Вы находитесь на странице: 1из 6

Destilasi Azeotrop merupakan teknik pemisahan dari campuran azeotrop ( yang terdiri

dari Alkohol yang berkadar 96%, dimana sekitar 4%-nya adalah air membentuk
suatu kondisi/campuran ). Campuran tersebut saling terikat dan sulit untuk
dipisahkan dan salah satu cara untuk memisahkan 2 komponen tersebut yaitu
dengan cara penambahan komponen lain untuk menghasilkan azeotrop heterogen
yang dapat mendidih pada suhu lebih rendah, misalnya dengan penambahan
benzene bisa juga dengan garam, kedalam campuran air dan alcohol. Benzena
berfungsi untuk memisahkan ikatan antara metanol dan air, sehingga ketika
dipanaskan maka methanol akan menguap terlebih dahulu, hal ini dikarenakan
methanol memiliki titik didih yang rendah, sedangkan benzene dan air memiliki titik
didih yang berdekatan dengan menggunakan destilasi bertingkat methanol, air dan
benzene dapat dipisahkan secara sempurna. Hal ini disebabkan bentuk fisik kolom
fraksional yangmampu menampung senyawa-senyawa yang mengalami penguapan
dan pencairan dengan baik, sehingga ketika etanol menguap dan siap untuk
dikondensasi, baik benzena maupun air dapat lebih dahulu dicairkan oleh kolom
fraksional dan ditampung dengan baik di kolom ini, sehingga etanol yang didapat
akan murni.
 Pervaporasi, Prinsip dasar pemisahan dengan teknologi membran pervaporasi adalah
pemisahan berdasarkan metoda pervaporasi, dimana proses pemisahan suatu
campuran dengan perubahan bentuk dari cair menjadi uap pada sisi membran. Cara
kerjanya adalah ethanol berkadar 95 % dipanaskan pada suhu 75 oC, air dalam
ethanol berubah menjadi uap air. Dengan tekanan vakum, ethanol dan air masuk ke
membran dengan kecepatan 1,5 x 10-4 m/s. Dalam teknik pervaporasi ini uap air
akan melewati membran, sedangkan ethanol ditolak karena membran tidak berpori.
Selektivitas dan laju pemisahan pervaporasi sangat tergantung pada karakteristik
membran, konfigurasi modul dan desain proses, itu artinya jenis membran yang
digunakan mesti berkarakter mampu menyeleksi gas dan ethanol yang masuk.
Di ujung membran, uap air diserap oleh vakum, selanjutnya uap air dimasukkan
dalam botol penampung yang berisi nitrogen cair. Nitrogen cair dipilih karena
memiliki titik didih pada suhu -195,8 oC, dengan suhu yang sangat dingin, nitrogen
cair mempunyai kemampuan membekukan bahan organik lebih efektif dari pada
pendinginan berbahan ammonia ataupun freon. Saat menyentuh larutan nitrogen
cair maka uap air kembali menjadi air, sedangkan ethanol tidak melewati membran,
cairannya langsung dialirkan ke botol penampung ethanol murni.
Membran pervaporasi merupakan salah satu penerapan yang dapat digunakan
untuk memisahan bioethanol. Didalam membran pervaporasi, proses pemisahan
dilakukan berdasarkan ukuran partikel dengan driving force perbedaan tekanan.
Ketika gaya dorong bekerja pada sisi umpan yang mengandung komponen pelarut
dan zat terlarut, maka beberapa bagian padatan terlarut akan tertahan pada sisi
membran disebut retentate sedangkan pelarut akan lolos menembus membran
disebut permeat. Hal ini menunjukkan bahwa membran yang kita gunakan
mempunyai resistensi terhadap padatan sedangkan pelarut dapat lebih bebas
menembus membran.
Untuk meningkatkan kadar etanol, teknologi membran lebih efektif. Dibandingkan
dengan cara konvensional berupa destilasi dan dehidrasi. Ketika proses destilasi,
bioetanol membentuk azeotrop. Artinya, antara etanol dan air yang terkandung sulit
dipisahkan, sehingga perlu penambahan komponen senyawa kimia untuk
memisahkan campuran azeotrop, senyawa tambahan tersebut seperti benzene dan
garam. Destilasi dengan meninggikan kolom sekali pun, air sulit diceraikan dari
etanol. Memang masih ada sebuah cara untuk menarik air yaitu dengan
menambahkan zat toluen. Toluen sohor sebagai pelarut air. Ketika zat itu
ditambahkan sesuai dengan kadar air yang terkandung, air akan tertarik. Namun,
tetap saja masih ada air tersisa. Celakanya sebagian zat toluen itu juga bercampur
dengan bioetanol menjadi kontaminan.
Sebaliknya, teknologi membran mempunyai beberapa keistimewaan seperti
menghasilkan bioetanol berkualitas tinggi, dalam proses pemisahannya pun tanpa
bantuan tambahan dari komponen senyawa kimia lain, Selain itu produsen juga
mudah mengoperasikan, ramah lingkungan, dan ukuran alat yang lebih kecil. Satu
lagi keistimewaan membran: hemat energi. Alat berkapasitas 50 liter per hari,
membran hanya membutuhkan energi listrik sebesar 1.000 watt.

