Вы находитесь на странице: 1из 22

MAKALAH

PRINSIP ETIKA KEPERAWATAN

DISUSUN OLEH :
NAMA : WA ODE FEBI
NIM :
JURUSAN : S1 KEPERAWATAN

STIKES AMANAH MAKASSAR


2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah Prinsip
Etika Keperawatan
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai Prinsip Etika Keperawatan. Kami juga menyadari sepenuhnya
bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami
harapkan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa
yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang
membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.Sekiranya
laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di
masa depan.

Raha, Januari 2015

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
1.2 TUJUAN PENULISAN
1.3 RUMUSAN MASALAH
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN
2.2 Kode Etik Keperawatan
1. Tujuan dan Fungsi Kode etik keperawatan
2. Konsep Moral dalam praktek keperawatan
a. Prinsip-prinsip moral dalam praktek keperawatan
b. Konsep Moral Right dalam Keperawatan
2.3Nilai-nilai professional yang harus diterapkan oleh perawat
2.4 Hak-hak perawat, menurut Claire dan Fagin (1975), bahwa perawat berhak:
2.5 Tanggung jawab/kewajiban perawat
2.6 Kewajiban seorang perawat
2.7 Hak-hak pasien
2.8 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBUATAN KEPUTUSAN ETIS
2.9 ISTILAH-ISTILAH ETIK DAN HUKUM KEPERAWATAN
2.10 PENGARUH HUKUM TERHADAP PERKEMBANGAN PROFESI
KEPERAWATAN
2.11 HUBUNGAN HUKUM DENGAN PROFESI PERAWAT
2.11 SUMBER UTAMA HUKUM DI KEPERAWATAN
2.12 CARA MENGATASI DILEMA HUKUM DAN ETIS DI KEPERAWATAN
BAB 3
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pengertian Etika Keperawatan adalah Etika (Yunani kuno: “ethikos“, berarti “timbul dari
kebiasaan”) adalah cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi
studi mengenai standar dan penilaian moral. Etika mencakup analisis dan penerapan konsep
seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab.
Praktek keperawatan sebagai suatu pelayanan profesional diberikan berdasarkan ilmu
pengetahuan, menggunakan metodologi keperawatan dan dilandasi kode etik keperawatan.
Kode etik keperawatan mengatur hubungan antara perawat dan pasien, perawat terhadap
petugas, perawat terhadap sesama anggota tim kesehatan, perawat terhadap profesi dan
perawat terhadap pemerintah, bangsa dan tanah air.
Pada hakikatnya keperawatan sebagai profesi senantiasa mangabdi kepada kemanusiaan,
mendahulukan kepentingan masyarakat diatas kepentingan pribadi, bentuk pelayanannya
bersifat humanistik, menggunakan pendekatan secara holistik, dilaksanakan berdasarkan pada
ilmu dan kiat keperawatan serta menggunakan kode etik sebagai tuntutan utama dalam
melaksanakan pelayanan/asuhan keperawatan. Dengan memahami konsep etik, setiap
perawat akan memperoleh arahan dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang merupakan
tanggung jawab moralnya dan tidak akan membuat keputusan secara sembarangan.
Norma-norma dalam etika kesehatan dibentuk oleh kelompok profesi tenaga kesehatan itu
sendiri, yang bila dihimpun (diModifikasikan) sering disebut sebagai kode etik. Kode etik
keperawatan merupakan suatu pernyataan komprehensif dari profesi yang memberikan
tuntunan bagi anggotanya dalam melaksanakan praktek keperawatan, baik yang berhubungan
dengan pasien, masyarakat, teman sejawat dan diri sendiri. Dengan kata lain pengertian kode
etik perawat yaitu suatu pernyataan / keyakinan publik yang mengungkapkan kepedulian
moral, nilai dan tujuan keperawatan, yang bertujuan untuk memberikan alasan terhadap
keputusan-keputusan etika. Kode etik diorganisasikan dalam nilai moral yang
merupakan pusat bagi praktik keperawatan yang etika, semuanya bermuara dalam
hubungan profesional perawat dengan klien dan menunjukan apa yang diperdulikan perawat
dalam hubungan tersebut.
Nilai-nilai moral tersebut adalah: Prinsip Penghargaan (respek) terhadap orang, dari prinsip
penghargaan timbul prinsip otonomi yang berkenaan dengan hak orang.untuk memilih bagi
diri mereka sendiri, apa yang menurut pemikiran mereka adalah yang terbaik bagi dirinya,
selanjutnya kemurahan hati (Benefiecence) merupakan prinsip untuk melakukan yang baik
dan tidak merugikan/bahaya orang lain. Prinsip Veracity merupakan suatu kewajiban untuk
mengatakan yang sebenarnya atau untuk tidak membohongi orang lain. Prinsip
confidentiality (kerahasiaan), berarti perawat menghargai semua informasi tentang klien
merupakan hak istimewa pasien dan tidak untuk disebarkan secara tidak tepat.Fidelity /
kesetiaan, berarti perawat berkewajiban untuk setia dengan kesepakatan dan tanggung jawab
yang telah dibuat, meliputi menepati janji, menyimpan rahasia serta "Carring". Prinsip Justice
(keadilan), merupakan suatu prinsip moral untuk berlaku adil untuk semua individu.
Semua nilai-nilai moral tersebut selalu dan harus dijalankan pada setiap pelaksanaan praktek
keperawatan dan selama berinteraksi dengan pasien dan tenaga kesehatan lain. Kondisi inilah
yang sering kali menimbulkan konflik dilema etik. Maka penyelesaian dari dilema etik
tersebut harus dengan cara yang bijak dan saling memuaskan baik pemberi asuhan
keperawatan (perawat), Pasien dan profesi lain (teman sejawat).

1.2 TUJUAN PENULISAN


1. Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas konsep dasar keperawatan
dan untuk lebih jauh memahami tentang prinsip-prinsip etika dalam keperawatan.
2. Untuk mengetahui prinsip-prinsip etika keperawatan : otonomi, beneficence, justice,
moral right, nilai dan norma masyarakat.

