Вы находитесь на странице: 1из 15

Anatomi Saluran Kemih

Kandung kemih merupakan bagian dari sistem kemih. Sistem kemih itu
sendiri terdiri dari ginjal, ureter, kandung kemih hingga uretra. Urin diproduksi di
ginjal kemudian disalurkan melalui ureter ke kandung kemih. Kandung kemih
berperan untuk penyimpanan urin sementara sebelum adanya rangsangan untuk
berkemih.1 Kapasitas urin dalam kandung kemih dewasa sekitar 400-500 ml.2

Secara anatomi, saat kosong kandung kemih orang dewasa terletak pada
rongga pelvis yang letaknya di belakang pubis dan di bagian superior dilapisi
peritoneum. Saat terisi, kandung kemih terletak di atas simfisis yang dapat kita
raba dan perkusi.2 Kandung kemih berbentuk piramid. Pada laki-laki, vesikula
seminalis terletak di permukaan posterior luar kandung kemih dan dipisahkan oleh
vas deferens, rektum terletak di belakang. Pada perempuan, di antara kandung
kemih dan rektum terdapat vagina. Leher kandung kemih menyatu dengan prostat
pada laki-laki sedangkan pada perempuan langsung melekat pada fasia pelvis.10

Kandung kemih memiliki sel epitel dan otot polos yang mampu secara
aktif mengakomodasi perubahan besar kandung kemih dalam volume urin. Sel
epitel kandung kemih yang melapisi bagian dalam mempunyai luas permukaan
yang dapat bertambah dan berkurang sewaktu kandung kemih terisi dan
mengosongkan diri melalui refleks berkemih. Otot kandung kemih merupakan
otot polos yang dapat teregang sedemikian besar tanpa menyebabkan peningkatan
tegangan pada dinding kandung kemih (Gambar 2.1). Dinding kandung kemih
yang berlipat-lipat dapat menjadi rata saat terjadinya pengisian urin ke kandung
kemih untuk peningkatan kapasitas penyimpanannya. Otot polos kandung kemih
banyak mengandung serat parasimpatis. Stimulasi pada serat ini akan
menyebabkan otot polos berkontraksi untuk mengosongkan isi kandung kemih ke
saluran uretra. Namun, jalan keluar aliran kemih menuju uretra dikontrol oleh
proses kontraksi dan relaksasi dari sfingter uretra interna dan eksterna.1

1
Gambar 2.1. Anatomi kandung kemih
(Sumber : Vysera Biomedica, http://www.vysera.com)

Lapisan mukosa kandung kemih terdiri dari sel epitel transisional.


Lapisan submukosa kandung kemih sebagian besar tersusun atas jaringan ikat
dan jaringan elastis. Bagian eksternal lapisan submukosa merupakan otot
detrusor yang terdiri dari serat otot polos dan terususun acak secara longitudinal,
sirkular dan spiral.2 Saraf motoris yang mempersarafi otot detrusor ini berasal
dari serabut saraf parasimpatis eferen dari S2-S4. Stimulasi pada serabut saraf
tersebut akan menyebabkan kontraksi pada kandung kemih, sedangkan sfingter
melalui serabut dari sumber yang sama akan terinhibisi sehingga sfingter interna
terbuka membuat miksi jadi terkordinasi. Sebaliknya, serabut eferen simpatis
akan menghambat otot detrusor menjadi relaksasi dan menstimulasi sfingter
untuk berkontraksi.10

Pengeluaran urin dari kandung kemih diatur oleh proses refleks berkemih.
Sfingter interna dan sfingter eksterna uretra yang berada di bawah kandung
kemih akan berkontraksi dan berelaksasi sesuai dengan kontrol dari serabut saraf
(Gambar 2.1). Serabut saraf simpatis dan parasimpatis mengatur terjadinya
proses refleks berkemih. Refleks berkemih terpicu ketika reseptor regang pada
kandung kemih terangsang. Reseptor regang ini akan terangsang saat kapasitas
kandung kemih sudah terisi urin sehinga tegangan pada dinding akan meningkat.
Semakin besar tegangan yang ditimbulkan, akan semakin besar tingkat

