Вы находитесь на странице: 1из 15

IMPLEMENTASI IDENTITAS NASIONAL

Disusun oleh :
Husna Nadhilah (1705045030)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2018
BAB I
PENDAHULUAN

Pada hakikatnya manusia hidup tidak dapat memenuhi


kebutuhannya sendiri, manusia senantiasa membutuhkan orang lain. Pada
akhirnya manusia hidup secara berkelompok-kelompok. Manusia dalam
bersekutu atau berkelompok akan membentuk suatu organisasi yang
berusaha mengatur dan mengarahkan tercapainya tujuan hidup yang
besar. Dimulai dari lingkungan terkecil sampai pada lingkungan terbesar.
Pada mulanya manusia hidup dalam kelompok keluarga. Selanjutnya
mereka membentuk kelompok lebih besar lagi sperti suku, masyarakat dan
bangsa. Kemudian manusia hidup bernegara. Mereka membentuk negara
sebagai persekutuan hidupnya. Negara merupakan suatu organisasi yang
dibentuk oleh kelompok manusia yang memiliki cita-cita bersatu, hidup
dalam daerah tertentu, dan mempunyai pemerintahan yang sama. Negara
dan bangsa memiliki pengertian yang berbeda. Apabila negara adalah
organisasi kekuasaan dari persekutuan hidup manusia maka bangsa lebih
menunjuk pada persekutuan hidup manusia itu sendiri. Di dunia ini masih
ada bangsa yang belum bernegara. Demikian pula orang-orang yang telah
bernegara yang pada mulanya berasal dari banyak bangsa dapat
menyatakan dirinya sebagai suatu bangsa. Baik bangsa maupun negara
memiliki ciri khas yang membedakan bangsa atau negara tersebut dengan
bangsa atau negara lain di dunia. Ciri khas sebuah bangsa merupakan
identitas dari bangsa yang bersangkutan. Ciri khas yang dimiliki negara juga
merupakan identitas dari negara yang bersangkutan. Identitas-identitas
yang disepakati dan diterima oleh bangsa menjadi identitas nasional
bangsa.
Dilihat dari segi bahasa bahwa Indentitas itu berasal dari bahasa
inggris yaitu “Indentity” yang dapat diartikan sebagai ciri-ciri, tanda-tanda
atau jatidiri. Ciri-ciri itu adalah suatu yang menandai suatu benda atau
orang. Ada ciri-ciri fisik atau non fisik. Indentity sering diindonesiakan
menjadi indentitas atau jatidiri. Indentitas atau jatidiri, dapat memiliki dua
arti ; pertama, yana menunjuk pada ciri-ciri yang melekat pada diri
seseorang atau sebuahbenda,kedua, indentitas dapat berupa keterangan
yang dapat menjelaskan pribadi seseorang dan riwayat hidup. Indentitas
atau jatidiri adlah “pengenalan atau pengakuan terhadap seseorang yang
termasuk dalan suatu golongan dilakukan berdasarkan atas serangkaian
ciri-cirinya.
Menurut Hank Johnston,Enrique Larana, dan Joseph R.Gusfield. indentitas
dibagi dalam dua bagian, yaitu: indentitas individu dan indentitas kolektif.
Sebagaimana kiat ketahui bahwa indentitas atau jatidiri itu ada dalam
interaksi, maka dapatlah kita katakan bahwa jati diri itu diperlukan dalam
interaksi. Sebuah interaksi mewujudkan adanya struktur dimana masing-
masing pelaku yang terlibat didalamnya berada dalam suatu hubungan
peranan.di lain pihak dan pada waktu yang sama, corak peranan yang
dijalankan oleh masing-masing pelaku tersebut tergantung pada corak atau
macam struktur interaksi yang berlaku.

BAB II
PERMASALAHAN

1.Apa pengertian Identitas Nasional?


