Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
oleh:
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJAJARAN
JATINANGOR
2016
Daftar Isi
BAB I
PENDAHULUAN
Gout lebih dikenal di masyarakat sebagai sebutan untuk suatu penyakit yang bernama
asam urat, tetapi sebenarnya asam urat merupakan produk akhir metabolisme purin. Asam
urat selalu ada dalam tubuh manusia, yang apabila kadarnya meningkat dapat menimbulkan
beberapa keluhan. Peningkatan kadar asam urat darah atau hiperurisemia adalah kadar asam
urat darah di atas 7 mg/dl pada laki-laki dan di atas 6 mg/dl pada perempuan (Wortmann,
1995).
Menurut American College of Rheumatology, gout adalah suatu penyakit dan potensi
ketidakmampuan akibat radang sendi yang sudah dikenal sejak lama, gejalanya biasanya
terdiri dari episodik berat dari nyeri infalamasi satu sendi.
Gout adalah bentuk inflamasi arthritis kronis, bengkak dan nyeri yang paling sering di
sendi besar jempol kaki. Namun, gout tidak terbatas pada jempol kaki, dapat juga
mempengaruhi sendi lain termasuk kaki, pergelangan kaki, lutut, lengan, pergelangan tangan,
siku dan kadang di jaringan lunak dan tendon. Biasanya hanya mempengaruhi satu sendi pada
satu waktu, tapi bisa menjadi semakin parah dan dari waktu ke waktu dapat mempengaruhi
beberapa sendi. Gout merupakan istilah yang dipakai untuk sekelompok gangguan metabolik
yang ditandai oleh meningkatnya konsentrasi asam urat (hiperurisemia).
Besarnya angka kejadian hiperurisemia pada masyarakat Indonesia belum ada data
yang pasti. Penelitian lapangan yang dilakukan pada penduduk kota Denpasar, Bali
didapatkan prevalensi hiperurisemia sebesar 18,2% (Wisesa dan Suastika, 2009).
Satu survei epidemiologik yang dilakukan di Bandungan, Jawa Tengah atas kerjasama
WHO-COPCORD terhadap 4.683 sampel berusia antara 15 – 45 tahun di dapatkan bahwa
prevalensi hiperurisemia sebesar 24,3% pada laki-laki dan 11,7% pada wanita. Secara
keseluruhan prevalensi kedua jenis kelamin adalah 17,6% (Darmawan et al, 2009).
a. Akut
Serangan awal gout berupa nyeri yang berat, bengkak dan berlangsung cepat, lebih
sering di jumpai pada ibu jari kaki. Ada kalanya serangannyeri di sertai kelelahan, sakit
kepala dan demam.
b. Interkritikal
Stadium ini merupakan kelanjutan stadium akut dimana terjadi periode interkritikal
asimtomatik. Secara klinik tidak dapat ditemukan tanda-tanda radang akut.
c. Kronis
Pada gout kronis terjadi penumpukan trofi (monosodium urat) dalamjaringan yaitu di
telinga, pangkal jari dan ibu jari kaki.
Berdasarkan insidensi yang terjadi dan juga banyaknya keluhan mengenai nyeri yang
dapat mengganggu aktifitas penderita, maka kami akan melakukan Range of Motion ROM)
kepada penderita penyakit untuk mengurangi rasa nyeri pada bagian persendiannya.
1.2 Tujuan
Tujuan dari dilakukannya perawatan keluarga kepada pasien gout yaitu untuk
mengetahui keefektifan dari intervensi mengenai Range of Motion ROM) terhadap pasien
gout.
1.3 Manfaat
Dengan dilakukannya perawatan keluarga kepada pasien gout, maka diharapkan akan
mendapatkan manfaat sebagai berikut:
Mengetahui keefektifan dari intervensi Range of Motion ROM) kepada pasien gout.
Pasien gout dapat mengetahui cara untuk mengurangi rasa nyeri pada persendiannya
dengan melakukan Range of Motion ROM).
3. Bagi perawat
Perawat dapat mempraktekan cara melakukan Range of Motion ROM) kepada pasien
gout.
