Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
5
6
tersier diendapkan formasi pematang, sihapas, telisa, petani dan minas yang
merupakan cekungan sumatra tengah dan berpotensi migas. Pada kala kuarter 2
juta tahun lalu terendapkan aluvial tua (Qp) dan hingga saat ini aluvial muda (Qh).
Pada proses endapan timah melalui beberapa fase penting yang sangat
menentukan keberadaan timah itu sendiri, fase tersebut adalah, pertama adalah
fase pneumatolitik, selanjutnya melalui fase kontak pneumatolitik – hidrotermal
tinggi dan fase terakhir adalah hipotermal sampai mesotermal.
Secara regional Pulau Karimun – Kundur dan pulau sekitarnya dimasukkan
ke dalam fisiografi pulau-pulau lepas pantai (offshore island). Kondisi geologi
gugusan pulau-pulau ini berbeda dengan daratan bagian timur laut Pulau Sumatra
yang dimasukkan dalam fisiografi daratan pantai (coastal pain). Karakteristik
pulau-pulau lepas pantai adanya perbukitan yang biasanya terbentuk dari batuan
dasar (granit) baik batuan beku maupun batuan metasedimen dari kerak benua
paparan sunda yang berumur pra tersier. Sedangkan daratan pantai umumnya
berupa dataran rendah berawa dan ditempati oleh batuan sedimen yang mengisi
cekungan sumatra tengah yang berumur tersier dan lebih mudah selain itu
gugusan pulau-pulau ini merupakan jalur timah asia tenggara (The south east asia
tin belt) yang membentang dari Cina – Thailand – Myanmar – Malaysia –
Karimun – Kundur hingga berakhir di Bangka – Belitung dan Kalimantan.
Keberadaan granit yang menempati gugus pulau-pulau ini menjadi menarik
karena mengandung mineral logam, non logam dan mineral jarang yang memiliki
nilai ekonomis.
2.2.2 Topografi dan Stratigrafi
Topografi Kundur relatif lebih rendah dengan kelerengan sedang hingga
landai – datar dengan ketinggian kurang dari 125 mdpl. Kekerasan batuan granit
lebih lembek dibanding Pulau Karimun, keadaan sungai umurnya pendek,
beberapa bersifat musiman dan relatif berpola dendrik, yakni mengikuti lembah –
lembah perbukitan. Perairan diwilayah Kundur merupakan perairan selat yang
berada di antara pulau – pulaudan berada didepan muara sungai kampar, sehingga
kondisi perairan wilayah tersebut dipengaruhi oleh sistem estuari muara sungai.
8
Secara umum kedalaman dasar laut perairan kundur kurang dari 25 meter dari
muka laut.
Stratigrafi Pulau Karimun – Kundur dan pulau sekitar dengan urutan
stratigrafi tua ke muda sebagai berikut:
Formasi papan tersingkap di Pulau Kundur dan sekitarnya terdiri dari, batu
pasir, konglomerat kuarsa kontak dengan granit, berumur karbon akhir – trias.
Formasi malam tersingkap di Pulau Karimun terdiri dari serpih, konglomerat,
batu gamping dan batu gunung api riodasitik, berumur trias awal.
Formasi duriangkang lebih tersingkap kearah Pulau Batam-Bintan, terdiri dari
serpih karbonat dan batu pasir, trias tengah.
Granit Kundur terdiri dari granit biotit, muskovit, turmalin aplit, pegmatit dan
graisen timah dan tungsten, berumur trias tengah.
Granit Karimun terdiri dari granit biotit, muskovit, turmalin aplit, pegmatit
dan graisen timah dan tungsten, berumur trias tengah.
Granit tak terbedakan, tidak diketahui apakah masuk granit karimun, atau
kundur.
Endapan permukaan tua (aluvial tua) terdiri dari lempung lanau, kerikil
lempungan, sisa tumbuhan dan pasir granit, berumur plistosen akhir.
Endapan permukaan muda (aluvial muda ) terdiri dari lempung, lanau, kerikil,
sisa tumbuhan, rawa gambut dan terumbu koral berumur holosen. Sedimen
permukaan dasar laut yang berada di wilayah studi termasuk dalam aluvium
muda. Pengelompokan sedimen permukaan dasar laut didasarkan pada
prosentase besar butir klasifikasi folk yang dapat dibedakan menjadi beberapa
satuan sedimen dengan fraksi kasar (kerikil-pasir) tersebar lebih kearah dekat
pantai, sedangkan kearah lepas pantai lebih didominasi oleh sedimen
berfraksi halus (lempung dan lumpur).