2.Apa unsur-unsur Identitas Nasional?
3.Apa faktor-faktor pendukung kelahiran Idetitas Nasional?
4.Apa pengertian pancasila sebagai kepribadian dan Identitas
Nasional?
5.Apa fungsi Indentitas Nasional Itu?
6.Apa Hakikat dan Dimensi Identitas Nasional?
7.Implementasi Identitas Nasional
BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Pengertian Identitas Nasional


Istilah identitas nasional dapat disamakan dengan identitas
kebangsaan. Secara etimologis , identitas nasional berasal dari kata
“identitas” dan “ nasional”. Kata identitas berasal dari bahasa Inggris identity
yang memiliki pengertian harfiah; ciri, tanda atau jati diri yang melekat pada
seseorang, kelompok atau . sesuatu sehingga membedakan dengan yang
lain. Kata “nasional” merujuk pada konsep kebangsaan. Kata identitas
berasal dari bahasa Inggris identiti yang memiliki pengerian harfiah ciri-ciri,
tanda-tanda atau jati diri yang melekat pada seseorang atau sesuatu yang
membedakannya dengan yang lain. Jadi, pegertian Identitas Nsaional
adalah pandangan hidup bangsa, kepribadian bangsa, filsafat pancasila
dan juga sebagai Ideologi Negara sehingga mempunyai kedudukan paling
tinggi dalam tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara termasuk disini
adalah tatanan hukum yang berlaku di Indonesia, dalam arti lain juga
sebagai Dasar Negara yang merupakan norma peraturan yang harus
dijnjung tinggi oleh semua warga Negara tanpa kecuali “rule of law”, yang
mengatur mengenai hak dan kewajiban warga Negara, demokrasi serta hak
asasi manusia yang berkembang semakin dinamis di Indonesia.
Identitas Nasional Indonesia :
1. Bahasa Nasional atau Bahasa Persatuan yaitu Bahasa Indonesia
2. Bendera negara yaitu Sang Merah Putih
3. Lagu Kebangsaan yaitu Indonesia Raya
4. Lambang Negara yaitu Pancasila
5. Semboyan Negara yaitu Bhinneka Tunggal Ika
6. Dasar Falsafah negara yaitu Pancasila
7. Konstitusi (Hukum Dasar) negara yaitu UUD 1945
8. Bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berkedaulatan
rakyat
9. Kebudayaan daerah yang telah diterima sebagai Kebudayaan
Nasional
Konsep identitas nasional menurut pendekatan yuridis tercantum
dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
pada Bab XV tentang Bendera, Bahasa dan Lambang Negara, serta
Lagu Kebangsaan Pasal 35, 36A, 36B, dan 36C.

3.2. Unsur-Unsur Identitas Nasional


Unsur-unsur pembentuk identitas yaitu:
1. Suku bangsa, adalah golongan sosial yang khusus yang bersifat
askriptif (ada sejak lahir), yang sama coraknya dengan golongan
umur dan jenis kelamin. Di Indonesia terdapat banyak sekali suku
bangsa atau kelompok etnis dengan tidak kurang 300 dialeg
bangsa.
2. Agama, bangsa Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang agamis.
Agama-agama yan tumbuh dan berkembang di nusantara adalah
agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan Kong Hu Cu.
Agama Kong H Cu pada masa orde baru tidak diakui sebagai agama
resmi negara. Namun sejak pemerintahan presiden Abdurrahman
Wahid, istilah agama resmi negara dihapuskan.
3. Kebudayaan, adalah pengetahuan manusia sebagai makhluk social
yang isinya adalah perangkat-perangkat atau model-model
pengetahuan yang secara kolektif digunakan oleh pendukung-
pendukungnya untuk menafsirkan dan memahami lingkungan yang
dihadapi dan digunakan sebagi rujukan dan pedoman untuk
bertindak (dalam bentuk kelakuan dan benda-benda kebudayaan)
sesuai dengan lingkungan yang dihadapi.
4. Bahasa, merupakan unsur pendukung Identitas Nasonal yang lain.
Bahasa dipahami sebagai system perlambang yang secara arbiter
dibentuk atas unsur-unsur ucapan manusia dan yang digunakan
sebgai sarana berinteraksi antar manusia.
Dari unsur-unsur Identitas Nasional tersebut dapat dirumuskan
pembagiannya menjadi 3 bagian sebagai berikut :
 Identitas Fundamental, yaitu pancasila merupakan falsafah bangsa,
Dasar Negara, dan Ideologi Negara.
 Identitas Instrumental yang berisi UUD 1945 dan tata
perundangannya, Bahasa Indonesia, Lambang Negara, Bendera
Negara, Lagu Kebangsaan “Indonesia Raya”.
 Identitas Alamiah, yang meliputi Negara kepulauan (Archipelago)
dan pluralisme dalam suku, bahasa, budaya, dan agama, serta
kepercayaan.

