan bayi dari ibu
dengan diabetes mellitus terutama yang tidak terkontrol. Tata laksana yang dianjurkan adalah:

 segera setelah lahir bayi disusui tanpa jadwal, dan jaga kontak kulit dengan ibu agar tidak
hipotermi (untuk mengatasi hipotermi bayi memerlukan banyak energi)

 gula darah plasma hanya diukur bila ada risiko atau ada gejala hipoglikemia dan
sebaiknya diukur sebelum minum / umur bayi 4-6 jam.

 dibenarkan memberi suplemen ASI perah atau susu formula bila gula darah < 2.6 mmol
(40 mg/dl) dan diulang 1 jam setelah minum ASI. mencukupi, penambahan susu formula
dikurangi dan akhirnya dihentikan.

 bila gula darah tetap tidak meningkat ikuti tata laksana penanganan hipoglikemi sesuai
panduan rumah sakit.

b) Bayi yang secara klinis menunjukkan gejala dehidrasi (turgor/ tonus kurang, frekuensi urin <
4x setelah hari ke-2, buang air besar lambat keluar atau masih berupa mekonium setelah umur
bayi > 5 hari).

c) Berat bayi turun 8 – 10% terutama bila laktogenesis pada ibu lambat.
d) Hiperbilirubinemia pada hari-hari pertama, bila diduga produksi ASI belum banyak atau bayi
belum bisa menyusu efektif

Kuning karena ASI (breastmilk jaundice), bila bilirubin melebihi 20 – 25 mg/dL pada bayi
sehat. Anjuran untuk membantu diagnosis dengan menghentikan ASI 1-2 hari sambil sementara
diberi susu formula. Bila bilirubin terbukti menurun, ASI dimulai kembali.

e) Lain-lain: bayi terpisah dari ibu, bayi dengan kelainan kongenital yang sukar menyusu
langsung (sumbing, kelainan genetik). Dapat kita simpulkan, bahwa pada kasus-kasus di atas
suplemen susu formula hanya diberikan sampai masalah teratasi sambil bayi terus disusui.
Setelah itu ibu dan bayinya harus dibantu dan didukung agar bayi tetap mendapat ASI eksklusif.

Catatan:

1. Pengganti ASI diberikan memakai sendok, cangkir ataupun selang orogastrik. Sementara
itu ibu dianjurkan sering-sering menyusui dan memerah payudara (4-5x sehari).

2. Pemeriksaan kadar gula darah jam-jam pertama kelahiran tidak diperlukan pada bayi
cukup bulan sehat.

2.5.2 Kondisi pada ibu


2.5.2.1 Indikasi untuk tidak menyusui
Kondisi kesehatan ibu merupakan kontraindikasi untuk menyusui, namun dengan beberapa
pertimbangan .
a) Ibu HIV positif
Virus HIV juga ditularkan melalui ASI.
Rekomendasi dari WHO (November 2009) untuk ibu HIV positif
 Tidak menyusui sama sekali bila — pengadaan susu formula dapat diterima, mungkin
dilaksanakan, terbeli, berkesinambungan dan aman (AFASS acceptable, feasible,
affordable, sustainable dan safe).
 Bila ibu dan bayi dapat diberikan obat-obat ARV (Anti Retroviral) dianjurkan menyusui
eksklusif sampai bayi berumur 6 bulan dan dilanjutkan menyusui sampai umur bayi 1
tahun bersama dengan tambahan makanan pendamping ASI yang aman.
 Bila ibu dan bayi tidak mendapat ARV, rekomendasi WHO tahun 1996 berlaku yaitu ASI
eksklusif yang harus diperah dan dihangatkan sampai usia bayi 6 bulan dilanjutkan
dengan susu formula dan makanan pendamping ASI yang aman.
b) Ibu penderita HTLV (Human T-lymphotropic Virus) tipe 1 dan 2 Virus ini juga menular
melalui ASI. Virus tersebut dihubungkan dengan beberapa keganasan dan gangguan neurologis
setelah bayi dewasa. Bila ibu terbukti positif, dan syarat AFASS dipenuhi, tidak dianjurkan
memberi ASI.
c) Ibu penderita CMV (citomegalovirus) yang melahirkan bayi prematur juga tidak dapat
memberikan ASInya.

