Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
Gastritis atau yang secara umum dikenal dengan penyakit maag merupakan salah
satu penyakit tidak menular yang sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari.
penyakit ini yang sangat menggangu aktifitas dan bila tidak ditangani dengan baik
biasanya dianggap sebagai suatu hal yang remeh namun gastritis merupakan awal
kejadian gastritis di Indonesia menurut WHO adalah 40,8%, dan angka kejadian
kesehatan Indonesia tahun 2011, gastritis merupakan salah satu penyakit dari 10
penyakit terbanyak pada pasien inap di rumah sakit di Indonesia dengan jumlah
1
Timur pada tahun 2011 mencapai 44,5% yaitu dengan jumlah 58.116 kejadian
kelainan, apaila diperksa secara endoskopi akan ditemui eritema mukosa dan hasil
satu masalah pencernaan yang sering terjadi, sekitas 10% ditemukan adanya nyri
tekan di daerah epigastrium pada saat pemeriksaan fisik. Penyakit gastritis dapat
infeksi bakteri, kondisi stres, penyakit. Selain itu beban kerja yang tinggi
ditambah berbagai persoalan hidup yang tak kunjung selesai membuat orang
cenderung dihinggapi penyakit gastritis. Gejala gastritis antara lain adalah rasa
hati, lemas, terasa sesak, nafsu makan menurun, wajah pucat, suhu badan naik,
keluar keringat dingin, pusing,selalu bersendawa dan pada kondisi yang lebih
parah, bisa muntah darah (Wijoyo, 2009). Pencegahan gastritis dilakukan dengan
stres.
Gastritis merupakan penyakit yang sering dijumpai di masyarakat.
ataupun tidak tuntas penyakit ini kerap kambuh dan mengganggu aktivitas sehari-
hari. Dampak gastritis dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan
terjadinya suatu luka dalam perut yang dapat menimbulkan nyeri ulu hati yang
2
sangat perih. Luka pada dinding lambung seringkali karena peningkatan
jika dibiarkan lebih lanjut dapat menyebabkan tukak lambung, pendarahan hebat,
dan kanker. Kanker lambung masih menjadi penyebab kematian akibat kanker
relaksasi otot progresif. Melihat data dan keterangan di atas maka hal ini
cukup tinggi dalam dunia kesehatan, Untuk itu maka perlu mengetahui
“pengaruh relaksasi otot progresif terhadap nyeri pada penyakit gastritis” pada
1.4 Tujuan
1.4.1 Tujuan Umum
3
Untuk mengetahui adakah pengaruh relaksasi nafas terhadap nyeri dalam
RSUD sampang.
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Melakukan pengkajian keperawatan pada klien yang mengalami gastritis
ilmu keperawatan medikal bedah yang berkaitan dengan penaganan nyeri pada
klien gastritis.
1.5.2 Manfaat praktis
1. Bagi peneliti
Meningkatkan pengetahuan tentang diagnosa medis gastritis dengan
4
meningkatkan kontrol nyeri pada klien sehingga klien dapat di tangani
dengan baik
4. Bagi klien
Hasil Penelitian ini dapat mengkuatkan mutu asuhan keperawatan
kepada klien gastritis sehingga dapat mengurangi skala nyeri pada klien
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
kronik difus, atau lokal dengan karakteristik anoreksia, rasa penuh, tidak enak
gastritis adalah peradangan lokal pada mukosa lambung, yang berkembang bila
mekanisme protektif mukosa dipenuhi dengan bakteri atau bahan iritan lain
2.1.2 Klasifikasi
6
Menurut Robbins (2009. Hal: 474) gastritis diklasifikasikan kedalam dua
bagian yaitu :
1. Gastritis akut
2. Gastritis kronis
terjadi atrofi mukosa dan metaplasia epitel. Keadaan ini menjadi latar
2.1.3 Epidemiologi
negara dunia dan mendapatkan beberapa hasil persentase dari angka kejadian
gastritis di dunia, dimulai dari negara yang angka kejadian gastritisnya paling
tinggi yaitu Amerika dengan persentase mencapai 47% kemudian diikuti oleh
India dengan persentase 43%, lalu beberapa negara lainnya seperti Inggris 22%,
China 31%, Jepang 14,5%, Kanada 35%, Perancis 29,5% dan Indonesia 40,8%.
