Вы находитесь на странице: 1из 27

LAPORAN PENDAHULUAN

ARTRITIS RHEUMATOID

A. Latar Belakang
Salah satu aspek yang penting dalam keperawatan adalah keluarga. Keluarga
unit terkecil dalam masyarakat merupakan klien keperawatan atau si penerima
asuhan keperawatan. Keluarga berperan dalam menentukan cara asuhan yang
diperlukan anggota keluarga yang sakit. Keberhasilan keperawatan di rumah sakit
dapat menjadi sia – sia jika tidak menjadi tidak dilanjutkan oleh keluarga di
rumah. Secara empiris dapat dikatakan bahwa kesehatan anggota keluarga dan
kualitas kehidupan keluarga sangat berhubungan atau sangat signifikan.
Keluarga menempati posisi di antara individu dan masyarakat, sehingga
dengan memberikan pelayanan kesehatan kepada keluarga, perawat mendapat
dua keuntungan sekaligus. Keuntungan pertama adalah memenuhi kebutuhan
individu, dan keuntungan kedua adalah memenuhi kebutuhan masyarakat. Dalam
pemberian pelayanan kesehatan, perawat harus memperhatikan nilai – nilai dan
budaya keluarga, sehingga keluarga dapat menerima.
Pelayanan keperawatan di rumah merupakan pelayanan keperawatan yang
diberikan di tempat tinggal klien dan keluarga sehingga klien tetap memiliki
otonomi untuk memutuskan hal – hal yang terkait dengan masalah kesehatannya.
Perawat yang melakukan keperawatan di rumah bertanggung jawab untuk
meningkatkan kemampuan keluarga untuk mencegah penyakit dan pemeliharaan
kesehatan. Namun, di Indonesia belum ada lembaga ataupun organisasi perawat
yang mengatur pelayanan keperawatan di rumah secara administratif. Perawatan
yang diberikan di rumah – rumah khususnya oleh perawat komunitas masih
bersifat sukarela, belum ada pengaturan terhadap imbalan atas jasa yang
diberikan.
Pengalaman belajar klinik me mberikan kemampuan kepada mahasiswa
untuk memperoleh pengalaman nyata asuhan keperawatan keluarga pada
keluarga yang mengalami masalah kesehatan dengan penerapan berbagai konsep
dan teori keperawatan keluarga serta proses keperawatan sebagai pendekatan.
B. Tujuan.
1. Tujuan umum :
Setelah menyelesaikan pengalaman belajar klinik mampu menerapkan asuhan
keperawatan pada keluarga yang mempunyai masalah kesehatan sesuai tugas
dan perkembangan keluarga.

2. Tujuan khusus :
Setelah menyelesaikan belajar klinik mmpu :

a. Mengidentifikasi data yang sesuai dengan masalah kesehatan


keluarga
b. Merumuskan diagnosa keperawatan keluarga sesuai dengan
maslaha kesehatan keluarga
c. Merencanakan tindakan sesuai dengan diagnosa
keperawatan
d. Melaksanakan tindakan sesuai rencana yang telah ditentukan
e. Mengevaluasi pelaksanaan tindakan keperawatan
f. Mendokumentasikan asuhan keperawatan keluarga
TINJAUAN TEORI

A. KONSEP ASKEP KELUARGA

1. Konsep dasar keluarga


a. Pengertian keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terrdiri dari kepala keluarga
dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat dibawah satu atap
dalam keadaan saling ketergantungan(depkes,RI)
Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang bergabung karena
hubungan darah, hubungan perawnan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam
satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan didalam perannya masing-
masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan.
Berdasarkan pengertian diatas yang dmaksud dengan keluarga adalah unit
terkecil dari masyarakat terdiri atas dia atau lebih orang yang terkabung di dalam
ikatan perkawinan dan pertalian darah serta hidup dalam satu rumah tangga
dibawah asuhan kepala rumah tangga dan saling berinteraksi satu sama lain dimana
setiap anggota keluarga memilki peran masing-masing menciptakan serta
mempertahankan kebudayaan.
b. Struktur keluarga
1) Patrilineal
Keluarga yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generaasi dimana
hubungan itu disusun memlaui jalur garis ayah

2) Matrilineal
Yaitu keluarga terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa general , dimana
hubungan disusun melalui jalur garis ibu

3) Matrilokal
Sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri

4) Patrilokal
Sepaang suami istri yang tinggal bersama keluarrga searah
5) Keluarga kawinan
Hubungan suami istri sebagi dasar bagi pembinaan keluarga dan beberapa sanak
saudara yang menjadi bagian keluarga karena hubungan dengan suami istri

 Ciri-ciri struktur keluarga menurut aderson:

 Terorganisasi; saling berhubungan saling ketergantungan anatara anggota


keluarga
 Ada keterbatasan; setiap anggota memiliki kebebasan tetapi mereka juga
mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugas masing-
masing
 Ada perbedaan dan kekhususan setiap anggota keluarga mempunyai
pernan dan fungsinya masing-masing
c. Tipe/bentuk keluarga
1) Keluarga inti( nuclear –family)
Merupaan keluarga terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak

2) Keluarga besar(extended family)


Merupakan keluarga ditambah sanak saudara, misalnya nenek kakek,
keponakan , saudara sepupu, paman ,bibi dll

3) Keluarga berantai(serial family)


Merupakan keluarag terdiri dari wanita dan pria yang, brenikah lebih dari satu
kali dan merupakan satu keluarga intim

4) Keluarga duda atau janda(single family)


Meurpakan keluarga yang teradi karena perceraian atau kematia

5) Keluarga berkomposisi(coposisy)
Merupakan keluarga yang perkawinannya berpoligami dan hidup secara
bersama.