2.5.2.2 Indikasi untuk sementara tidak menyusui


Pada ibu perlu dijelaskan bahwa penghentian menyusui hanya sementara dan ibu dapat
melanjutkan menyusui bayinya kembali sesuai dengan perkembangan kesehatannya. Selain itu,
petugas kesehatan harus dapat memberi informasi cara mempertahankan produksi ASI dan bila
perlu rujuklah pada konsultan atau klinik laktasi.
1. Ibu sakit berat sehingga tidak bisa merawat bayinya misalnya psikosis, sepsis, atau
eklamsi
2. Virus herpes simplex type 1 (HSV-1): kontak langsung mulut bayi dengan luka di dada
ibu harus dihindari sampai pengobatannya tuntas
3. Pengobatan ibu: psikoterapi jenis penenang, anti epilepsi
 opioid dan kombinasinya mungkin memberi efek samping seperti mengantuk atau depresi
pernafasan sehingga lebih baik dihindari bila ada alternatif yang lebih aman
 kemoterapi sitotoksik mensyaratkan seorang ibu untuk berhenti menyusui selama terapi
 bila ibu memerlukan pemeriksaan dengan zat radioaktif maka pemberian ASI pada bayi
dihentikan selama 5 kali masa paruh zat tersebut. Selama ibu tidak memberikan ASI, ASI
tetap
diperah dan dibuang untuk mempertahankan produksi ASInya.
2.5.2.3 Pertimbangan memberi susu formula pada beberapa kondisi kesehatan ibu yang
lain:
1. Ibu yang merokok, peminum alkohol, pengguna ekstasi, amfetamin dan kokain dapat
dipertimbangkan untuk diberi
susu formula, kecuali ibu menghentikan kebiasaannya selama menyusui.
2. Beberapa situasi lain dimana dibenarkan untuk memberi susu formula :
 Laktogenesis memang terganggu, misalnya karena ada sisa plasenta (hormon prolaktin
terhambat), sindrom Sheehan (perdarahan pasca melahirkan hebat dengan komplikasi
nekrosis hipothalamus)

 Insufisiensi kelenjar mammae primer: dicurigai bila payudara tidak membesar tiap
menstruasi / ketika hamil dan produksi ASI memang minimal.
 Pasca operasi payudara yang merusak kelenjar atau saluran ASI
 Rasa sakit yang hebat ketika menyusui yang tidak teratasi oleh intervensi seperti
perbaikan pelekatan, kompres hangat maupun obat.

Kesimpulan
Kecuali pada keadaan khusus, bayi cukup bulan sehat tidak memerlukan tambahan susu
formula asalkan bayi diberi kesempatan untuk segera menyusu dan tidak dipisahkan dari ibunya.
Bila dianggap perlu, harus diingat bahwa tujuan pemberian tambahan susu formula
adalah memberi nutrisi bayi sementara masalah diatasi.
Proses menyusui dan menyusu antara ibu dan bayi perlu dinilai oleh seseorang yang
memahami manajemen laktasi dan bila perlu berikan intervensi.
Di rumah sakit, sebaiknya ada informed consent bila hendak memberi tambahan susu formula.
Alasan pemberian, jumlah, cara pemberian dan jenis formula harus ditulis lengkap dan jelas.

PROFIL PUSKESMAS
2.1. DATA UMUM

2.1.1. Geografis

2.1.1.1. Batas Wilayah :


Utara : Kec. Sumberasih dan Kec. Wonoasih

Selatan : Kec. Bantaran

Barat : Kec. Lumbang

Timur : Kec. Bantaran

2.1.1.2. Luas Wilayah :

Secara umum wilayah puskesmas wonomerto merupakan dataran rendah, dengan


kondisi daerah bervariasi antara persawahan, ladang dan pekarangan serta zsebagian kecil
hutan.

Adapun secara umum Wonomerto terdiri atas :

1. Sawah : 1.020,586 Ha 7. Perkebunan : 24,735 Ha

2. Ladang : 2.339,229 Ha 8. Lain-lain : 99,592 Ha

3. Pekarangan : 604 Ha

4. Sawah T hujan : 461,641 Ha

5. Hutan : 374,400 Ha

6.Makam : 19,350 Ha
DISTRIBUSI LUAS LAHAN PENDUDUK
PUSKESMAS WONOMERTO-TAHUN 2008

2500

Saw ah Tehnis
2000
Tegalan

Pekarangan
lUAS LAHAN
Thousands

1500
Hutan
Saw ah Td Hujan
1000 Perkebunan
Kuburan
Lain-lain
500

0
Jenis Lahan

Dari gambaran grafik diatas menunjukan bahwa masyarakat Wonomerto masih sangat
mengandalkan dari kehidupan agraris ( bertani atau berladang ). Namun dari gambaran
Tanah tegalan merupakan bagian terbesar dari wilayah Wonomerto, memberikan asumsi
di wilayah ini merupakan wilayah yang tergolong sulit dalam hal pemenuhan air.