3.3. Faktor-Faktor Pendorong Terbentuknya Identitas


Nasional
1 Faktor-faktor yang mendukung kelahiran identitas nasional bangsa
Indonesia meliputi:
 Faktor Objektif, yang meliputi faktor geografis-ekologis dan
demografis.
 Faktor Subjektif, yaitu faktor historis, sosial, politik, dan
kebudayaan yang dimiliki bangsa Indonesia (Suryo, 2002).
2 Menurut Robert de Ventos, dikutip Manuel Castelles dalam
bukunya “The Power of Identity” (Suryo, 2002), munculnya identitas
nasional suatu bangsa sebagai hasil interaksi historis ada 4 faktor
penting, yaitu:
 Faktor primer, mencakup etnisitas, territorial, bahasa, agama,
dan yang sejenisnya.
 Faktor pendorong, meliputi pembangunan komunikasi dan
teknologi, lahirnya angkatan bersenjata modern dan
pembanguanan lainnya dalam kehidupan bernegara.
 Faktor penarik, mencakup modifikasi bahasa dalam gramatika
yang resmi, tumbuhnya birokrasi, dan pemantapan sistem
pendidikan nasional.
 Faktor reaktif, pada dasarnya tercakup dalam proses
pembentukan identitas nasional bangsa Indonesia yang telah
berkembang dari masa sebelum bangsa Indonesia mencapai
kemerdekaan dari penjajahan bangsa lain.

Faktor-Faktor Penting Bagi Pembentukan Bangsa Indonesia


1 Adanya persamaan nasib , yaitu penderitaan bersama dibawah
penjajahan bangsa asing lebih kurang selama 350 tahun.
2 Adanya keinginan bersama untuk merdeka , melepaskan diri dari
belenggu penjajahan.
3 Adanya kesatuan tempat tinggal , yaitu wilayah nusantara yang
membentang dari Sabang sampai Merauke.
4 Adanya cita-cita bersama untuk mencapai kemakmuran dan
keadilan sebagai suatu bangsa. Cita-Cita, Tujuan dan Visi Negara
Indonesia.
Bangsa Indonesia bercita-cita mewujudkan negara yang bersatu,
berdaulat, adil dan makmur. Dengan rumusan singkat, negara
Indonesia bercita-cita mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil
dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Hal ini sesuai
dengan amanat dalam Alenia II Pembukaan UUD 1945 yaitu negara
Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat adil dan makmur.
Tujuan Negara Indonesia selanjutnya terjabar dalam alenia IV
Pembukaan UUD 1945. Secara rinci sebagai berikut :
1 Melindungi seganap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia.
2 Memajukan kesejahteraan umum.
3 Mencerdaskan Kehidupan bangsa.
4 Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan , perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
Adapun visi bangsa Indonesia adalah terwujudnya masyarakat
Indonesia yang damai , demokratis, berkeadilan, berdaya saing,
maju dan sejahtera, dalam wadah Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang didukung oleh manusia Indonesia yang sehat,
mandiri, beriman, bertakwa dan berahklak mulia, cinta tanah air,
berkesadaran hukum dan lingkungan, mengausai ilmu
pengetahuandan teknologi, serta memiliki etos kerja yang tinggi
serta berdisiplin. Setelah tidak adanya GBHN maka berdasarkan
Rencana Pembangunan Jangka mengenah (RPJM) Nasional 2004-
2009, disebutkan bahwa Visi pembangunan nasional adalah :
1 Terwujudnya kehidupan masyarakat , bangsa dan negara yang
aman, bersatu, rukun dan damai.
2 Terwujudnya masyarakat , bangsa dan negara yang menjujung
tinggi hukum, kesetaraan, dan hak asasi manusia.
3 Terwujudnya perekonomian yang mampu menyediakan
kesempatan kerja dan penghidupan yang layak serta
memberikan fondasi yang kokoh bagi pembangunan yang
berkelanjutan.