2.2.3 Pasang Surut Air Laut
Pengaruh pasang surut air laut dalam proses penggalian Kapal Isap Produksi
akan mengakibatkan tanah yang dikupas selapis demi selapis tidak merata karena
setiap jamnya air laut akan mengalami pasang surut sehingga tinggi muka air laut
setiap saat akan berubah. Untuk menghindari hal tersebut maka tabel air harus
9
diperhatikan oleh juru mudi Kapal Isap Produksi agar mengetahui kedalaman
ladder yang sesungguhnya.
Tabel air adalah angka-angka ketinggian pasang surut air laut yang berubah-
ubah pada setiap jam.Ramalan pasang surut pada lokasi kerja dapat diketahui
berdasarkan daftar pasang surut yang dikeluarkan oleh Jawatan Meteorologi dan
Geofisika. Departemen Perhubungan Laut, maupun Dinas Angkatan Laut.
bongkah regolith, karena kandungan air yang ada terlalu tinggi menyebabkan
terjadinya debris flow membentuk endapan “piedmont tin placer” dengan ciri khas
butiran timah yang kasar. Endapan “Piedmont Tin Placer” mengalami reworking
lagi dan membentuk timah berukuran gravel yang tertransport pada lingkungan
fluvial yang dikenal dengan “Braided Stream Placer”. Endapan ini mengalami
reworking lagi membentuk endapan “Beach Placer” dengan karakteristik endapan
lebih tipis dan lebih luas dari pada endapan “Braided Stream Placer”. Variabel –
variable yang mempengaruhi konsentrasi (kekayaan) endapan timah placer
adalah:
Batuan sumber (source rock) : ukuran, kadar, distribusi butiran dari daerah
mineralisasi sebagai sumber.
Tektonik : membentuk morfostruktur permukaan bumi.
Iklim : mempengaruhi proses pada permukaan bumi yang meliputi pelapukan,
erosi, transportasi dan sedimentasi.
Klasifikasi endapan timah placer yang didasarkan atas konsep lingkungan
pengendapan sedimen dan proses yang terjadi. Aspek – aspek ini mempengaruhi
keberadaan dan terjadinya endapan placer, genesa endapan timah placer
tergantung pada beberapa aspek diantaranya :
Sumber batuan yang mengandung endapan primer kaya akan casiterrite
Pelapukan yang kuat sehingga mampu membebaskan mineral casiterrite
dengan mineral lainnya.
Gerakan masa batuan yang lapuk sepanjang lereng
Konsentrasi mekanis material lepas yang terjadi secara selektif dan diendapkan
kedalam suatu cekungan.
Terhindar dari proses erosi selanjutnya
Keterangan :
CC = Concentration Criterion
h = Spesific gravity mineral berat (7,0)
l = Spesific gravity mineral ringan (2,6)
f = Spesific gravity fluida (1,03)
Secara umum dapat ditentukan bahwa kalau concentration criterion
memberikan angka atau hasil (kurang atau lebih sebagai berikut) :
CC ≥ 2,50 : Pemisahan mudah dilakukan dalam semua ukuran partikel hingga
butiran yang halus, yaitu 10 – 300 mesh (1,651 mm – 0,052 mm)
CC ≥ 1,75 : Pemisahan secara gaya berat ekonomis dilakukan sampai dengan
ukuran 10 – 100 mesh (2,000 mm – 0,149 mm)
CC ≥ 1,50 : Pemisahan secara gaya berat ekonomis dilakukan untuk ukuran 10 –
20 mesh (2,000 mm – 0,814 mm)
CC ≥ 1,25 : Pemisahan secara gaya berat tidak dapat dilakukan karena tidak
ekonomis
2.2.6 Teori Jigging
Jig adalah suatu proses pemisahan bijih dalam suatu media cair dengan alat
jig berdasarkan perbedaan berat jenis dari partikel mineral yang mengakibatkan
kesanggupan dari partikel sebelum mengatur dirinya dan mengambil kedudukan
atau stratifikasi dalam beberapa lapisan sesuai dengan berat jenisnya dan
kemudian dilanjutkan dengan pengeluarannya. Pemisahan ini terjadi akibat
adanya gaya tekan (pulsion) atau isapan (suction), pada suatu media cair yang
dilengkapi saringan dan media penghambat yang semi stationary (bed) berupa
mineral atau batuan hematite.
