Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Filosofi K3
berikut:
adalah cerminan dari budaya (safety culture) dalam organisasi. K3 harus menjadi
pengawas dan jika terjadi kecelakaan akan melimpahkan kepada mereka yang
keselamatan ada pada manajemen. Tanggung jawab ini tentu dalam wujud
8
9
4. Pekerja harus dididik untuk bekerja dengan aman (Employees must be trained
to work safety)
Setiap tempat kerja, lingkungan kerja dan jenis pekerjaan memiliki karakteristik
dan persyaratan K3 berbeda. Karena itu, K3 tidak bisa timbul sendirinya pada diri
employment)
Tempat kerja yang baik adalah tempat kerja yang aman. Lingkungan kerja yang
menyenangkan dan serasi akan mendukung tingkat keselamatan. Oleh karena itu,
dalam perusahaan.
Prinsip dasar ilmu K3 adalah semua kecelakaan dapat dicegah karena semua
kecelakaan pasti ada sebabnya. Jika sebab kecelakaan dapat dihilangkan, maka
Prinsip ini melihat bahwa program K3 tidak bisa dibuat, ditiru, atau
di tempat kerja sesuai dengan potensi bahaya sifat kegiatan, kultur, kemampuan
organisasi atau perusahaan sehingga tidak bisa sekadar meniru atau mengikuti
namun harus dilihat sebagai bagian dari proses produksi atau strategi perusahaan.
K3 adalah bagian integral dari aktivitas perusahaan. Kinerja K3 yang baik akan
dengan aspek lainnya dalam perusahaan seperti operasi, produksi, logistik, sumber
daya manusia, keuangan dan pemasaran. Aspek K3 tidak akan bisa berjalan
seperti apa adanya tanpa intervensi dari manajemen berupa upaya terencana untuk
aspek K3 setara dengan unsur lain dalam organisasi. Hal inilah yang mendorong
perusahaan agar kejadian yang tidak diinginkan atau dapat menimbulkan kerugian
dapat dicegah. Mengelola K3 sama juga dengan mengelola aspek lain dalam
Management System, dan lainnya. Faktor inilah antara lain yang mendorong
risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang
berkembang sejak Tahun 1980an yang dipelopori oleh pakar K3 seperti James
Tye dari British Safety Council, Dan Petersen, Frank Birds dan lainnya. Dewasa
12
ini terdapat berbagai bentuk SMK3 yang dikembangkan oleh berbagai lembaga
Management System
lain di sekitarnya.
Suatu SMK3 yang dipelopori oleh ahli K3 dari USA yaitu Mr. Frank Bird
ini memberi peringkat kinerja K3 suatu perusahaan melalui audit dan nilai
sistem ini.
Management System
Semua SMK3 tersebut memiliki kesamaan yaitu berdasarkan proses dan fungsi
d. Sebagai sertifikasi
sertifikasi atas pencapaiannya. Dari sini lahirlah penilaian kinerja K3 yang disebut
OHSAS 18000 (Occupational Health and Safety Assessment Series). Sistem ini
OHSAS 18000 pertama kali diperkenalkan pada Tahun 1999 dan kemudian
disempurnakan pada Tahun 2007 dan disepakati sebagai suatu Standar Sistem
Manajemen K3. OHSAS 18000 terdiri dari dua bagian yaitu OHSAS 18001
sebagai standar atau persyaratan SMK3, dan OHSAS 18002 sebagai pedoman
elemen yang saling terkait untuk menetapkan kebijakan dan sasaran untuk
mencapai objektif tersebut. SMK3 terdiri atas dua unsur pokok yaitu proses
hubungan antar fungsi, aktivitas, proses, praktis, prosedur dan sumber daya.