3.4. Pancasila Sebagai Kepribadian Dan Identitas Nasional


Indonesia sebagai salah satu bangsa dari masyarakat internasional,
memiliki sejarah serta prinsip dalam hidupnya yang berbeda dengan
bangsa-bangsa lain di dunia. Tatkala bangsa Indonesia berkembang
menuju fase nasionalisme modern, diletakanlan prinsip-prinsip dasar
filsafat sebagai suatu asas dalam filsafat hidup berbangsa dan bernagara.
Prinsip-prinsip dasar itu ditemukan oleh para pendiri bangsa yang diangkat
dari filsafat hidup bangsa Indonesia, yang kemudian diabstraksikan menjadi
suatu prinsip dasar filsafat Negara yaitu Pancasila. Jadi, filsafat suatu
bangsa dan Negara berakar pada pandangan hidup yang bersumber pada
kepribadiannya sendiri.
Dapat pula dikatakan pula bahwa pancasila sebagai dasar filsafat
bangsa dan Negara Indonesia pada hakikatnya bersumber kepada nilai-
nilai budaya dan keagamaan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia sebagai
kepribadian bangsa. Jadi, filsafat pancasila itu bukan muncul secara tiba-
tiba dan dipaksakan suatu rezim atau penguasa melainkan melalui suatu
historis yang cukup panjang. Sejarah budaya bangsa sebagai akar Identitas
Nasional.

3.5. Fungsi Identitas Nasional


Sebagaimana kita ketahui bahwa indentitas nasional itu adalah
jatidiri yang dimiliki oleh warga Negara atau suku bangsa dari suatu
Negara atau Indonesia.indentitas nasional ini diperlukan dalam
interaksi.karena dalam setiap interaksi para pelaku mengambil suatu
posisi dan berdasarkan posisi tersebut para pelaku menjalankan peranan-
peranannya sesuai dengan corak interaksi yang berlangsung,maka dalam
interaksi orang berpedoman kepada kebudayaanya. Seorang yang
memilki indentitas nasional, Ia harus banga mengakui Indonesia sebagai
negaranya, karena salah satu dari indentitas nasional orang Indonesia
adalah orang yang mempunyai peradaban yang tinggi.