Kabar gembira untuk para pengembang ethanol yang ada di Indonesia, pemurnian ethanol
yang selama ini menggunakan teknologi destilasi yang cukup rumit dan memakan cost
produksi yang tinggi kini dapat digantikan dengan sebuah alat mungil yang disebut sebagai
membran pervaporasi.

Adalah Dr I Gede Wenten MSc, dosen Teknologi Kimia Institut Teknologi Bandung yang
merupakan salah satu Ahli Teknologi Membran, memanfaatkan polivinilalkohol dan kitosan
sebagai bahan baku membran. Keduanya bersifat hidrofilik alias tidak menyerap air sehingga
selektif terhadap air dan tidak mudah mengembang. Yang digunakan adalah membran tidak
berpori sehingga hanya uap air yang mampu melewatinya, sedangkan larutan etanol ditolak
oleh membran.

‘Metode yang digunakan bernama pervaporasi. Cara ini dapat memisahkan semua campuran
uap-cair dengan berbagai konsentrasi,’ kata peraih Suttle Award, penghargaan tertinggi dari
Filtration Society di London, Inggris. Sepintas terlihat seperti filtrasi dengan membran.
Sebab, pervaporasi merupakan proses pemisahan suatu campuran dengan perubahan bentuk
dari cair menjadi uap pada sisi membran. Letak perbedaannya, teknik pemisahan berbasis
membran ini bekerja berdasarkan mekanisme difusi larutan.

Begini cara kerjanya. Bioetanol berkadar 95% dipanaskan pada suhu 75oC sehingga air dalam
bioetanol berubah menjadi uap air. Dengan tekanan 5 bar vakum, etanol dan uap air masuk ke
membran berkecepatan 1,5 x 10-4m/s. Di dalam membran filtrasi, dua zat yang berbeda fasa
itu mengalami difusi alias perpindahan zat dari konsentrasi tinggi ke rendah.

Dalam teknik pervaporasi ini uap air akan melewati membran. Sedangkan bioetanol ditolak
karena membran tidak berpori. Pori itu diibaratkan pintu, Nah, karena membran tak berpori,
terowongan itu tanpa pintu keluar. Dampaknya bioetanol tak dapat melewatinya. Hanya gas
yang bisa menerobos. Selektivitas dan laju pemisahan pervaporasi sangat bergantung pada
karakteristik membran, konfigurasi modul, dan desain proses. Itu artinya jenis membran yang
digunakan mesti berkarakter mampu menyeleksi gas dan etanol yang masuk.