15
Elemen ini dipakai untuk menetapkan kebijakan K3, perencanaan, objektif dan
yang baik, proses K3 akan berjalan tanpa arah (misguided), tidak efisien, dan
penerapan dan operasional, melalui pengerahan semua sumber daya yang ada,
berkala oleh manajemen puncak untuk memastikan bahwa SMK3 telah berjalan
sesuai dengan kebijakan dan strategi bisnis serta untuk mengetahui kendala yang
Tinjauan
Manajemen ACTION PLAN Perencanaan
biaya yang sia-sia atau sekadar formalitas yang harus dipenuhi oleh organisasi. K3
masih dianggap sebagai beban tambahan bagi organisasi. Persepsi seperti ini
sangat menghambat pelaksanaan K3. Aspek K3 bersifat multi dimensi. Karena itu
tujuan dan manfaat K3 juga harus dilihat dari berbagai sisi seperti dari sisi hukum,
terjadi dalam proses interaksi tersebut yaitu ketika terjadi kontak antara manusia
dengan alat, material dan lingkungan dimana dia berada. Kecelakaan dapat terjadi
karena kondisi alat atau material yang kurang baik atau berbahaya. Kecelakaan
juga dapat dipicu oleh kondisi lingkungan kerja yang tidak aman seperti ventilasi,
penerangan, kebisingan, atau suhu yang tidak aman melampaui ambang batas. Di
samping itu, kecelakaan juga dapat bersumber dari manusia yang melakukan
a. Tindakan tidak aman dari manusia (unsafe action), misalnya tidak mau
bekerja sambil bergurau. Tindakan ini dapat membahayakan dirinya dan orang
b. Kondisi tidak aman (unsafe condition), yaitu kondisi di lingkungan kerja baik
menggolongkan atas sebab langsung (immediate causes) dan faktor dasar (basic
menghilangkan faktor penyebab kecelakaan yang disebut tindakan tidak aman dan
18
kondisi yang tidak aman. Namun dalam prakteknya tidak semudah yang
dibayangkan karena menyangkut berbagai unsur yang saling tekait mulai dari
penyebab langsung, penyebab dasar dan latar belakang. Oleh karena itu,
dan konsep yang dikembangkan para ahli, dan beberapa diantaranya yaitu:
a. Pendekatan Energi
energi mengendalikan kecelakaan melalui tiga titik yaitu pada sumbernya, pada
b. Pendekatan Manusia
5). Audit K3
6). Komunikasi K3
c. Pendekatan Teknis
19
maupun lingkungan kerja yang tidak aman. Untuk mencegah kecelakaan yang
standar yang berlaku untuk menjamin kelaikan instalasi atau peralatan kerja.
d. Pendekatan Administratif
antara lain:
1) Pengaturan waktu dan jam kerja sehingga tingkat kelelahan dan paparan
e. Pendekatan Manajemen
Setiap kecelakaan pasti ada penyebabnya. Tidak ada kejadian apapun yang
tanpa sebab sebagai pemicunya. Jika faktor penyebab tersebut dihilangkan, maka
dengan sendirinya kecelakaan bisa dicegah. Atas dasar tersebut, maka menurut
a. Bahwa kecelakaan merupakan rangkaian proses sebab dan akibat. Tidak ada
kecelakaan.
d. Bahwa tindakan tidak aman dari seseorang dipengaruhi oleh tingkah laku,
dalam organisasi.
21
akan berhasil tanpa dukungan dan peran serta manajemen puncak dalam
organisasi.
yang berkaitan dengan kondisi dan keselamatan sarana produksi, manusia dan
kelembapan, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar
m. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan
proses kerja
atau barang
penyimpanan barang.