3.6. Hakikat dan Dimensi Identitas Nasional


Secara harfiah . Indentitas adalah ciri-ciri, atau tanda-tanda jatidiri
yang melekat pada sesuatu atau seseorang yang membedakannya
dengan yang lain. Bisa dijadikan indentitas itu menjelaskan
sesuatu,seseorang,kelompok atau suatu bangsa. Pengertian indentitas
pada hakikatnya merupakan manifestasi nilai-nilai budaya yang tumbuh
dan berkembang dalam aspek kehidupan suatu bangsa dengan ciri-ciri
khas, dan dengan ciri-ciri khas tersebut maka suatu bangsa berbeda
dengan bangsa lain dalam kehidupanya. Secara teoritis, seperti dikatakan
Koento Wibisono, penfertian indentitas pada hakekatnya merupakan
“manifestasi nilai-nilai budaya yang tumbuh dan berkembang dalam aspek
kehidupan suatu bangsa dengan ciri-ciri khas, dengan ciri-ciri khas
tersebut maka suatu bangsa berbeda dengan bangsa lain dalam
kehidupannya”.dengan demikian indentitas nasional suatu bangsa adalah
ciri-ciri khas yang dimiliki suatu bangsa yang membedakannya dari
bangsa lainnya. Proses pembentukan indentitas nasional bukan
merupakan sesuatu yang sudah selesai, tetapi sesuatu yang terbuka dan
terus berkembang mengtikuti perkembangan zaman.
Secara umum terdapat beberapa dimensi yang menjelaskan khas suatu
bangsa, antara lain:
1. Pola Perilaku, adalah gambaran pola perilaku yang terwujud dalam
kehidupan sehari-hari, misalnya: adat istiadat, budaya, kebiasaan.
2. Lambang-lambang, adalah sesuatu yang menggambarkan tujuan dan
fungsi Negara, misalnya: lagu kebangsaan, bendera, bahasa.
3. Alat-alat Pelengkapan, adalah sejumlah perangkat atau alat-alat
perlengkapan yang digunakan untuk bangunan atau peralatan dan
teknologi, misalnya: bangunan masjid, bangunan candi,pakaian adat.
4. Tujuan yang ingin dicapai, indentitas yang bersumber dari tujuan ini
bersifat dinamis dan tidak tetap, mislnya: budaya unggul, prestasi dalam
bidang tertentu.