Dengan kondisi kekurangan air tentunya dapat digambarkan bahwa tingkat


keberhasilan dalam hal bercocok tanam tergolong rendah, sehingga tingkat pendapatan
masyarakat tentunya juga secara umum kurang memadai.
2.1.1.3. Pembagian Wilayah :

Kecamatan Wonomerto terbagi atas 11 desa,dengan jarak bervariasi yaitu :

NO. DESA JARAK KE PUSK. KETERANGAN

1. Sepuh Gembol 2 km Jarak dari puskesmas ke

2. Patalan 0,5 km Balai desa bersangkutan.

3. Poh sangit ngisor 3 km


4. Sumber Kare 5 km

5. Jrebeng 1,5 km

6. Wonorejo 5 km

7. Tunggak crème 3 km

8. Poh Sangit Tengah 4 km

9. Poh Sangit Lor 6 km

10. Kareng kidul 8 km

11. Kedung Supit 10 km

Antar desa dihubungkan dengan jalan yang bervariasi, lebih kurang 75 % berupa jalan
aspal tapi kondisi jalan aspal banyak yang sudah rusak, 20 % berupa jalan dengan
pengerasan (makadam) dan 5 % berupa jalan tanah biasa. Dengan kondisi jalan seperti di
atas serta sulitnya alat transportasi umum yang dapat menembus Desa kecuali Ojek
(kendaraan roda dua) , hal ini sangat mempengaruhi kesadaran mengobatkan diri
masyarakat terhadap fasilitas kesehatan, ataupun prosedur rujukan yang seharusnya
dilakukan masyarakat.

Di sisi lain organisasi Desa di 11 Desa Kecamatan Wonomerto kurang begitu


optimal, bahkan hampir 60 % tidak aktif sama sekali, hal ini bila dilihat dari berfungsinya
balai desa baik dari sisi fisik maupun ketenagaan.

Tentunya hal ini sangat menunjang keberhasilan dari program yang dilaksanakan, tanpa
peran serta aktif aparat desa sulit mengharapkan hasil yang optimal.
2.1.2. DEMOGRAFI

2.1.2.1. Distribusi Penduduk Menurut Golongan Tahun 2014.

NO. DESA K.K Penduduk Pra Lansi Lansia BUMIL BULIN

1. Sepuh Gembol 1570 6209 939 528 93 83

2. Patalan 1430 4953 1095 614 87 89

3. Pohs Nghisor 532 1962 987 551 22 23

4. Pohs Tengah 849 3089 433 231 45 44

5. Jrebeng 960 3206 741 409 46 47

6. Tunggak Cerme 950 2985 629 345 43 43

7. Wonorejo 1095 3827 607 332 56 48

8. Poh S. Lor 1069 3604 648 356 50 49

9. Sumber Kare 1497 5410 735 406 89 88

10. Kareng Kidul 643 2149 473 255 36 26

11. Kedung Supit 682 2449 532 289 45 36

PUSKESMAS 11.277 39843 3780 4313 600 573


NO. DESA BUFAS 0-11 1- 4 th 5-9 th 10-19
bl

1. Sepuh Gembol 83 103 418 576 1005

2. Patalan 89 92 331 314 776

3. Pohs Nghisor 23 33 130 150 194

4. Pohs Tengah 44 53 206 240 362

5. Jrebeng 47 55 214 262 402

6. Tunggak Cerme 43 51 199 280 441

7. Wonorejo 48 66 257 314 507

8. Poh S. Lor 49 62 250 293 467

9. Sumber Kare 88 95 364 479 824

10. Kareng Kidul 26 36 143 173 242

11. Kedung Supit 36 43 171 210 312

PUSKESMAS 573 689 2683 3289 5524

2.1.2.2. Distribusi Penduduk berdasar Jenis Kelamin. Tahun 2014


GRAFIK JUMLAH PENDUDUK TAHUN 2014
PUSKESMAS WONOMERTO
7000

6000
PENCAPAIAN ( JML )

5000

4000

3000

2000

1000

0
S.gembol Patal P.Ngisor P.Tengah Jreng Tunggkl Wonor P.Lor S.Kare K.Kidul K.Supit
L 3053 2468 916 1460 1622 1441 1820 1798 2562 1015 1208
P 3172 2496 1034 1626 1581 1539 2008 1806 2862 1123 1233
Total 6225 4964 1950 3086 3203 2980 3828 3604 5424 2138 2441