BAB II
ISI
I. Data Umum
Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi :
1. Nama kepala keluarga(KK) : Tn. Mm (Alm.)
2. Alamat dan telepon : Komp. Griya Prima Alam Asri
No 2 blok D3, Rancaekek / 087722675136
3. Pekerjaan kepala keluaga : Pensiun PNS
4. Pendidikan kepala keluarga : SLTP
5. Komposisi keluarga dan genogram :
No Hub
Jenis Status
Nama Dengan Umur Pendidikan Pekerjaan
Kelamin Kesehatan
KK
1. Pensiunan
Ny. Sa P Istri 76 SD Asam Urat
PNS
2. Ll P Anak 58 SMA Ibu RT Asam Urat
3. Uj L Anak 55 S1 PNS Sehat
4. Cc P Anak Alm SMA - -
5. Ar L Anak 53 SMA PNS Sehat
6. As L Anak 50 S1 PNS Sehat
7. Dd L Anak 48 S1 PNS Sehat
8. Es P Anak 46 SMA Ibu RT Sehat
9. Ys P Anak 44 SMA Ibu RT Asam Urat
10. Ah L Anak Alm - - -
11. Mr P Anak 41 S1 Ibu RT Asam Urat
Genogram :
Tn. Mm Ny. Sa
76 Th 76 th
Ll Uj Cc Ar As Dd Ah
Es Ys Mr
7. Suku bangsa : Sunda, biasa nya sunda lebih suka dengan makan lalab-lalaban
sehingga banyak yang mengalami penyakit asam urat
8. Agama : Islam
9. Status sosial ekonomi keluarga : Rp. 1.500.000,- / bulan, ditambah dengan + Rp.
100.000,- / bulan dari setiap anak nya.
10. Aktivitas rekreasi keluarga : silaturahmi keluarga, lebih suka berendam air hangat 1
bulan sekali, menonton tv.
Kamar tdr
Musholla 2
R.
Keluarga
Kamar
R. Tamu Tidur
Utama
Bentuk kepala simetris, tidak terdapat kelainan, tidak terdapat benjolan, tidak ada
luka/lesi, kepala bersih, klien membersihkan kepala 2 kali dalam seminggu.
2) Mata
Bentuk kedua mata simetris, tidak ada perdarahan ataupu peradangan, tetapi klien
sering merasa kesat dibagian kedua matanya.
3) Hidung
Hidung klien berfungsi dengan baik, bentuk simetris. Tidak ada peradangan ataupun
perdarahan, tidak ada polip.
4) Mulut
Mulut klien bersih, tidak ada tanda peradangan atau perdarahan. Gigi graham klien
sudah tidak ada, hanya bagian bawah dan atas yang masih bisa digunakan untuk
makan.
5) Telinga
Telinga klien kiri kanan sudah berfungsi kurang baik, klien dapat mendengar bunyi
detik arloji hanya dari jarak 5cm. Telinga bersih, tidak ada luka ataupun peradangan,
klien tidak menggunakan alat bantu dengar.
6) Leher
Kebersian baik, tidak ada tanda peradangan ataupun lika, tidak ada pembesaran
kelenjar tyroid.
7) Dada
Dada simetris, tidak ada kelainan, tidak ada batuk.
8) Abdomen
Simetris, tidak ada kelainan, tidak ada lesi atau luka, kebersihan tejaga.
9) Ekstremitas
Klien dapat beraktifitas dengan baik, namun lebih sering terasa linu pada sendi sendi
terutama bagian lutut.
a. Pola nutrisi
Klien makan 3 kali/hari. Nafsu makan baik. Klien biasanya minum teh pahit
hangat 1 hari kurang dari 8 gelas.
b. Pola eliminasi
Klien BAK 3-4 kali/hari dengan warna putih dan bau khas urine. Klien BAB
maksimal 1 kali/ 2 hari dengan konsistensi padat.
c. Pola aktivitas
Klien masih bisa berjalan jauh untuk membeli masakan ke warung setiap pagi.
Klien tidur malam jam 9 kadang jam 11 malam dan bangun tidur jam 5 subuh
ketika adzan subuh. Klien kadang – kadang tidur siang.
b. Kurang pengetahuan tentang perawatan diri b.d ketidakmampuan keluarga merawat diri
terhadap penyakit (asam urat)
No Kriteria Hitungan Skor Pembenaran
5. Sifat masalah : Aktual 3/3 x 1 1 Saat ini Ny. Sa belum
mengetahui bagaimana
perawatan yang benar bagi
penderita asam urat.