Di ujung membran, uap air diserap oleh vakum. Selanjutnya uap air masuk ke gelas bertadah
wadah berisi nitrogen cair. Nitrogen cair dipilih karena memiliki titik didih pada suhu -
195,80C. Dengan suhu yang sangat dingin, nitrogen cair mempunyai kemampuan
membekukan bahan organik lebih efektif daripada pendingin berbahan amonia ataupun freon.

Itu sebabnya saat menyentuh larutan nitrogen cair, uap air kembali menjadi air. Sedangkan
etanol tidak melewati membran, cairannya langsung dialirkan ke gelas penadah etanol murni.
Karena semua uap air yang terkandung sudah diserap, ‘Dengan metode ini dipastikan
bioetanol yang dihasilkan fuel grade etanol alias sesuai standar mutu bahan bakar yang
berkadar etanol 99,8%,’ kata alumnus Denmark Technical University (DTU), Kopenhagen,
itu.

Untuk meningkatkan kadar etanol, teknologi membran lebih efektif. Bandingkan dengan cara
konvensional berupa destilasi dan dehidrasi. Ketika proses destilasi, bioetanol membentuk
azeotrop. Artinya, antara etanol dan air yang terkandung sulit dipisahkan. Destilasi dengan
meninggikan kolom sekali pun, air sulit diceraikan dari etanol. Memang masih ada sebuah
cara untuk menarik air yaitu dengan menambahkan zat toluen.

Toluen sohor sebagai pelarut air. Ketika zat itu ditambahkan sesuai dengan kadar air yang
terkandung, air akan tertarik. Namun, tetap saja masih ada air tersisa. Celakanya sebagian zat
toluen itu juga bercampur dengan bioetanol menjadi kontaminan. Sebaliknya, teknologi
membran mempunyai beberapa keistimewaan seperti menghasilkan bioetanol berkualitas
tinggi. Selain itu produsen juga mudah mengoperasikan, ramah lingkungan, dan ukuran alat
yang lebih kecil. Satu lagi keistimewaan membran: hemat energi. Alat berkapasitas 50 liter
per hari, membran hanya membutuhkan energi listrik sebesar 1.000 watt

Artinya biaya itu jauh lebih murah ketimbang teknologi gamping. Gamping alias kalsium
karbonat acap dimanfaatkan sebagai penyerap air untuk mengatrol kadar etanol.
Pelaksanaannya memang mudah. Produsen tinggal mencelupkan 1 kg gamping ke dalam
wadah berisi 4 liter bioetanol. Sayang, bukan cuma air yang terserap, tetapi juga bioetanol.
Kehilangan bioetanol akibat serapan gamping mencapai 30%. ‘Alkohol tak dapat keluar lagi
lantaran terikat pada pori-pori gamping,’ ujar Soekaeni, produsen bioetanol di Sukabumi,
Jawa Barat.

Di negara-negara maju, teknologi pervaporasi berkembang sangat pesat dan telah diterapkan
besar-besaran dalam skala industri. Namun di Indonesia, teknologi membran relatif baru
sehingga penerapannya dalam skala industri masih terbatas. ‘Dengan skala proses kecil, cara
kerja mudah, dan tahan hingga 5 tahun, sudah seharusnya produsen bioetanol skala kecil
menerapkannya,’ kata I Gede Wenten. Dengan begitu, kualitas meningkat dan harga pun
melonjak.

Untuk mengisi bahan bakar motor kesayangannya, Solikin perlu waktu 30 menit menempuh jarak 10
km dari kediaman di Desa Kajar, Kecamatan Trangkil, Kabupaten Pati. Padahal, pria 37 tahun itu
pengolah molases jadi bioetanol. Mestinya Solikin bisa memenuhi sendiri kebutuhan bensin jika
kemurnian bioetanol yang dihasilkan mencapai 99,5%: syarat layak pakai sebagai bahan bakar
motor.
Bandingkan dengan Indra Gunawan di Cilegon, Provinsi Banten. Setiap 7 hari, pria 35 tahun itu
memasukkan 3,5 liter bioetanol hasil olahan dari tetes tebu alias molase ke dalam tangki motor
Yamaha. Berbekal isi tangki itu, Indra berkeliling dari kediamannya ke kantor selama seminggu tanpa
mesti mampir ke pom bensin.