Dari hasil grafik jumlah penduduk diatas bahwa jumlah penduduk untuk
Kecamatan Wonomerto komposisinya lebih banyak jumlah Wanita (51,40 % ) daripada
Laki-Laki ( 48,60 % )

2.1.2.3. Distribusi Penduduk Berdasar Pendidikan.

Dari hasil pendataan penduduk diperoleh gambaran bahwa 75% masyarakat


Wonomerto tingkat pengetahuannya cukup rendah (tidak sekolah/tidak tamat SD), dimana
hal ini sangat menentukan kualitas sumber daya yang ada baik dalam kaitan pekerjaan
maupun dalam kemampuan untuk menerima informasi-informasi baru dibidang
kesehatan. Dan hanya < 10 % masyarakat yang memiliki pengetahuan yang memadai.

2.1.2.4. Distribusi Penduduk Berdasar Pekerjaan.


DITRIBUSI PENDUDUK
DISTRIBUSI PENDUDUK BERDASARKAN
BERDASARPEKERJAAN
PEKERJAAN
PUSKESMAS WONOMERTO-TAHUN 2008
PUSKESMAS WONOMERTO TAHUN 2014
(14.9%)

(2.3%) Tani
(1.9%)
(0.9%) Buruh Tani
(0.5%)
(0.4%) (19.6%)
(0.3%)
(0.1%)
(0.0%)
(0.1%) Pedagang

Br Industri
Jasa Angkutan

Br Penggalian
Jasa Bangunan

PNS
Pensiunan

Pengrajin

ABRI
Lain-lain

(58.8%)

Jenis pekerjaan masyarakat sangat bervariatif, namun bagian terbesar dari


masyarakat justru pekerjaannya tidak jelas atau bahkan tidak memiliki pekerjaan (58,8 %).
Hal ini memberikan gambaran umum tingkat pendapatan masyarakat, dimana tentunya
secara tidak langsung akan menentukan kemampuan/daya beli masyarakat dalam
pemenuhan kebutuhan sehari-harinya.
2.1.2.5. Distribusi Penduduk Berdasar Usia.Tahun 2014

GRAFIK PENDDUK BERDASARKAN USIA TH 2014


PUSKESMAS WONOMERTO

10000
9000
8000
Pencapaian ( Jml )

7000
6000
5000
4000
3000
2000
1000
0
1-4. 5-9. 10-24. 25-34. 35-39. 40-44. 45-54. 55-59. 60-64. >65.
L 1780 1603 4727 2995 1685 1474 2479 889 718 1013
P 3787 1698 4767 3315 1695 1543 2545 861 807 1542
TOTAL 5567 3301 9494 6310 3380 3017 5024 1750 1525 2555

2.1.3. SUMBER DAYA

2.1.3.1. Sarana Ketenagaan.

NO. JENIS TENAGA JUMLAH KETERANGAN

2013 2014

1. Dokter Umum 1 1

2. Apoteker 1 1

3. Dokter Gigi 1 1

4. Bidan Induk 4 9

5. Bidan Desa 7 7 3 PNS/ 4 PTT

6. Bidan Pustu 3 3 2 PTT/ 1 Honda

7. Perawat Gigi 0 0

8. Perawat Induk / UGD 9 10 3 PNS / 6 Honda


9. Perawat 7 7 4 Honda/1 PNS
Pustu/Poskesdes
10. 1 1 3 ponkesdes
Sanitarian
11. 1 1
Bendahara
12. 1 1
Tata Usaha
14. 1 1
Juru Imunisasi
15. 1 1
Pengelola Gudang
16. 1 1
Pembantu Bidan
17. 1 2 PNS
Pengelola Gizi
18. 3 3 PNS/ Sukwan
Pengelola Loket
19. 1 2 1 PNS
Pengelola Apotik
19. 1 2 1 PNS
Analis Laborat
20. 7 4 7 Sukwan
Sopir
21 3 3 1 Sukwan/2 PNS
Pembantu Pustu/
22. Perawat 2 2