6) Keluarga kabitas(cohabitation)
Merupakan keluarga yang terdiri dari dua orang yang menjadi satu tanpa
pernikahan tetapi membentuk suatu keluarga

d. Fungsi keluarga
1) Fungsi biologis
2) Fungsi psikologis
3) Fungsi social
4) Fungsi ekonomi
5) Fungsi pendidikan
e. Ciri-ciri keluarga
1) Diikat suatu tali perkawinan
2) Ada hubungan darah
3) Ada ikatan batin
4) Ada tanggung jawab masing-masing anggota keluarganya
5) Ada pengambilan keputusan
6) Ada kerja sama diantara anggota keluarga
7) Komunikasi interaksi diantara anggota keluarga
8) Tinggal dalam suatu rumah
f. Tugas-tugas keluarga
1) Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya
2) Pemeliharaa sunber-sumber yang ada dalam keluarga
3) Pembagian tugas masing-masing anggota keluarganya sesuai dengan
kedudukannya masing-masing
4) Sosialisasi antara anggota keluarga
5) Pengaturan jumlah anggota keluarga
6) Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga
7) Penempatan anggota –anggota keuarga dalam masyarakat yang lebih luas
8) Membangkitka dorongan dan semangat para anggota keluarga
2. Konsep asuhan keperawatan keluarga
Proses keperawatan adalah metode ilmiah yang digunakan secara sistematis untuk
mengkaji dan menentukan masalah eksehatan dan keperawatan keluarga.
Merencanakan asuhan keperawatan dan melasanakan intervensi keperawtan terhadap
keluarga sesuai dengan rencana yang telah disusun dan mengevaluasi mutu hasil asuhan
keperawatan yang telah dilaksanakan terhadap keluarga.
Tahap-tahap proses keperawatan:

a. Pengkajian
Adalah sekumpulan tindakan yang digunakan ole perawaat untuk engukur keadan
klien ( keluarga dengan memakai norma-norm kesehatan keluarga maupun social,
yang merupakan system yang terintergrasi an kesanggupan keluarga untuk
mengatasinya.
Dasar pemikiran pengkajian adalah suatu perbandingan , suatu epngukuran atau
suatu peilaian mengenai keadaan keluarga dengan menggnakan norma-norma yang
diambil dari kepercayaan , nilai-nilai prinsip aturan dan harapan, teori ,konsep
berkaitan degan permasalahan yang dhadapi oleh keluarga.

1. Tahap pengkajian
Pengkajian adalah tahapan dimana seorang perawat mengambil informasi
secara terus menerus terhadap anggota keluarga yang dibinanya. Hal – hal
yang dikaji dalam keluarga adalah :
a. Data umum :
Meliputi nama kepala keluarga, alamat, pekerjaan dan pendidikan
kepala keluarga, komposisi keluarga yang terdiri dari nama, jenis
kelamin, hubungan dengan KK, umur, pendidikan, dan status imunisasi
dari masing – masing anggota keluarga serta genogram.
Type keluarga. Menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta
kendala atau masalah yang terjadi dengan jenis tiper keluarga tersebut.
Suku bangsa. Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut serta
mengidentifikasi budaya suku bangsa tersebut terkait dengan kesehatan
Agama. Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan
yang dapat mempengaruhi kesehatan.
Status social ekonomi keluarga. Status social ekonomi keluarga
ditentukan oleh pendapatan baik dari kepala keluarga maupun anggota
keluarga lainnya. Selain itu status social ekonomi keluarga ditentukan
pula oleh kebutuhan – kebutuhan yang dikeluarkan oleh keluarga serta
barang – barang yang dimiliki oleh keluarga.
Aktivitas rekreasi keluarga. Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat
kapan saja keluarga pergi bersama – sama untuk mengunjungi tempat
rekreasi tertentu namun dengan menonton TV dan mendengarkan radio
juga merupakan aktivitas rekreasi.
b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
Tahap perkembangan keluarga saat ini. Dimana ditentukan oleh anak
tertua dari keluarga inti.
Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi. Menjelaskan
bagaimana tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga serta
kendalanya.
Riwayat keluarga inti. Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada
keluarga inti, yang meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat
kesehatan masing – masing anggota dan sumber pelayanan yang
digunakan keluarga.
c. Pengkajian lingkungan
Karakteristik rumah. Diidentifikasi dengan melihat luas rumah, tipe
rumah, jumlah ruangan, jumlah jendela, pemanfaat ruangan, peletakan
perabotan rumah, dan denah rumah.
Karakteristik tetangga. Menjelaskan mengenai karakteristik tetangga
dan komunitas setempat yang meliputi kebiasaan, lingkungan fisik, aturan
atau kesepakatan penduduk setempat, budaya yang mempengaruhi
kesehatan.Mobilitas geografis keluarga. Mobilitas geografis keluarga
yang ditentukan dengan kebiasaan keluarga berpindah tempat.
Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat. Menjelaskan
mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul serta
perkumpulan keluaarga yang ada.System pendukung keluarga. Yang
termasuk system pendukung adalah jumlah anggota keluarga yang sehat,
fasilitas yang dimiliki keluarga untuk menunjang kesehatan yang meliputi
fasilitas fisik, psikologis, atau dukungan dari anggota keluarga dan
fasilitas social atau dukungan masyarakat setempat.
d. Struktur keluarga
Pola komunikasi keluarga. Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi
antar anggota keluarga.Struktur kekuatan keluarga. Kemampuan anggota
keluarga mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk mengubah
perilaku.Struktur peran. Menjelaskan peran dari masingg – masing
anggota keluarga baik secara formal maupun informal.Nilai atau norma
keluarga. Menjelaskan mengenai nilai norma yang dianut keluarga, yang
berhubungan dengan kesehatna.