‘Bioetanol memang potensial dimanfaatkan sebagai bahan bakar kendaraan bermotor,’ ujar Agus
Purnomo, ketua Asosiasi Bioetanol Indonesia. Syaratnya, etanol alami itu mesti berkadar kemurnian
99,5%. Syarat itu mutlak karena jika berkadar di bawah 90%, mesin tidak bisa menyala karena
kandungan airnya terlampau tinggi.

Sebetulnya bioetanol berkadar kemurnian 95% masih layak dimanfaatkan sebagai bahan bakar
motor. Hanya saja, dengan kadar kemurnian itu perlu penambahan zat antikorosif pada tangki bahan
bakar agar tidak menimbulkan karat. Sayangnya, saat ini banyak produsen yang menghasilkan
bioetanol dengan kemurnian di bawah 95-99%.

Batu gamping

Menurut Muhammad Arif Yudiarto, kepala Bidang Teknologi Etanol dan Derivatif di Balai Besar
Teknologi Pati, memurnikan bioetanol bisa dengan dua cara, yaitu kimia dan fisika. Cara kimia
dengan menggunakan batu gamping. Sedangkan cara fisika ditempuh dengan proses penyerapan
menggunakan zeolit sintetis. Cara kimia cocok diaplikasikan bagi produsen bioetanol skala rumahan
seperti Solikin dan Indra. Selain caranya sederhana, biayanya pun relatif murah. Harga sekilo
gamping Rp35.000.

Batu gamping adalah batu yang terbuat dari pengendapan cangkang kerang dan siput, foraminifera
atau ganggang. Batu itu berwarna putih susu, abu-abu muda, abu-abu tua, cokelat, atau hitam,
tergantung keberadaan mineral pengotornya. Mineral karbonat yang umum ditemukan berasosiasi
dengan kapur adalah aragonit. Ia merupakan mineral metastable karena pada kurun waktu tertentu
dapat berubah menjadi kalsit. Mineral lainnya siderit, ankarerit, dan magnesit, tapi ketiganya
berjumlah sangat sedikit.

Batu gamping bersifat higroskopis, artinya mempunyai kemampuan untuk menyerap air. Karena
itulah ia mampu mengurangi kadar air dalam bioetanol. Menurut Soekaeni SE, produsen bioetanol di
Sukabumi, Jawa Barat, sebelum digunakan sebaiknya batu gamping ditumbuk hingga jadi tepung
agar penyerapan air lebih cepat. Perbandingannya untuk 7 liter bioetanol diperlukan 2-3 kg batu
gamping. Campuran itu didiamkan selama 24 jam sambil sesekali diaduk. Selanjutnya, campuran
diuapkan dan diembunkan menjadi cair kembali sebagai etanol berkadar 99% atau lebih. Bioetanol
inilah yang bisa dicampur dengan bensin atau digunakan murni.

Walaupun prosesnya sangat mudah, tapi penggunaan batu gamping memiliki beberapa kelemahan.
Di antaranya jumlah etanol yang hilang sangat tinggi, mencapai 30%. Menurut Soekaeni hal itu
terjadi karena selain menyerap air, gamping juga menyerap alkohol. ‘Nah, alkohol itu tidak dapat
keluar karena terikat pada pori-pori gamping. Akibatnya etanol pun hilang sampai 30%,’ tambah
pensiunan PT Telkom itu.

Zeolit sintetis

Alternatif lain, pemurnian bioetanol dengan zeolit sintetis. Proses pemurnian itu menggunakan
prinsip penyerapan permukaan. Zeolit adalah mineral yang memiliki pori-pori berukuran sangat
kecil. Sampai saat ini ada lebih dari 150 jenis zeolit sintetis. Di alam, zeolit terbentuk dari abu lahar
dan materi letusan gunung berapi. Zeolit juga bisa terbentuk dari materi dasar laut yang terkumpul
selama ribuan tahun.