Jaga Malam/Kebersihan

Total 58 63

2.1.3.2. Sarana Fisik Kesehatan Tahun 2014

NO. SARANA JUMLAH KETERANGAN

GEDUNG
Puskesmas Induk/UGD
1. 1 Rawat Jalan
Rawat Inap
2. 13 TT
Puskesmas Pembantu
3. 3 1 Rusak sedang
Polindes/Ponkesdes
4 3/4
TRANSPORTASI
Puskesmas Keliling
1. Kendaran bermotor roda 2 2
2. Sepeda Roda dua 9
SIK (Komputer)
3. 7
Laptop
4. 6
LCD
5. 4

6. 1

2.1.3.3. Dukungan DanaTahun 2014

NO. MATA ANGGARAN. SUMBERDANA JUMLAH

1. Operasional Puskesmas 50 % Restribusi 155,552.649,-

2. Operasional BOK Pusat 53.920.000,-

3. Operasional Program ( Posyandu ) BOK 41.080.0000,-

4. Opersinal JKN kapitasi Rawat Jalan APBN 1.168.985.000

5. Operasional JKN Persalinan APBN 168.050.000 ,-

5 Operasional JKN Rawat Inap APBN 70.500.000 ,-

7. Opersaional Rawat jalan Gratis Pemkab 59.812,720,-

8. Operasional Rawat Jalan Lansia Pemkab 17.881.435 ,-

TOT AL

2.1.3.4. Peran Serta Masyarakat

NO. DESA POSYANDU KADER DANA


SEHAT
Total Aktif

1. Sp Gembol 4 20 20 ( 100 % ) 0
2.
Patalan 4 20 20 ( 100 % ) 0
3.
PS Ngisor 3 15 15 ( 100 % ) 0
4.
5. PS Tengah 3 15 15 ( 100 % ) 0

6. Jrebeng 3 15 15 ( 100 % ) 0

7. Tunggak Cerme 4 20 20 ( 100 % ) 0

8. Wonorejo 4 20 20 ( 100 % ) 0

9. PS Lor 4 20 20 (100 % ) 0

10. Sumber Kare 6 30 30 ( 100 % ) 0

11. Kareng Kidul 3 15 15 ( 100 % ) 0

Kedung Supit 3 15 15 ( 100 % ) 0

PUSKESMAS 41 205 205 ( 100 % 0


)

Dari data diatas menunjukan bahwa sudah baik tentang peran serta masyarakat
dalam bidang kesehatan baik dalam bentuk peran aktif kader tetapi untuk dana
sehat.masaih rendah .setelah dilakukan dengan upaya pembinaan yang telah dilaksanakan
Puskesmas baik dalam bentuk pembekalan, refresing maupun pembinaan secara langsung.

Namun disadari pula ada sisi lain yang belum optimal mendapatkan perhatian yaitu
masalah reward (imbalan) bagi tenaga kader posyandu, terutama dari pemerintahan desa
setempat.

2.1.3.5. Stratifikasi Posyandu di Wilayah Puskesmas Wonomerto Tahun 2014

NO. Desa Jml. Pos Pratama Madya Purnama Mandiri

1. Sepuh Gembol 4 0 2 2 0

2. Patalan 4 0 3 1 0

3. Poh S Ngisor 3 0 2 1 0

4. Poh S Tengah 4 0 4 0 0

5. Jrebeng 3 0 3 1 0

6. Tunggak 3 0 2 1 0
Cerme
7. 4 1 2 1 0
Wonorejo
8. 4 0 4 0 0
9. Poh S Lor 6 1 4 1 0

10. Sumber kare 3 0 2 1 0

11. Kareng Kidul 3 0 0 2 1

Kedung Supit

Jumlah 41 2 27 11 1

Data di atas menunjukan adanya peningkatan stratifikasi apabila di bandingkan


dengan perioda tahun sebelumnya, meskipun belum memuaskan namun perlu disadari
mengingat kendala dari beberapa variabel belum terselesaikan secara baik antara lain,
kader, sumber dana dan peran LSM serta peran pemerintahan desa.

Вам также может понравиться