1.3 RUMUSAN MASALAH


1. Apakah pengertian dari etika ?
2. Apa pengertian dari kode etik ?
3. Apa tujuan dan fungsi dari kode etik ?
4. Apa saja prinsip-prinsip moral dalam praktik keperawatan ?
5. Apa saja nilai-nilai profesional yang di terapkan dalam keperawatan ?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN
Etika merupakan kata yang berasal dari Yunani, yaitu Ethos, yang menurut Araskar dan
David (1978) berarti kebiasaan atau model prilaku, atau standar yang diharapkan dan kriteria
tertentu untuk sesuatu tindakan, dapat diartikan segala sesuatu yang berhubungan dengan
pertimbangan pembuatan keputusan, benar atau tidaknya suatu perbuatan. Dalam Oxford
Advanced Learner’s Dictionary of Curret English, AS Hornby mengartikan etika sebagai
sistem dari prinsip-prinsip moral atau aturan-aturan prilaku. Menurut definisi AARN (1996),
etika berfokus pada yang seharusnya baik salah atau benar, atau hal baik atau
buruk.Sedangkan menurut Rowson, (1992).etik adalah segala sesuatu yang
berhubungan/alasan tentang isu moral.
Moral adalah suatu kegiatan/prilaku yang mengarahkan manusia untuk memilih tindakan baik
dan buruk, dapat dikatakan etik merupakan kesadaran yang sistematis terhadap prilaku yang
dapat dipertanggung jawabkan (Degraf, 1988).Etika merupakan bagian dari filosofi yang
berhubungan dengan keputusan moral menyangkut manusia (Spike lee, 1994).Menurut
Webster’s “The discipline dealing with what is good and bad and with moral duty and
obligation, ethics offers conceptual tools to evaluate and guide moral decision making”
Beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa etika merupakan pengetahuan moral dan
susila, falsafah hidup, kekuatan moral, sistem nilai, kesepakatan, serta himpunan hal-hal yang
diwajibkan, larangan untuk suatu kelompok/masyarakat dan bukan merupakan hukum atau
undang-undang. Dan hal ini menegaskan bahwa moral merupakan bagian dari etik, dan etika
merupakan ilmu tentang moral sedangkan moral satu kesatuan nilai yang dipakai manusia
sebagai dasar prilakunnya.Maka etika keperawatan (nursing ethics) merupakan bentuk
ekspresi bagaimana perawat seharusnya mengatur diri sendiri, dan etika keperawatan diatur
dalam kode etik keperawatan.

2.2 Kode Etik Keperawatan


Kode etik profesi merupakan pernyataan yang komprehensif dari bentuk tugas dan pelayanan
dari profesi yang memberi tuntunan bagi anggota dalam melaksanakan praktek dibidang
profesinya, baik yang berhubungan dengan pasien, keluarga, masyarakat dan teman sejawat,
profesi dan diri sendiri.Sedangkan Kode etik keperawatan merupakan daftar prilaku atau
bentuk pedoman/panduan etik prilaku profesi keperawatan secara professional (Aiken,
2003).dengan tujuan utama adanya kode etik keperawatan adalah memberikan perlindungan
bagi pelaku dan penerima praktek keperawatan.
Kode etik profesi disusun dan disahkan oleh organisasi profesinya sendiri yang akan
membina anggota profesinya baik secara nasional maupun internasional. (Rejeki,
2005).Konsep etik yang merupakan panduan profesi merupakan tanggung jawab dari anggota
untuk melaksanakannya.Profesi keperawatan sebagai salah satu profesi yang professional dan
mempunyai nilai-nilai/prinsip moral dalam melakukan prakteknya maka kode etik sangatlah
diperlukan. Perawat sebagai anggota profesi keperawatan hendaknya dapat menjalankan kode
etik keperawatan yang telah dibuat dengan sebaik-baiknya dengan tetap memegang teguh dan
selalu dilandasi oleh nilai-nilai moral profesionalnya.(Misparsih, 2005).
Etika keperawatan memberikan keputusan tentang tindakan yang diharapkan benar-benar
tepat atau bermoral. Etika keperawatan sebagai pedoman menumbuhkan tanggung jawab atau
kewajiban bagi anggotanya tentang hak-hak yang diharapkan oleh orang lain. Anggota
profesi mempunyai pengetahuan atau ketrampilan khusus yang dipergunakan untuk membuat
keputusan yang mempengaruhi orang lain.(Samporno, 2005).
Etika profesi keperawatan merupakan practice discipline dan sebagai implimentasinya
diwujudkan dalam asuhan praktek keperawatan. Perawat harus membiasakan diri untuk
sepenuhnya menerapkan kode etik yang ada sebagai gambaran tanggung jawabnya dalam
praktik keperawatan.(Priharjo, 1995).

1. Tujuan dan Fungsi Kode etik keperawatan


Secara umum menurut Kozier (1992).dikatakan bahwa tujuan kode etik profesi keperawatan
adalah meningkatkan praktek keperawatan dengan moral dan kualitas dan menggambarkan
tanggung jawab, akontabilitas serta mempersiapkan petunjuk bagi anggotannya. Etika profesi
keperawatan merupakan alat untuk mengukur prilaku moral dalam keperawatan.Dalam
menyusun alat pengukur ini keputusan diambil berdasarkan kode etik sebagai standar yang
mengukur dan mengevaluasi perilaku moral perawat (Suhaemi, 2002).
Adanya penggunaan kode etik keperawatan, organisasi profesi keperawatan dapat meletakkan
kerangka berfikir perawat untuk mengambil keputusan dan bertanggung jawab kepada
masyarakat anggota tim kesehatan lain dan kepada profesi.
Tujuan pokok rumusan etika yang dituangkan dalam kode etik keperawatan, merupakan
standar etika perawat, yaitu:
1. Menjelaskan dan menerapkan tanggung jawab kepada pasien, lembaga dan masyarakat
2. Membantu tenaga/perawat dalam menentukan apa yang harus diperbuat dalam
menghadapi dilema etik dalam praktek keperawatan.
3. Memberikan kesempatan profesi keperawatan menjaga reputasi atau nama dan fungsi
profesi keperawatan.
4. Mencerminkan/membayangkan pengharapan moral dari komunitas.
5. Merupakan dasar untuk menjaga prilaku dan integrasi.
Sesuai tujuan tersebut diatas, perawat diberi kesempatan untuk dapat mengembangkan etika
profesi secara terus menerus agar dapat menampung keinginan dan masalah baru dan mampu
menurunkan etika profesi keperawatan kepada perawat-perawat muda.Disamping maksud
tersebut, penting dalam meletakkan landasan filsafat keperawatan agar setiap perawat dapat
memahami dan menyenangi profesinya.