7
Penelitian dan pengamatan yang dilakukan oleh Depertemen Kesehatan RI angka
yaitu di kota Medan, lalu di beberapa kota lainnya seperti Surabaya 31,2%,
Denpasar 46%, Jakarta 50%, Bandung 32,5%, Palembang 35,3%, Aceh 31,7%
dan Pontianak 31,2%. Hal tersebut disebabkan oleh pola makan yang kurang sehat
(Karwati, 2013).
2.1.4 Etiologi
Menurut Suratun (2010. Hal: 60) ada beberapa penyebab yang dapat
kerusakan gaster. Terapi radiasi, refluk empedu, zat zat korosif (cuka, lada)
Kondisi yang stressful (trauma, luka bakar, kemoterapi dan kerusakan susunan
saraf pusat) merangsang peningkatan produksi HCI lambung. Infeksi oleh bakteri
8
2.1.5 Anatomi Fisiologi Lambung (Gaster)
1. Lambung
a. Kardia.
b. Fundus.
c. Antrum.
ke dalam kerongkongan.
9
1). Lendir
2.1.6 Patofisiologi
melindungi lambung dari autodigesti oleh HCI dan pepsin. Bila mukosa lambung
rusak maka terjadi difusi HCI ke mukosa HCI akan merusak mukosa. Kehadiran
cairan dari intra sel ke ekstra sel dan menyebabkan edemadan kerusakan kapiler
Namun bila lambung sering terpapar dengan zat iritan maka inflamasi
akan menjadi terus menerus. Jaringan yang meradang akan diisi oleh jaringan
10
fibrin sehingga lapisan mukosa lambung dapat hilang dan terjadi atropi sel
mukosa lambung. Faktor intrinsik yang dihasilkan oleh sel mukosa lambung akan
menurun atau menghilang sehingga cobalamin (Vitamin B12) tidak dapat diserap
di usus halus. Sementara Vitamin B12 berperan penting dalam pertumbuhan dan
maturasi sel darah merah. Pada akhirnya klien gastritis dapat mengalami anemia.
Selain itu dinding lambung menipis rentan terhadap perforasi lambung dan
dengan hematemesis
nausea, vomitus atau keluhan tidak nyaman pada abdomen atas dapat
defesiensi B12.
11
3. Analisa feses bertujuan untuk mengetahui adanya darah dalam feses.
2.1.9 Penatalaksanaan
lambung.
12
e. Pembedahan: untuk mengangkat gangrene dan perforasi,
(Dermawan, 2010)
b. Bila korosi luas atau berat, emetik, dan lafase dihindari karena
bahaya perforasi
13
pasien, meningkatkan istiratahat, mengurangi stress dan memulai
instrinsik(Smeltzer, 2010)
a. Tirah baring
b. Mengurangi stress
c. Diet Air teh, air kaldu, air jahe dengan soda kemudian diberikan
(Dermawan, 2010)
2.1.10 Komplikasi
14
2.2 Konsep Dasar Nyeri
potensial pada suatu jaringan yang dirasakan di area terjadinya kerusakan. Nyeri
respon tidak menyenangkan dan nyeri dapat memberikan suatu pengalaman alam
menderita secara fisik dan mental atau perasaan yang dapat menimbulkan
ketegangan(Judha, 2012).
dirasakan oleh orang lain. Nyeri dapat disebabkan oleh berbagai stimulus seperti
mekanik, termal, kimia, atau elektrik pada ujungujung saraf. Perawat dapat
mengetahui adanya nyeri dari keluhan pasien dan tanda umum atau respon
fisiologis tubuh pasien terhadap nyeri. Sewaktu nyeri biasanya pasien akan
tampak meringis, kesakitan, nadi meningkat, berkeringat, napas lebih cepat, pucat,
berteriak, menangis, dan tekanan darah meningkat). (Hidayat, 2006 cit Budi,
2012).