6. Kemungkinan masalah 2/2 x 2 2 Dana ada, ada tindakan
dapat diubah : mudah untuk mengatasi, fasilitas
ada, pengetahuan keluarga
terhadap penyakit cukup,
keluarga sangat tertarik
dengan informasi-informasi
kesehatan.
7. Potensi masalah untuk 2/3 2/3 Masalah sudah lama, ada
dicegah : cukup upaya-upaya yang telah
dilakukan
8. Menonjolnya masalah : 1/2 x 1 1/2 Ny. Sa belum mengetahui
masalah berat harus segera cara perawatan yang benar
ditangani tetapi selama ini sudah
berusaha merawat diri
sesuai dengan kemampuan
dirinya sendiri dan saran
dari anak-anaknya.
Jumlah 4 1/6
V. Implementasi
Tanggal Implementasi Evaluasi
Kamis, 19 1. memperkenalkan diri dan Keluarga sangat terbuka
Mei 2016. menjelaskan maksud dan tujuan. dan merasakan senang
Pukul 10.12 2. Melakukan pengkajian : akan kehadiran
WIB - Mengkaji data umum keluarga mahasiswa. Keluarga
- Mengkaji riwayat penyakit keluarga berharap untuk
- Mengkahi riwayat dan tahap mendapatkan informasi-
perkembangan keluarga informasi kesehatan
- Mengkaji lingkungan keluarga tentang penyakit yang
- Mengkaji fungsi keluarga diderita.
- Mengkaji koping da stres keluarga
- Melakukan pemeriksaan fisik.
- Mengkaji permasalahan kesehatan
yang terjadi pada keluarga.
- Mengkaji tindakan yang biasa
dilakukan untuk mengurangi gejala.
3. Melakukan kontrak waktu untuk
mengadakan kunjungan keluarga.
Jumat, 20 1. Mengajarkan teknik ROM pada S : Ny. Sa berusaha
Mei 2016. ekstremitas yang sering dikeluhkan mempraktekan apa yang
Pukul 10.00 nyeri oleh Ny. Sa untuk mengurangi telah diajarkan.
WIB rasa nyeri. O : Ny. Sa terlihat sangat
2. Memotivasi Ny. Sa untuk antusias saat melakukan
mempraktekkan metoda pengurang teknik ROM.
nyeri yang telah diajarkan. A : Tujuan belum tercapai
3. Menganjurkan Ny. Sa untuk menjaga P : memotivasi keluarga
keseimbangan aktivitas dan istirahat. untuk tetap melakukan
4. Menganjurkan Ny. Sa mengurangi teknik-teknik yang sudah
aktivitas yang berlebihan. diajarkan.
5. Kaji tingkat pengetahuan Ny. Sa
tentang asam urat dan tindakan yang
telah dilakukan.
6. Menjelaskan cara perawatan yang
tepat bagi penderita asam urat.
Senin, 23 1. Mengevaluasi efektivitas metode S : Ny. Sa menyatakan
Mei 2016. yang diajarkan terhadap penurunan nyeri mulai berkurang,
Pukul 15.30 nyeri. apabila teknik sering
2. Memotivasi keluarga untuk tetap dipraktekan.
terus mempraktekan metode O : Ny. Sa mempraktekan
pengurangan nyeri yang telah di teknik yang sudah
ajarkan kapanpun. diajarkan 3 hari yang lalu.
Dan terlihat sudah terbiasa
menggerakannya.