Menurut American Ethics Commission Bureau on Teaching, tujuan etika profesi keperawatan
adalah, mampu:
1. Mengenal dan mengidentifikasi unsure moral dalam praktik keperawatan
2. Membentuk strategi/cara dan menganalisa masalah moral yang terjadi dalam praktik
keperawatan
3. Menghubungkan prinsip moral/pelajaran yang baik dan dapat dipertanggung jawabkan
pada diri sendiri, keluarga, masyarakat, dan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Beberapa tujuan dan fungsi kode etik keperawatan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa
fungsi kode etik keperawatan, adalah:
1) Memberikan panduan pembuatan keputusan tentang masalah etik keperawatan.
2) Dapat menghubungkan dengan nilai yang dapat diterapkan dan dipertimbangkan
3) Merupakan cara mengevaluasi diri profesi perawat
4) Menjadi landasan untuk menginisiasi umpan balik sejawat
5) Menginformasikan kepada calon perawat tentang nilai dan standar profesi keperawatan
6) Menginformasikan kepada profesi lain dan masyarakat tentang nilai moral.

Sedangkan kode etik keperawatan di Indonesia yng dikeluarkan oleh organisasi profesi
(PPNI) telah diatur lima pokok etik, yaitu: hubungan perawat dan pasien, perawat dan
praktek, perawat dan masyarakat, perawat dan teman sejawat, perawat dan profesi. Kelima
pokok etik keperawatan yang ada merupakan bentuk kode etik yang telah mejadi panduan
dari semua perawat Indonesia untuk menjalankan profesinya.
2. Konsep Moral dalam praktek keperawatan

Praktek keperawatan menurut Henderson dalam bukunya tentang teori keperawatan, yaitu
segala sesuatu yang dilakukan perawat dalam mengatasi masalah keperawatan dengan
menggunakan metode ilmiah, bila membicarakan praktek keperawatan tidak lepas dari
fenomena keperawatan dan hubungan pasien dan perawat.
Fenomena keperawatan merupakan penyimpangan/tidak terpenuhinya kebutuhan dasar
manusia (bio, psiko, social dan spiritual), mulai dari tingkat individu untuk sampai pada
tingkat masyarakat yang juga tercermin pada tingkat system organ fungsional sampai
subseluler (Henderson, 1978, lih, Ann Mariner, 2003). Asuhan keperawatan merupakan
bentuk dari praktek keperawatan, dimana asuhan keperawatan merupakan proses atau
rangkaian kegiatan praktek keperawatan yang diberikan pada pasein dengan menggunakan
proses keperawatan berpedoman pada standar keperawatan, dilandasi etika dan etiket
keperawatan (Kozier, 1991). Asuhan keperawatan ditujukan untuk memandirikan pasien,
(Orem, 1956,lih, Ann Mariner, 2003).
Keperawatan merupakan Bentuk asuhan keperawatan kepada individu, keluarga dan
masyarakat berdasarkan ilmu dan seni dan menpunyai hubungan perawat dan pasien sebagai
hubungan professional (Kozier, 1991). Hubungan professional yang dimaksud adalah
hubungan terapeutik antara perawat pasien yang dilandasi oleh rasa percaya, empati, cinta,
otonomi, dan didahulu adanya kontrak yang jelas dengan tujuan membantu pasien dalam
proses penyembuhan dari sakit (Kozier,1991).

a. Prinsip-prinsip moral dalam praktek keperawatan


a. Tidak Membahayakan (Nonmaleficence)
Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada klien. Johnson
(1989) menyatakan bahwa prinsip tidak melukai orang lain berbeda dan lebih keras daripada
prinsip untuk berlaku baik.
Tindakan dan pengobatan harus berpedoman “primum non nocere” (yang paling utama
adalah jangan merugikan) tidak melukai,tidak menimbulkan bahaya,cidera bagi orang lain
atau klien. Prinsip tidak melukai orang lain,berbeda dan lebih keras dari pada prinsip untuk
melakukan yang terbaik. Resiko fisik,psikologis maupun sosial akibat tindakan dan
pengobatan yang akan dilakukan hendaknya seminimal mungkin.
Contoh :Bila ada klien dirawat dengan penurunan kesadaran, maka harus dipasang side driil.

b. Hak (Right)
Berprilaku sesuai dengan perjanjian hukum, peraturan-peraturan dan moralitas, berhubungan
dengan hukum legal.(Webster’s, 1998).Moralitas menyangkut apa yang benar dan salah pada
perbuatan, sikap, dan sifat. Tanda utama adanya masalah moral, adalah bisikan hati nurani
atau timbulnya perasaan bersalah, malu, tidak tenang, dan tidak damai dihati. Standar moral
dipengaruhi oleh ajaran, agama, tradisi, norma kelompok, atau masyarakat dimana ia
dibesarkan.
Contoh : Klien berhak untuk mengetahui informasi tentang penyakit dan segala sesuatu yang
perlu diketahuinya.

c. Norma Masyarakat
Nilai-nilai (values) adalah suatu keyakinan seseorang tentang penghargaan terhadap suatu
standar atau pegangan yang mengarah pada sikap/perilaku seseorang. Sistem nilai dalam
suatu organisasi adalah rentang nilai-nilai yang dianggap penting dan sering diartikan sebagai
perilaku personal. Values (nilai-nilai) yang idealsatau idaman, konsep yang sangat berharga
bagi seseorang yang dapat memberikan arti dalam hidupnya. Values merupakan sesuatu yang
berharga bagi seseorang, dan bisa mempengaruhi persepsi,motivasi,pilihan dan
keputusannya.
Salary dan McDonnel (1989),values yang di sadari menjadi pengendali internal seseorang
adn bertingkah, membuat pilihan dan keputusan.

b. Konsep Moral Right dalam Keperawatan :


1. Advokasi
Advokasi adalah memberikan saran dalam upaya melindungi dan mendukung hak-hak
pasien. Hal tersebut merupakan suatu kewajiban moral bagi perawat, dalam mempraktekkan
keperawatan professional,
2. Responsibilitas (tanggung jawab)
Eksekusi terhadap tugas-tugas yang berhubungan dengan peran tertentu dari perawat.Misal
pada saat memberikan obat, perawat bertanggung jawab untuk mengkaji kebutuhan klien
dengan memberikannya dengan aman dan benar, dan mengevaluasi respons klien terhadap
obat tersebut.
3. Akuntabilitas (tanggung gugat)
Dapat menjawab segala hal yang berhubungan dengan tindakan seseorang atau dapat
mempertanggungjawabkan suatu tindakan yang dilakukan, dan dapat menerima konsekuensi
dari tindakan tersebut.