Reseptor nyeri berfungsi untuk menerima rangsang nyeri. Organ tubuh ini
berperan hanya terhadap stimulus kuat yang secara potensial merusak. Reseptor
nyeri disebut juga nosireceptor, secara anatomis reseptor nyeri bermyelin dan ada
juga yang tidak bermyelin dari syaraf perifer (Potter & Perry, 2010).
15
Nyeri merupakan campuran dari reaksi fisik, emosi, dan tingkah. Nyeri
dapat dirasakan penderita jika reseptor nyeri menginduksi serabut saraf perifer
aferen, yaitu serabut A-delta dan serabut C. Serabut A-delta memiliki myelin yang
menyampaikan impuls nyeri dengan cepat, menimbulkan sensasi yang tajam, dan
sangat kecil. Serabut A-delta dan serabut C akan menyampaikan rangsangan dari
serabut saraf perifer ketika mediatormediator biokimia yang aktif terhadap respon
nyeri seperti pottasium dan prostaglandin dibebaskan akibat adanya jaringan yang
suatu transmisi sinapsis dari saraf perifer ke saraf traktus spinotalamus. Impuls
1. Nyeri kronis
Nyeri yang terjadi lebih dari 6 bulan dan tidak dapat diketahui
16
2. Nyeri akut
mendadak dari intensitas ringan sampai berat dan lokasi nyeri dapat
ketegangan otot (Potter & Perry, 2010; Nanda, 2012). Cidera atau
Bare, 2013).
Faktor yang mempengaruhi nyeri perlu diamati dan dipahami oleh perawat
1. Faktor fisiologis
17
karena perubahan fisiologis dan psikologis yang menyertai proses
penuaan. Nyeri pada lansia dialihkan jauh dari tempat cidera atau
seseorang atau toleransi terhadap rasa nyeri (Potter & Perry, 2010).
2. Faktor Sosial
18
untuk meminimalkan atau menghilangkan nyeri, misalnya dengan
mengatasi nyeri dimasa lalu dan saat ini nyeri yang sama timbul,
metode yang dapat digunakan untuk mengatasi nyeri klien. Hal ini
dan Shaw (2011), dukungan sosial dan perhatian dari keluarga dan
19
mengurangi dampak dari pengalaman nyeri yang buruk karena
3. Faktor spiritual
kekuatan spiritual dan agama yang kuat, maka akan lebih tenang
4. Faktor psikologis
dua sensasi tersebut (Potter & Perry, 2010). Menurut Petry (2002)
b. Mekanisme koping
20
operasi, cepat kembali ke rumah dan proses penyembuhan akan
yang baik tentu respon nyerinya buruk (Potter & Perry, 2010).
5. Faktor budaya
a. Arti dari nyeri, persepsi nyeri tiap individu akan berbeda, nyeri
21
1. Respon fisik, timbul akibat impuls nyeri yang ditransmisikan oleh
kategori nyeri berat, tidak dapat ditahan, dan nyeri pada organ tubuh
Khodijah, 2011).
2. Respon perilaku, respon pada seseorang yang timbul saat nyeri dapat
a. Fase antisipasi, merupakan fase yang paling penting dan fase ini
nyeri muncul dan klien juga diajarkan untuk mengatasi nyeri jika
22
c. Pasca nyeri (Fase Akibat), fase ini terjadi ketika kurang atau
2012).
tidak berdaya, marah, dan frustasi. Hal ini berbalik dengan klien yang
dari tiga sampai lima kata pendeskripsi yang telah disusun dengan
jarak yang sama sepanjang garis. Ukuran skala ini diurutkan dari
seberapa jauh nyeri terasa paling menyakitkan dan seberapa jauh nyeri
23
2. Visual Analogue Scale (VAS), merupakan suatu garis lurus yang
pertama kali oleh Hayes dan Patterson tahun 1921. Skala ini
tersedia tanpa dipaksa untuk memilih satu kata (Potter & Perry, 2010).