A : Tujuan tercapai
P : Berikan pujian
terhadap tindakan yang
dilakukan Ny. Sa.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
http://www.digilib.stikesmuh-pkj.ac.id/e-skripsi/index.php?p=fstream-
pdf&fid=353&bid=408
http://repository.unand.ac.id/20122/3/BAB%201.pdf
http://repository.maranatha.edu/2032/3/0610013_Chapter1.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31060/4/Chapter%20II.pdf
http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/viewFile/555/556
LAMPIRAN
Pekajangan Pekalongan
July, 2013
ABSTRACT
Lukki Apriliana Jaya, Ratih Anjayani, Mokhamad Arifin, Rita Dwi Hartanti
The Effect of Range of Motion (ROM) to Muscle Strength in Patient with Gout in the
Work Territory of Community Health Center of Batang III Regency of Batang in 2013
Gout caused the increase of uric acid in the blood, if it was not handled causing painful
inflammation which results in the hindrance of mobilization. One way of to handled
hindrance of mobilization is Range of Motion. This research aimed at finding out the effect of
Range of Motion (ROM) to muscle strength in patient with gout. This research was designed
as pre experimental with one group pretest and posttest approach without control group.
Samples in this research were 12 individuals. From the result of Paried T Test it was revealed
that there was effect in the strength of muscle in patient with gout before and after the
intervention with Range of Motion (ROM) in the work territory of Community Health Center
of Batang III Regency of Batang with ρ value 0.000 < 0.05. The researcher recommended
that health care provider give nursing care in the form of Range of Motion (ROM) to the
patient with gout in order to recover the patients’ muscle strength and reduce the hindrance of
mobilization.
PENDAHULUAN
World Health of Organization (WHO) menyatakan bahwa kesehatan tidak hanya
meliputi aspek medis, tetapi juga aspek mental dan sosial, dan bukan hanya suatu keadaan
yang bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan. Kesehatan secara kompleks sebagai keadaan
sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara
sosial dan ekonomi. Kesehatan merupakan suatu alat untuk hidup secara produktif (Maulana
2009, hh.4-5).
Salah satu penyakit yang saat ini mengganggu produktivitas masyarakat adalah asam
urat atau gout, yaitu suatu penyakit yang terjadi akibat penumpukan asam urat (uric acid)
dalam tubuh secara berlebihan. Penyakit ini dapat mengakibatkan produksi asam urat
meningkat yang disebabkan meningkatnya asupan makanan kaya purin sehingga proses
pembuangannya melalui ginjal menurun. Gout sering diartikan sebagai encok atau rematik
yang disebabkan gangguan pada tulang dan sendi, namun sebenarnya Gout adalah penyakit
yang disebabkan peningkatan asam urat darah (Vitahealth 2005, h.1). Angka prevalensi gout
di dunia secara global belum tercatat, namun di Amerika Serikat angka prevalensi gout pada
tahun 2010 sebanyak 807.552 orang (0,27%) dari 293.655.405 orang. Indonesia menempati
peringkat pertama di Asia Tenggara dengan angka prevalensi 655.745 orang (0,27%) dari
238.452.952 orang (Right Diagnosis Statistik, 2010). Penderita asam urat sebagian besar
termasuk dalam golongan usia produktif yaitu usia 30-50 tahun dan 32% terjadi pada pria di
bawah usia 34 tahun (Utami 2003, h. 22). Nyeri yang disebabkan penyakit gout
mengakibatkan gangguan gerak sehingga menganggu aktivitas sehari-hari dan produktivitas
kerja, tak jarang penderita mengalami depresi karena kualitas dan produktivitasnya menurun
drastis (Khomsan dan Harlinawati 2008, h.4).
Penyakit gout dikatakan meningkat jika kadar asam urat di dalam darah lebih dari 7
mg/dl pada pria dan 6 mg/dl pada wanita. Kadar asam urat di dalam darah sangat bergantung
pada usia dan jenis kelamin (Misnadiarly 2007, h.9). Akibat kadar asam urat di dalam darah
yang tinggi, tubuh akan meresponnya dengan ditandai menggigil, denyut jantung cepat,
badan lemah dan jumlah sel darah putih meningkat (Yatim 2006, h. 35). Tanda tersebut pada
awalnya akan berlangsung selama beberapa hari dan setelah itu reda dalam beberapa bulan,
hingga pada akhirnya serangan gout akan menjadi lebih sering dan durasi waktunya menjadi
lebih lama. Serangan berikutnya menimbulkan rasa nyeri lebih hebat, rasa sakit lebih lama,
frekuensi serangan meningkat dan kesembuhan lebih pendek, disertai dengan bengkak dan
kaku sendi (Kahandar & Suhada, 2006, h.30).
