Вы находитесь на странице: 1из 14
GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN GUBERNUR SULAWESI SELATAN NOMOR 68 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN KONSUMEN Menimbang Mengingat DI PROVINSI SULAWESI SELATAN, DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI SELATAN, bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan masing-masing pasal 8 ayat (2); Pasal 10 ayat (7), Pasal 11 ayat (7), Pasal 12 ayat (2), Pasal 24 ayat (4), Pasal 30 ayat (6), Pasal 31 ayat (4), dan Pasal 36 ayat (3) Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 3 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen, perlu menectapkan Peraturan Gubernur Sulawesi Selatan Tentang Pelaksanaan Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 3 Tahun 2013 ‘Tentang Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen; 1. Undang-undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 227, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5360); 2. Undangundang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3821); 3. Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3886); 4, Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 224, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 ‘Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republoik Indonesia Nomor 5679); 5. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Ipdonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republoik Indonesia Nomor 5038); 6. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059); 7. Undang-undang No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4843); 8. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063); 9. Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); 10, Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 131); 1 -Peraturan Pemerintah Nomor 102 Tahun 2000 tentang Standarisasi Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 199); 12.Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan © Pengawasan _—Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 103, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4126) : 13. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Serta Kedudukan Keuangan Gubernur Sebagai Wakil Pemerintah di Wilayah Provinsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor5107), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2011 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5209); 14, Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2007 tentang Pengesahan, Pengundangan, dan Penyebarluasan Peraturan Perundang-Undangan; 15,Keputusan Presiden Nomor 90 Tahun 2001 tentang Pembentukan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen Medan, Palembang, Jakarta Pusat, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Malang dan Makassar; . Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 19/M-DAG/PER/5/2009 tentang Pendaftaran Petunjuk Penggunaan (Manual) dan Kartu Jaminan/Garansi Purna Jual Dalam Bahasa Indonesia Bagi Produk Telematika dan Elektronika; .Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 20/M-DAG/PER/5/2009 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pengawasan Barang dan/atau Jasa; 18. Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 62/M-DAG/PER/ 12/2009 tentang Kewajiban Pencantuman Label pada Barang; 1 a 1 3 19. Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 22/M-DAG/PER/5/2010 tentang Perubahan tas Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 62/M-DAG/PER/ 12/2009 tentang Kewajiban Pencantuman Label Pada Barang: 20.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2011 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah; 21.Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 2 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Menetapkan Kewenangan Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Selatan (Lembaran Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2008 Nomor 2, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 255); 22,Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 10 Tahun 2008 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Sulawesi Selatah Tahun 2008- 2028 (Lembaran Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Tabun 2008 Nomor 10, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 243); 23.Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 1 Tahun 2010 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2010 Nomor 1, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 250); 24.Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 3 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen (Lembaran Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2013 Nomor 3, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 270); MEMUTUSKAN: PERATURAN GUBERNUR TENTANG PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI] SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN KONSUMEN BABI KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Gubernur ini yang dimaksud dengan: 1. Provinsi adalah Provinsi Sulawesi Selatan. 2. Daerah adalah Provinsi Sulawesi Selatan. 3. Pemerintah Daerah adalah Gubernur dan Perangkat sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. Gubernur adalah Gubernur Sulawesi Selatan. 5, Dinas adalah Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sulawesi Selatan. 6. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah satuan kerja perangkat Daerah yang membidangi perdagangan. 10. 1 is) 14. 15. Lh: 18. 19. - Kabupaten dan Kota adalah Kabupaten dan Kota di Sulawesi Selatan. Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen. Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun malkhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan Pelaku usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama - sama melalui Perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi. Barang adalah setiap benda baik berwujud maupun tidak berwujud, baik bergerak maupun tidak bergerak, dapat dihabiskan maupun tidak dapat dihabiskan, yang dapat untuk diperdagangkan, dipakai, dipergunakan, atau dimanfaatkan oleh konsumen. -Jasa adalah setiap layanan yang berbentuk pekerjaan atau prestasi yang disediakan bagi masyarakat untuk dimanfaatkan oleh konsumen. -Iklan adalah kegiatan pengenalan atau penycbarluasan informasi suatu barang dan/atau jasa untuk menarik minat beli konsumen terhadap barang dan/atau jasa yang akan dan sedang diperdagangkan. Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat selanjutnya disingkat LPKSM adalah lembaga nonpemerintah yang terdaftar dan diakui oleh pemerintah yang mempunyai kegiatan menangani perlindungan konsumen Klausula Baku adalah setiap aturan atau ketentuan dan syarat-syarat yang telah dipersiapkan dan ditetapkan terlebih dahulu secara sepihak oleh pelaku usaha yang dituangkan dalam suatu dokumen dan/atau perjanjian yang mengikat dan wajib dipenuhi oleh konsumen. Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen selanjutnya disingkat BPSK adalah badan yang bertugas menangani dan menyelesaikan sengketa antara pelaku usaha dan konsumen. Instansi Terkait adalah satuan kerja perangkat daerah dan/atau instansi vertikal yang lingkup tugasnya terkait dengan perlindungan konsumen. Masyarakat adalah seluruh warga/orang perseorangan yang berdomisili di Sulawesi Selatan. Barang Bekas adalah barang yang sudah dipakai sesuai peruntukannya dan masih bisa digunakan sesuai peruntukannya. 20. Motivator adalah orang yang telah dilatih untuk memberikan pemahaman kepada konsumen tentang hak dan kewajibannya serta hal lain yang bertujuan untuk memberikan perlindungan kepada konsumen. 