Zeolit sintetis berbeda dengan zeolit alam. Zeolit sintetis terbentuk setelah melalui rangkaian proses
kimia. Namun, baik zeolit sintetis maupun zeolit alam berbahan dasar kelompok alumunium silikat
yang terhidrasi logam alkali dan alkali tanah (terutama Na dan Ca). Struktur zeolit berbentuk seperti
sarang lebah dan bersifat negatif. Sifat pori-porinya yang negatif bisa dinetralkan dengan
penambahan ion positif seperti sodium.

Kedua zeolit itu sama-sama memiliki kemampuan menyerap air. Pada zeolit alam, air yang sudah
terserap perlahan-lahan dilepaskan kembali; zeolit sintetis, air akan terikat kuat. Zeolit sintetis yang
paling sederhana adalah zeolit A. Artinya, perbandingan antara molekul silika, alumina, dan sodium
adalah 1:1:1. ‘Untuk pemurnian bioetanol, sebaiknya digunakan zeolit sintetis 3A,’ kata Arif.
Maksudnya zeolit yang berukuran 3 angstrom (1 angstrom = 1,0 x10-10 m red). Dibandingkan zeolit
alam dan sintetis lainnya, zeolit sintetis 3A memiliki beberapa keunggulan. Di antaranya ruang
terbuka pada pori-porinya mencapai 47% lebih banyak, memiliki kemampuan untuk menukar
molekul sodium, dan mampu mengikat air.

Mengapa zeolit sintetis bisa menyerap dan mengikat air? Itu karena partikel air lebih kecil daripada
partikel etanol. Partikel air berukuran 3 angstrom sehingga dapat diserap zeolit. Sedangkan partikel
etanol berukuran lebih besar 4,4 angstrom sehingga tidak bisa diserap oleh zeolit. Karena itu ketika
etanol 95% dilewatkan pada sebuah tabung berisi zeolit, kadar etanol bisa meningkat karena airnya
diikat oleh zeolit. Proses itu terjadi karena pori-pori zeolit bersifat molecular shieves. Artinya,
molekul zeolit hanya bisa dilalui oleh partikel-partikel berukuran tertentu. Karena itulah proses
pemurnian bioetanol dengan zeolit sintetis dinamakan juga proses molecular shieves.

Penggunaan zeolit sintetis memiliki beberapa kelebihan dibandingkan batu gamping. ‘Waktu yang
dibutuhkan lebih pendek, hanya 12 jam,’ kata Soekaeni. Selain itu, etanol yang hilang pun hanya
10%. Sayang, harganya jauh lebih mahal ketimbang batu gamping, Rp100.000/kg. Selain itu, zeolit
sintetis belum diproduksi di Indonesia. Karena itu, penggunaan zeolit sintetis lebih cocok untuk
perusahaan besar. (Lani Marliani/Peliput: Andretha Helmina & Imam Wiguna)