3.7. Implementasi Identitas Nasional


Implementasi atau penerapan tentang identitas nasional harus
tercermin pada pola pikir, pola sikap, dan pola tindak yang senantiasa
mendahulukan kepentingan bangsa dan negara daripada kepentingan
pribadi atau kelompok. Dengan kata lain, identitas nasional menjadi pola
yang mendasari cara berpikir, bersikap, dan bertindak dalam rangka
menghadapi berbagai masalah menyangkut kehidupan bermayarakat,
berbangsa dan bernegara.
Contoh sederhana dari implementasi identitas nasional yaitu
kewajiban diadakanya upacara bendera setiap hari senin pada seluruh
instansi sekolah maupun non sekolah. Dalam upacara bendera, terdapat
banyak sekali unsur identitas negara. Seperti pengibaran sang saka
merah putih, menyanyikan lagu Indonesia Raya, menyanyikan lagu
nasional lain, pembacaan UUD 1945, pembacaan Pancasila, dan pada
penutup di akhiri dengan doa (agama). Kegiatan upacara ini dilaksanakan
dari tingkat SD hingga SMA, bahkan ada Perguruan Tinggi yang
melaksanakan Upacara Bendera. Hal ini membuktikan bahwa masyarakat
sudah dijarkan bagaimana mengimplementasikan identitas nasional sejak
dini. Namun, masih banyak yang tak acuh dalam kegiatan semacam ini.
Kebanyakan dari mereka menganggap kegiatan upacara hanya sebagai
kewajiban agar terbebas dari hukuman yang sudah diterapkan. Dan juga
kurangnya penjelasan tentang makna dari kegiatan upacara itu sendiri.
Sehingga mereka tak acuh dengan makna dibalik upacara bendera ini.
Implementasi identitas nasional senantiasa berorientasi pada
kepentingan rakyat dan wilayah tanah air secara utuh dan menyeluruh.
Impementasi identitas nasional dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara yamg mencakup kehidupan politik, ekonomi, sosial budaya,dan
pertahanan keamanan harus tercemin dalam pola pikir, pola sikap, dan
pola tindak senantiasa mengutamakan kepentingan bangsa dan negara
kesatuan Republik Indonesia diatas kepentingan pribadi dan golongan.
Contoh penerapan nilai – nilai identitas nasional dari sebuah
kehidupan masyarakat.
a) Menjalankan kewajiban agama menurut kepercayaan
masing-masing
Banyak masyarakat yang masih menjalankan kewajibannya
sebagai seorang yang taat beragamana, dibuktikan dengan banyak
masyarakat umat muslim yang berbondong-bondong datang ke masjid
dakat rumah warga. Hampir setiap waktu salat mereka datang sebelum
dimulai adzan. Mereka juga ( bagi laki – laki ) jarang berkeliaran pada hari
Jumat karena menjalankan ibadah shalat Jumat. Tidak hanya umat
muslim juga, karena ada umat nasrani yang setiap hari minggu pergi ke
gereja untuk beribadah. Mereka menjalankan agama mereka dengan baik
(toleransi antar umat). Dengan demikian nilai - nilai ketuhanan yang
menjadi identitas nasional sampai saat ini masih bisa terjaga dengan baik,
bahkan akan lebih baik lagi apabila dapat ditingkatkan.
b) Gotong Royong
Gotong royong seperti sudah mendarah daging sejak zaman dulu.
Hingga sekarang gotong royong masyarakat tidak pernah luntur dari jiwa.
Setiap hari Minggu, pagi – pagi jalanan warga sudah terlihat ramai. Warga
saling gotong royong membersihkan jalanan yang kotor, dan penuh
rerumputan. Mereka bersihkan daerah tersebut hingga nyaman untuk
digunakan. Tapi sayang beberapa tahun ini ada sebagian besar warga
yang bermalas - malasan untuk mengikuti acara gotong royong. Menurut
warga, sebagian besar masyarakat yang tidak mengikuti acara gotong
royong tersebut dikarenakan rasa kebersamaa yang kurang mereka
menggunakan berbagai macam alasan untuk tidak mengikuti acara
gotong royong tersebut. Seharusnya sikap seperti itu harus kita tinggalkan
karena mengikuti acara gotong royong akan banyak manfaatnya seperti:
- Timbul rasa kebersamaan
- Sikap saling tolong menolong
- Sikap rela berkorban
- Rasa sosial yang tinggi
c) Sikap adil dan beradab dari para pemimpin
Para pemimpin yang baik, adil, dan beradab merupakan sosok
pemimpin yang menjadi dambaan warganya. Pemimpin yang demikian
berarti sudah bisa menjadi panutan dan memang harus ditiru. Sikap adil
harus ditanamkan kepada seluruh pemimpin supaya kelak daerah yang
dipimpin menjadi terarah, dan sejahtera.
Dari desa yang saya observasi, masih sedikit dari mereka yang
bersifat adil karena mereka lebih mementingkan tingkat
hubungankekerabatan dan kedekatan bukan pada tingkat keadilan yang
berdasarkan mana yang harus dan tidak harus diadili. Seharusnya sikap
demikian dibuang jauh – jauh dan di ganti keadilan yang harus
diperjuangkan. Apabila keadilan sudah diterapkan maka sejahteralah
warganya.
d) Pergaulan dan moral masyarakat
Moral menjadi ciri jatidiri suatu masyarakat. Moral sangat berkaitan
dengan pergaulan. Apabila seorang warga pergaulannya baik, otomatis
moralnya juga baik. Dengan demikian pergaulan sangat menentukan
moral seseorang. Di tempat yang saya obsevasi banyak masyarakat yang
masih sangat berhati – hati memilih teman permainan. Mereka lebih
memilih teman yang tidak melenceng jauh dari agama. Maka tidak heran
mereka lebih memilih membantu orang tua mereka di rumah dibandingkan
dengan harus bermain – main yang tidak penting. Moral mereka juga
sangat baik. Tidak ada anak gadis yang berkeliaran malam – malam
karena menurut mereka apabila anak gadis tersebut masih berkeliaran
melebihi maghrib, anak tersebut dianggap telah rusak moralnya dan
mempermalukan orangtuanya.
e) Sikap sosial yang tinggi
Seseorang tidak mampu melakukan sesuatu hal dengan sendiri,
maka manusia dikatakan makhluk sosial. Di daerah yang saya observasi,
sikap sosial dari sebagian masyarakat masih sangat tinggi, mereka saling
berkumpul untuk membicarakab masalah – masalah yang ada di kampung
mereka. Mereka berusaha mencari jalan keluar dengan cara
bermusyawarah. Dengan demikian tidak akan banyak masalah yang
menumpuk. Hal demikian menjadi cerminan rasa sosial yang tinggi
dimana mereka tidak hanya memikirkan kepentingan pribadi tetapi juga
kepentingan bersama. Namun sayang hanya sebagian kecil masyarakat
yang masih perduli dengan kepentingan bersama karena kebanyakan
mereka acuh. Hal ini harus segera diubah agar kelak para penerus
mereka juga mempunyai sikap sosial yang tinggi untuk memperbaiki
keadaan mereka.
f) Menjaga budaya
Contoh masyarakat yang masih sangat menjaga rasa
nasionalismenya ialah masyarakat yang menjaga budaya mereka agar
tetap terjaga kelestariannya kelak sampai anak cucu mereka. Di sini
masyarakatnya masih menjaga identitas budaya mereka. Contohnya saja
apabila ada khitanan pasti menggunakan hiburan yang masih berbau
kedaerahan mereka seperti wayang dan ebleg ( kuda lumping). Hal ini
telah menunjukkan bahwa mereka masih sangat menghormati budaya.
Rasa nasionalisme akan terjaga apabila mereka tidak melupakan budaya
daerah masing – masing.
BAB IV
KESIMPULAN