2
pengaktifan reseptor regangan. Serat saraf aferen dari reseptor regangan akan
membawa impuls ke medula spinalis dan akan merangsang saraf parasimpatis
untuk kontraksi kandung kemih serta menghambat neuron motorik dari sfingter
eksterna sehingga sfingter terbuka sedangkan sfingter interna secara mekanis
akan terbuka ketika kandung kemih berkontraksi. Proses berkemih juga
memiliki kontrol volunter yang bisa membatasi refeks berkemih. Saat kandung
kemih terisi, akan menimbulkan presepsi penuhnya kandung kemih pada
manumur sebelum sfingter eksterna secara refleks relaksasi. Shingga kontrol
volunter berkemih dapat membuat proses pengosongan kandung kemih sesuai
keinginan dengan mengencangkan sfingter eksterna dan dafragma pelvis.
Namun, proses berkemih tidak dapat ditahan sepenuhnya, dikarenakan tegangan
yang timbul akibat bertambahnya volume urin akan meningkat. Sinyal
inhibitorik pada otot sfingter eksterna juga semakin kuat yang tidak dapat
dibatasi oleh sinyal eksitatorik volunter sehingga sfingter akan melemas dan
kandung kemih secara tidak terkontrol akan berkontraksi untuk mengosongkan
isinya (Gambar 2.2).1

Kandung kemih terisi Kortek serebri

Reseptor regang

Saraf parasimpatis Neuron motorik ke sfingter


eksterna

Kandung kemih Sfingter uretra eksterna


membuka ketika neuron
motork dihambat
Kontraksi kandung
kemih

Sfingter uretra intena Sfingter uretra eksterna


secara mekanis terbuka tertutup ketika neuron
ketika kandung kemih motork terangsang
berkontraksi

Berkemih Tidak berkemih

Gambar 2.2. Refleks berkemih


( Sumber: Fisiologi Manumur, Sherwood)

3
Definisi Batu Saluran Kemih

Batu saluran kemih merupakan penyakit dalam bidang urologi yang sering
sekali dijumpai di rumah sakit umum daerah maupun di kota. Penyakit ini
merupakan penyakit dimana terbentuknya kristal dalam urin hingga berkembang
menjadi batu di dalam saluran kemih termasuk dari ureter hingga uretra dan
mampu menyumbat saluran tersebut sehingga menimbulkan gejala klinis yang
bervariasi dari disuria, nyeri pinggang, hematouria, dan sumbatan saluran kemih.7

Batu saluran kemih menempati urutan ketiga penyakit tersering di bidang


urologi setelah infeksi saluran kemih dan patologis prostat. Proses
pembentukannya bisa terjadi di ginjal, ureter, kandung kemih. Bahkan bisa juga
ke saluran uretra yang nantinya menyebabkan iritasi terhadap mukosa uretra.
Proses pembentukan batu ini disebut dengan urolitiasis.2

Batu kandung kemih merupakan jenis batu yang keberadaanya di saluran


kemih bagian bawah. Seperti yang diketahui bahwa saluran kemih terbagi atas dua
yaitu saluran kemih bagian atas (ginjal dan ureter) dan saluran kemih bagian
bawah (kandung kemih dan uretra).6 Terbentuknya batu saluran kemih pada
bagian atas tidak akan selalu menjadi penyebab terbentukanya batu saluran kemih
pada bagian bawah. Karena penyebab yang paling berpengaruh terhadap
terbentuknya batu kandung kemih berhubungan dengan terjadinya stasis kemih di
kandung kemih itu sendiri. Penyebab lain adalah adanya kelainan anatomi
kandung kemih, striktur, infeksi, atau adanya benda asing pada kandung kemih.
Permasalahan yang terjadi pada perempuan dan laki-laki sangat berbeda. Pada
laki-laki, permasalahan pembesaran prostat sangat erat kaitannya dengan
obstruksi kandung kemih yang bisa berujung pada retensi dan stasis urin yang
mampu membuat terbentuknya batu. Sedangkan pada perempuan, disfungsi dan
obstruksi kandung kemih dapat terjadi, tetapi jarang kaitannya dengan
pembentukan batu. Kemungkinan terkait dengan progresiftivitas obstruksinya.