Skala nyeri pada skala 0 berarti tidak terjadi nyeri, skala nyeri pada skala
1-3 seperti gatal, tersetrum, nyut-nyutan, melilit, terpukul, perih, mules. Skala
nyeri 4-6 digambarkan seperti kram, kaku, tertekan, sulit bergerak, terbakar,
ditusuk-tusuk. Skala 7-9 merupakan skala sangat nyeri tetapi masih dapat
dikontrol oleh klien, sedangkan skala 10 merupakan skala nyeri yang sangat berat
dan tidak dapat dikontrol (Bijur, Silver & Gallagher, 2001 cit Budi, 2012).
pada tahun 1983 untuk mengukur skala nyeri pada anak yang terdiri
dari dua skala nyeri yang terpisah, yaitu sebuah skala dengan nilai 0-
24
10 pada sisi sebelah kiri untuk anak-anak yang lebih besar dan
fotografik dengan enam gambar pada sisi kanan untuk anak yang lebih
memahami makna dan tingkat keparahan nyeri (Potter & Perry, 2010).
oleh Wong Baker FACES Foundation pada tahun 1983 ini terdiri atas
yang berati skala nyeri yang dirasakan sangat nyeri (Potter & Perry,
2010).
25
Gambar 4. Wong-Baker FACES Pain Rating Scale
menggambarkan rasa bahagia sebab tidak ada rasa nyeri yang dirasakan, ankga 1
yang berarti sedikit nyeri, angka 2 yang menunjukkan lebih nyeri dari
Pasero, 2011).
NRS digunakan untuk menilai skala nyeri dan memberi kebebasan penuh
klien untuk menentukan keparahan nyeri. NRS merupakan skala nyeri yang
popular dan lebih banyak diaplikasikan di klinik, khususnya pada kondisi akut,
26
mengukur skala nyeri sebelum dan sesudah intervensi terapeutik, mudah
Skala nyeri pada angka 0 berarti tidak nyeri, angka 1-3 menunjukkan
nyeri yang ringan, angka 4-6 termasuk dalam nyeri sedang, sedangkaan angka 7-
10 merupakan kategori nyeri berat. Oleh karena itu, skala NRS akan digunakan
sebagai instrumen penelitian (Potter & Perry, 2010). Menurut Skala nyeri
1. Manajemen Farmakologi
27
a. Analgesik narkotika (opioid), terdiri dari berbagai derivat opium
28
proses pembekuan darah, perdarahan gaster atau tukak lambung,
plasma 3,5-9,2 jam pada dewasa dan 4,6-8,6 pada lansia (usia 72
metode yang lebih sederhana, murah, praktis, dan tanpa efek yang
29
memberikan aromaterapi, mendengarkan musik, menonton televisi,
Yunita, 2010).
30
2.3 KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN TEORI GASTRITIS
2.3.1 PENGKAJIAN
1. Identitas
Identitas pasien terdiri dari nama, no reg, medis, umur (lebih banyak
terjadi pada usia 30-60 tahun), agama, jenis kelamin,( pria lebih
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
muntah
derita sekarang.
31
3. Pola – pola kesehatan
tubuh
c. Pola eliminasi
1) BAB
2) BAK
d. Pola aktivitas
nyeri
32
g. Pola peran hubungan
4. Pemeriksaan Fisik
hipertensi
b. Kepala
4) Hidung:Biasanya normal
6) Gigi: Biasa
c. Dada/Thorax
33
d. Jantung
e. Perut/abdomen
8-12 x/m
2.3.2 DIAGNOSA
2.3.3 INTERVENSI
Tindakan yang dirancang untuk membantu klien dalam beralih dari tingkat
kesehatan saat ini ke tingkat yang diinginkan dalam hasil yang diharapkan
2.3.4 IMPLEMENTASI
34
2.3.5 EVALUASI
pasien.
relaksasi otot dalam yang tidak memerlukan imajinasi, ketekunan, atau sugesti.
kejadian yang merangsang pikiran dengan ketegangan otot (Davis, 1995). Teknik
relaksasi otot progresif memusatkan perhatian pada suatu aktivitas otot dengan
relaksasi. Relaksasi progresif adalah salah satu cara dari teknik relaksasi
integritas diri seseorang, ancaman tersebut berupa ancaman eksternal dan internal.