tempat, peralatan dan lingkungan kerja adalah sangat perlu diutamakan. Namun
itu dengan berbagai cara yaitu mengurangi sumber bahaya ataupun menggunakan
pemakaian APD masih sangat sulit, mengingat para pekerja akan menganggap
APD adalah suatu kewajiban dimana biasanya para pekerja atau buruh
perlindungan baik dari aspek ekonomi, politik, sosial, teknis dan medis dalam
Bahaya yang mungkin terjadi di lantai produksi dan menimpa tenaga kerja adalah:
h. Terkena radiasi
24
b. Adanya biaya perawatan medis atas tenaga kerja yang terluka, cacat, bahkan
meninggal
APD bukanlah alat yang nyaman apabila dikenakan tetapi fungsi dari alat
ini sangatlah besar sebab dapat mencegah penyakit akibat kerja ataupun
kecelakaan pada waktu bekerja. Pada kenyataannya banyak para pekerja yang
pengusaha wajib menyediakan APD secara cuma-cuma terhadap tenaga kerja dan
Berdasarkan Pasal 12 huruf b, tenaga kerja diwajibkan memakai APD yang telah
disediakan. APD yang disediakan oleh pengusaha dan dipakai oleh tenaga kerja
harus memenuhi syarat pembuatan, pengujian dan sertifikat. Tenaga kerja berhak
menolak memakainya jika APD yang disediakan tidak memenuhi syarat. Dari
b. Tidak mengganggu ketenangan kerja dan tidak membatasi ruang gerak pekerja
25
bahaya
terjangkau
paru, dan APD lainnya. Penggunaan pelindung wajah dan alat pernafasan
(Masker) pada tempat – tempat kerja tertentu seringkali udaranya kotor yang
diakibatkan oleh bermacam-macam sebab antara lain: debu – debu kasar dari
penggerindaan atau operasi – operasi sejenis; racun dan debu halus yang
dihasilkan dari pengecatan atau asap; uap beracun atau gas beracun dari pabrik
kimia; bukan gas beracun tetapi seperti Karbondioksida (CO2) yang menurunkan
tersebut, kita dapat menggunakan alat yang disebut masker . Hal yang perlu
secara benar; macam dari kotoran debu yang perlu dihindari; dan lamanya
b. Masker berhidung, berguna untuk menyaring debu atau benda lain sampai
ukuran 0,5 mikron, bila kita sulit bernafas waktu memakai alat ini maka
Masker ini sangat tepat digunakan untuk melindungi pernafasan dari gas
alasan tersebut pekerja merasa mengurangi kenikmatan kerja. Banyak upaya yang
bahwa risiko kecelakaan terhadap mata adalah besar akan memakainya dengan
kemauan sendiri. Sebaliknya, jika mereka merasa bahwa bahaya itu kecil, mereka
tidak akan mau memakainya. Kecelakaan mata berbeda – beda dan aneka jenis
kaki, paku-paku atau benda tajam lain yang mungkin terinjak, logam pijar, asam –
27
asam, dan sebagainya. Biasanya sepatu kulit yang buatannya kuat dan baik, cukup
berat masih perlu sepatu dengan ujung bertutup baja dan lapisan baja di dalam
solnya. Lapis baja di dalam sol perlu untuk melindungi tenaga kerja dari tusukan
pertimbangan akan bahaya – bahaya dan persyaratan yang diperlukan, antara lain
syaratnya adalah bebannya bergerak jari dan tangan. Macamnya tergantung pada
jenis kecelakaan yang akan dicegah yaitu tusukan, sayatan, terkena benda panas,
terkena bahan kimia, terkena aliran listrik, terkena radiasi, dan sebagainya. Harus
diingat bahwa memakai sarung tangan ketika bekerja pada mesin pengebor, mesin
pengepres dan mesin lainnya yang dapat menyebabkan tertariknya sarung tangan
ke mesin adalah berbahaya. Sarung tangan juga sangat membantu pada pekerjaan
yang berkaitan dengan benda kerja yang panas, tajam ataupun benda kerja yang
licin. Sarung tangan juga dipergunakan sebagai isolator untuk pengerjaan listrik.