4
Teori terbentuknya batu tersebut secara umum masuk ke dalam penjelasan
patofisiologi batu saluran kemih.5

Epidemiologi

Pada data yang telah dilaporkan, menurut European Association of


Urology (EAU) sepanjang hidup manumur memilki tingkat resiko tebentuk batu
saluran kemih sekitar 5-10% dengan laki-laki yang lebih sering dibandingkan
perempuan 3:1 serta puncak insidensi di dekade keempat dan kelima. Diduga
karena kadar kalsium sebagai bahan pembentuk utama batu saluran kemih pada
perempuan lebih rendah dari pada laki-laki dan juga kadar sitrat pada air kemih
sebagai inhibitor terjadinya pembentukan batu lebih tinggi pada perempuan
dibandingkan dengan laki-laki.11

Terjadi peningkatan angka kejadian batu saluran kemih bagian atas pada
negara barat seperti Jerman dan Amerika. Peningkatan endemik batu saluran
kemih anak pada negara-negara berkembang seperti Turki, China, India dan
Indonesia.4

Peningkatan resiko terjadi juga pada pasien yang mengalami


hiperkalsiuria, riwayat batu saluran kemih pada keluarga, hiperparatiroid,
penyakit kistik ginjal, asidosis tubular, cystinuria, hiperoxalria, hiperuricosuria,
penyakit gout, riwayat pembedahan saluran gastrointestinal.

Angka kejadian batu saluran kemih yang terjadi di negara Jerman sekitar
750.000 kasus per tahun yang mana sebagian besarnya akan mengalami
kesembuhan sedangkan diketahui sekitar 25% dari kasus yang ada akan
mengalami kekambuhan pembentukan batu kembali.

5
Etiologi

Terbentuknya batu kandung kemih sama dengan teori batu saluran kemih
pada umumnya yang melibatkan banyak penyebab. Sedangkan teori yang
menjelaskan proses pembentukannya juga masih belum pasti. Teori yang paling
diyakini adalah terjadinya supersaturasi air kemih. Proses saturasi ini tergantung
pada pH urin, jumlah ion yang terkandung, konsentrasi zat pelarut-terlarut.7

Etiologi batu saluran kemih masih belum pasti. Ada kecenderungan laki-
laki memliki insidensi yang lebih tinggi dibandingkan perempuan. Pola hidup
yang tidak baik juga mendukung hal ini terjadi. Kebiasaan kurang minum dapat
meningkatkan saturasi air kemih. Angka kejadian juga tinggi pada orang yang
memilki berat badan yang berlebih.7

Geografi yang tidak baik seperti suhu lingkungan yang panas maupun
kering mempengaruhi konsentrasi cairan dalam tubuh dan juga meningkatkan
resiko dehidrasi. Hal ini juga mempengaruhi konsentrasi urin termasuk
kejenuhannya. Karena itu dapat meningkatkan saturasi urin. Selain dikarenakan
terori supersaturasi ini, hal yang diduga kuat dalam terjadinya pembentukan batu
adalah tidak adanya inhibitor terhadap batu ini. Bisa dikarenakan asupan yang
kurang seperti makanan yang mengandung sitrat, dikarenakan sitrat adalah
inhibitor paling kuat.2

Klasifikasi

Komposisi batu saluran kemih pada umumnya mengandung kalsium


oksalat monohidrat dan dihidrat, asam urat, ammonium, fosfat, sistin, xantin, dan
2,8-dihidroxyadenin. Kandungan beberapa senyawa ini bisa mengindikasikan
adanya pembentukan batu jika ditemukan peningkatannnya. Kemudian, jenis-jenis
batus yang sering ditemukan pada pasien batu saluran kemih terbagi secara umum
atas 4 jenis yaitu, batu kalsium, batu asam urat, batu struvit dan batu sistin. Batu
kalsium terbagi lagi menjadi batu kalsium oksalat dan batu kalsium fosfat.2,7

Batu saluran kemih jenis kalsium oksalat sebagai jenis terbanyak yaitu
sekitar >80% dari semua jenis batu. Hal ini secara keseluruhan belum dimengerti.