4. Loyalitas
Suatu konsep yang melewati simpati, peduli, dan hubungan timbal balik terhadap pihak yang
secara profesional berhubungan dengan perawat.Loyalitas harus dipertahankan oleh setiap
perawat baik loyalitas kepada klien, teman sejawat, rumah sakit maupun profesi.
2.3Nilai-nilai professional yang harus diterapkan oleh perawat
1. JUSTICE (Keadilan)
Menjaga prinsip-prinsip etik dan legal, sikap yang dapat dilihat dari Justice, adalah: Courage
(keberanian/Semangat, Integrity, Morality, Objectivity), dan beberapa kegiatan yang
berhubungan dengan justice perawat: Bertindak sebagai pembela klien, Mengalokasikan
sumber-sumber secara adil, Melaporkan tindakan yang tidak kompeten, tidak etis, dan tidak
legal secara obyektif dan berdasarkan fakta.
2. TRUTH (kebenaran)
Kesesuaian dengan fakta dan realitas, sikap yang berhubungan denganperawt yang dapat
dilihat, yaitu: Akontabilitas, Honesty, Rationality, Inquisitiveness (ingin tahu), kegiatan yang
beruhubungan dengan sikap ini adalah: Mendokumentasikan asuhan keperawatan secara
akurat dan jujur, Mendapatkan data secara lengkap sebelum membuat suatu keputusan,
Berpartisipasi dalam upaya-upaya profesi untuk melindungi masyarakat dari informasi yang
salah tentang asuhan keperawatan.
3. AESTHETICS
Kualitas obyek, kejadian, manusia yang mengarah pada pemberian kepuasan dengan prilaku/
sikap yang tunjukan dengan Appreciation, Creativity, Imagination, Sensitivity, kegiatan
perawat yang berhubungan dengan aesthetics: Berikan lingkungan yang menyenangkan bagi
klien, Ciptakan lingkungan kerja yang menyenangkan bagi diri sendiri dan orang lain,
Penampilan diri yang dapat meningkatkan “image” perawat yang positif.
4. ALTRUISM
Peduli bagi kesejahteraan orang lain (keiklasan) dengan sikap yang ditunjukan yaitu: Caring,
Commitment, Compassion (kasih), Generosity (murah hati), Perseverance (tekun, tabah
(sabar), kegiatan perawat yang berhubungan dengan Altruism:Memberikan perhatian penuh
saat merawat klien, Membantu orang lain/perawat lain dalam memberikan asuhan
keperawatan bila mereka tidak dapat melakukannya, Tunjukan kepedulian terhadap isu dan
kecenderungan social yang berdampak terhadap asuhan kesehatan.
5. EQUALITY (Persamaan)
Mempunyai hak, dan status yang sama, sikap yang dapt ditunjukan oleh perawat yaitu:
Acceptance (menerima), Fairness (adil/tidak diskriminatif), Tolerance, Assertiveness,
kegiatan perawat yang berhubungan dengan equality: Memberikan nursing care berdasarkan
kebutuhan klien, tanpa membeda-bedakan klien, Berinteraksi dengan tenaga kesehatan/teman
sejawat dengan cara yang tidak diskriminatif
6. FREEDOM (Kebebasan)
Kapasitas untuk menentukan pilihan, sikap yang dapat ditunjukan oleh perawat yaitu:
Confidence, Hope, Independence, Openness, Self direction, Self Disciplin, kegiatan yang
berhubungan dengan Freedom: Hargai hak klien untuk menolak terapi, Mendukung hak
teman sejawat untuk memberikan saran perbaikan rencana asuhan keperawatan, Mendukung
diskusi terbuka bila terdapat isu controversial terkait profesi keperawatan
7. HUMAN DIGNITY (Menghargai martabat manusia)
Menghargai martabat manusia dan keunikan martabat manusia dan keunikan individu, sikap
yang dapat ditunjukan oleh perawat, yaitu: Empathy, Kindness, Respect full, Trust,
Consideration, kegiatan yang berhubungan dengan sikap Human dignity: Melindungi hak
individu untuk privacy, Menyapa/memperlakukan orang lain sesuai dengan keinginan mereka
untuk diperlakukan, Menjaga kerahasiaan klien dan teman sejawat.

2.4 Hak-hak perawat, menurut Claire dan Fagin (1975), bahwa perawat berhak:
1. Mendapatkan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya
2. Mengembangkan diri melalui kemampuan kompetensinya sesuai dengan latar
pendidikannya
3. Menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan
serta standard an kode etik profesi
4. Mendapatkan informasi lengkap dari pasien atau keluaregannya tentang keluhan
kesehatan dan ketidakpuasan terhadap pelayanan yang diberikan
5. Mendapatkan ilmu pengetahuannya berdasarkan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi dalam bidang keperawatan/kesehatan secara terus menerus.
6. Diperlakukan secara adil dan jujur baik oleh institusi pelayanan maupun oleh pasien
7. Mendapatkan jaminan perlindungan terhadap resiko kerja yang dapat menimbulkan
bahaya baik secara fisik maupun emosional
8. Diikutsertakan dalam penyusunan dan penetapan kebijaksanaan pelayanan kesehatan.
9. Privasi dan berhak menuntut apabila nama baiknya dicemarkan oleh pasien dan atau
keluargannya serta tenaga kesehatan lainnya.
10. Menolak dipindahkan ke tempat tugas lain, baik melalui anjuran maupun pengumuman
tertulis karena diperlukan, untuk melakukan tindakan yang bertentangan dengan standar
profesi atau kode etik keperawatan atau aturan perundang-undangan lainnya.
11. Mendapatkan penghargaan dan imbalan yang layak atas jasa profesi yang diberikannya
berdasarkan perjanjian atau ketentuan yang berlaku di institusi pelayanan yang bersangkutan