Kaku sendi jika tidak diobati dengan baik, akan menyebabkan komplikasi yang lebih
berbahaya seperti persendian menjadi rusak sehingga pincang, peradangan tulang, batu ginjal
(kencing batu), gagal ginjal dan kerusakan ligamen dan tendon seperti penurunan kekuatan
otot (Vitahealth 2005, h.22). Kekuatan otot diukur menggunakan derajat kekuatan otot
dengan cara meminta pasien untuk menggerakkan bagian tubuh. Derajat kekuatan otot dapat
dibagi sebagai berikut (1) Derajat 0 yaitu paralisis total atau tidak ditemukan adanya
kontraksi pada otot; (2) Derajat 1 yaitu kontraksi otot yang terjadi hanya berupa perubahan
dari tonus otot yang dapat diketahui dengan palpasi dan tidak dapat menggerakan sendi; (3)
Derajat 2 yaitu otot hanya mampu menggerakkan persendian tetapi kekuatannya tidak dapat
melawan pengaruh gravitasi; (4) Derajat 3 yaitu di samping dapat menggerakkan sendi, otot
juga dapat melawan pengaruh gravitasi tetapi tidak kuat terhadap tahanan yang diberikan oleh
pemeriksa, (5) Derajat 4 yaitu kekuatan otot seperti derajat 3 disertai dengan kemampuan otot
terhadap tahanan ringan; dan (5) Derajat 5 yaitu kekuatan otot normal.
Penurunan kekuatan otot pada pasien gout menyebabkan gangguan mobilitas fisik
yaitu suatu keterbatasan pada pergerakan fisik tubuh baik satu ataupun lebih pada ekstremitas
secara mandiri dan terarah (Nanda, 2012, h.304). Salah satu intervensi untuk mengatasi
gangguan mobilitas fisik antara lain range of motion (ROM) yaitu suatu gerakan yang dalam
keadaan normal dapat dilakukan oleh sendi yang bersangkutan. Tujuan dilakukan ROM yaitu
(1) mempertahankan dan memelihara kekuatan otot; (2) memelihara mobilitas sendi; (3)
merangsang sirkulasi darah; (4) mencegah kelainan bentuk. ROM terdiri dari dua jenis yaitu
ROM pasif yaitu ROM yang dilakukan oleh pasien dengan bantuan perawat setiap gerakan
dan ROM aktif yaitu latihan ROM yang dilakukan sendiri oleh pasien tanpa bantuan perawat
dari setiap gerakan yang dilakukan (Suratun dkk 2008, hh.172-173).
Range of motion (ROM) atau rentang gerak merupakan jumlah maksimum gerakan
yang dilakukan pada suatu sendi. ROM bisa dilakukan pada tiga potongan tubuh yaitu sagital,
frontal dan transversal. Pasien yang mobilitas sendinya terbatas karena disabilitas, trauma dan
penyakit memerlukan latihan sendi untuk mengurangi bahaya mobilitas (Hidayat dan Uliyah
2005, 146-147). Latihan gerak sendi tersebut dapat dilakukan secara adekuat pada sendi yang
sakit, sehingga mampu meningkatkan mobilitas fisik dan mengurangi resiko kelemahan otot
pada pasien gout (Suratun dkk, 2008, h.122).
Data Dinas Kesehatan Kabupaten Batang 2012 tercatat 118 kasus gout yaitu 32 kasus
di Puskesmas Batang I, 22 kasus di Puskesmas Batang II, 47 kasus di Puskesmas Batang III
dan 18 kasus di Puskesmas Batang IV. Puskesmas Batang III merupakan Puskesmas dengan
kasus penyakit gout tertinggi. Kondisi geografis wilayah Puskesmas Batang III berada di
daerah pedesaan dan merupakan sentra industri kecil penghasil emping yang berkontribusi
pada peningkatan konsumsi masyarakat terhadap makanan dengan kadar purin yang tinggi
seperti daun dan buah melinjo dalam sayur yang diolah menjadi lauk sehari-hari. Keadaan ini
menyebabkan angka prevalensi penyakit gout di Kabupaten Batang tinggi. Penderita gout
mengalami keluhan atau gejala seperti nyeri sendi dan kekakuan otot yang mengganggu
aktivitas. Salah satu upaya yang telah dilakukan penderita gout untuk mengurangi rasa sakit
nyeri adalah dengan berjalan kaki ringan di pagi hari.