Identitas nasional merupakan pandangan hidup bangsa, kepribadian


bangsa, filsafat pancasila dan juga sebagai Ideologi Negara sehingga
mempunyai kedudukan paling tinggi dalam tatanan kehidupan berbangsa
dan bernegara. Unsur-unsur dari identitas nasional adalah Suku Bangsa:
gol sosial (askriptif : asal lhr), golongan,umur. Agama : sistem keyakinan
dan kepercayaan. Kebudayaan: pengetahuan manusia sebagai pedoman
nilai,moral, das sein das sollen,dlm kehidupan aktual. Bahasa : Bahasa
Melayu-penghubung (linguafranca). Faktor-faktor kelahiran identitas
nasional adalah Faktor-faktor yang mendukung kelahiran identitas nasional
bangsa Indonesia meliputi faktor subjektif dan factor objektif, Faktor primer,
mencakup etnisitas, territorial, bahasa, agama, dan yang sejenisnya. Faktor
pendorong, meliputi pembangunan komunikasi dan teknologi, lahirnya
angkatan bersenjata modern dan pembanguanan lainnya dalam kehidupan
bernegara. Faktor penarik, mencakup modifikasi bahasa dalam gramatika
yang resmi, tumbuhnya birokrasi, dan pemantapan sistem pendidikan
nasional. Faktor reaktif, pada dasarnya tercakup dalam proses
pembentukan identitas nasional bangsa Indonesia yang telah berkembang
dari masa sebelum bangsa Indonesia mencapai kemerdekaan dari
penjajahan bangsa lain.
DAFTAR PUSTAKA

Azra, Azyumardi. “Rejuvenasi Pancasila di Tengah Arus Globalisasi”.


Dalam Tri Sutrisno,2006. Jakarta:Yayasan Taman Pustaka.
Sugiato.1991.Indentitas dan Hakikat Bangsa kita, Jakarta.
Smith, Anthony D,2003, Naionalisme,Teori Ideologi,Sejarah,Jakarta:
Penerbit Erlangga
Jamhari, “After the Fact: Indonesia dan Multikulturalisme”, makalah dalam
Workshop on Civic Education, Bandung, 2003
Suradinata, Ermaya.2005. Hukum Dasar Geopolitik dan Geostrategi,
Jakarta: Suara bebas.

Вам также может понравиться