2.5 Tanggung jawab/kewajiban perawat


Disamping beberapa hak perawat yang telah diuraikan diatas, dalam mencapai keseimbangan
hak perawat maka perawat juga harus mempunyai kewajibannya sebagai bentuk tanggung
jawab kepada penerima praktek keperawatan. (Claire dan Fagin, 1975l,dalam Fundamental of
nursing,Kozier 1991)
2.6 Kewajiban seorang perawat
1. Mematuhi semua peraturan institusi yang bersangkutan
2. Memberikan pelayanan atau asuhan keperawatan sesuai dengan standar profesi dan
batas kemanfaatannya
3. Menghormati hak pasien
4. Merujuk pasien kepada perawat atau tenaga kesehatan lain yang mempunyai
keahlihan atau kemampuan yang lebih kompeten, bila yang bersangkutan tidak dapat
mengatasinya.
5. Memberikan kesempatan kepada pasien untuk berhubungan dengan keluarganya,
selama tidak bertentangan dengan peraturan atau standar profesi yang ada.
6. Memberikan kesempatan kepada pasien untuk menjalankan ibadahnya sesuai dengan
agama dan kepercayaan masing-masing selama tidak mengganggu pasien yang
lainnya.
7. Berkolaborasi dengan tenaga medis (dokter) atau tenaga kesehatan lainnya dalam
memberikan pelayanan kesehatan dan keperawatan kepada pasien
8. Memberikan informasi yang akurat tentang tindakan keperawatan yang diberikan
kepada pasien dan atau keluargannya sesuai dengan batas kemampuaannya
9. Mendokumentasikan asuhan keperawatan secara akurat dan berkesinambungan
10. Mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dn tehnologi keperawatan atau kesehatan
secara terus menerus
11. Melakukan pelayanan darurat sebagai tugas kemanusiaan sesuai dengan batas
kewenangannya
12. Merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien, kesuali jika dimintai
keterangan oleh pihak yang berwenang.
13. Memenuhi hal-hal yang telah disepakati atau perjanjian yang telah dibuat sebelumnya
terhadap institusi tempat bekerja.

2.7 Hak-hak pasien


Disamping beberapa hak dan kewajiban perawat, perawat juga harus mengenal hak-hak
pasien sebagai obyek dalam praktek keperawatan. Sebagai hak dasar sebagai manusia maka
penerima asuhan keperawatan juga harus dilindungi hak-haknya, sesuai perkembangan dan
tuntutan dalam praktek keperawatan saat ini pasien juga lebih meminta untuk menentukan
sendiri dan mengontrol tubuh mereka sendiri bila sakit; persetujuan, kerahasiaan, dan hak
pasien untuk menolak pengobatan merupakan aspek dari penentuan diri sendiri. Hal-hal
inilah yang perlu dihargai dan diperhatikan oleh profesi keperawat dalam menjalankan
kewajibannya.
Tetapi dilain pihak, seorang individu yang mengalami sakit sering tidak mampu untuk
menyatakan hak-haknya, karena menyatakan hak memerlukan energi dan kesadaran diri yang
baik sedangkan dalam kondisi sakit seseorang mengalami kelemahan atau terikat dengan
penyakitnya dan dalam kondisi inilah sering individu tidak menyadari akan haknya, disinilah
peran seoran professional perawat.
Oleh karena itu sebagai perawat professional harus menganal hak-hak pasien, menurut Annas
dan Healy, 1974, hak-hak pasien adalah sebagai berikut:
1. Hak untuk kebenaran secara menyeluruh
2. Hak untuk mendapatkan privasi dan martabat yang mandiri
3. Hak untuk memelihara penentuan diri dalam berpartisipasi dalam keputusan
sehubungan dengan kesehatan seseorang.
4. Hak untuk memperoleh catatan medis, baik selama maupun sesudah dirawat di
Rumah Sakit.
Sedangkan pernyataan hak pasien (Patient’s Bill of Right) yang diterbitkan oleh “The
American Hospital Association” 1973, meliputi beberapa hal, yang dimaksudkan
memberikan upaya peningkatan hak pasien yang dirawat dan dapat menjelaskan kepada
pasien sebelum pasien dirawat.
Adapun hak-hak pasien, adalah sebagai beriku, pasien mempunyai hak:
1. Mempertahankan dan mempertimbangkan serta mendapatkan asuhan keperawatan
dengan penuh perhatian
2. Memperoleh informasi terbaru, lengkap mengenai diagnosa, pengobatan dan program
rehabilitasi dari tim medis, dan informasi seharusnya dibuat untuk orang yang tepat
mewakili pasien, karena pasien mempunyai hak untuk mengetahui dari yang
bertanggung jawab dan mengkoordinir asuhan keperawatannya.
3. Menerima informasi penting untuk memberikan persetujuan sebelum memulai sesuatu
prosedur atau pengobatan kecuali dalam keadaan darurat, mencakup beberapa hal
penting, yaitu; lamanya ketidakmampuan, alternatif-alternatif tindakan lain dan siapa
yang akan melakukan tindakan
4. Menolak pengobatan sejauh yang diijinkan hukum dan diinformasikan tentang
kosekwensi dari tindakan tersebut.
5. Setiap melakukan tindakan selalu mempertimbangkan privasinya termasuk asuhan
keperawatan, pengobatan, diskusi kasus, pemeriksaan dan tindakan, dan selalu dijaga
kerahasiaannya dan dilakukan dengan hati-hati, siapapun yang tidak terlibat langsung
asuhan keperawatan dan pengobatan pasien harus mendapatkan ijin dari pasien.
6. Mengharapkan bahwa semua komunikasi dan catatan mengenai asuhan keperawatan
dan pengobatannya harus diperlakukan secara rahasia.
7. Pasien mempunyai hak untuk mengerti bila diperlukan rujukan ke tempat lain yang
lebih lengkap dan memperoleh informasi yang lengkap tentang alasan rujukan
tersebut, dan Rumah Sakit yang ditunjuk dapat menerimannya.
8. Memperoleh informasi tentang hubungan Rumah Sakit dengan instansi lainnya,
seperti pendidikan dan atau instansi terkait lainnya sehubungan dengan asuhan yang
diterimannya, Contoh: hubungan individu yang merawatnya, nama perawat dan
sebaginnya.
9. Diberikan penasehat/pendamping apabila Rumah Sakit mengajukan untuk terlibat
atau berperan dalam eksperimen manusiawi yang mempengaruhi asuhan atau
pengobatannya. Pasien mempunyai hak untuk menolak berpartisipasi dalam proyek
riset/penelitian tersebut.
10. Mengharapkan asuhan berkelanjutan yang dapat diterima. Pasien mempunyai hak
untuk mengetahui lebih jauh waktu perjanjian dengan dokter yang ada. Pasien
mempunyai hak untuk mengharapkan Rumah Sakit menyediakan mekanisme
sehingga ia mendapat informasi dari dokter atau staff yang didelegasikan oleh dokter
tentang kesehatan pasien selanjutnya.
11. Mengetahui peraturan dan ketentuan Rumah Sakit yang harus diikutinya sebagai
pasien
12. Mengetahui peraturan dan ketentuan Rumah Sakit yang harus diikutinya.
2.8 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBUATAN KEPUTUSAN ETIS
Kemampuan membuat keputusan masalah etis merupakan salah satu persyaratan bagi
perawat untuk menjalankan praktik keperawatan profesional. Dalam membuat keputusan etis,
ada beberapa unsur yang mempengaruhi seperti nilai dan kepercayaan pribadi, kode etik
keperawatan, konsep moral perawatan dan prinsip- prinsip etik.
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap seseorang dalam membuat keputusan etis antara
lain faktor agama dan adat istiadat, sosial, ilmu pengetahuan/teknologi, legalisasi/keputusan
juridis, dana/keuangan, pekerjaan/posisi pasien maupun perawat, kode etik keperawatan dan
hak-hak pasien.
1. Faktor agama dan adat istiadat.
Agama serta latar belakang adat-istiadat merupakan faktor utama dalam membuat keputusan
etis. Setiap perawat disarankan untuk memahami nilai-nilai yang diyakini maupun kaidah
agama yang dianutnya. Untuk memahami ini memang diperlukan proses. Semakin tua dan
semakin banyak pengalaman belajar, seseorang akan lebih mengenal siapa dirinya dan nilai-
nilai yang dimilikinya.