Helm Pengaman (Safety Helmet) harus dipakai oleh tenaga kerja yang
mungkin tertimpa pada kepala oleh benda jatuh, melayang, atau benda-benda lain
yang bergerak. Topi demikian harus cukup keras dan kokoh, tetapi ringan. Bahan
plastik dengan lapisan kain terbukti sangat cocok untuk keperluan ini. Telinga
harus dilindungi selain dari suara yang berlebihan atau kebisingan, juga dari
Masih terdapat APD lainnya seperti tali pengaman bagi tenaga kerja yang
mungkin terjatuh, selain itu mungkin pula diadakan tempat kerja khusus bagi
tenaga kerja dengan segala alat proteksinya. Juga pakaian khusus bagi tenaga
kerja saat terjadinya kecelakaan atau untuk penyelamatan. Pakaian kerja harus
Hal – hal yang terkait prihal kesehatan kerja diantaranya diatur dalam UU
No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, terutama yang tertuang dalam Bab
lingkungan yang sehat, baik fisik, kimia, biologi, maupun sosial yang
tempat kerja, tempat rekreasi, dan fasilitas umum. Lingkungan sehat juga
antara lain: limbah cair; limbah padat; limbah gas; sampah yang tidak diproses
penyakit; zat kimia yang berbahaya; kebisingan yang melebihi ambang batas;
radiasi sinar pengion dn non pengion; air yang tercemar; udara yang tercemar; dan
kesehatan kerja yang ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan
terhindar dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh
pekerjaan, meliputi pekerja di sektor formal dan informal, serta berlaku bagi
setiap orang selain pekerja yang berada di lingkungan tempat kerja. Pengelola
tempat kerja wajib mentaati standar kesehatan kerja sesuai dengan standar yang
bertanggung jawab atas terjadinya kecelakaan kerja. Pengelola tempat kerja wajib
menciptakan dan menjaga kesehatan tempat kerja yang sehat dan mentaati
pegawai pada perusahaan, hasil pemeriksaan kesehatan secara fisik dan mental
sangat penting. Seperti yang diatur dalam Undang - Undang No. 18 Tahun 2008
dan berwawasan lingkungan sesuai dengan amanah Pasal 33 Ayat (4) Undang –
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pemanfaatan sumber daya
alam masih menjadi modal dasar pembangunan di Indonesia saat ini dan masih
diandalkan dimasa yang akan datang. Oleh karena itu, penggunaan sumber daya
alam tersebut harus dilakukan secara bijak. Pemanfaatan sumber daya alam
meningkatkan kesejahteraan dan kualitas kehidupan generasi masa kini dan yang
akan datang.
instrumen yang dapat digunakan untuk melakukan hal tersebut adalah AMDAL
dan UKL – UPL. Pasal 22 Undang – Undang No.32 Tahun 2009 tentang
biogeofisik dan kimia saja, tetapi juga aspek sosial ekonomi, sosial budaya dan
kesehatan masyarakat. Sedangkan untuk setiap usaha dan/atau kegiatan yang tidak
untuk memiliki UKL – UPL. Pelaksanaan AMDAL dan UKL – UPL harus lebih
integritas semua pihak terkait agar instrumen dapat digunakan sebagai perangkat
AMDAL dan UKL – UPL juga merupakan salah satu syarat untuk
UPL dalam proses perencanaan usaha dan/atau kegiatan, Menteri, Gubernur, atau
dan mendalam terkait dengan dampak lingkungan yang mungkin terjadi dari suatu
apakah suatu rencana usaha dan/atau kegiatan tersebut layak, tidak layak,
disetujui, atau ditolak, dan Ijin Lingkungannya dapat diterbitkan. Masyarakat juga
a. Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang
berbentuk padat.
d. Penghasil sampah adalah setiap orang dan/atau akibat proses alam yang
terpadu.
lingkungan.
33
terkait.
a. Sampah yang dikelola berdasarkan UU ini terdiri atas sampah rumah tangga,
b. Sampah rumah tangga berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga,
fasilitas lainnya.
sampah yang timbul akibat bencana, puing bongkaran bangunan, sampah yang
secara teknologi belum dapat diolah, dan/atau sampah yang timbul secara
tidak periodik.
lingkungan hidup.
a. Pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga
bahan yang dapat diguna ulang, didaur ulang, dan/atau mudah diurai oleh
proses alam.
dari sumber dan/atau dari tempat penampungan sampah sementara atau dari
secara aman.