15
1. Pulsion
Terjadinya pulsion karena adanya motor penggerak yang merupakan alat
berfungsi untuk torak yang mendorong air dimana ada pengendapan atau bed
sehingga terjadi dorongan (pulsion), kemudian partikel di atas saringan
bergerak mengembang dan bed akan terbuka. Kesempatan ini dimanfaatkan
oleh mineral berat untuk menerobos saringan masuk ke hutch sebagai
konsentrat, sedangkan mineral ringan akan terdorong ke atas dan terbawa
oleh aliran horizontal di atas permukaan bed untuk menunggu kesempatan
pulsion berikutnya, sehingga material yang mempunyai berat jenis besar akan
disaring dan terpisah dengan berat jenis kecil..
16
Sumber : Witteveen,1995
Gambar 2.3 Suction
Pemisahan mineral di dalam jig tersebut dapat terjadi karena beberapa hal
yang utama, yaitu
a. Differential Acceleration
Pada awal jatuhnya mineral pada suatu fluida maka akan terjadi dua proses
yaitu, mineral dengan berat jenis yang besar akan lebih cepat jatuh
dibandingkan mineral yang memiliki berat jenis yang ringan. Merupakan
17
faktor perbedaan jatuh pada partikel pada awal pengendapan mineral ke bed
karena adanya gerakan yang terjadi pada alat jig keadaan ini dipengaruhi oleh
berat jenisnya pada mineral tersebut. Partikel mineral yang memiliki berat
jenis besar akan memiliki kecepatan jatuh yang lebih besar.
b. Hindered Settling
Merupakan suatu kondisi yang disebabkan oleh gaya pulsion (pukulan) dan
suction (hisapan) dari panjang pukulan yang mengakibatkan timbulnya
hentakan pada suatu medium yang mengakibatkan adanya perubahan
kecepatan pengendapan partikel pada suatu pulp (suspensi) yang bergejolak.
Sehingga pengendapan mineral dari partikelnya dipengaruhi oleh berat jenis,
ukuran butiran terhadap mineral tersebut.
c. Consolidation Trickling
Suatu keadaan pada saat suction dari bed. Bed akan merapat sehingga mineral
yang mempunyai ukuran butir yang kecil dengan berat jenis besar akan
mempunyai kesempatan untuk menerobos celah-celah dari bed sedangkan
mineral besar dengan berat jenis kecil tidak sanggup berpindah karena
pengaruh perbedaan kecepatan pengendapan mineral dengan bed.
Sedangkan mineral pengotor atau mineral ringan baik yang berukuran kecil
ataupun besar akan terdorong oleh desakan dari feed berikutnya dan arus
horizontal diatas permukaan bed dan terbuang sebagai tailing. Apabila ketiga
faktor tersebut disatukan maka proses tersebut dinamakan jigging process. Dari
ketiga proses tersebut terjadilah proses pemisahan mineral yang memiliki
perbedaan dalam berat jenis pada jig. Pada pemisahan mineral tersebut, perbedaan
dari kecepatan jatuh maksimum dari suatu mineral menjadi faktor yang utama
pada proses pemisahan.
18
Sumber : Witteveen,1995
Gambar 2.4 Proses Jigging
3. Siklus Jig
Siklus jigging merupakan suatu bentuk gelombang yang bergerak secara
teratur serta berulang-ulang yang diakibatkan oleh adanya pulsion dan suction
pada jig.
Sumber : Witteveen,1995
Gambar 2.5 Siklus Jigging
besar, kemudian sampai dengan mineral yang berukuran halus. Keadaan ini
merupakan kombinasi antara differential acceleration dan hindered settling,
dimana sebagian besar mineral berukuran besar akan terletak pada dasar lapisan
jig bed. Pada titik E, yang merupakan transisi antara pulsion dan suction, lapisan
jig bed mulai menutup. Dalam keadaan ini mineral berat yang berukuran kecil
masih berusaha untuk terus bergerak turun menerobos celah-celah jig bed.