6
a. Kalsium
Kalsium menunjukkan jenis yang terbanyak dari semua kasus sekitar
80-85%. Nefrolitiasis disebabkan oleh peningkatan kalsium, peningkatan
asam urat, peningkatan oksalat atau menururnnya sitrat. 2,7
Hiperkalsiuria adalah keadaan yang mendasari terjadinya jenis batu
ini. Tapi teori yang berkembang masih kontroversial apakah hiperkalsiuria
yang menyebabkan batu atau penyakit non-batu. Hiperkalsiuria sangat
umum terdapat pada pasien batu, sekitar 30-60% kasus. 2,7
Hiperkalsiuria bisa disebabkan oleh gangguan absorbsi kalsium di
usus, gangguan reabsorbsi kalsium di ginjal, gangguan metabolik kalisum
di usus, tulang dan ginjal. 2,7
Hiperoksaluria merupakan keadaan dimana oksalat dalam urin
melebihi 40 mg/hari. Hal ini yang akan menyebabkan terjadinya
peningkatan saturasi di dalam urin. Biasanya dilatar belakangi oleh adanya
cedera pada tubulus ginjal. Selain itu bisa juga dikarenakan gangguan
biosintesis oksalat atau karena diet yang berlebih. 2,7
Keadaan lain yang bisa membuat terbentuknya batu kalsium adalah
hipositraturia, pH urin yang rendah, asidosis tubulus ginjal,
hipomagnesuria.2,7

b. Asam urat

Tiga faktor penentu pembentukan batu asam urat adalah pH urin yang
rendah, volume urin yang rendah, dan hiperurikosuria. Normalnya jumlah
asam urat adalah 96 mg/l, jumlah ini sangat mudah dilampaui oleh jumlah
asam urat yang dieksresikan yaitu sekitar 500-600 mg/L. Sehingga mudah
menyebabkan urin jadi jenuh dan pH urin jadi menurun. 2,7

Faktor utama dari penyebab batu asam urat adalah pH urin yang
rendah. Karena sebagian besar pasien dengan batu asam urat menunjukkan
eksresi asam urat yang normal. Bentuk batu asam urat sangatlah bervariasi
dari yang berukuran kecil hingga besar sehingga menunjukkan gambaran
staghorn (tanduk rusa).2,7

7
c. Sistin

Batu sistin sangat jarang terjadi. Di Amerika Serikat, angka


kejadiannya sekitar 1 dari 1000. Sekitar 1-2 % dari kejadian semua batu.
Batu sistin sering disebabkan oleh faktor keturunan yaitu resesif autosomal
yang pada umumnya adanya kerusakan pada tubulus ginjal sehingga
eksresi sistin urin yang berlebihan. Kelarutan sistin dalam urin tergantung
pada pH urin. Penyebab utama dalam pembentukan batu sistin adalah
tidak adanya pembentukan inhibitor terhadap sistin di dalam urin.2,7

d. Batu struvit (magnesium-amonium fosfat)

Batu struvit atau sering sering disebut batu infeksi. Patogenesis


terbentuknya batu struvit dikarenakan adanya infeksi bakteri yang bersifat
urealisis. Urealisis ini akan menghasilkan amonia dan konsentrasi urea
serta pH basa yang cukup untuk membentuk batu struvit. Bakteri yang
tergolong dalam bakteri pemecah urea adalah Proteus sp, Klebsiella,
Serratia, Enterobakter, Pseudomonas dan Staphiloccocus. 2,7

Patofisiologis

Berbagai teori dikemukakan untuk menjelaskan bagaimana terbentuknya


batu saluran kemih. Teori-teori tersebut masih diyakini hingga saat ini. Faktor
terpenting adalah keseimbangan konsentrasi zat terlarut dan pelarut. Ketika
berbagai faktor seperti asupan cairan yang kurang, kondisi iklim yang panas serta
penyebab lainnya terdapat dalam tubuh kita maka proses pembentukan batu akan
terjadi. 7

Walaupun begitu, disaat konsentrasi zat-zat terlarut seperti mineral garam


tinggi dari pada zat pelarutnya, tidak akan langsung terjadi proses pembentukan
batu. Hal ini disebabkan adanya inhibitor pembentukan batu yang tinggi. Namun,
jika inhibitor pembentuk batu ini lebih sedikit dari pada zat pelarut, maka kristal
akan terbentuk. 7