terkait untuk mencapai suatu hasil tertentu dan dilakukan dalam periode waktu
tertentu pula. Menurut PMBOK Guide (2004), sebuah proyek memiliki beberapa
memiliki jadwal yang jelas kapan dimulai dan kapan diselesaikan. Sebuah proyek
berakhir jika tujuannya telah tercapai atau kebutuhan terhadap proyek itu tidak
ada lagi sehingga proyek tersebut dihentikan. Unique artinya bahwa setiap proyek
menghasilkan suatu produk, solusi, service atau output tertentu yang berbeda-beda
berhubungan dengan dua konsep sebelumnya yaitu sementara dan unik. Setiap
proyek terdiri dari langkah-langkah yang terus berkembang dan berlanjut sampai
bersifat terus – menerus dan berulang – ulang, sementara aktivitas proyek bersifat
temporer dan unik. Dari segi tujuannya, aktivitas akan berhenti ketika tujuan telah
tersebut akan menentukan kualitas suatu proyek. Perubahan salah satu atau lebih
yang diperoleh dalam pelaksanaan proyek tetap menjaga hubungan baik dengan
pelanggan (customer relation). Hal ini ditunjukkan dalam Gambar 2.2. Dalam
gambar tersebut ditunjukkan bahwa dalam pencapaian tujuan proyek, kita perlu
resources yang kita punyai (Budi Santosa,2009). Di sini juga bisa dikemukakan
bahwa dalam pelaksanaan proyek ada tawar – menawar (trade off) antara berbagai
kenaikan biaya dan waktu. Sebaliknya, jika biaya ditekan agar lebih murah
dengan waktu pelaksanaan tetap sama, maka konsekuensinya, kualitas bisa turun.
38
Hubungan Baik
dengan Customer
Resources
Biaya
1. Proyek Konstruksi
Proyek ini biasanya berupa pekerjaan membangun atau membuat produk fisik.
Proyek ini bisa berupa penemuan produk baru, temuan alat baru, atau
produk baru ditemukan atau dibuat biasanya disusul pembuatan secara massal
untuk dikomersialisasikan.
training.
Proyek bisa dilihat dari sumber daya yang dibutuhkan, biayanya dan
kriteria ukuran proyek, sehingga ukuran proyek bisa dilihat dari jumlah
kegiatannya, besarnya biaya, jumlah tenaga kerja, dan waktu yang dibutuhkan.
dalam organisasi dan pihak luar, dan tingkat kesulitan. Suatu proyek bisa
berukuran besar dengan jumlah kegiatan banyak, tenaga kerja besar namun
Ada cara pandang yang berbeda antara pandangan tradisional dan pandangan baru
Tabel 2.1.
Tabel 2.1
Pandangan Baru dan Tradisional terhadap Manajemen Proyek
Pandangan Tradisional Pandangan Baru
Memahami konsep risiko secara luas, akan merupakan dasar yang esensial
untuk memahami konsep dan teknik manajemen risiko. Oleh karena itu, dengan
risiko menjadi semakin jelas. Definisi yang pertama adalah risk is the chance of
Sebaliknya jika disesuaikan dengan istilah yang dipakai dalam statistik, maka
munculnya situasi tertentu. Definisi berikutnya adalah risk is the possibility of loss
bahwa probabilitas suatu peristiwa berada diantara satu dan nol. Selanjutnya risk
SMK3 harus berbasis pengendalian risiko sesuai dengan sifat dan kondisi bahaya
yang ada. Bahkan secara ekstrem dapat dikatakan bahwa K3 tidak diperlukan jika
42
tidak sumber bahaya yang harus dikelola. Perhatikan Gambar 2.3 yang
tersebut harus dikelola dan dihindarkan melalui manajemen K3 yang baik. Karena
itu, manajemen K3 memiliki kaitan yang sangat erat dengan manajemen risiko.