e. Fungsi keluarga
Fungsi afektif. Mengkaji gambaran diri anggota keluarga, perasaan
memiliki dan dimiliki keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota
keluarga lainnya, kehangatan pada keluarga dan keluarga
mengembangkan sikap salingg menghargai.Fungsi sosialisasi.
Bagaimanaa interaksi atau huubungan dalam keluarga dan sejauhmana
anggota keluarga belajar disiplin, norma atau budaya dan perilaku.Fungsi
perawatan kesehatan. Sejauhmana keluarga menyediakan makanan,
pakaianan dan perlindungan terhadap anggota yang sakit. Pengetahuan
keluarga mengenai sehat – sakit, kesanggupan keluarga melakukan
pemenuhan tugas perawatan keluarga yaitu :
- mengenal masalah kesehatan : sejauhmana
keluarga mengenal fakta – fakta dari masalah kesehatan meliputi
pengertian, tanda dan gejala, penyebab dan yang mempengaruhi serta
persepsi keluarga terhadap masalah.
- mengambil keputusan mengenai tindakan
kesehatan yang tepat : sejauhmana keluarga mengerti mengenai sifat
dan luasnya masalah, apakah masalah dirasakan, menyerah terhadap
masalah yang dialami, takut akan akibat dari tindakan penyakit,
mempunyai sikap negative terhadap masalah kesehatan, dapat
menjangkau fasilitas kesehatan yang ada, kurang percaya terhadap
tenaga kesehatan dan mendapat informasi yang salah terhadap
tindakan dalam mengatasi masalah.
- merawat anggota keluarga yang sakit :
sejauhmana keluarga mengetahui keadaan penyakitnya, mengetahu
tentang sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan,
mengetahui sumber – sumber yang ada dalamn keluarga (anggota
keluarga yang bertanggung jawab, keuangan, fasilitas fisik,
psikososial), mengetahui keberadaan fasilitas yang diperlukan untuk
perawatan dan sikap keluarga terhadap yang sakit.
- memelihara lingkungan rumah yang sehat :
sejauhmana mengetahui sumber – sumbver keluarga yang dimiliki,
keuntungan/manfaat pemeliharaan lingkungan, mengetahui
pentingnya hygiene sanitasi dan kekompakan antar anggota keluarga.
- menggunakan fasilitas atau pelayanan
kesehatan di masyarakat : apakah keluarga mengetahui keberadaan
fasilitas kesehatan, memahami keuntungan yang diperoleh dari
fasilitas kesehatan, tingkat kepercayaan keluarga terhadap petugas
kesehatan dan fasilitas kesehatan tersebut terjangkau oleh keluarga.
Fungsi ekonomi. Mengkaji sejauhmana keluarga memenuhi
kebutuhan sandang, pangan dan papan, dan memanfaatkan sumber
yang ada di masyarakat dalam upaya meningkatkan status kesehatan
keluarga.
f. Stres dan koping keluarga
Stressor jangka pendek yaitu yang dialami keluarga yang memerlukan
penyelesaian dalam waktu + 6 bulan dan jangka panjang yaitu yang
memerlukan penyelesaian lebih dari 6 bulan.Kemampuan keluargaa
berespon terhadap situasi atau stressor. Mengkaji sejauhmana keluarga
berespon terhadap situasi atau stressor.Strategi koping yang digunakan.
Strategi koping apa yang digunakan keluarga bila menghadapi
permasalahan.Strategi adaptasi disfungsional. Dijelaskan mengenai
adaptasi disfungsional yang digunakan keluarga bila menghadapi
permasalahan.
g. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluargaa. Metode
yang digunakan pada pemeriksaan, tidak berbeda dengan pemeriksaan
fisik di klinik.
h. Harapan keluarga
Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga
terhadap petugas kesehatan yang ada.
2. Perumusan diagnosis keperawatan keluarga.
Diagnosis keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data yang
didapatkana pada pengkajian. Tipologi dari diagnosis keperawatan :
a. Aktual (terjadi deficit atau gangguan
kesehatan).
Dari hasil pengkajian didapatkan data mengenai tanda dan gejala dari
gangguan kesehatan.

b. Resiko (ancaman kesehatan)


Sudah ada data yang menunjang namun belum terjadi gangguan.

c. Potensial (keadaan sejahtera atau


“wellness”)
Suatu keadaan dimana keluarga dalam keadaan sejahtera sehingga
kesehatan keluarga dapat ditingkatkan.

Dalam satu keluarga perawat dapat menemukan lebih dari satu diagnosa
keperawatan. Untuk menentukan prioritas terhadap diagnosa keperawatan
keluarga yang ditemukan dihitung dengan menggunakan skala prioritas.

3. Perencanaan keperawatan keluarga.


Perencanaan keperawatan keluarga terdiri dari penetapan tujuan yang
mencakup tujuan umum dan tujuan khusus serta dilengkap dengan criteria
dan standar. Criteria dan standar merupakan pernyataan spesifik tentang hasil
yang diharapkan dari setiap tindakan keperawatan berdasarkan tujuan khusus
yang ditetapkan.