Pembentukan kristal tidak dapat terjadi dalam waktu yang cepat


bersamaan dengan filtrasi urin di dalam tubulus ginjal. Hal ini terjadi apabila di

8
dalam nefron ginjal, konsentrasi zat terlarut lebih tinggi dari zat pelarut maka
nukleasi akan terjadi dalam jangka waktu yang lama. Jika dari awal sudah terdapat
obstruksi di saluran kemih, maka aliran kemih ke bawah akan melambat, sehingga
meningkatkan konsentrasi zat terlarut yang mempercepat proses nukleasi. 7

Jika konsentrasi kalsium oksalat telah mencapai ambang pembentukan


batu, maka akan terbentuk nukleasi homogen. Nukleasi adalah struktur Kristal inti
yang tidak larut air yang akan terus tumbuh membentuk batu dan akan
menyumbat saluran kemih. Zat inhibitor akan bekerja dengan menghancurkan
kristal dan menstabilkannya agar dapat larut dalam air kemih. Saat proses filtrasi
urin didalam ginjal melalui nefron terjadi yaitu sekitar 5 sampai 7 menit, kristal
tidak akan dapat tumbuh mencapai ukuran lumen saluran kemih. Tapi
pertumbuhan kristal disertai agregasi nya akan menambah ukuran yang mampu
mencapai lumen saluran kemih. Senyawa Inhibitor akan menghambat
pertumbuhan dan agregasi kristal.7

Proses agregasi kristal terjadi pengikatan antara kristal yang satu dengan
yang lainnya sehingga semakin besar. Kemudian terjadi retensi kristal di mukosa
saluran kemih. Kristal akan bertahan di mukosa. Setelah ada aliran urin yang akan
mendorong kristal ke saluran kemih, maka kristal ini akan menyumbat saluran
tersebut. Itu semua tergantung besarnya ukuran kristal. Namun jika ukurannya
telah sama dengan diameter lumen maka akan terbentuk obstruksi saluran kemih.
7

Sambil terbawa oleh aliran kemih, bentuk dari kristal yang terbentuk juga
mampu mengiritasi mukosa saluran kemih. Bahkan tidak jarang akan membuat
perdarahan kecil. Maka dalam temuan klinis didapatkan hematuria. Obstruksi
saluran kemih yang terjadi juga dapat menimbulkan regangan pada dinding
saluran kemih. Hal ini dapat menginduksi rasa sakit pada pinggang dan
sekitarnya. 7

Pada umumnya pembentukan batu terjadi secara langsung di dalam


kandung kemih tersebut. Walau pun tidak jarang batu di kandung kemih berasal
dari pembentukan batu di ginjal. Setelah mengalami supersaturasi di ginjal batu
yang tumbuh dan membentuk “randall plak” akan terbawa ke saluran ureter dan

9
akan ke kandung kemih. Bahan-bahan kristal ini akan meningkatkan konsentrasi
kristal di dalam kandung kemih. Begitu juga demikian pada kandung kemih,
dengan adanya faktor-faktor resiko yang memicu terjadinya supersaturasi urin
atau tidak adanya inhibitor batu maka akan membentuk kristal pada kandung
kemih yang nantinya terus tumbuh dan mampu menyebabkan obstruksi kandung
kemih.5

Pada orang dewasa, lebih dari 50% kasus jenis batu adalah batu asam urat.
Sedangkan pada batu ginjal adalah batu kalsium oksalat. Selain itu juga
ditemukan batu jenis kalsium oksalat, kalsium fosfat, amonium urat, sistein, atau
magnesium amonium fosfat (berhubungan dengan infeksi). Tidak jarang penderita
batu kandung kemih berjenis asam urat tidak didahului oleh riwayat
hiperurisemia. Sedangkan pada anak-anak, batu yang terbentuk terutama adalah
asam urat amonium, kalsium oksalat, atau campuran murni asam urat dan
amonium kalsium oksalat dengan kalsium fosfat.5