21. Mediator adalah orang yang telah dilatih untuk memfasilitasi tercapainya kesepakatan antara pelaku usaha dan konsumen jika terjadi sengketa atau perbedaan pendapat mengenai suatu hal antara konsumen dan pelaku usaha, BAB IL RUANG LINGKUP Pasal 2 Ruang lingkup Peraturan Gubernur ini meliputi: 1, Tata cara penyelenggaraan kewajiban pelaku usaha; 2. Tata cara pelaksanaan pembinaan; 3. Tata cara pelaksanaan pengawasan; 4. Tata cara pelaksanaan pengujian; 5. Tata cara pengawasan barang beredar; 6. Tata kerja Tim Terpadu dalam pelaksanaan penyelenggaraan pembinaan dan pengawasan perlindungan konsumen; 7. Tata kerja Tim Fasilitasi terkait pengaduan dan penyelesaian sengketa konsumen; 8. Tata cara peyampaian informasi tentang jenis pelanggaran yang dilakukan pelaku usaha kepada masyarakat. BAB III TATA CARA PENYELENGGARAAN KEWAJIBAN PELAKU USAHA Pasal 3 (1) Itikad baik pelaku usaha diwujudkan dengan cara: a. menjelaskan sccara jelas dan terang mengenai kondisi barang dan/atau jasa yang diperdagangkan; dan b. bilamana terdapat cacat atau kekurangan mengenai barang dan/atau jasa yang diperdagangkan menginformasikan sejujurnya secara lisan atau tertulis kepada konsumen; (2) Kewajiban pelaku usaha untuk memberikan informasi yang benar, jelas, jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan, dan pemeliharaan dilakukan dengan cara: setiap barang dan/atau jasa yang diperdagangkan wajib disampaikan kepada konsumen baik secara lisan atau tertulis mengenai kondisi objek barang dan/atau jasa yang diperdagangkan. . setiap jenis produk barang dan/atau jasa yang diperdagangkan, pelaku usaha berkewajiban memberikan jaminan keamanan, kenyamanan, dan keselamatan dengan mempersiapkan segala layanan terkait Perbaikan, penggantian suka cadang, atau penggantian jenis produk barang dan/atau jasa yang scjenis. setiap jenis produk barang dan/atau jasa yang diperdagangkan, pelaku usaha berkewajiban manual atau petunjuk yang menggunakan bahasa Indonesia atau jika perlu dengan bahasa daerah yang dimengerti dan dipahami oleh Konsumen. terkait dengan kewajiban pelaku usaha memberikan penjelasan penggunaan, perbaikan, dan pemeliharaan produk barang dan/atau Jasa, maka pelaku usaha wajib menyediakan tenaga kerja yang memahami secara detail setiap barang dan/atau jasa sekaligus memahami bahasa yang dimengerti oleh konsumen; guna memberikan layanan kepada konsumen yang memuaskan, dengan tidak membeda-bedakan konsumen, maka pelaluu usaha wajib melakukan pendidikan atau membekali tenaga kerja (salesmen) dengan pengetahuan mengenai kewajiban pelaku usaha terhadap konsumen agar konsumen dapat merasakan layanan maksimal dengan informasi yang benar dan jujur tanpa diskriminasi; Pelaku usaha berkewajiban membekali tenaga kerja yang digunakan dengan kemampuan pemahaman mengenai jenis barang dan/atau jasa yang diperdagangkan dengan kualifikasi standar yang dipersyaraikan misalnya produk yang wajib Standar Nasional Indonesia (SNI) dan yang masih sukarela, agar hal ini dapat dijelaskan kepada konsumen yang akan menggunakan barang dan/atau jasa; pelaku usaha dan tenaga kerja yang ditugaskan melayani konsumen wajib memahami hak-hak konsumen yang menjadi kewajiban pelaku usaha agar interaksi yang terjadi tidak saling menimbulkan kesalahpahaman, termasuk hak konsumen untuk menguji dan/atau mencoba barang dan/atau jasa tertentu yang tidak merusak kemasan atau tampilan barang dan/atau jasa yang diperdagangkan. . pelaku Usaha sccara hukum wajib memberikan layanan jaminan atau garansi kepada konsumen atas barang dan/atau jasa yang diperdagangkan dengan menyediakan layanan yang cukup memuaskan bagi seluruh konsumen, agar tidak menimbuikan perasaan ragu bagi konsumen jika terjadi cacat atau kerusakan atas barang dan/atau jasa yang diperdagangkan; pelaku usaha dalam melindungi konsumennya wajib menyediakan alokasi anggaran untuk kompensasi ganti rugi dan/atau jenis produk yang sama yang diperuntukkan sebagai persiapan untuk mengganti jika konsumen membutuhkan penggantian barang dan/atau jasa yang