Pihak Terdampak
(Manusia Lingkungan Material Peralatan)
Manajemen K3
Bahaya Kecelakaan
RISIKO
juga merupakan bagian dari sistem manajemen risiko. Menurut OHSAS 18001,
penyusunan objektif dan target K3 yang akan dicapai, yang dituangkan dalam
program kerja. HIRARC merupakan titik pangkal dari pengelolaan K3. Jika
HIRARC tidak dilakukan dengan baik maka penerapan K3 akan salah arah, acak
atau virtual, karena tidak mampu menangani isu pokok yang ada dalam
perilaku kita pada umumnya dimotivasi oleh suatu keinginan untuk mencapai
tujuan tertentu. Tujuan spesifik tersebut tidak selalu diketahui secara sadar oleh
hal itu?” Sigmund Freud adalah orang pertama yang memahami pentingnya
bahwa manusia tidak selalu menyadari tentang segala sesuatu yang diinginkan,
kebanyakan orang, dapat kita menggunakan struktur sebuah gunung es. Segmen
mana tidak selalu terlihat oleh individu yang bersangkutan. Maka oleh karenanya,
seringkali hanya sebagian kecil dari motivasi jelas terlihat atau disadari oleh orang
semua perilaku merupakan suatu seri aktivitas. Guna dapat meramalkan perilaku,
juga ada perbedaan dalam keinginan untuk melakukan sesuatu atau motivasi.
kadang dinyatakan sebagai imbalan yang diharapkan ke arah mana motif – motif
perangsang (incentives) oleh para ahli ilmu jiwa. Tetapi sebaiknya kita tidak
dengan imbalan finansial konkret, seperti upah/gaji yang meningkat, tetapi kita
pun harus mengakui bahwa terdapat pula cukup banyak imbalan yang tak
sama pentingnya dalam hal menimbulkan perilaku. Para manajer yang berhasil
pemuasan kebutuhan.
kebutuhan tersebut telah dipenuhi hingga tingkat dimana kebutuhan lain yang
berupa perasaan haus, maka kalau orang minum, hal tersebut cenderung
gejala menyusutnya kekuatan kebutuhan, hal tersebut tidak selalu terjadi pada
waktu permulaan. Justru mungkin terdapat tendensi bagi orang yang bersangkutan
masalah secara uji coba. Orang yang bersangkutan dapat mencoba aneka macam
perilaku guna menemukan sebuah perilaku yang akan mencapai tujuan yang
pemblokiran (blockage).
mungkin bersifat rasional (J. Winardi, 2004). Mungkin orang tersebut berupaya
No.2 dan hal yang sama diulanginya sebelum akhirnya menuju kearah No.3,
PEMBLOKIRAN
SUKSES
Dilanjutkan
Perilaku yang
Gambar 2.4. Perilaku Penyesuaian (Coping Behavior)
(Sumber : J. Winardi, 2004)
sesuatu hasil, maka mereka mungkin mensubstitusi tujuan – tujuan yang dapat
motif seorang individu dikerahkan ke arah pencapaian tujuan. Motif yang paling
kuat menimbulkan perilaku yang atau diarahkan ke arah tujuan atau aktivitas
tujuan. Oleh karena tidak semua tujuan dapat dicapai, maka para individu tidak
selalu mencapai aktivitas tujuan, terlepas dari kekuatan motif yang ada. Jadi
Aktivitas yang
MOTIF ditujukan ke arah
sasaran
PERILAKU
(cara pandang) para pekerja. Perubahan mindset bisa dilakukan dari mengubah
perilaku. Apa keterkaitan antara mindset dan perilaku. Perilaku adalah tindakan
yang dapat diamati atau dilihat. Segala sesuatu yang dilakukan oleh seseorang
yang dapat dilihat, dirasa, dan didengar. Oleh karena itu, perilaku dapat diukur
akan mempengaruhi perilaku para pekerja. Tidak dapat dipungkiri bahwa perilaku
yang member dampak kerugian adalah perilaku yang tidak disadari dan terjadinya
kerja secara langsung berkaitan dengan perilaku tidak selamat sesaat sebelum
kejadian kecelakaan kerja. Perilaku bisa diobservasi dan diukur. Insiden – insiden
49
terjadi disebabkan oleh kombinasi beberapa perilaku. Contoh, dari sebuah struktur
semula. Sebuah batu bata jatuh dan menimpa seorang pekerja yang sedang bekerja
Hanya butuh satu dari perilaku – perilaku terlihat dan dapat diukur dilakukan
b. Mindset ada dalam kepala manusia, oleh karena itu dapat diukur dan diamati
1. Populasi
yang mempunyai kualitas atau karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
populasi bukan hanya orang, tetapi juga objek dan benda-benda alam lain.