4. Tahapan tindakan keperawatan keluarga.


Tindakan keperawatan keluarga mencakup hal – hal dibawah ini :

a. Menstimulasi kesadaran atau


penerimaan keluarga mengenai masalah dan kebutuhan kesehatan dengan
cara memberika informasi, mengidentifikasi kebutuhan dan harapan
tentang kesehatan, dan mendorong sikap emosi yang sehat terhadap
masalah.
b. Menstimulasi keluarga untuk
memutuskan cara perawatan yang tepat dengan cara mengidentifikasi
konsekwensi tidak melakukan tindakan, mengidentfikasi sumber –
sumber yang dimiliki keluarga dan mendiskusikan tentang konsukensi
tiap tindakan.
c. Memberikan kepercayaan diri dalam
merawat anggota keluarga yang sakait dengan cara mendemonstrasikan
cara perawatan, menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah dan
mengawasi keluarga melakukan perawatan.
d. Membantu keluarga untuk
menemukan cara bagaimana membuat lingkungan menjadi sehat dengan
cara menemukan sumber – sumber yang dapat digunakan keluarga dan
melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin.
e. Memotivasi keluarga untuk
memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada dengan cara mengenakan
fasilitas kesehatan yang ada dilingkungan keluarga dan membantu
keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.
5. Tahap evaluasi
Sesuai rencana tindakan yang telah diberikan, dilakukan penilaian
untuk melihat keberhasilannya. Bila tidak/belum berhasil perlu disusun
rencana baru yang sesuai. Semua tindakan keperawatan mungkin tidak dapat
dilakukan dalam satu kali kunjungan ke keluarga. Untuk itu dapat
dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan waktu dan kesediaan keluarga.
Tahapan evaluasi dapat dilakukan secara formatif dan sumatif. Evaluasi
formatif adalah evaluasi yang dilakukan selama proses asuhan keperawatan
sedangkan evaluasi sumatif adalah evaluasi akhir.

B. KONSEP KEPERAWATAN REMATOID ATRITIS

1. Pengertian
Artritis Rheumatoid (AR) merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik
kronik yang walaupun manifestasi utamannya adalah poliartritis yang
progresif, akan tetapi penyakit ini juga melibatkan seluruh organ tubuh. Pada
umumnya selain gejala artikular, AR dapat pula menunjukkan gejala
konstitusional berupa kelemahan umum, cepat lelah atau gangguan organ non
artikular lainnya.
Penyakit ini adalah salah satu dari sekelompok penyakit jaringan ikat difus
yang diperantarai oleh imunitas dan tidak diketahui penyababnya. Artritis
reumatoid kira-kira 2 ½ kali lebih sering menyerang perempuan daripada laki-
laki. Insiden meningkat dengan bertambahnya usia, terutama pada perempuan.
Insedens puncak adalah antara usia 40 sampai 60 tahun

2. Etiologi

Penyebab AR sampai sekarang belum diketahui. Beberapa faktor di


bawah ini diduga berperan dalam timbulnya penyakit artritis rheumatoid.

a. Faktor genetik dan lingkungan


Terdapat hubungan antara HLA-DW4 dengan AR seropositif yaitu
penderita mempunyai resiko 4 kali lebih banyak terserang penyakit ini.
b. Hormon seks
Faktor keseimbangan hormonal diduga ikut berperan karena perempuan
lebih banyak menderita penyakit ini dan biasanya sembuh sewaktu hamil.

c. Infeksi
Dugaan adanya infeksi timbul karena permulaan sakitnya terjadi secara
mendadak dan disertai tanda-tanda peradangan. Penyebab infeksi diduga
bakteri, mikoplasma, atau virus.
d. Heat Shock Protein (HSP)
HSP merupakan sekelompok protein berukuran sedang yang dibentuk
oleh tubuh sebgai respons terhadap stres.
e. Radikal bebas
Contohnya radikal superokside dan lipid peroksidase yang merangsang
keluarnya prostaglandin sehingga timbul rasa nyeri, peradangan dan
pembengkakan.
f. Umur
Penyakit ini terjdai pada usia 20-60 tahun, tetapi terbanyak antara umur
35-45 tahun.
Artritis reumatoid ini merupakan bentuk artritis yang serius,
disebabkan oleh peradangan kronis yang bersifat progresif, yang menyangkut
persendian. Ditandai dengan sakit dan bengkak pada sendi-sendi terutama
pada jari-jari tangan, pergelangan tangan, siku, dan lutut. Penyebab artritis
reumatoid masih belum diketahui walaupun banyak hal mengenai
patogenesisnya telah terungkap. Penyakit ini tidak dapat ditunjukkan
memiliki hubungan pasti dengan genetik. Terdapat kaitan dengan penanda
genetik seperti HLA-DW4 (Human Leukocyte Antigens) dan HLA-DR5 pada
orang Kaukasia.
3. Patofisiologi
Pada artritis reumatoid, reaksi autoimun (yang sudah dijelaskan sebelumnya)
terutama terjadi dalam jaringan sinovial. Proses fagositosis menghasilkan
enzim-enzim dalam sendi. Enzim-enzim tersebut akan memecah kogen
sehingga terjadi edema, proliferasi membran sinovial dan akhirnya
pembentukan pannus. Pannus akan menghancurkan tulang rawan dan
menimbulkan erosi tulang. Akibatnya adalah menghilangnya permukaan sendi
yang akan mengganggu gerak sendi. Otot akan terkena karena serabut otot akan
mengalami perubahan degeneratif dengan menghilangnya elastisitas otot dan
kekuatan kontraksi otot.

4. Tanda dan gejala


a. Tanda dan gejala setempat
 Sakit persendian disertai dengan kaku dan pergerakan terbatas
 Lambat laun membengkak, panas , merah dan lemah
 Semua sendi bisa terserang , panggul, lutut m pergelangan tangan,
siku rahang dan bahu
b. Tanda dan geala sistemik
Lemah , demam tahcikardi. Berat badan menurun, anemia

5. Pemeriksaan Diagnostic
1) Tes serologi
 Bse positif
 Darah bisa terjadi anemia dan leukositosis
 Rheumatoid factor, terjadi 50-90% penderita
2) Pemeriksaan radiologi
 Periarticuler osteoporosis, permulaan persendian erosi
 Kelanjutan penyakit;ruang sendi menyempit, ub luksasi dan
ankilosis
3) Aspirasi sendi
 Cairan synovial menunjukkan adanya proses radang aseptic,
cairan dari sendi dukultur dan bisa diperiksa secara makroskopik
6. Penatalakanaan
Bila rheumatoid progresif dan menyebabkan kerusakan sendi pembedahan
dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri dan memperbaiki fungsi, pembedahan
dan diindikasinya sebagai berikut:

a. Sinovektomi, untuk mencegah arthritis pada sendi tertetu, untuk


mempertahankan fungsi sendi dan untuk mencegah timbulnya kembali
inflamasi
b. Arthrotomi, yaitu dengan membuka persendian
c. Arhrodesis , sering dilaksanakan pada lutu, tumit dan pergelangan tangan