diperdagangkan; dan pelaku usaha berkewajiban menyiapkan alokasi anggaran dan jenis produk barang dan/atau jasa yang diperdagangkan tersebut untuk memberikan jaminan kepuasan kepada konsumen meskipun hal itu tidak secara khusus diperjanjikan akan tetapi pelaku usaha merasa bertanggung jawab oleh karena kerugian yang dialami konsumen diakibatkan karena mengkonsumsi barang dan/atau jasa yang diperdagangkan (3) Untuk mendorong pemenuhan kewajiban Pengusaha “sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Pemerintah Daerah mendorong fasilitas penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan tenaga kerja yang digunakan pelaku usaha dengan anggaran yang bersifat partisifatif Pasal 4 Guna mewnjudkan kewajiban pelaku usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, diperlukan dukungan dengan pihak lainnya antara lain: a.keterlibatan konsumen untuk memahami hak-haknya yang menjadi kewajiban pelaku usaha dalam dunia perdagangan barang dan/atau jasa; dan b. keterlibatan Pemerintah Daerah yang akan memberikan pemahaman kepada konsumen secara berkesinambungan dengan melalui berbagai metode dan/atau media yang ada. BAB IV TATA CARA PELAKSANAAN PEMBINAAN Pasal 5. (1) Dalam penyelenggaraan perdagangan barang dan/atau jasa Pemerintah Daerah menyampaiken dan memberikan pemahaman kepada pelaku usaha dan konsumen yang menjadi hak dan kewajiban masing-masing dengan melakuken kegiatan-kegiatan: a, setiap saat atau dalam momen tertentu Pemerintah Daerah melakukan aksi konkret yang dapat membangkitkan semangat dan cinta penggunaan produk dalam negeri dengan jaminan kualitas sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI) atas barang dan/atau jasa yang wajib SNL; b. Pemerintah Daerah berupaya melakukan pembinaan terhadap pelaku usaha yang memproduksi barang dan/atau jasa yang mempunyai mutu dan kualitas yang sesuai dengan SNI; c. hak-hak konsumen yang diperjuangkan untuk kepentingan konsumen dan demi kemajuan kegiatan pelaku usaha memerlukan pembinaan Pemerintah Daerah; d. Pemerintah Dacrah dalam mendukung kegiatan pada huruf c di atas, mengadakan dan memberdayakan motivator dan mediator di bidang perlindungan konsumen di seluruh wilayah Provinsi; e. Pemerintah Daerah berupaya terus untuk mendukung terbentuknya Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM) dengan memberikan sosialisasi dan pelatihan yang bertujuan (2) @ membangkitkan semangat untuk memperjuangkan hak-hak konsumen secara proporsional. f, Pemerintah Daerah dalam melakukan upaya pembinaan kepada motivator dan mediator di bidang perlindungan konsumen serta LPKSM dilakukan pelatihan atau kegiatan lain yang bertujuan meningkatkan kemampuan sumber daya manusia atau pun dukungan lainnya; 8. Pemerintah Daerah memberikan dukungan atas kegiatan penclitian dan pengembangan di bidang perlindungan konsumen dengan melibatkan pihak-pihak lain seperti perguruan tinggi, rumah sakit, ataupun badan usaha milik negara dan swasta yang dapat meningkatkan ildim usaha yang saling menguntungkan bagi pelaku usaha, konsumen, maupun pihak pemerintah yang melalukan pembinaan; dan h. Pemerintah Daerah melakukan kegiatan yang melibatkan LPKSM dan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) di daerah kabupaten/kota untuk menyamakan persepsi dan sinergitas kegiatan serta mewujudkan tujuan penyelenggaran perlindungan konsumen pada umumnya Biaya penyelenggaraan pembinaan scbagaimana dimaksud pada ayat (1), dibebankan kepada Pemerintah Daerah sesuai kemampuan keuangan Daerah. Dalam penyelenggaraan pembinaan, Pemerintah Daerah membentuk Tim Terpadu, yang ditetapkan dengan Keputusan Gubernur. BAB V ‘TATA CARA PELAKSANAAN PENGAWASAN Pasal 6 Pengawasan dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen melibatkan pihak Pemerintah Dacrah, masyarakat, dan LPKSM yang diwujudkan dalm bentuk: a. kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah sinergi dengan kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat atau LPKSM atas barang dan /atau jasa yang beredar di pasar; b. masyarakat dan LPKSM dalam kegiatan pengawasan barang dan/atau jasa yang beredar dibekali pelatihan berupa petunjuk teknis oleh Pemerintah Daerah agar kegiatan pengawasan tidak menimbulkan dampak yang kurang baik terhadap pelaku usaha dan konsumen: ¢. bilamana dipandang perlu, maka kegiatan pengawasan barang dah/atau jasa yang beredar dilakukan secara bersama-sama oleh Pemerintah, masyarakat, dan LPKSM serta instansi lain yang dianggap perlu seperti Badan Pengawasan Obat dan Makanan dan lain-lain; d. bilamana kegiatan pengawasan barang dan/atau jasa yang beredar dilakukan secara sendiri-sendiri oleh masyarakat atau LPKSM, hasil Pengawasannya disampaikan kepada Dinas dan/atau instansi terkait; 10 e. hasil kegiatan pengawasan barang dan/atau jasa yang beredar diumumkan atau disampaikan secara resmi oleh Pemerintah Daerah agar tidak menimbulkan gejolak atau dampak lain di masyarakat baik konsumen maupun pelaku usaha; : f, Pemerintah Dacrah mendukung segala upaya untuk mendukung kegiatan pengawasan barang dan/atau jasa yang beredar namun tetap menjaga terciptanya kondisi yang harmonis dalam kegiatan perdagangan; dan (2) Dalam penyelenggaraan pengawasan barang beredar, Pemerintah Daerah berkoordinasi dengan Tim Terpadu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3). BAB VI TATA CARA PELAKSANAAN PENGUJIAN Pasal 7 Guna mendukung terwujudnya kegiatan penyelenggaraan _perlindungan konsumen yang menjamin hak-hak dan kewajiban pelaku usaha dan konsumen, maka diperlukan pengujian terhadap barang dan/atau jasa yang beredar, dengan cara: a. Pemeriintah Daerah menyiapkan atau menunjuk lembaga atau intansi yang melakukan pengujian atas barang dan/atau jasa yang beredar dengan kualifikasi tertentu yang sesuai dengan persyaratan; b. pengujian atas barang dan/atau jasa yang beredar dilakukan bilamana terjadi dugaan tidak terpenuhinya kuelitas atau mutu produksi barang dan/atau jasa yang diperdagangkan atau diduga dapat menimbulkan dampak di bidang kesehatan atau lingkungan; c. Pemerintah Daerah menjamin hasil pengujian atas barang dan/atau jasa yang beredar dilakukan secara objektif agar tidak menimbulkan pengaruh atau dampak bagi konsumen dan pelaku usaha yang dapat menurunkan kegiatan usaha perdagangan; d. biaya pengujian atas barang dan/atau jasa yang beredar yang diduga mutunya tidak terjamin untuk diperdagangkan atau diduga dapat menimbulkan dampak di bidang Kesehatan atau lingkungan dibebankan kepada pelaku usaha; e. bilamana hasil pengujian yang dilakukan oleh lembaga atau instansi yang ditunjuk pemerintah daerah telah menimbulkan kerugian bagi kesehatan makhluk hidup atau lingkungan, maka dibebankan kepada pelalu usaha; f mekanisme pengujian atas barang dan/atau jasa yang beredar yang diduga tidak memenuhi mutu atau diduga menimbulkan kesehatan bagi makhluk hidup dan lingkungan melalui permohonan oleh masyarakat, LPKSM, atau Pemerintah Daerah; dan g. hasil pengujian tersebut dapat dilakukan pengujian ulang oleh lembaga atau instansi penguji lainnya jika diduga pengujian tidak objektif dengan biaya dari pelaku usaha. at BAB VIL TATA CARA PENGAWASAN Pasal 8 Guna menjamin barang yang diperdagangkan tidak berpotensi menimbulkan dampak bagi kesehatan dan lingkungan, namun tetap diperlukan jaminan ketersediaan barang dan/atau jasa yang beredar, maka pelaku usaha berkewajiban untuk melakukan pengawasan atas barang dan/atau jasa yang diperdagangkan dengan: a. secara periodik melakukan pengawasan barang yang disuplai kepada toko grosir dan /atau pengecer agar tidak menimbulkan kerugian bagi konsumen; b. periodisasi pengawasan dilakukan dengan memperhatikan masa kadaluwarsa setiap barang dan/atau jasa yang diperdagangkan; c. pelaku usaha yang menjual barang dan/atau