Вы находитесь на странице: 1из 3

MALARIA

a. Identifikasi
Malaria adalah kata yang berasal dari bahasa Italia, yang artinya mal : buruk dan
area : udara, jadi secara harfiah berarti penyakit yang sering timbul di daerah dengan
udara buruk akibat dari lingkungan yang buruk. Selain itu, juga bisa diartikan sebagai
suatu penyakit infeksi dengan gejala demam berkala yang disebabkan oleh parasit
Plasmodium (Protozoa) dan ditularkan oleh nyamuk Anopheles betina. Terdapat banyak
istilah untuk malaria yaitu paludisme, demam intermitens, demam Roma, demam
Chagres, demam rawa, demam tropik, demam pantai dan ague. Dalam sejarah tahun
1938 pada Countess d’El Chincon, istri Viceroy dari Peru, telah disembuhkan dari
malaria dengan kulit pohon kina, sehingga nama quinine digantikan dengan cinchona.
b. Etiologi
Penyakit malaria disebabkan oleh bibit penyakit yang hidup di dalam darah
manusia. Bibit penyakit tersebut termasuk binatang bersel satu, tergolong amuba yang
disebut Plasmodium. Kerja plasmodium adalah merusak sel-sel darah merah. Dengan
perantara nyamuk anopheles, plasodium masuk ke dalam darah manusian dan
berkembang biak dengan membelah diri.
Menurut Harijanto (2000) ada empat jenis plasmodium yang dapat menyebabkan
infeksi yaitu:
1) Plasmodium vivax, merupakan infeksi yang paling sering dan menyebabkan
malaria tertiana/ vivaks (demam pada tiap hari ke tiga).
2) Plasmodium falciparum, memberikan banyak komplikasi dan mempunyai
perlangsungan yang cukup ganas, mudah resisten dengan pengobatan dan
menyebabkan malaria tropika/ falsiparum (demam tiap 24-48 jam).
3) Plasmodium malariae, jarang ditemukan dan menyebabkan malaria
quartana/malariae (demam tiap hari empat).
4) Plasmodium ovale, dijumpai pada daerah Afrika dan Pasifik Barat, di Indonesia
dijumpai di Nusa Tenggara dan Irian, memberikan infeksi yang paling ringan dan
dapat sembuh spontan tanpa pengobatan, menyebabkan malaria ovale.
c. Cara penularan
Malaria ditularkan ke penderita dengan masuknya sporozoit plasmodium melalui
gigitan nyamuk betina Anopheles yang spesiesnya dapat berbeda dari satu daerah
dengan daerah lainnya. Terdapat lebih dari 15 spesies nyamuk Anopheles yang
dilaporkan merupakan vektor malaria di Indonesia. Penularan malaria dapat juga
terjadi dengan masuknya parasit bentuk aseksual (tropozoit) melalui transfusi darah,
suntikan atau melalui plasenta (malaria congenital).
Dikenal adanya berbagai cara penularan malaria:
1) Penularan secara alamiah (natural infection)
Penularan ini terjadi melalui gigitan nyamuk anopheles betina yang infektif.
Nyamuk menggigit orang sakit malaria maka parasit akan ikut terhisap bersama
darah penderita malaria. Di dalam tubuh nyamuk parasit akan berkembang dan
bertambah banyak, kemudian nyamuk menggigit orang sehat, maka melalui gigitan
tersebut parasit ditularkan ke orang lain.
2) Penularan yang tidak alamiah
a) Malaria bawaan (congenital)
Terjadi pada bayi yang baru dilahirkan karena ibunya menderita malaria.
Disebabkan adanya kelainan pada sawar plasenta sehingga tidak ada
penghalang infeksi dari ibu kepada bayi yang dikandungnya.
b) Secara mekanik
Penularan terjadi melalui transfusi darah atau melalui jarum suntik. Penularan
melalui jarum suntik banyak terjadi pada para pecandu obat bius yang
menggunakan jarum suntik yang tidak steril.
c) Secara oral (melalui mulut)
Cara penularan ini pernah dibuktikan pada burung, ayam (P.gallinasium)
burung dara (P.Relection) dan monyet (P.Knowlesi).
Pada umumnya sumber infeksi bagi malaria pada manusia adalah manusia lain
yang sakit malaria baik dengan gejala maupun tanpa gejala klinis. Kecuali bagi
simpanse di Afrika yang dapat terinfeksi oleh penyakit malaria, belum
diketahui ada hewan lain yang dapat menjadi sumber bagi plasmodium yang
biasanya menyerang manusia.
Malaria, baik yang disebabkan oleh P. falciparum, P. vivax, P. malariae dan P.
ovale semuanya ditularkan oleh nyamuk anopheles. Nyamuk yang menjadi
vektor penular malaria adalah Anopheles sundaicus, Anopheles aconitus,
Anopheles barbirostris, Anopheles subpictus, dan sebagainya.
d. Masa inkubasi
Masa inkubasi malaria atau waktu antara gigitan nyamuk dan munculnya gejala
klinis sekitar 7-14 hari untuk P. falciparum, 8-14 hari untukP. vivax dan P. ovale, dan 7-
30 hari untuk P. malariae. Masa inkubasi ini dapat memanjang antara 8-10 bulan
terutama pada beberapa strain P. vivax di daerah tropis. Pada infeksi melalui transfusi