7. Diagnose Keperawatan
Berdasarkan tanda dan gejala yang dialami oleh dengan arthritis ditambah
dengan adanya data dari pemeriksaan diagnostic , maka diagnose keperawatan
yang sering muncul, yaitu:

a. Gangguan citra tubuh b/d perubahan penampilan tubuh, sendi benkok,


deformitas
b. Nyeri b/d erubahan patologis oleh arthritis rheumatoid
c. Resiko cedera b/d hilangnya kekuatan otot , rasa nyeri
d. Gangguan aktifitas sehari-hari b/d terbatasnya gerakan
e. Kurang pengetahuan b/d kurangnya informasi
8. Gambaran Klinis
Ada beberapa gambaran klinis yang lazim ditemukan pada seseorang
artritis reumatoid. Gambaran klinis ini tidak harus timbul sekaligus pada
saat bersamaan oleh karena penyakit ini memiliki gambaran klinis yang
sangat bervariasi.
1. Gejala-gejala konstitusional, misalnya lelah, anoreksia, berat badan
menurun dan demam. Terkadang kelelahan dapat demikian hebatnya.
2. Poliartritis simetris terutama pada sendi perifer: termasuk sendi-sendi
di tangan, namun biasanya tidak melibatkan sendi-sendi interfalang
distal. Hampir semua sendi diartrodial dapat diserang.
3. Kekakuan di pagi hari selama lebih dari 1 jam; dapat bersifat
generalisata tetapi terutama menyerang sendi-sendi. Kekakuan ini
berbeda dengan kekakuan sendi pada osteoartritis, yang biasanya hanya
berlangsung selama beberapa menit dan selalu berkurang dari satu jam.
4. Artritis erosif; merupakan ciri khas penyakit ini pada gambaran
radiologik. Peradangan sendi yang kronik mengakibatkan erosi di tei
tulang.
5. Deformitas; Kerusakan jaringan penunjang sendi meningkatdengan
pejalanan penyakit. Pergeseran ulnar atau deviasi jari, subluksasi sendi
metekarpofalangeal, deformitas boutonniere dan leher angsa adalah
beberapa deformitas tangan yangsering dijumpai. Pada kaki terdapat
protrusi (tonjolan) kaput metersal yang timbul sekunder dari subluksasi
metetersal. Sendi-sendi yang besar juga dapa teserang dan mengalami
pengurangan kemampuan bergerak terutama dalam melakukan gerakan
ekstensi.
6. Nodul-nodulreumatoid: adalah massa subkutan yang ditemukan pada
sekitar sepertiga orang dewasa pasien artritis reumatoid. Lokasi yang
paling sering dari deformitas ini adalah bursa olekranon (sendi siku)
atau di sepanjang permukaan ekstensor dari lengan; walaupun demikian
nodula-nodula ini dapat juga timbul pada tempat-tempat lainnya.
Adanya nodula-nodula ini biasanya merupakan suatu petunjuk suatu
penyakit yang aktif dan lebih berat.
7. Manifestasi dekstra-artikular; artritis reumatoid juga dapat
menyerangorgan-organ lain di luar sendi. Jantung (perikarditis), paru-
paru (pleuritis), mata, dan pembuluh darah dapat rusak.
9. KOMPLIKASI
Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan
ulkus peptikum yang merupakan komplikasi utama penggunaan obat obat
anti inflamasi non-steroid (OAINS) atau obat pengubah perjalanan penyakit
(desease modifying antirhematoid drugs, DMARD) yang menjadi faktor
penyebab morbiditas dan mortalitas utama pada arthritis rheumatoid.
Komplikasi saraf yang terjadi memberikan gambaran jelas, sehingga
sukar dibedakan akibat lesi artikuler dan lesi neuropatik. Umumnya
berhubungan dengan myelopati akibat ketidakstabilan vertebra vertical dan
neuropati iskemik akibat vaskulitis.
10. ANJURAN BAGI PENDERITA ARTRITIS RHEUMATOID
1. Makan sayuran (bayam, lobak, wortel, daun singkong, daun ubi jalar,
seledri)
2. Mengkonsumsi buah-buahan segar (tomat, kesemek, pepaya, mangga)
3. Tiga hari berturut-turut minumlah susu dan telur ayam kampung
setengah matang.
4. Jangan mengkonsumsi makanan/minuman yang dingin.
5. Mandi berendam dengan air hangat.
6. Istirahat yang cukup.
7. Jangan sampai kedingingan
Beberapa jenis makanan yang harus dihindari bagi semua penderita
rematik adalah sebagai berikut.
1. Minuman beralkohol, teh, kopi, coklat.
2. Mentega, telur ayam negeri, rempah-rempah yang pedas.
3. Kue-kue dari tepung dan gula putih.
4. Sayur kangkung, melinjo (daun dan buah), rebung dan daging.
 KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Data dasar pengkajian pasien tergantung padwa keparahan dan
keterlibatan organ-organ lainnya (misalnya mata, jantung, paru-paru, ginjal),
tahapan misalnya eksaserbasi akut atau remisi dan keberadaaan bersama
bentuk-bentuk arthritis lainnya.
1. Aktivitas / istirahat
Gejala : Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan
stres pada sendi; kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi bilateral dan
simetris. Limitasi fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu
senggang, pekerjaan, keletihan.
Tanda : Malaise, Keterbatasan rentang gerak; atrofi otot, kulit,
kontraktor/ kelaianan pada sendi.
2. Kardiovaskuler
Gejala: Fenomena Raynaud jari tangan/ kaki (mis: pucat intermitten,
sianosis, kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali
normal).
3. Integritas ego
Gejala: Faktor-faktor stres akut / kronis: mis; finansial, pekerjaan,
ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan. Keputusan dan
ketidakberdayaan (situasi ketidakmampuan), Ancaman pada konsep
diri, citra tubuh, identitas pribadi (misalnya ketergantungan pada orang
lain).