jasa kepada masyarakat atau Konsumen secara langsung bertanggung atas barang dan/atau jasa yang diperdagangkan; d. sebelum masa layak konsumsi jenis makanan dan minuman yang diperdagangkan berakhir, pelaku usaha wajib segera menarik dari rak/lemari pajangan barang; ¢. bilamana terjadi konsumen membeli suatu produk barang yang kadaluwarsa dalam suatu toko atau warung, maka pelaku usaha wajib menggantikan dengan jenis barang yang dibeli konsumen sebanyal 2 buah atau dikembalikan harganya dengan dua kali harga barang yang daluwarsa tersebut; f. pelaku usaha berkewajiban menggantikan barang yang diperdagangkan karena cacat atau rusak atau karena tidak memenuhi tujuan dari barang yang dibeli tersebut dan cacat atau kerusakan atau tidak berfungsinya sesuai tujuan barang tersebut buken diakibatkan oleh perbuatan konsumen; g. pelaku usaha yang beritikad baik melayani konsumen dengan memenuhi berbagai ketentuan tersebut diberikan penghargaan oleh Pemerintah Daerah; dan h. jika jenis barang yang cacat, rusak atau tidak dapat memenuhi kebutuhan Konsumen tersebut telah dilakukan perbaikan, tetap dapat diperdagangkan pelaku usaha, dan pelaku usaha bersangkutan tetap berkewajiban memberikan jaminan mutu barang tersebut. BAB VIII TATA KERJA TIM TERPADU Pasal 9 (1) Untuk mewujudkan koordinasi yang lebih cfektif dan efisien, maka pembentukan Tim Terpadu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3), berfungsi melakukan penyelenggaraan perlindungan konsumen yang bertujuan meningkatkan kapasitas pemberdayaan konsumen di daerah. 2) (4) (5) (6) (2) (3) (4) (6) 12 Unsur Tim Terpadu yang dibentuk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memperhatikan kompetensi masing-masing instansi/pihak yang terlibat di dalamnya. Tim Terpadu yang dibentuk dikendalikan oleh seorang Ketua dan Wakil Ketua sekaligus merangkap sebagai anggota yang mengendalikan tata kerja sesuai dengan tupoksi yang diberikan, sedahgkan yang lainnya sebagai anggota. agar kinerja Tim Terpadu berjalan efektif dan efisien, maka dibentuk berbagai bidang atau seksi sesuai kebutuhan yang dikendalikan oleh Ketua Bidang atau Ketua Seksi yang akan memudahkan pengendalian kinerja Tim Terpadu. setiap seksi atau bidang dibentuk dalam Tim Terpadu mempunyai tanggung jawab masing-masing atas seksi atau bidangnya dengan tetap berkoordinasi kepada Ketua atau Wakil Ketua. Tim Terpadu akan melakukan kegiatan sesuai dengan rencana kegiatan yang sudah dibuat dengan dukungan dana dari Pemerintah Daerah melalui Dokumen Pelaksanaan Anggaran SKPD yang membidangi perdagangan sesuai kemampuan keuangan Daerah. Tim Terpadu melakukan kegiatan yang sudah direncanakan dan sesuai Ingkup tugasnya, dibawah koordinasi SKPD yang membidangi perdagangan, BAB IX TIM FASILITASI PROVINSI Pasal 10 Untuk mendukung penyelenggaraan perlindungan konsumen di dacrah, dibentuk Tim Fasilitasi Provinsi yang menjadi fasilitator bilamana terjadi kerugian yang dialami oleh konsumen, Tim Fasilitasi Provinsi dibentuk dengan tujuan mendukung terwujudnya perlindungan konsumen yang berdaya guna dan diharapkan tidak terulang kasus yang sama yang pernah diajukan konsumen. Tim Fasilitasi Provinsi melakukan kegiatannya dikendalikan oleh seorang Ketua yang merangkap sebagai anggota yang mengendalikan setiap Pengaduan konsumen yang difasilitasi dengan dibantu oleh beberapa orang anggota. Untuk mewujudkan tujuan pembentukan Tim Fasilitasi Provinsi, maka terlebih dahulu Tim Fasilitasi Provinsi diberikan pemahaman yang memadai mengenai tupoksi yang diemban oleh setiap anggota Tim Fasilitasi Provinsi. Tata Kerja Tim Fasilitasi Provinsi dilakukan dengan berpedoman kepada asas-asas umum penyelenggaraan pemerintahan yang baik, agar tidak menimbulkan disharmonisasi dengan institusi yang lain yang mempunyai tugas menerima pengaduan konsumen seperti LPKSM dan BPSK atau instansi/dinas terkait. (6) (8) (9) (1) (2) (3) 