Вы находитесь на странице: 1из 4

DEMOKRASI DALAM PEMILU DI INDONESIA

25 November 2012
BY ROSAYUNITA

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara sebagai upaya mewujudkan
kedaulatan rakyat (kekuasaan warga negara) atas negara untuk dijalankan oleh pemerintah negara tersebut.
Konsep demokrasi menjadi sebuah kata kunci tersendiri dalam bidang ilmu politik. Hal ini menjadi wajar,
sebab demokrasi saat ini disebut-sebut sebagai indikator perkembangan politik suatu negara.

Salah satu pilar demokrasi adalah prinsip trias politicayang membagi ketiga kekuasaan politik negara
(eksekutif, legislatif dan yudikatif ) untuk diwujudkan dalam tiga jenis lembaga negara yang saling lepas dan
berada dalam peringkat yg sejajar satu sama lain. Kesejajaran dan independensi ketiga jenis lembaga negara ini
diperlukan agar ketiga lembaga negara ini bisa saling mengawasi dan saling mengontrol berdasarkan prinsip
checks and balances.

Indonesia merupakan salah satu negara yang menerapkan sistem politik demokrasi. Demokrasi yang
diterapkan di Indonesia mempunyai slogan yaitu dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Salah satu sarana
dari sistem politik demokrasi di Indonesia yaitu Pemilihan Umum(Pemilu). Pemilihan umum merupakan
wujud dari kebebasan berpendapat dan kebebasan berserikat. Pemilihan umum di Indonesia menganut asas
“Luber” yang merupakan singkatan dari “Langsung, Umum, Bebas dan Rahasia”. Asal “Luber” sudah ada
sejak zaman Orde Baru. Kemudian di era reformasi berkembang pula asas “Jurdil” yang merupakan singkatan
dari “Jujur dan Adil.
Di Indonesia, pemilihan umum (pemilu) adalah proses pemilihan orang(-orang) untuk mengisi jabatan-
jabatan politik tertentu. Jabatan-jabatan tersebut beraneka-ragam, mulai dari presiden,wakil rakyat di
berbagai tingkat pemerintahan, sampai kepala desa.Pada konteks yang lebih luas, Pemilu dapat juga berarti
proses mengisi jabatan-jabatan seperti ketua OSIS atau ketua kelas, walaupun untuk ini kata ‘pemilihan’ lebih
sering digunakan.
Pemilu merupakan salah satu usaha untuk memengaruhi rakyat secara persuasif (tidak memaksa) dengan
melakukan kegiatan retorika, public relations, komunikasi massa, lobby dan lain-lain kegiatan.Meskipun
agitasi dan propaganda di Negara demokrasi sangat dikecam, namun dalam kampanye pemilihan umum,
teknik agitasi dan teknik propaganda banyak juga dipakaioleh para kandidat atau politikus selalu komunikator
politik. Hal inilah yang membuat penulis ingin mengetahui bagaimana jalannya demokrasi dalam pemilu di
Indonesia.
B. IDENTIFIKASI MASALAH DAN PERUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang di atas maka permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini ialah:

1. 1. Bagaimana proses berjalannya demokrasi dalam pemilu?


2. 2. Bagaimana pengawasan berjalannya demokrasi dalam pemilu?
C. TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Demokrasi dan Pemilu
Kata demokrasi berasal dari kata yunani kuno yang terdiri dari dua kata yaitu kata “demokrasi” berasal dari
dua kata, yaitu demos yang berarti rakyat, dan kratos/cratein yang berartipemerintahan, sehingga dapat
diartikan sebagai pemerintahan rakyat, atau yang lebih kita kenal sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat
dan untuk rakyat.
Dieter Nohlen mendefinisikan sistem pemilihan umum dalam 2 pengertian, dalam arti luas dan dalam arti
sempit. Dalam arti luas, sistem pemilihan umum adalah segala proses yang berhubungan dengan hak pilih,
administrasi pemilihan dan perilaku pemilih dan dalam pengertian sempit sistem pemilihan umum adalah cara
dengan mana pemilih dapat mengekspresikan pilihan politiknya melalui pemberian suara, di mana suara
tersebut ditransformasikan menjadi kursi di parlemen atau pejabat publik.

Menurut Austin Ranney ada delapan kriteria pokok bagi pemilu demokratis, yaitu

a. Hak pilih umum. Pemilu hanya disebut demokratis bila semua warga negara dewasa menikmati hak pilih
pasif maupun aktif. Kalau toh dilakukan pembatasan, hal itu harus ditentukan secara demokratis, yaitu melalui
undang-undang. Dalam kehidupan modern, pembatasan itu hanya bisa dipahami bila didasarkan pada
“ketidakmampuan seseorang untuk menerima tanggung jawab sosial kenegaraannya “ seperti terjadi pada
orang gila atau pelaku tindak kriminal tertentu atau anak-anak di bawah usia tertentu.