Sedangkan Taylor (2007) mengatakan bahwa ancaman gangguan fisik yang terjadi
terjadinya stress dan kecemasan. Stres dan kecemasan serinhkali terjadi pada
kehidupan seseorang dan disebabkan oleh semua peristiwa yang dialami sehari-
hari.
35
Menurut Stuart dan Laraia (2005) ansietas adalah kekhawatiran yang tidak
jelas dan menyebar, berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya.
Keadaan emosi ini tidak memiliki obyek yang spesifik, dialami secara subyektif
membutuhkan pendekatan yang unik pula. Salah satu terapi spesialis keperawatan
Press pada tahun 1938. Jacobson menjelaskan mengenai hal-hal yang dilakukan
seseorang pada saat tegang dan rileks. Pada saat tubuh dan pikiran rileks, secara
diabaikan (Zalaquet & mcCraw, 2000 dalam ramdhani & Putra, 2009).
mengencangkan dan melemaskan otot–otot pada satu bagian tubuh pada satu
secara berturut-turut (Synder & Lindquist, 2002). Pada latihan relaksasi ini
tegang. Dengan mengetahui lokasi dan merasakan otot yang tegang, maka kita
36
Terapi ini didasarkan pada keyakinan bahwa tubuh berespon pada
kecemasan yang merangsang pikiran dan kejadian dengan ketegangan otot, oleh
karena itu dengan adanya relaksasi otot progresif yang bekerja melawan
ketegangan fisiologis yang terjadi sehingga kecemasan bisa teratasi ( Davis dkk,
Salah satu kebutuhan dasar klien adalah kebutuhan tidur dan istirahat.
Sekitar 60% klien mengalami insomnia atau sulit tidur. Stress terhadap tugas
seseorang bila tidak diatasi. Semua ini dapat menyebabkan gangguan tidur atau
insomnia. Insomnia pada klien dapat diatasi dengan cara nonmedikasi yaitu
dengan terapi relaksasi sehingga seseorang kembali pada saraf normal (Alim,
2009). Salah satu terapi relaksasi adalah dengan terapi relaksasi otot progresif
yang dapat membuat tubuh dan pikiran terasa tenang,relaks, dan memudahkan
Menurut Herodes (2010), Alim (2009), dan potter (2005), tujuan dari
37
1. Menurunkan ketegangan otot, kecemasan, nyeri leher dan punggung,
3. Meningkatkan gelombang alfa otak yang terjadi ketika klien sadar dan
menggerakkan badannya.
progresif.
38
1. Jangan terlalu menegangkan otot berlebihan karena dapat melukai diri
sendiri.
5. Melakukan pada bagian kanan tubuh dua kali, kemudian bagian kiri
dua kali.
1. Persiapan
2. Persiapan klien:
sepatu;
39
d. Longgarkan ikatan dasi, ikat pinggang atau hal lain yang sifatnya
mengikat ketat.
3. Prosedur
yang terjadi.
d. Gerakan pada tangan kiri ini dilakukan dua kali sehingga klien
Gambar:
40
Gerakan 3: ditujukan untuk melatih otot biseps (otot besar pada bagian
Gambar:
Gambar:
41
1. Gerakkan otot dahi dengan cara mengerutkan dahi dan alis sampai
Gambar :
maupun belakang.
42
1. Gerakan diawali dengan otot leher bagian belakang baru kemudian
punggung atas.
2. Punggung dilengkungkan.
relaks.
sebanyak-banyaknya.
43
10.Ulangi sekali lagi sehingga dapat dirasakan perbedaan antara
Gambar: Gambar:
dilepaskan bebas.
dan betis).