Populasi bukan sekadar jumlah yang ada pada objek/pertanyaan yang dipelajari,
anggota sampel yang diambil dari anggota populasi. Populasi dalam setiap
2. Sampel
tidak dapat mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena
keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti itu dapat menggunakan
sampel yang diambil dari populasi tersebut. Dalam penelitian ini, sampel yang
adalah:
d. Memilih teknik sampling dan menghitung jumlah besar anggota sampel yang
sampling pada dasarnya dibagi atau dikelompokkan menjadi dua yaitu Probability
bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilh menjadi sampel. Dari teknik
penentuan sampel dengan cara menjadikan setiap orang yang dijumpai dan
sebagai pekerja konstruksi pada Proyek Pembangunan Jalan Tol Nusa Dua-
diteliti dan berfungsi sebagai alat untuk membuktikan hipotesis. Oleh karena
itu, data dalam suatu penelitian dapat dikumpulkan dengan suatu instrument
2.11.1 Validitas
yang diteliti secara tepat. Uji validitas dilakukan dengan teknik korelasi yaitu
∑ ∑ ∑
r hitung = …………………………(1)
∑ ∑ . ∑ ∑
Dimana:
X = Variabel Bebas
Y = Variabel Terikat
n = Jumlah Responden
Korelasi PPM dilambangkan (r) dengan ketentuan nilai r tidak lebih dari
sangat kuat. Sedangkan arti harga r akan dikonsultasikan dengan Tabel 2.2
Tabel 2.2
√
t hitung = ………………………..…………(2)
√
Dimana:
t hitung = Nilai t
n = Jumlah Sampel
2.11.2 Reliabilitas
2002):
∑ "#
= 1− "$
…………………………(3)
Dimana:
= Reliabilitas Instrumen
% = Varian total
dapat dikatakan reliable apabila nilai alpha lebih besar dari r kritis product
moment.
Penafsiran atas hasil penelitian terhadap hasil analisis data dilakukan untuk
untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada pada alat ukur, sehingga
alat ukur tersebut jika digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data
instrument tertentu dapat dinyatakan dalam bentuk angka, sehingga akan lebih
1. Skala Likert
fenomena social ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang
instrument yang menggunakan skala Likert dapat berupa kata-kata antara lain:
a. Sangat Sering = 5
b. Sering = 4
c. Kadang-kadang = 3
e. Tidak Pernah = 1
56
2. Skala Guttman
Skala pengukuran dengan tipe ini akan didapat jawaban yang tegas, yaitu “ya-
3. Semantic Differensial
Osgood. Skala ini juga digunakan untuk mengukur sikap, hanya bentuknya
tidak pilihan ganda maupun checklist, tetapi tersusun dalam satu garis
kontinum yang jawaban sangat positifnya terletak di bagian kanan garis dan
4. Rating Scale
Dari ketiga skala pengukuran seperti yang telah dikemukakan, data yang
kuantitatif. Tetapi dengan rating scale data mentah yang diperoleh berupa
Y = a + bX …………………………..………(4)
Keterangan:
fungsionalnya, dimana mempunyai lebih dari satu variabel bebas (X) terhadap
variabel terikat (Y). persamaan umum analisis regresi linear berganda yaitu:
Keterangan:
dependen.
58
b. Uji-F
regresi lebih kecil dari α yang digunakan, maka variabel independen secara
c. Uji-t
nilai t hitung dengan nilai t tabel pada tingkat signifikansi 5% atau dengan
besar dari t tabel atau jika signifikansi lebih kecil dari α yang digunakan berarti
bergantung.