Batu yang terbentuk bisa tunggal atau pun ganda dengan ukuran kecil
hingga besar. Permukaan batu dari yang halus sampai dengan permukaan yang
kasar, bergerigi atau membentuk spiculated yang disebut “jack”. Secara umum
batu kandung kemih bersifat dinamis. Batu yang menetap biasanya terbentuk pada
bagian yang telah mengalami penjahitan.5

Tanda dan Gejala Klinis

Biasanya penderita batu saluran kemih akan mengalami gejala klinis


berupa rasa nyeri ketika buang air kecil, atau nyeri sekali pada punggung atau
pada perut bagian bawah. Nyeri yang dirasakan bisa berlangsung cepat dan lama.
Penderita juga bisa merasakan rasa mual dan muntah dengan nyeri yang
dirasakan. 2

10
e. Nyeri

Karakter nyeri yang terjadi biasanya tergantung pada lokasi nyeri.


Batu dengan ukuran yang kecil bisa melewati saluran ureteropelvic
junction, persilangan arteri illica, dan saat memasuki kandung kemih.

Gambar 2.3. Gejala nyeri berdasarkan lokasi penyempitan ureter


2
(Sumber: Urinary Stone disease,Smith’s)

Nyeri yang dirasakan di ginjal bisa bersifat kolik atau pun non-kolik.
Nyeri kolik ginjal disebabkan oleh peregangan ureter, sedangkan nyeri
non-kolik ginjal dikarenakan distensi pada kapsul ginjal. Nyeri ini didasari
oleh terjadinya obstruksi batu pada ginjal atau pun saluran kemih.2

Pada ureter nyeri biasanya disebabkan oleh percabangan saraf di


illioinguinal dan cabang saraf genitofemoralis. Nyeri yang muncul
biasanya bersifat akut yang dapat timbul dan dapat memberat saat dinding

11
ureter berkontraksi. Nyeri yang dirasakan pasien ini mampu membuat
pasien terbangun dari tidurnya. Pada kolik renal, derajat nyeri biasanya
tergantung pada lokasi batu di dalam ginjal.2

f. Hematuria

Pemeriksaan urinalisis lengkap dapat melihat gambaran hematuria


(eritrosit dalam urin). Pasien biasanya mengeluh urin keruh yang
menandakan adanya sel epitel, serta urin yang berwarna merah. Hematuria
ini disebabkan oleh iritasi batu pada mukosa ureter, sehingga pembuluh
darah kecil dan mukosa jadi rusak dan terjadi perdarahan. Derajat
hematuria juga tergantung dari ukuran dan jumlah batu, derajat obstruksi,
serta ketajaman batu dalam mengiritasi. Derajat terendah jika pasien
mengeluh urinnya sedikit kemerahan.2

g. Infeksi

Batu struvit sangat identik dengan batu infeksi. Penyebab yang


sangat jarang ialah infeksi Escherichia coli. Infeksi ini akan menyebabkan
timbulnya peradangan pada saluran kemih. Adanya tanda-tanda
peradangan, maka bisa memperberat obstruksi yang telah terjadi.
Eksotoksin dan endotoksin yang dihasilkan mikroba dapat mengubah pola
peristaltik saluran kemih yang berhubungan dengan presepsi nyeri yang
dirasakan pasien. Pada kasus yang berat, peradangan akibat infeksi ini
akan menghasilkan pus yang dapat memberat obstruksi, sehingga terjadi
hidronefrosis.2

h. Demam

Demam yang terjadi pada batu saluran kemih sering


mengindikasikan kegawatdaruratan medis. Demam yang tinggi juga dapat
mengindikasikan terjadinya sepsis. Oleh karena itu, gejala demam ini
harus segera ditangani dan diberikan penatalaksanaan yang sesuai.2

12
i. Mual dan muntah

Obstruksi pada saluran kemih bagian atas sering dikaitkan dengan


terjadinya gejala mual dan muntah. Mekanisme mengenai gejala ini belum
bisa dijelaskan secara pasti.2

Pencitraan

Selain gejala klinis yang jelas, atau bahkan asimtomatik, penegakan


diagnosis harus didukung pencitraan yang tepat. USG harus digunakan sebagai
alat pencitraan utama dalam penegakan diagnosis jika tersedia. USG sangat aman
terhadap efek radiasi. Jika tersedia pemeriksaan tidak boleh ditunda.11