Вам также может понравиться

  • Coba 2
    Coba 2
    Документ1 страница
    Coba 2
    iponk
    Оценок пока нет
  • Kimfis
    Kimfis
    Документ2 страницы
    Kimfis
    iponk
    Оценок пока нет
  • Cara Buat Halaman
    Cara Buat Halaman
    Документ10 страниц
    Cara Buat Halaman
    iponk
    Оценок пока нет
  • Cerdas Cermat
    Cerdas Cermat
    Документ4 страницы
    Cerdas Cermat
    iponk
    Оценок пока нет
  • Tabulasi Nilai Tes Diagnosti
    Tabulasi Nilai Tes Diagnosti
    Документ4 страницы
    Tabulasi Nilai Tes Diagnosti
    iponk
    Оценок пока нет
  • Harga 4 Buah Permen A Dan 3 Buah Permen B Adalah Rp2
    Harga 4 Buah Permen A Dan 3 Buah Permen B Adalah Rp2
    Документ1 страница
    Harga 4 Buah Permen A Dan 3 Buah Permen B Adalah Rp2
    iponk
    Оценок пока нет
  • Matematika SMP Nasrani 5 Medan Soal Pilihan Ganda
    Matematika SMP Nasrani 5 Medan Soal Pilihan Ganda
    Документ4 страницы
    Matematika SMP Nasrani 5 Medan Soal Pilihan Ganda
    iponk
    Оценок пока нет
  • Daring
    Daring
    Документ7 страниц
    Daring
    iponk
    Оценок пока нет
  • PRESTASI
    PRESTASI
    Документ2 страницы
    PRESTASI
    iponk
    Оценок пока нет
  • Lampiran Himpunan 2
    Lampiran Himpunan 2
    Документ8 страниц
    Lampiran Himpunan 2
    iponk
    Оценок пока нет
  • PROSES KERAMIK
    PROSES KERAMIK
    Документ13 страниц
    PROSES KERAMIK
    iponk
    Оценок пока нет
  • PROSES KERAMIK
    PROSES KERAMIK
    Документ13 страниц
    PROSES KERAMIK
    iponk
    Оценок пока нет
  • SEJARAH_PERUSAHAAN
    SEJARAH_PERUSAHAAN
    Документ50 страниц
    SEJARAH_PERUSAHAAN
    Annita Karunia Savitri
    Оценок пока нет
  • Lampiran 35 Oke
    Lampiran 35 Oke
    Документ2 страницы
    Lampiran 35 Oke
    iponk
    Оценок пока нет
  • Kuesioner Penentuan Gaya Belajar Siswa
    Kuesioner Penentuan Gaya Belajar Siswa
    Документ3 страницы
    Kuesioner Penentuan Gaya Belajar Siswa
    Ega Nanda Safitri R
    Оценок пока нет
  • Cover
    Cover
    Документ1 страница
    Cover
    iponk
    Оценок пока нет
  • Daftar Kepustakaan
    Daftar Kepustakaan
    Документ1 страница
    Daftar Kepustakaan
    iponk
    Оценок пока нет
  • Ka Ami
    Ka Ami
    Документ1 страница
    Ka Ami
    iponk
    Оценок пока нет
  • Lembaran Pengesahan
    Lembaran Pengesahan
    Документ1 страница
    Lembaran Pengesahan
    iponk
    Оценок пока нет
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Документ6 страниц
    Daftar Isi
    iponk
    Оценок пока нет
  • Perbedaan Strategi
    Perbedaan Strategi
    Документ1 страница
    Perbedaan Strategi
    quya2x
    Оценок пока нет
  • Non Logam
    Non Logam
    Документ14 страниц
    Non Logam
    iponk
    Оценок пока нет
  • Kores New
    Kores New
    Документ7 страниц
    Kores New
    iponk
    Оценок пока нет
  • Surat Pengajuan Judul Firlya
    Surat Pengajuan Judul Firlya
    Документ1 страница
    Surat Pengajuan Judul Firlya
    iponk
    Оценок пока нет
  • Rekapitulasi Nilai Akhir Friska
    Rekapitulasi Nilai Akhir Friska
    Документ1 страница
    Rekapitulasi Nilai Akhir Friska
    iponk
    Оценок пока нет
  • PROSES KERAMIK
    PROSES KERAMIK
    Документ13 страниц
    PROSES KERAMIK
    iponk
    Оценок пока нет
  • Tes Awal
    Tes Awal
    Документ1 страница
    Tes Awal
    iponk
    Оценок пока нет
  • Outline Tarigan
    Outline Tarigan
    Документ4 страницы
    Outline Tarigan
    iponk
    Оценок пока нет
  • Translate Bhopal
    Translate Bhopal
    Документ3 страницы
    Translate Bhopal
    iponk
    Оценок пока нет