44
1. Klien tidak mengalami gangguan tidur (insomnia) dan tidak stress.
BAB 3
METODE PENELITIAN
Pada subbab ini akan dibahas tentang penelitian yang bersifat penelitian
kualitatif studi kasus pada metode observasi secara teori yang menghasilkan data
Deskriptif.
mengacu pada suatu maksud atau arti, konsep – konsep, definisi , karakteristik,
kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang maupun perilaku yang dapat
Studi kasus adalah suatu karya tulis ilmiah merupakan paparan hasil
penerapan proses asuhan keperawatan kepada klien secara ideal sesuai dengan
Penyusunan karya tulis ini dilaksanakan melalui studi lapangan (field research)
untuk memperoleh data primer. Yang di maksud dengan data primer adalah data
yang diperoleh peneliti secara langsung dari sumber data, baik melalui
langsung lainnya. Data diambil dari sumber lapangan (klien atau keluarga). Studi
45
sebagai bahan rujukan untuk melengkepi data sekunder yang relevan dan
mutakhir dengan permasalahan. Data sekunder yang dimaksud adalah data yang
dikumpulkandan dilaporkan oleh pihak lain, dalam bentuk publikasi ilmiah seperti
penelitian kualitatif lainnya adalah kedalaman analisisnya pada kasus yang lebih
Batasan istilah pada karya tulis ilmiah ini Asuhan Keperawatan Pada Klien
3.3 Partisipan
Waktu pelaksanaan studi kasus individu yaitu 3 hari,di mulai bulan maret
tahun 2018.
46
Penelitian kualitatif ini bersifat deksriptif, sumber data primer adalah
peneliti yang melakukan tindakan dan pasien yang menerima tindakan. Sedangkan
sumber data sekunder berupa data hasil wawancara, observasi, dokumentasi serta
triangulasi.
3.5.1 Wawancara
tersebut.
3.5.2 Observasi
disebut pengamatan terlibat dimana peneliti juga menjadi instrument atau alat
dalam penelitian harus mencari data sendiri dengan terjun langsung atau
observasi yang sekaligus melibatkan diri selaku orang dalam pada situasi tertentu.
47
Hal ini agar memdahkan peneliti memperoleh data atau informasi dengan mudah
pendekatan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi pada sistem tubuh klien.
3.5.3 Dokumentasi
penurunan skala nyeri pada pasien stroke dan foto pada saat melakukan tindakan.
Studi dokumentasi dan angket hasil pemeriksaan diagnostik dan data lain yang
relevan.
data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Terdapat
dilakukan dengan cara mengecek data sumber yang sama dengan tekhnik yang
berbeda. Misal data diperoleh dengan wawancara, lalu di cek dengan observasi,
dokumentasi.
dengan tekhnik wawancara di pagi hari pada saat narasumber masih segar, belum
banyak masalah akan diberikan data yang lebih valid sehingga lebih kredibel.
48
Pengujian keabsahan data dapat dilakukan dengan cara melakukan pengecekan
dengan wawancara, observasi atau tekhnik lain dalam waktu atau situasi berbeda.
Bila hasil uji menghasilkan data yang berbeda, maka dilakukan secara berulang-
1) Teknik induksi
menjadi tidak penting. Data akan menjadi sangat penting, sedangkan teori akan
terhadap data, dan apabila peneliti secara kebetulan telah memiliki pemahaman
teoritis tentang data yang akan diteliti, proses pembuatan teori itu harus dilakukan.
mengungkapkan misteri penelitian dan teori baru akan dipelajari apabila seluruh
2) Reduksi data
pengumpulan data. Di antaranya adalah melalui reduksi data, penyajian data, dan
Pengumpulan Penyajian
data data
49
Reduksi Simpulan
data verifikasi
Gambar 3.1 Analisa data
(Nursalam, 2015)
Urutan dalam analisis adalah :
Hasil ditulis dalam bentuk catatan lapangan, kemudian disalin dalam bentuk
Penyajian data dapat dilakukan dengan tabel, gambar, bagan maupun teks
dari klien.
50
(4) Kesimpulan
Dari data yang disajikan , kemudian data dibahas dan dibandingkan dengan
Jika responden menolak untuk diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap
51
Kerahasiaan informasi yang telah diberikan oleh responden dijamin oleh
peneliti. Data hanya akan disajikan kepada kelompok tertentu yang berhubungan
dengan penelitian.
BAB 4
52
fakta- teori dan opini (FTO) dengan judul Asuhan Keperawatan Klien Ny. “H”
4.1 Hasil
Anggrek Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Sampang yang beralamat Jl.
ruang kepla ruangan, 8 ruang rawat inap, 1 ruang perawat. Pada saat pengkajian
ruang anggrek.