USG dapat mengidentifikasi batu yang terletak di sistem pelviokalises,


ureter, dan vesikoureter. USG memilki sensitivitas 19-93% dan spesifitas 84-
100%. Pemeriksaan ini sangat direkomendasikan jika diagnosis masih ragu untuk
ditegakkan dengan gejala yang ada.11

Untuk pasien dengan keluhan nyeri pinggang akut perlu dievaluasi


dengan NCCT. Pemeriksaan ini sudah menjadi standar baku menggantikan
pemeriksaan IVU dan memiliki sensitivitas dan spesifitas yang lebih tinggi.
NCCT mampu menentukan struktur dan kepadatan batu.11

Gambar 2. Foto Polos; Gambar 3. USG Batu di Ureter; Gambar 4. CT Scan

13
DAFTAR PUSTAKA

1. Sherwood,L. Fisiologi manumur dari sel ke sistem. Edisi keenam.


Jakarta;EGC. 2012
2. Smith’s, Tanagho EA, Mcaninch JW. Urinary Stone disease:in General
Urology .7thed. USA;The McGraw-Hill. 2008
3. Knoll T. Epidemiology, Pathogenesis, and Pathophysiology of Urolithiasis.
European Urology Supplements. 9 (2010) :802-806
4. Tondok M, Monoarfa A, Limpeleh H. Angka Kejadian Batu Ginjal di RSUP
Prof.DR.R.D.Kandou Manado Periode Januari 2010 - Desember 2012.
Universitas Sam Ratulangi Manado. 2013
5. Joseph Basler MD. Bladder stones. University of Texas Health Science
Center at San Antonio: Medscape; [update 2014 Nov 11].
6. Batu Saluran Kemih [Internet]. Medan: Repository Universitas Sumatera
Utara; 2012 [dikutip,Jan2015]
7. Alan JW. Campbe-Wals Urology. 10th ed: Philadelphia; Esevier Saunders.
2012
8. Sheng T, He-Fu H, Shu-Fen C. Encrusted Bladder Stone on Non-absorbable
Sutures after a Cesarean Section: A Case Report. JTUA. 2009;20;143-5
9. Baxby K, Morgan RJ. Synopsis of Causation: Urinary Calculus. Ninewells
Hospital and Medical School. 2008
10. Faiz O, Moffat D. At a Glance Anatomi [Internet]. Jakarta: Erlangga Medical
Series. 2004 [Hal 56-57]. [dikutip, Agustus 2015]
11. Turk C, Knoll T, Petrik A, Sarica K, Straub M, Seitz C. Guidelines on
Urolithiasis. European Association of Urology. 2011 [updated March 2011]
12. Ikatan Ahli Urologi Indonesia. Pedoman Penatalaksanaan Klinik penyakit
Batu Saluran Kemih. IAUI. 2005
13. Firas A, Adnan A, Mazen A, Saed A, Abdullah A. Urinary Bladder Stone:
Ways of Management at Prience Hussein Urology Center. JRMS. 2011 June;
18(2):61-66

14
14. Thalut K, Rizal A, Brockis JG, Bowyer RC, Taylor Ta,
Wisniewski ZS. The endemic bladder stones of Indonesia-
epidemiology and clinical features. Br.J.Urol. 1976;48(7):617-
21.
15. Dursun M, Ozbek E, Otunctemur A, Sahin S, Cakir SS. Clinical
presentation of urolithiasis in older and younger population. Arch
Ital Urol Androl. 2014 Dec; 30;86(4):249-52
16. Fabio C, Eduardo M, Alexandre D, Rafael FC, Miguel S.
Surgical Management og Bladder Stones: Literatur Review.
Rev.Col.Bras.Cir. 2012;40(3):227-233
17. Amalia R. Faktor-faktor resiko terjadinya pembesaran prostat
jinak (Studi kasus di RS dr.Kariadi, RS Roemani dan RSI Sultan
Agung Semarang). Program Pasca Sarjana UNDIP. Semarang.
2007

15

Вам также может понравиться