Berdasarkan uraian tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
“Pengaruh Range of Motion (ROM) Terhadap Kekuatan Otot pada Pasien Gout di Wilayah
Puskesmas Batang III Kabupaten Batang Tahun 2013”.
TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh Range of Motion (ROM) terhadap
kekuatan otot pada pasien gout di Wilayah Puskesmas Batang III Kabupaten Batang Tahun
2013.
METODE PENELITIAN
Desain penelitian menggunakan pra-eksperimen (pre-experiment designs) yaitu suatu
kegiatan yang dilakukan sebelum adanya percobaan yang berupa perlakuan terhadap suatu
variabel dan perlakuan tersebut diharapkan terjadi perubahan atau pengaruh terhadap variabel
yang lain (Notoatmodjo 2005, h.162). Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan teknik one group pretest and postest without control group yaitu
mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan satu kelompok subjek.
Kelompok subjek diobservasi lagi setelah intervensi (Nursalam 2003, h.85).
Populasi penelitian adalah seluruh pasien gout di wilayah Puskesmas Batang III
Kabupaten Batang sebanyak 47 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive
sampling. Polli & Beck (2009, h. 312) didasarkan pada keyakinan bahwa pengetahuan
peneliti tentang populasi dapat digunakan untuk memilih anggota sampel. Peneliti mungkin
menetapkan untuk memilih sampel yang dinilai menjadi khas dari populasi atau sebagian dari
tema tentang isu-isu yang diteliti. Pengambilan sampel dalam penelitian ini didasarkan pada
kekuatan otot, jadi hanya pasien gout yang mengalami gangguan kekuatan otot dengan kadar
asam urat yang tinggi.
Pada pasien gout menunjukkan perubahan kekuatan otot setelah dilakukan intervensi
Range of Motion (ROM). Pada hari kedua terdapat 5 responden (33,3%) yang telah
mengalami perubahan derajat kekuatan otot, sedangkan hari ketiga terdapat 10 responden
(66,6%) yang mengalami perubahan derajat kekuatan otot. Pada hari keempat terdapat 1
orang (6,6%) yang mengalami peningkatan kekuatan otot, hari kelima terdapat 8 orang
(53,3%) yang mengalami peningkatan kekuatan otot, sedangkan pada hari terakhir intervensi
diketahui semua (100%) responden sudah mengalami perubahan kekuatan otot.
Dari hasil penelitian juga dapat diketahui bahwa responden mengalami peningkatan
kekuatan otot sesudah dilakukan Range of Motion yaitu dari rata-rata kekuatan otot
responden sebelum dilakukan Range of Motion sebesar 2,07 menjadi 3,13. Hasil ini
menunjukkan bahwa ROM dapat meningkatkan kekuatan otot. Hal ini sesuai dengan Suratun
dkk (2008, h.172) yang menyatakan bahwa tujuan Range of Motion (ROM) adalah
mempertahankan atau memelihara kekuatan otot, memelihara mobilitas persendian,
merangsang sirkulasi darah dan mencegah kelainan bentuk. Dari hasil penelitian bahwa
Range of Motion (ROM) juga dapat menurunkan nyeri pada pasien gout.
Hasil penelitian diperoleh ρ value sebesar 0,001 < 0,05, dapat disimpulkan ada
pengaruh kekuatan otot pada pasien gout sebelum dan sesudah dilakukan Range of Motion
(ROM) di Wilayah Puskesmas Batang III Kabupaten Batang.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Puskesmas Batang III Kabupaten
Batang didapatkan hasil simpulan sebagai berikut:
2. Kekuatan otot sebelum diberikan intervensi Range of Motion (ROM) diketahui rata-rata:
2,00.
3. Kekuatan otot sesudah diberikan intervensi Range of Motion (ROM) diketahui rata-rata:
3,00.
4. Ada pengaruh kekuatan otot pada pasien gout sebelum dan sesudah dilakukan Range of
Motion (ROM) di Wilayah Puskesmas Batang III Kabupaten Batang.
SARAN
Dokumentasi