4. Makanan / cairan
Gejala: Ketidakmampuan untuk menghasilkan / mengkonsumsi
makanan / cairan adekuat: mual, anoreksia, Kesulitan untuk mengunyah
(keterlibatan TMJ).
Tanda: Penurunan berat badan, Kekeringan pada membran mukosa.
5. Hygiene
Gejala: Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan
pribadi. Ketergantungan
6. Neurosensori
Gejala: Kebas, semutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada
jari tangan.
Gejala: Pembengkakan sendi simetris
7. Nyeri / kenyamanan
Gejala: Fase akut dari nyeri (mungkin tidak disertai oleh pembengkakan
jaringan lunak pada sendi).
8. Keamanan
Gejala: Kulit mengkilat, tegang, nodul subkutaneus. Lesi kulit, ulkus
kaki. Kesulitan ringan dalam menangani tugas / pemeliharaan rumah
tangga. Demam ringan menetap. Kekeringan pada meta dan membran
mukosa.
9. Interaksi sosial
Gejala: Kerusakan interaksi sosial dengan keluarga/ orang lain;
perubahan peran; isolasi.
10. Penyuluhan / pembelajaran
Gejala : Riwayat AR pada keluarga (pada awitan remaja). Penggunaan
makanan kesehatan, vitamin, “ penyembuhan “ arthritis tanpa
pengujian. Riwayat perikarditis, lesi katup, fibrosis pulmonal, pleuritis.
Pertimbangan: DRG Menunjukkan rerata lama dirawat : 4,8 hari.
Rencana Pemulangan: Mungkin membutuhkan bantuan pada
transportasi, aktivitas perawatan diri, dan tugas/ pemeliharaan rumah
tangga.