4) (8) © (8) 13 Tata Kerja Tim Fasilitasi Provinsi bertujuan untuk mewujudkan perdagangan yang saling menguntungkan antara konsumen dan pelaku usaha sehingga tercipta iklim usaha yang kondusif. Untuk mendukung kinerja Tim Fasilitasi Provinsi, disiapkan anggaran untuk memenuhi berbagai pelaksanaan tupoksi yang diberikan kepada Tim Fasilitasi Provinsi. Jika dipandang perlu, Pemerintah Daerah menyiapkan ruangan yang memadai untuk memperlancar aktivitasnya sekaligus memudahkan konsumen dan pelaku usaha yang difasilitasi oleh Tim Fasilitasi Provinsi. Ketua Tim Fasilitasi Provinsi senantiasa berkoordinasi dengan instansi/dinas yang membidangi perdagangan agar terwujud sinergitas dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi yang diemban oleh Tim Fasilitasi Provinsi; BABX TATA CARA PENYAMPAIAN INFORMASI Pasal 11 Bilamana terjadi pelanggaran atas ketentuan Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 3 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen, maka jenis pelanggaran yang dilakuken pelaku usaha dapat diinformasikan kepada masyarakat secara luas agar tidak menimbulkan kerugian bagi konsumen yang lain. Penyampaian informasi mengenai jenis pelanggaran yang dilakukan oleh pelaku usaha kepada masyarakat dapat dikenakan bagi pelaku usaha yang dikenai sanksi administratif berupa peringatan lisan, tertulis, pemberhentian sementara izin usaha, dan pencabutan izin usaha dengan tujuan agar konsumen berhati-hati mengkonsumsi barang dan/atau jasa yang diproduksi/diperdagangkan pelaku usaha yang bersangkutan. Penyampaian informasi kepada masyarakat memuat sebab-sebab dikenakannya sanksi administratif bagi pelaku usaha yang bersangkutan, agar pelaku usaha yang lain tidak melakukan hal yang sama. Bilamana pelaku usaha yang dikenakan sanksi administratif telah melakukan perbaikan atau pemulihan akibat dari pengenaan sanksi administratif, maka Pemerintah Daerah menginformasikan hal tersebut kepada masyarakat secara luas. Tata cara penyampaian informasi kepada masyarakat terkait dengan pelanggaran yang dilakukan pelaku usaha melalui berbagai media seperti media cetak, media visual ataupun media lainnya yang dianggap mampu menjangkau konsumen yang lebih luas dan cepat. Penyampaian informasi kepada masyarakat melalui media cetak atau surat kabar dan semacamnya yang terbit harian atau mingguan dimuat dengan ukuran minimal 2 (dua) kolom selama 2 (dua) kali penerbitan. Penyampaian informasi kepada masyatakat melalui radio atau audio visual dapat berupa pemberitaan atau teks bejalan (running text} dengan durasi tayangan minimal 1 (satu) menit selama 2 (dua) hari waktu penayangan. Biaya pemuatan informasi kepada masyarakat melalui media terkait pelanggaran administratif pelaku usaha maupun perbaikan atau 14 pemulihan akibat pelanggeran yang pernah dilakukan pelaku usaha dibebankan kepada pelaku usaha yang bersangkutan. (9) Masyarakat, LPKSM, dan BPSK dapat meminta informasi lebih detail mengenai jenis pelanggaran administratif yang dilakukan pelaku usaha sebagai bahan evaluasi penyelenggaraan perlindungan konsumen, termasuk penegakan hukum di bidang perlindungan konsumen. BAB XI KETENTUAN PENUTUP Pasal 12 Hal-hal teknis operasional lebih lanjut yang dipandang perlu terkait penyelenggaraan perlindungan konsumen, diatur dan/atau ditetapkan lebih lanjut oleh Gubernur. Pasal 13 Peraturan Gubernur ini mulai berleku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Gubernur ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Provinsi Sulawesi Selatan. Ditetapkan di Makassar pada tanggal, GUBERNUR SULAWESI SELATAN, Dr. H. SYAHRUL YASIN LIMPO, SH, M.Si, MH. Diundangkan di Makassar pada tanggal, SEKRETARIS DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN, Ir. H, ABDUL LATIF, M.Si, MM BERITA DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN TAHUN 2015 NOMOR 9

Вам также может понравиться