Indonesia merupakan negara kepulauan yang dihuni oleh penduduk dengan berbagai
agama/kepercayaan dan adat istiadat. Setiap penduduk yang menjadi warga negara Indonesia
harus beragama/berkeyakinan. Ini sesuai dengan sila pertama Pancasila : Ketuhanan Yang
Maha Esa, dimana di Indonesia menjadikan aspek ketuhanan sebagai dasar paling utama.
Setiap warga negara diberi kebebasan untuk memilih kepercayaan yang dianutnya.
2. Faktor sosial.
Berbagai faktor sosial berpengaruh terhadap pembuatan keputusan etis. Faktor ini antara lain
meliputi perilaku sosial dan budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi, hukum, dan peraturan
perundang-undangan.
Perkembangan sosial dan budaya juga berpengaruh terhadap sistem kesehatan nasional.
Pelayanan kesehatan yang tadinya berorientasi pada program medis lambat laun menjadi
pelayanan komprehensif dengan pendekatan tim kesehatan.

3. Faktor ilmu pengetahuan dan tekhnologi.


Pada era abad 20 ini, manusia telah berhasil mencapai tingkat kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang belum dicapai manusia pada abad sebelumnya. Kemajuan yang telah
dicapai meliputi berbagai bidang.
Kemajuan di bidang kesehatan telah mampu meningkatkan kualitas hidup serta
memperpanjang usia manusia dengan ditemukannya berbagai mesin mekanik kesehatan, cara
prosedur baru dan bahan-bahan/obat-obatan baru. Misalnya pasien dengan gangguan ginjal
dapat diperpanjang usianya berkat adanya mesin hemodialisa. Ibu-ibu yang mengalami
kesulitan hamil dapat diganti dengan berbagai inseminasi. Kemajuan-kemajuan ini
menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan etika.
4. Faktor legislasi dan keputusan juridis.
Perubahan sosial dan legislasi secara konstan saling berkaitan. Setiap perubahan sosial atau
legislasi menyebabkan timbulnya tindakan yang merupakan reaksi perubahan tersebut.
Legislasi merupakan jaminan tindakan menurut hukum sehingga orang yang bertindak tidak
sesuai hukum dapat menimbulkan konflik.
Saat ini aspek legislasi dan bentuk keputusan juridis bagi permasalahan etika kesehatan
sedang menjadi topik yang banyak dibicarakan. Hukum kesehatan telah menjadi suatu bidang
ilmu, dan perundang-undangan baru banyak disusun untuk menyempurnakan perundang-
undangan lama atau untuk mengantisipasi perkembangan permasalahan hukum kesehatan.
5. Faktor dana/keuangan.
Dana/keuangan untuk membiayai pengobatan dan perawatan dapat menimbulkan konflik.
Untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat, pemerintah telah banyak berupaya dengan
mengadakan berbagai program yang dibiayai pemerintah.
6. Faktor pekerjaan.
Perawat perlu mempertimbangkan posisi pekerjaannya dalam pembuatan suatu keputusan.
Tidak semua keputusan pribadi perawat dapat dilaksanakan, namun harus diselesaikan
dengan keputusan/aturan tempat ia bekerja. Perawat yang mengutamakan kepentingan pribadi
sering mendapat sorotan sebagai perawat pembangkang. Sebagai konsekuensinya, ia
mendapatkan sanksi administrasi atau mungkin kehilangan pekerjaan.

2.9 ISTILAH-ISTILAH ETIK DAN HUKUM KEPERAWATAN


1. Etika
peraturan/norma yang dapat digunakan sebagai acuan bagi prilaku seseorang yang berkaitan
dengan tindakan yang baik/buruk,merupakan suatu tanggung jawab moral.
2. Etik
suatu ilmu yang mempelajari tentang apa yang baik dan buruk secara moral atau ilmu
kesusilan yang menyangkut aturan /prinsip penentuan tingkah laku yang baik dan
buruk,kewajiban dan tanggung jawab.
3. Etiket
merupakan sesuatu yang telah dikenal,diketahui,diulangi serta menjadi suatu kebiasaan
didalam masyarakat,baik berupa kata-kata/suatu bentuk perbuatan yang nyata.
4. Moral
Perilaku yang diharapkan masyarakat atau merupakan standar prilaku/prilaku yang harus
diperhatikan seseorang menjadi anggota kelompok/masyarakat dimana ia berada.atau nilai
yang menjadi pegangan bagi seseorang suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.
5. Kode etik
Kaedah utama yang menjaga terjalinnya interaksi pemberi dan penerima jasa profesi yang
wajar,jujur,adil dan terhormat.
6. Profesional
Seseorang yang memiliki kompetensi dalam suatu pekerjaan tertentu.
7. Profesionalisme
karakter,spirit/metoda profesional,mencakup pendidikan dan kegiatan berbagai kelompok
yang anggotanya berkeinginan jd professional.
8. Profesionalisme
Merupakan suatu proses yang dinamis untuk memenuhi/mengubah karakteristik kearah
profesi.
9. Hukum
Peraturan perundang-undangan yang di buat oleh suatu kekuasaan dalam mengatur pergaulan
hidup dalam masyarakat.
2.10 PENGARUH HUKUM TERHADAP PERKEMBANGAN PROFESI
KEPERAWATAN

Hukum dapat menjalankan fungsi advokasi dengan membela dan melindungi perawat dari
kemungkinan tindakan yang merugikannya.