B. Pemeriksaan Diagnostik
1. Faktor Reumatoid : positif pada 80-95% kasus.
2. Fiksasi lateks: Positif pada 75 % dari kasus-kasus khas.
3. Reaksi-reaksi aglutinasi : Positif pada lebih dari 50% kasus-kasus khas.
4. Laju Endap Darah: Umumnya meningkat pesat ( 80-100 mm/h)
mungkin kembali normal sewaktu gejala-gejala meningkat
5. Protein C-reaktif: positif selama masa eksaserbasi.
6. Sel Darah Putih: Meningkat pada waktu timbul prosaes inflamasi.
7. Haemoglobin: umumnya menunjukkan anemia sedang.
8. Ig (Ig M dan Ig G); peningkatan besar menunjukkan proses autoimun
sebagai penyebab AR.
9. Sinar x dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada
jaringan lunak, erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang
berdekatan (perubahan awal) berkembang menjadi formasi kista tulang,
memperkecil jarak sendi dan subluksasio. Perubahan osteoartristik yang
terjadi secara bersamaan.
10. Scan radionuklida : identifikasi peradangan sinovium
11. Artroskopi Langsung : Visualisasi dari area yang menunjukkan
irregularitas/ degenerasi tulang pada sendi
12. Aspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume yang lebih
besar dari normal: buram, berkabut, munculnya warna kuning (respon
inflamasi, produk-produk pembuangan degeneratif); elevasi SDP dan
lekosit, penurunan viskositas dan komplemen (C3 dan C4).
13. Biopsi membran sinovial : menunjukkan perubahan inflamasi dan
perkembangan panas.
C. Prioritas Keperawatan
1. Menghilangkan nyeri
2. Meningkatkan mobilitas.
3. Meningkatkan monsep diri yang positif
4. mendukung kemandirian
5. Memberikan informasi mengenai proses penyakit/ prognosis dan
keperluan pengobatan.
D. Tujuan Pemulangan
1. Nyeri hilang/ terkontrol
2. Pasien menghadapi saat ini dengan realistis
3. Pasien dapat menangani AKS sendiri/ dengan bantuan sesuai
kebutuhan.
4. Proses/ prognosis penyakit dan aturan terapeutik dipahami.
E. Diagnosa Keperawatan
 Nyeri Akut/ Kronis
a. Dapat dihubungkan dengan :
1. Agen pencedera
2. Distensi jaringan oleh akumulasi cairan / proses
inflamasi
3. Destruksi sendi.
b. Dapat dibuktikan oleh:
1. Keluhan nyeri, ketidaknyamanan, kelelahan.
2. Berfokus pada diri sendiri/ penyempitan fokus
3. Perilaku distraksi/ respons autonomic
4. Perilaku yang bersifart ahti-hati/ melindungi
c. Hasil yang diharapkan / kriteria evaluasi pasien akan :
1. Menunjukkan nyeri hilang/ terkontrol
2. Terlihat rileks, dapat tidur/beristirahat dan
berpartisipasi dalam aktivitas sesuai kemampuan.
3. Mengikuti program farmakologis yang diresepkan
4. Menggabungkan keterampilan relaksasi dan aktivitas
hiburan ke dalam program kontrol nyeri.
d. Intervensi dan Rasional :
1. Selidiki keluhan nyeri, catat lokasi dan intensitas
(skala 0-10). Catat faktor-faktor yang mempercepat dan tanda-
tanda rasa sakit non verbal
Rasional : Membantu dalam menentukan kebutuhan manajemen
nyeri dan keefektifan program
2. Berikan matras / kasur keras, bantal kecil,. Tinggikan
linen tempat tidur sesuai kebutuhan
Rasional : Matras yang lembut / empuk, bantal yang besar akan
mencegah pemeliharaan kesejajaran tubuh yang tepat,
menempatkan stress pada sendi yang sakit. Peninggian linen
tempat tidur menurunkan tekanan pada sendi yang
terinflamasi/nyeri
3. Tempatkan/ pantau penggunaan bantl, karung pasir,
gulungan trokhanter, bebat, brace.
Rasional : Mengistirahatkan sendi-sendi yang sakit dan
mempertahankan posisi netral. Penggunaan brace dapat
menurunkan nyeri dan dapat mengurangi kerusakan pada sendi
4. Dorong untuk sering mengubah posisi,. Bantu untuk
bergerak di tempat tidur, sokong sendi yang sakit di atas dan
bawah, hindari gerakan yang menyentak.
Rasional: Mencegah terjadinya kelelahan umum dan kekakuan
sendi. Menstabilkan sendi, mengurangi gerakan/ rasa sakit pada
sendi
5. Anjurkan pasien untuk mandi air hangat atau mandi
pancuran pada waktu bangun dan/atau pada waktu tidur. Sediakan
waslap hangat untuk mengompres sendi-sendi yang sakit
beberapa kali sehari. Pantau suhu air kompres, air mandi, dan
sebagainya.
Rasional : Panas meningkatkan relaksasi otot, dan mobilitas,
menurunkan rasa sakit dan melepaskan kekakuan di pagi hari.
Sensitivitas pada panas dapat dihilangkan dan luka dermal dapat
disembuhkan
6. Berikan masase yang lembut
Rasional : Meningkatkan relaksasi / mengurangi nyeri
7. Dorong penggunaan teknik manajemen stres,
misalnya relaksasi progresif, sentuhan terapeutik, biofeed back,
visualisasi, pedoman imajinasi, hypnosis diri, dan pengendalian
napas.
Rasional : Meningkatkan relaksasi, memberikan rasa kontrol dan
mungkin meningkatkan kemampuan koping
8. Kolaborasi: Berikan obat-obatan sesuai petunjuk
(mis:asetil salisilat)
Rasional : Sebagai anti inflamasi dan efek analgesik ringan
dalam mengurangi kekakuan dan meningkatkan mobilitas.
9. Berikan es kompres dingin jika dibutuhkan
Rasional : Rasa dingin dapat menghilangkan nyeri dan bengkak
selama periode akut
2. Mobilitas Fisik, Kerusakan
a. Dapat dihubungkan dengan :
1. Deformitas skeletal
2. Nyeri
3. Ketidaknyamanan
4. Intoleransi aktivitas
5. Kenurunan kekuatan otot.
b. Dapat dibuktikan oleh :
1. Keengganan untuk mencoba bergerak /
ketidakmampuan untuk dengan sendiri bergerak dalam lingkungan
fisik
2. Membatasi rentang gerak, ketidakseimbangan
koordinasi, penurunan kekuatan otot / kontrol dan massa (tahap
lanjut).
c. Hasil yang diharapkan / kriteria Evaluasi, Pasien akan:
1. Mempertahankan fungsi posisi dengan tidak hadirnya
/ pembatasan kontraktur.
2. Mempertahankan ataupun meningkatkan kekuatan
dan fungsi dari dan/ atau konpensasi bagian tubuh.
3. Mendemonstrasikan tehnik/ perilaku yang
memungkinkan melakukan aktivitas
d. Intervensi dan Rasional:
1. Evaluasi/ lanjutkan pemantauan tingkat inflamasi/
rasa sakit pada sendi
Rasional : Tingkat aktivitas/ latihan tergantung dari
perkembangan/ resolusi dari peoses inflamasi
2. Pertahankan istirahat tirah baring/ duduk jika
diperlukan jadwal aktivitas untuk memberikan periode istirahat
yang terus menerus dan tidur malam hari yang tidak terganmggu.
Rasional : Istirahat sistemik dianjurkan selama eksaserbasi akut