Sedangkan mineral berat yang berukuran besar atau mineral ringan berukuran
besar akan terjebak dalam jig bed, dalam hal ini efek consolidation trickling yang
bekerja.
Pergerakan panjang pukulan torak akan menghasilkan dua gaya yang
berperan utama pulsion dan suction. Ketika terjadi pulsion ragging akan terbuka,
sedangkan suction ragging akan tertutup. Pada kondisi consolidation trickling,
maka gaya yang dihasilkan panjang pukulan, merupakan gaya suction.
2.2.7 Penentuan Nilai Panjang Pukulan dan Jumlah Pukulan pada Jig
Menurut Taggart (1944), proses pemisahan mineral pada jig dilakukan
menggunakan fluida dengan kondisi hindered settling. Panjang pukulan torak
merupakan mekanisme pembentukan kondisi hindered settling pada jig. Dalam
panjang pukulan terdapat dua variabel utama yang saling berhubungan, yaitu
variabel panjang pukulan dan variabel jumlah panjang pukulan per menit. Kedua
nilai variabel dari panjang pukulan berhubungan dengan perolehan kadar
konsentrat dari jig. Dalam hal ini konsentrat merupakan mineral cassiterite
(SnO2). Pengaturan dari nilai variabel-variabel panjang pukulan dan jumlah
panjang pukulan disesuaikan dengan laju kecepatan pengendapan mineral. Hal ini
dilakukan untuk perolehan kondisi hindered settling yang sesuai dengan gerak
jatuh dari mineral-mineral pada fluida.
Pergerakan panjang pukulan dapat diasumsikan sebagai suatu gelombang
amplitudo. Dengan nilai gelombang amplitudo sama dengan panjang pukulan dan
frekuensi gelombang sama dengan jumlah pukulan per menit. Hal ini dapat
terlihat dari pergerakan panjang pukulan yang naik turun secara terus menerus
dengan nilai variabel amplitudo dan frekuensi panjang pukulan yang tetap.
Pergerakan mineral pada jig akan dipengaruhi oleh gaya-gaya dari panjang
20
pukulan, dan gaya yang mempengaruhi pergerakan mineral. Gaya pulsion dan
suction dari panjang pukulan menghasilkan fluidization velocity. Fluidization
velocity merupakan kecepatan aliran dari fluida yang dihasilkan panjang pukulan.
Pada saat pulsion arah aliran dari fluidization velocity akan berlawanan dengan
arah pengendapan mineral. Sedangkan pada saat suction fluidization velocity akan
searah dengan pengendapan mineral.
Dan pada saat terjadi suction mineral akan bergerak menuju dasar bed
dengan kecepatan Vp = U.
Adapun hubungan nilai kecepatan fluidization dengan gelombang gerak dari
panjang pukulan adalah kecepatan fluidization merupakan kecepatan cepat rambat
gelombang sinusoidal.
Menurut Barry A Wills dalam buku yang berjudul “Will’s Mineral
Processing Technology” mengatakan bahwa besar konsentrat suatu casiteritte
dalam proses pemisahan dengan pengotor dapat diketahui melalui persamaan
berikut :
3600 𝑠
Solid A = × 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 ………………………. (1)
𝑠
𝑆𝑜𝑙𝑖𝑑 𝐴 𝑥 % 𝐴𝑛𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎
Solid Sn A = ………………………..(2)
100%
Untuk menentukan besarnya persentase (%) Sn dapat dihitung melalui persamaan
sebagai berikut :
Total Solid Sn Konsentrat pada Jig clean up
Sn (%) = ……(1)
Total Solid Konsentrat
Sedangkan menurut buku yang ditulis oleh Norman L Weiss yang berjudul
“Mineral Processing” mencantumkan persamaan untuk menghitung solid Sn
dalam tailing dan recovery suatu casiteritte yaitu :
3600 Lebar mulut tailing
Solid Tailing = x x berat kering ……..(1)
s lebar mulut cutter sampler
Berat Kons Dulang x %Sn Kons Dulang(hasil analisa)
Sn (%) = ……..(2)
Berat Kering
Solid Sn Kons
R(%) = x 100% ……………(4)
Solid Sn Kons +Solid Sn Tailing
Semakin besar (kasar) ukuran butir mineral, maka recovery semakin tinggi.