2.11 HUBUNGAN HUKUM DENGAN PROFESI PERAWAT


Manusia sebagai makhluk sosial yang selalu senantiasa berhubungan dengan manusia lain
dalam masyarakat, senantiasa diatur diantaranya :
• Norma agama
• Norma etik
• Norma hukum
Ketiga norma tersebut khususnya norma hukum dibutuhkan untuk menciptakan ketertipan,
ketentraman, dan pada akhirnya perdamaian dalam kehidupan, diharapkan kepentingan
manusia dapat terpenuhi.
Perlu Dibuat Payung Hukum Bagi Profesi Perawat Kesehatan sebagai salah satu kebutuhan
pokok manusia selain sandang, pangan, papan, dan pendidikan, perlu diatur dengan berbagai
piranti hukum sebab pengembangan di bidang kesehatan diperlukan tiga faktor:
1. Perlunya perawatan kesehatan diatur dengan langkah- langkah tindakan kongkrit dari
pemerintah.
2. Perlunya pengaturan hukum dilingkungan sistem perawatan kesehatan.
3. Perlunya kejelasan yang membatasi antara perawatan kesehatan dengan tindakan tertentu.
Ketiga faktor tersebut memerlukan piranti hukum untuk melindungi pemberi dan penerima
jasa kesehatan agar ada kepastian hukum dalam melaksanakan tugas profesinya. Dalam
pelayanan kesehatan (yan-kes). Pada dasarnya merupakan hubungan “unik” karena hubungan
tersebut bersifat interpersonal, oleh karena itu tidak saja diatur oleh hukum tetapi juga oleh
etika dan moral.

2.11 SUMBER UTAMA HUKUM DI KEPERAWATAN


Sumber utama hukum keperawatan adalah undang-undang . yang tercantum dalam pasal-
pasal sebagai berikut:
UU RI No. 23/TH 1992
1. Tentang Kesehatan Pasal 32, ayat 2,3,4 dan 5
2 : Penyembuhan penyakit & pemulihan Kes dilakukan dgn pengobatan atau prerawatan.
3 : Pengobatan atau prwtn dpt dilakukan berdsrkan ilmu kedokteran & ilmu keperawatan atau
cara lain yg dpt dipertg jawabkan.
4 : Pelaksanaan pengobatan atau prwtn berdsrkan ilmu kedokteran atau ilmu kep hanya dpt
dilakukan oleh tenaga kes yg mempunyai keahlian & kewenangan di bidang itu
5 : Pemerintah melkukn pembinaan & pengawasan thdp pelaksanaan pengobatan
2. Pasal 50
Tenaga kes bertugas menyelenggarakan & melkkn keg kes sesuai dgn bidang keahlian atau
kewenangan tenaga kes yg bersangkutan.
3. Pasal 53, ayat 1,2,4
1 : Tenaga kes berhak memperoleh perlindungan hukum dlm melaksanakan tugas sesuai dgn
profesinya.
2 : Tenaga Kes dlm melaksanakan tugasnya berkewajiban utk mematuhi standar profesi &
menghormati hak-hak pasien
4 : Ketentuan mengenai standar profesi & hak-hak pasien sebagaimana dimaksud dlm ayat 2
ditetapkan dgn peraturan pemerintah.
4. Pasal 54, ayat 1,2
1 : Thdp tenaga kes yg mlkkn kesalahan atau kelalaian dlm melaksanakan profesinya dpt
dikenakan tindakan disiplin.
2 : Penentuan ada tdknya kesalahan atau kelalaian sebagaimana dimaksud pd ayat 1
ditentukan oleh Majlis disiplin tenaga kesehatan
5. Pasal 55, ayat 1,2
1 : Setiap orang berhak atas ganti rugi akibat kesalahan atau kelalaian yg dilakukan oleh
tenaga kesehatan
2 : Ganti rugi sebagaimana dimaksud dlm ayat 1 dilaksanakan sesuai dgn peraturan
perundang-undangan yg berlaku.
6. Pasal 73
Pemerintah melakukan pembinaan terhadap semua kegiatan yg berkaitan dgn
penyelenggaraan upaya kesehatan.
7. Pasal 77
Pemerintah berwenang mengambil tindakan administratif terhadap tenaga kesehatan &/ atau
sarana kesehatan yg melakukan pelanggaran terhadap ketentuan undang-undang ini.
Implikasi UU RI No. 23/TH 1992 Tentang Kesehatan :
1. Keperawatan dapat menyembuhkan penyakit & memulihkan kesehatan
2. Kepeperawatan diakui sebagai ilmu pengetahuan
3. Perlu aplikasi standar profesi bagi perawat
4. Perlu aplikasi ada pengaturan tentang kewenangan perawat
5. Hak-hak klien hrs dihormati & selalu menjadi fokus perhatian setiap perawat