dan seluruh fase penyakit yang penting untuk mencegah kelelahan
mempertahankan kekuatan
3. Bantu dengan rentang gerak aktif/pasif, demikiqan
juga latihan resistif dan isometris jika memungkinkan.
Rasional : Mempertahankan / meningkatkan fungsi sendi,
kekuatan otot dan stamina umum.
Catatan : latihan tidak adekuat menimbulkan kekakuan sendi,
karenanya aktivitas yang berlebihan dapat merusak sendi.
4. Ubah posisi dengan sering dengan jumlah personel
cukup.
Demonstrasikan / bantu tehnik pemindahan dan penggunaan
bantuan mobilitas, mis, trapeze.
Rasional : Menghilangkan tekanan pada jaringan dan
meningkatkan sirkulasi. Mempermudah perawatan diri dan
kemandirian pasien. Tehnik pemindahan yang tepat dapat
mencegah robekan abrasi kulit
5. Posisikan dengan bantal, kantung pasir, gulungan
trokanter, bebat, brace
Rasional : Meningkatkan stabilitas (mengurangi resiko cidera)
dan memerptahankan posisi sendi yang diperlukan dan
kesejajaran tubuh, mengurangi kontraktor
6. Gunakan bantal kecil/tipis di bawah leher.
Rasional : Mencegah fleksi leher
7. Dorong pasien mempertahankan postur tegak dan
duduk tinggi, berdiri, dan berjalan
Rasional : Memaksimalkan fungsi sendi dan mempertahankan
mobilitas
8. Berikan lingkungan yang aman, misalnya menaikkan
kursi, menggunakan pegangan tangga pada toilet, penggunaan
kursi roda.
Rasional : Menghindari cidera akibat kecelakaan / jatuh
9. Kolaborasi: konsul dengan fisoterapi.
Rasional : Berguna dalam memformulasikan program
latihan/aktivitas yang berdasarkan pada kebutuhan individual dan
dalam mengidentifikasikan alat
10. Kolaborasi: Berikan matras busa / pengubah tekanan.
Rasional : Menurunkan tekanan pada jaringan yang mudah pecah
untuk mengurangi risiko imobilitas
11. Kolaborasi: berikan obat-obatan sesuai indikasi
(steroid).
Mungkin dibutuhkan untuk menekan sistem inflamasi akut
3. Gangguan Citra Tubuh/ Perubahan Penampilan Peran
a. Dapat dihubungkan dengan :
1. Perubahan kemampuan untuk melaksanakan tugas-
tugas umum
2. Peningkatan penggunaan energi, ketidakseimbangan
mobilitas
b. Dapat dibuktikan oleh :
1. Perubahan fungsi dari bagian-bagian yang sakit.
2. Bicara negatif tentang diri sendiri, fokus pada
kekuatan masa lalu, dan penampilan.
3. Perubahan pada gaya hidup / kemapuan fisik untuk
melanjutkan peran, kehilangan pekerjaan, ketergantungan pada
orang terdekat
4. Perubahan pada keterlibatan sosial; rasa terisolasi.
5. Perasaan tidak berdaya, putus asa.
c. Hasil yang dihapkan / kriteria Evaluasi-Pasien akan :
1. Mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam
kemampuan untuk menghadapi penyakit, perubahan pada gaya
hidup, dan kemungkinan keterbatasan.
2. Menyusun rencana realistis untuk masa depan.
d. Intervensi dan Rasional :
1. Dorong pengungkapan mengenai masalah tentang
proses penyakit, harapan masa depan.
Rasional : Berikan kesempatan untuk mengidentifikasi rasa
takut/ kesalahan konsep dan menghadapinya secara langsung
2. Diskeusikan arti dari kehilangan/ perubahan pada
pasien/orang terdekat. Memastikan bagaimana pandangaqn
pribadi pasien dalam memfungsikan gaya hidup sehari-hari,
termasuk aspek-aspek seksual.
Rasional : Mengidentifikasi bagaimana penyakit mempengaruhi
persepsi diri dan interaksi dengan orang lain akan menentukan
kebutuhan terhadap intervensi/ konseling lebih lanjut
3. Diskusikan persepsi pasienmengenai bagaimana
orang terdekat menerima keterbatasan.
Rasional : Isyarat verbal / non verbal orang terdekat dapat
mempunyai pengaruh mayor pada bagaimana pasien memandang
dirinya sendiri.
4. Akui dan terima perasaan berduka, bermusuhan,
ketergantungan.
Rasional : Nyeri konstan akan melelahkan, dan perasaan marah
dan bermusuhan umum terjadi
5. Perhatikan perilaku menarik diri, penggunaan
menyangkal atau terlalu memperhatikan perubahan.
Rasional : Dapat menunjukkan emosional ataupun metode
koping maladaptive, membutuhkan intervensi lebih lanjut
6. Susun batasan pada perilaku mal adaptif. Bantu
pasien untuk mengidentifikasi perilaku positif yang dapat
membantu koping.
Rasional : Membantu pasien untuk mempertahankan kontrol diri,
yang dapat meningkatkan perasaan harga diri
7. Ikut sertakan pasien dalam merencanakan perawatan
dan membuat jadwal aktivitas.
Rasional : Meningkatkan perasaan harga diri, mendorong
kemandirian, dan mendorong berpartisipasi dalam terapi
8. Bantu dalam kebutuhan perawatan yang diperlukan.
Rasional : Mempertahankan penampilan yang dapat
meningkatkan citra diri
9. Berikan bantuan positif bila perlu.
Memungkinkan pasien untuk merasa senang terhadap dirinya
sendiri. Menguatkan perilaku positif. Meningkatkan rasa percaya
diri
10. Kolaborasi: Rujuk pada konseling psikiatri, mis:
perawat spesialis psikiatri, psikolog.
Rasional : Pasien / orang terdekat mungkin membutuhkan
dukungan selama berhadapan dengan proses jangka panjang /
ketidakmampuan
11. Kolaborasi: Berikan obat-obatan sesuai petunjuk,
mis; anti ansietas dan obat-obatan peningkat alam perasaan.
Rasional : Mungkin dibutuhkan pada saat munculnya depresi
hebat sampai pasien mengembangkan kemampuan koping yang
lebih efektif
DAFTAR PUSTAKA

Anderson, Sylvia Price, McCarty, WilsonLorraine. 2006. PATOFISIOLOGI


Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 6, volume 2. Jakarta:Penerbit
Buku Kedokteran EGC.

Dalimartha, Setiawan. 2007. 96 Resep Tumbuhan Obat untuk Reumatik. Jakarta:


PENEBAR SWADAYA.

Gunadi, W. Rachmat, Et all. 2006. Diagnosis & Terapi Penyakit Reumatik.


Bandung: SAGUNG SETO.

Smeltzer, Suzanne C., Bare, Brenda G. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner & Suddarth. Volume 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.

Sudoyo, Aru, Et all. 2006. Buku Ajar ILMU PENYAKIT DALAM. JILID III, EDISI
IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Depertemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.

Utomo, Prayogo. 2015. APRESIASI PENYAKIT PENGOBATAN SECARA


TRADISIONAL DAN MODERN. Jakarta: Penerbit RINEKA CIPTA.

Winoto, Pandi. 2003. Pengobatan Alternatif. Yogyakarta: PENERBIT


KANISIUS.

Вам также может понравиться