b. Kesetaraan bobot suara.Harus ada jaminan bahwa suara tiap-tiap pemilih diberi bobot yang sama, artinya
tidak boleh ada sekelompok warga negara , apapun kedudukan, sejarah kehidupan, dan jasa-jasanya, yang
memperoleh lebih banyak wakil dari warga lainnya. Kalau miaslnya ditentukan bahwa setiap kursi parlemen
berharga 420.000 suara, maka harus ada jaminan bahwa tak ada sekelompok warga negara pun yang
jumlahnya kurang dari kuota tersebut mendapat satu atau bahkan lebih kursi di parlemen.
c. Tersedianya pilihan yang signifikan. Hak pilih maupun bobot suara yang setara antar sesama pemilih itu
kemudian harus dihadapkan pada pilihan-pilihan yang cukup signifikan. Perbedaan pilihan itu bisa sangat
sederhana, seperti perbedaan antara dua orang atau lebih calon, atau perbedaan yang lebih rumit antara dua
atau lebih garis politik/ program kerja yang berlainan, sampai ke perbedaan antara dua atau lebih ideologi.
d. Kebebasan nominasi. Melalui organisasi masing-masing keompok rakyat membina, menyeleksi, dan
menominasikan calon-calon yang mereka nilai mampu menerjemahkan kebijakan organisasi dalam
penyelenggaraan pemerintahan negara. Jadi, di dalam kebebasan berorganisasi itu secara implisit terkandung
pula prinsip kebebasan menominasikan calon wakil rakyat. Sebab hanya dengan cara itulah pilihan-pilihan
yang signifikan dapat dijamin dalam proses pemilihan umum.
e. Persamaan hak kampanye. Program kerja dan calon unggulan tidak akan bermakna apa-apa jika tidak
diketehui oleh massa pemilih. Oleh karena itu, kampanye menjadi amat penting kedudukannya dalam proses
pemilu. Melalui proses inilah massa pemilih diperkenalkan dengan para calon dan program kerja para
kontestan pemilu.
f. Kebebasan dalam memberikan suara. Jika semua prinsip diatas dapat ditegakkan, masih diperlukan pula
jaminan bahwa para pemilih dapat menentukan pilihannya secara bebas, mandiri, sesuai pertimbangan-
pertimbangan hati nuraninya. pemberi suara harus terbebas dari berbagai hambatan fisik maupun mental (
takut, terpaksa, dan sebagainya) dalam menentukan pilihannya.
g. Penyelenggaraan secara periodik. Pada akhirnya pemilu itu sendiri harus dilaksanakan secara periodik.
Pemilu tidak boleh diajukan atau diundurkan sekehendak hati penguasa. Pemilu tidak boleh dijadikan alat
penguasa untuk melanggenkan kekuasaannya. Pemilu justru dimaksudkan sebagai sarana menyelenggarakan
pergantian penguasa secara damai dan terlembaga.

D. PEMBAHASAN
Proses berjalannya demokrasi dalam pemilu di Indonesia.
Pemilu-pemilu era Orde Baru pada 1971,1977, 1982, 1987, 1992 dan 1997sekedar sebuah ritual politik lima
tahunan yang penuh rekayasa politik otoritarian yang dicerminkan dalam peraturan perundang-undangan yang
mengatur Pemilu dan dalam proses pelaksanaan Pemilu. Dalam orde baru yang terjadi bukanlah Pemilu
dalam arti sebenarnya melainkan “seolah-olah Pemilu” yang hasilnya bisa ditebak, karena yang
memenangkan suara adalah penguasa yang lalu yaituSoeharto.Dalam orde baru terjadi penyelewengan
kekuasaan. Soeharto lebih memusatkan kekuasaan dirinya. Pemilu hanya bersifat semu saja.
Pemungutan suara untuk Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD (selanjutnya disebut Pemilu Legislatif) pada
hari Kamis tanggal 9 April 2009 terjadi berbagai pelanggaran dalam proses pelaksanaan Pemilu Legislatif,
seperti kekacauan mengenai Daftar Pemilih Tetap (DPT), banyaknya warga negara yang kehilangan hak
pilihnya,money politic, tertukarnya surat suara, masalah logistik Pemilu, dan sebagainya. Seharusnya setiap
warga negara Indonesia yang sudah berumur 17 tahun memiliki hak untuk memilih sesuai dengan pasal 28.
Hal ini jelas melanggar kebebasan rakyat.

Pengawasan berjalannya demokrasi dalam pemilu


Penyelenggaraan pemilu yang demokratis seharusnya dijalankan sesuai dengan asas pemilu yang dianut
Indonesia yaitu LUBER DAN JURDIL .Agar asas pemilu LUBER dan JURDIL dapat terlaksana dilakukan
pengawasan. Pengawasan tersebut bukan hanya dilakukan oleh Panwaslu saja, kita juga harus berperan dalam
pengawasan tersebut. Masyarakat dapat melakukan pemantauan baik secara langsung maupun tidak langsung
dalam proses berjalannya demokrasi/Pemilu. Pemantauan langsung bisa dilakukan pada saat proses demokrasi
berlangsung misalnya dalam proses pencoblosan, penghitungan, pendistribusian suara. Serta pemantauan tidak
langsung yang dilakukan dalam proses pra demokrasi berlangsung misalnya, pemasangan media/atribut
kampanye.
E. KESIMPULAN
Pemilihan umum merupakan sarana /cara untuk memilih wakil-wakil yang akan duduk dalam pemerintahan
dan menjalankan roda pemerintahan dalam kurun waktu tertntu.Pemilu yang demokratis dapat dilakukan jika
antara peserta pemilu dan pemilih melakukan sesuai dengan asas LUBER DAN JURDIL.

F. SARAN
Sebaiknya pemilu dijalankan dengan demokratis dan diperlukan pengawasan dalam proses pemilu
tersebut.Masyarakat dalam memilih juga harus lebih hati-hati, janan karena diberi iming-iming oleh satu
peserta kita memilih dia.

G. DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Demokrasi
http://id.wikipedia.org/wiki/Pemilihan_umum_di_Indonesia
http://id.wikipedia.org/wiki/Pemilihan_umum_di_Indonesia

Вам также может понравиться