darah, masa inkubasi tergantung pada jumlah parasit yang masuk dan biasanya singkat
tetapi mungkin sampai 2 bulan. Dosis pengobatan yang tidak adekuat seperti
pemberian profilaksis yang tidak tepat dapat menyebabkan memanjangnya masa
inkubasi.
Menurut sebuah ulasan tahun 2005, karena tingginya tingkat mortalitas dan
morbiditas yang disebabkan oleh malaria—terutama spesies P. falciparum—malaria
telah memberikan tekanan selektif terbesar pada genom manusia dalam sejarah
terkini. Beberapa faktor genetik memberikan beberapa perlawanan untuk itu termasuk
sifat sel sabit, sifat-sifat talasemia, defisiensi dehidrogenase glukosa-6-fosfat, dan tidak
adanya antigen Duffy pada sel darah merah.
Dampak dari sifat sel sabit pada kekebalan malaria menggambarkan beberapa
pertukaran evolusi yang terjadi karena malaria endemik. Sifat sel sabit menyebabkan
perubahan pada molekul hemoglobin dalam darah. Biasanya, sel-sel darah merah
memiliki bentuk bikonkaf yang sangat fleksibel yang memungkinkan mereka untuk
bergerak melalui kapiler yang sempit; Namun, ketika molekul hemoglobin S yang
dimodifikasi terkena jumlah rendah oksigen, atau berkerumun bersama-sama karena
dehidrasi, mereka bisa menyatu membentuk untaian yang menyebabkan sel berbentuk
sabit atau berdistorsi menjadi bentuk melengkung. Dalam bentuk untaian molekul
hemoglobin tidak efektif dalam mengambil atau melepaskan oksigen, dan sel tidak
cukup fleksibel untuk beredar secara bebas. Pada tahap awal malaria, parasit dapat
menyebabkan sel darah merah yang terinfeksi menjadi berbentuk sabit, dan sehingga
mereka dihapus dari peredaran dengan cepat. Hal ini akan mengurangi frekuensi
parasit malaria menyelesaikan siklus hidupnya di dalam sel. Individu yang homozigot
(dengan dua salinan dari alel hemoglobin beta abnormal) memiliki anemia sel sabit,
sementara mereka yang heterozigot (dengan satu alel abnormal dan satu alel normal)
memiliki resistensi terhadap malaria tanpa anemia berat. Meskipun harapan hidup
yang lebih pendek bagi mereka dengan kondisi homozigot akan cenderung merugikan
kelangsungan hidup sifat ini, sifat ini dipertahankan di daerah rawan malaria karena
manfaat yang diberikan oleh bentuk heterozigot.[43][44]
e. Kejadian dan kasus
Malaria maupun penyakit yang menyerupai malaria telah diketahui ada selama
lebih dari 4.000 tahun yang lalu. Malaria dikenal secara luas di daerah Yunani pada
abad ke-4 SM dan dipercaya sebagai penyebab utama berkurangnya penduduk kota.
Penyakit malaria sudah dikenal sejak tahun 1753, tetapi baru ditemukan parasit dalam
darah oleh Alphonse Laxeran tahun 1880. Untuk mewarnai parasit, pada tahun 1883
Marchiafava menggunakan metilen biru sehingga morfologi parasit ini lebih mudah
dipelajari. Siklus hidup plasmodium di dalam tubuh nyamuk dipelajari oleh Ross dan
Binagmi pada tahun 1898 dan kemudian pada tahun 1900 oleh Patrick Manson dapat
dibuktikan bahwa nyamuk adalah vektor penular malaria.
Pada tahun 1890 Giovanni Batista Grassi dan Raimondo Feletti adalah dua
peneliti Italia yang pertama kali memberi nama dua parasit penyebab malaria pada
manusia, yaitu Plasmodium vivax dan Plasmodium malariae. Pada tahun 1897 seorang
Amerika bernama William H. Welch memberi nama parasit penyebab malaria tertiana
sebagai Plasmodium falciparum dan pada 1922 John William Watson Stephens
menguraikan nama parasit malaria keempat, yaitu Plasmodium ovale
Penyakit malaria hingga kini masih merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat dunia yang utama. Malaria menyebar di berbagai negara, terutama di
kawasan Asia, Afrika,dan Amerika Latin. Di berbagai negara, malaria bukan hanya
permasalahan kesehatan semata. Malaria telah menjadi masalah sosial-ekonomi,
seperti kerugian ekonomi, kemiskinan dan keterbelakangan.13
f. Metode pengendalian
Pengendalian vektor terpadu dilaksanakan secara bersama dari beberapa
metode, meliputi pengendalian fisik, biologi, kimia bersama pemberdayaan
masyarakat.
1) Pengendalian Fisik
Pengendalian fisik dapat berupa penimbunan kolam, pengangkatan
tumbuhan air, pengeringan sawah secara berkala setidaknya setiap dua minggu
sekali dan pemasangan kawat kasa pada jendela.
2) Pengendalian Biologis
Pengendalian biologi dapat berupa penebaran ikan dan Bacillus
thuringiensis serta predator larva lainnya.
3) Pengendalian Kimia
Pengendalian kimia dapat menggunakan kelambu berinsektisida, indoor
residual spray, repellent, insektisida rumah tangga dan penaburan larvasida.

Вам также может понравиться