Tetapi ada satu hal yang harus diperhatikan, makin besar ukuran partikel
mineral makin makin cepat pula pemadatan pada bed, sehingga terjadi
kebuntuhan yang mengakibatkan feed yang masuk berikutnya tidak dapat
menerobos bed.
Kadar mineral
Makin tinggi atau kaya kadar mineral berharga yang masuk sebagai feed,
maka recovery akan semakin tinggi. Dan makin banyak kadar mineral
pengganggu yang masuk sebagai feed pemisahan semakin sulit, berarti
perolehan recovery akan rendah.
Berat jenis mineral
Semakin tinggi berat jenis mineral berharga terhadap mineral pengganggu
maka recovery akan semakin tinggi.
b) Parameter – parameter proses jig
Pada proses pemisahan dengan menggunakan alat jig terdapat beberapa faktor
yang mempengaruhi efektifitas kerja jig, parameter tersebut adalah :
Panjang pukulan
Panjang pukulan adalah jarak yang ditempuh oleh torak atau membran dari
awal dorongan (pulsion) hingga akhir hisapan (suction). Untuk mengatur
panjang pukulan perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut, yaitu berat
jenis, ukuran butir, jumlah mineral ikutan, dan kekayaan timah yang digali.
Panjang pukulan berpengaruh terhadap recovery dan kadar konsentrat. Jika
ingin mendapatkan konsentrat yang bersih, dapat menggunakan panjang
pukulan yang kecil dan cepat dimana pulsion akan ditahan dengan
menggunakan back water dalam jumlah yang banyak, tetapi cassiterit tidak
tertangkap semua terutama yang ukuran butir halus dan akan lari ke tailing
sehingga recovery menjadi rendah. Untuk mendapatkan tailing yang bersih,
panjang pukulan yang digunakan lebih besar sehingga panjang pukulan
bergerak lambat dan suction akan kuat dengan menggunakan back water
yang sedikit. Panjang pukulan yang relatif pendek dan cepat dengan back
water yang banyak digunakan untuk memisahkan feed yang berkadar
23
tinggi, tetapi untuk feed dengan kadar yang rendah biasanya digunakan
panjang pukulan yang besar dan lambat. Menurut “Barry A. Wills ” panjang
pukulan pada jig berbanding terbalik dengan jumlah pukulan per menit.
Ukuran butir dari mineral berbanding lurus dengan panjang pukulan dan
berbanding terbalik dengan jumlah pukulan per menit.
Kecepatan aliran horizontal
Kecepatan aliran horizontal adalah kecepatan air yang mengalir diatas
lapisan bed. Fungsi aliran horizontal adalah untuk membawa material
ringan, baik yang berukuran besar maupun kecil. Untuk kecepatan aliran
horizontal yang terlalu besar, mineral berukuran halus akan ikut terbuang
bersama tailing. Sedangkan kecepatan aliran horizontal yang lebih kecil dari
kecepatan pengendapan mineral ringan, maka akan mengendap diatas
permukaan jig bed sehingga akan mengganggu proses jigging.
Ukuran butir dan tebal bed
Batu jig / hematit berfungsi sebagai media pemisah yakni untuk menahan
mineral ringan agar sekecil mungkin turun ke dalam tangki jig, dan
memberi peluang yang sebesar-besarnya kepada mineral berat (termasuk
timah) turun ke dalam tangki jig. Ukuran butiran batu hematit harus
disesuaikan, bed jangan terlalu tebal sebab apabila terlalu tebal (penuh)
maka tidak ada lagi kantong untuk menjebak material sebelum
terkonsentrasi menjadi konsentrat.
Volume air tambahan
Sejumlah air ini yang berada dalam tangki jig adalah merupakan media
penghantar efektif pukulan terhadap daerah pemisahan/daerah suspensi.
Apabila jumlah air ini terlalu kecil maka efektif pukulan tidak berlanjut ke
daerah suspensi dan proses pemisahan tidak terjadi. Apabila underwater
terlalu banyak seolah-olah tertekan ke permukaan pemisahan dan dapat
mempengaruhi proses suspensi, sebaliknya underwater diatur sedemikian
rupa, seakan-akan air tersebut keluar melalui permukaan jig dalam keadaan
bebas tanpa tekanan.
Ukuran lubang spigot
24
A B C D A B C D