2.12 CARA MENGATASI DILEMA HUKUM DAN ETIS DI KEPERAWATAN


1. Model Pemecahan masalah ( Megan, 1989 )
Ada lima langkah- langkah dalam pemecahan masalah dalam dilema etik.
a. Mengkaji situasi
b. Mendiagnosa masalah etik moral
c. Membuat tujuan dan rencana pemecahan
d. Melaksanakan rencana
e. Mengevaluasi hasil
2. Kerangka pemecahan dilema etik (kozier & erb, 2004 )
a. Mengembangkan data dasar.
Untuk melakukan ini perawat memerukan pengumpulan informasi sebanyak mungkin
meliputi :
1) Siapa yang terlibat dalam situasi tersebut dan bagaimana keterlibatannya
2) Apa tindakan yang diusulkan
3) Apa maksud dari tindakan yang diusulkan
4) Apa konsekuensi-konsekuensi yang mungkin timbul dari tindakan yang diusulkan.
b. Mengidentifikasi konflik yang terjadi berdasarkan situasi tersebut
c. Membuat tindakan alternatif tentang rangkaian tindakan yang direncanakan dan
mempertimbangkan hasil akhir atau konsekuensi tindakan tersebut
d. Menentukan siapa yang terlibat dalam masalah tersebut dan siapa pengambil keputusan
yang tepat
e. Mengidentifikasi kewajiban perawat
f. Membuat keputusan
3. Murphy dan Murphy
a.Mengidentifikasi masalah kesehatan
b.Mengidentifikasi masalah etik
c.Siapa yang terlibat dalam pengambilan keputusan
d.Mengidentifikasi peran perawat
e.Mempertimbangkan berbagai alternatif-alternatif yang mungkin dilaksanakan
f.Mempertimbangkan besar kecilnya konsekuensi untuk setiap alternatif keputusan
g.Memberi keputusan
h.Mempertimbangkan bagaimanan keputusan tersebut hingga sesuai dengan falsafah umum
untuk perawatan klien
i.Analisa situasi hingga hasil aktual dari keputusan telah tampak dan menggunakan informasi
tersebut untuk membantu membuat keputusan berikutnya.
Contoh: Banyak perawat merasa tidak mampu ketika menghadapi dilema etik terkait asuhan
pasien. Perasaan ini dapat terjadi akibat perawat tidak terbiasa dengan tekhnik penyelesaian
masalah yang sistematik untuk dilema etik. Perawat dapat mengembangkan keterampilan
penyelesaian masalah yang perlu untuk mengambil keputusan etik ketika mereka belajar dan
berlatih dan menggunakan proses penyelesaian etik. Penyelesaia n tersebut dapat bagi perawat
untuk menjawab pertanyaan penting tentang dilema dan untuk mengarahkan pikiran mereka
untuk berpikir lebih logis dan bersikap benar berdasarkan proses keperawatan.
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Keperawatan sebagai suatu profesi bertanggung jawab dan bertanggung gugat atas
pelayanan/asuhan keperawatan yang diberikan.Oleh sebab itu pemberian pelayanan/asuhan
keperawatan harus berdasarkan pada landasan hukum dan etika keperawatan. Standar asuhan
perawatan di Indonesia sangat diperlukan untuk melaksanakan praktek keperawatan,
sedangkan etika keperawatan telah diatur oleh organisasi profesi, hanya saja kode etik yang
dibuat masih sulit dilaksanakan dilapangan karena bentuk kode etik yang ada masih belum
dijabarkan secara terinci dan lengkap dalam bentuk petunjuk tehnisnya.
Etik merupakan kesadaran yang sistematis terhadap prilaku yang dapat dipertanggung
jawabkan, etik bicara tentang hal yang benar dan hal yang salah dan didalam etik terdapat
nilai-nilai moral yang merupakan dasar dari prilaku manusia (niat).Prinsip-prinsip moral telah
banyak diuraikan dalam teori termasuk didalamnya bagaimana nilai-nilai moral di dalam
profesi keperawatan.Penerapan nilai moral professional sangat penting dan sesuatu yang
tidak boleh ditawar lagi dan harus dilaksanakan dalam praktek keperawatan.
Setiap manusia mempunyai hak dasar dan hak untuk berkembang, demikian juga bagi pasien
sebagai penerima asuhan keperawatan mempunyai hak yang sama walaupun sedang dalam
kondisi sakit. Demikian juga perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan mempunyai hak
dan kewajiban masing-masing.Kedua-duannya mempunyai hak dan kewajiban sesuai
posisinya.Disinilah sering terjadi dilema etik, dilema etik merupakan bentuk konflik yang
terjadi disebabkan oleh beberapa factor, baik faktor internal dan faktor eksternal, disamping
itu karena adanya interaksi atau hubungan yang saling membutuhkan. Oleh sebab itu dilema
etik harus diselesaikan baik pada tingkat individu dan institusi serta organisasi profesi dengan
penuh tanggung jawab dan tuntas

3.2. Saran
1. Pentingnya membuat standar praktek keperawatan yang jelas dan dapat
dipertanggungjawabkan.
2. Perlunya peraturan atau perundang-undangan yang mengatur dan sebagai bentuk
pelindungan hukum baik pemberi dan penerima praktik keperawatan
3. Kode etik di Indonesia yang sudah ada perlu didukung dengan adanya perangkat-
perangkat aturan yang jelas agar dapat dilaksanakan secara baik dilapangan.
4. Sebagai seorang mahasiswa, khususnya mahasiswa fakultas keperawatan kita harus
mengetahui dengan pasti segala bentuk etika maupun isu etik keperawatan; dan
makalah ini merupakan salah satu bagian pembelajaran yang sesuai.
DAFTAR PUSTAKA

1. Bertens, K.2001. Etika. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama


2. Ismani, Nila. 2001. Etika Keperawatan. Jakarta : Widya Medika
3. Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Etika dan Hukum Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta
4. Weitzel, marlene. 1984. Dasar-dasar ilmu keperawatan. Jakarta : Gunung Agung
5. Roper, nancy. 1996. Prinsip-prinsip keperawatan. Yogyakarta : Abdi Yogyakarta
6. Kozier. (2000). Fundamentals of Nursing : concept theory and practices.
Philadelphia. Addison Wesley.
7. Priharjo, R (1995). Pengantar etika keperawatan; Yogyakarta: Kanisius.
8. Persatuan Perawat Nasional Indonesia. (1999, 2000). Kode Etik Keperawatan,
lambing dan Panji PPNI dan Ikrar Perawat Indonesia, Jakarta: PPNI
9. Redjeki, S. (2005). Etika keperawatan ditinjau dari segi hukum. Materi seminar tidak
diterbitkan.
10. Soenarto Soerodibroto, (2001). KUHP & KUHAP dilengkapi yurisprodensi
Mahkamah Agung dan Hoge Road: Jakarta : PT.RajaGrafindo Persada.
11. http://wiwinjehabut.wordpress.com/2012/11/27/prinsip-prinsip-etika-dalam-
keperawatan/

Вам также может понравиться