1) Data umum
Kabupaten Sampang
53
(2) Sasaran Penelitian
Agustus 2017.
4.1.2 Pengkajian
Fokus pada pengkajian ini adalah : identitas klien, keluhan utama, riwayat
penyakit ( sekarang, dahulu dan keluarga ) dan genogram seperti yang dibawah
ini:
1) Identitas klien
Tabel 4.1 identitas klien Ny. “H” dengan gastritis dengan Nyeri di ruang
Tabel 4.2 Identitas penanggung jawab Klien Ny. “H” dengan Gastritis
54
Nama Ny. “U”
Umur 37 tahun
Agama Islam
Alamat Kedungdung
Pendidikan SD
Pekerjaan Swasta
Status perkawinan -
Hubungan dengan Klien Anak
Sumber: Data primer dan Data wawancara pada tangal 08 Agustus 2017.
.
3) Riwayat Penyakit
Tabel 4.3 Riwayat Penyakit Ny. “H” dengan Gastritis dengan nyeri di
55
Riwayat Sosial Klien sangat mudah berinteraksi
dengan mudah dan orang-orang di
sekitarnya.
Riwayat spiritual Pada saat di rumah klien
melaksanakan ibadah shalt lima
waktu, akan tetapi selamadi
rumah sakit klien tidak bisa
melaksanakan shalat karena
keadaan yang lemah.
Sumber: Data primer dan Data wawancara pada tangal 08 Agustus 2017.
4) Pemeriksaan Fisik
Tabel 4.4 Pemeriksaan Fisik Ny. “H” dengan Gastritis dengan nyeri di
OBSERVASI KLIEN
Keluhan Umum Lemah
Tekanan Darah 100/60 mmHg
Nadi 90x/menit
Pernafasan 20x/menit
Suhu 37,5C
Kesadaran Compos Mentis
GCS 4:eye spontan
5:verbal orientasi baik
6:motorik mengikuti perintah
Pemeriksaan Fisik
1) Pemeriksaan Kepala dan Leher
a) Inspeksi Bentuk simetris antara kanan dan
kiri, tidak ada kelanan, warna
rambut hitam, kulit kepala kotor,
rambut bergelombambang dan
lembab , tidak lesi dan benjolan.
Tidak ada pembesaran tiroid.
b) Palpasi Tidak ada nyeri tekan,
2) Pemeriksaan mata dan
penglihatan
a) Inspeksi Konjungtiva merah muda,Sklera
putih, Kornea hitam transparan,
Pupil isokor, Tekanan bola mata
simetris antara kanan dan kiri
b) Palpasi Tidak ada nyeri tekan
56
a) Inspeksi Keadaan bersih, bentuk hidung
simetris, tidak ada lesi, tidak ada
kelainan, cupimh hidung tidak
kembang kempis, tidak ada
epitaksis.
b) Palpasi Saat di palpasi tidak ada nyeri
tekan.
4) Pemeriksaan Telinga
7) Pemeriksaan Jantung
a) Inspeksi Letus cordis tidak tampak
b) Auskultasi Letus cordis teraba padaICS 4-5
c) Palpasi Pekat
d) Perkusi S1 dug tunggal tidak ada suara
ttambah seperti Mur- Mur
S2 dug
8) Pemeriksan Abdomen
a) Inspeksi Perut membuncit
b) Auskultasi Adanya penurunan bising usus 6x/
Menit
c) Palpasi Adanya nyeri tekan ulu hati
57
d) Perkusi Tymphani
9) Pemeriksaan Integumen
a) Inspeksi Kulit Lembab, tidak besisik,
warna kulit sawo matang
b) Palpasi Turgor kulit baila, tekstur kulit
elastis
10) Pemeriksaan Genitalia Tidak terapsang kateter
PEMERIKSAAN KLIEN
Lab:
Pemeriksaan Darah Gula Darah 155mg/dl 150mg/dl
Hemoglobin 11,8g/dl 13,5g/dl
Leukosit 44,100/cmm 4.500-11000/cmm
Hematokrit 33,4 40-54
Trombosit 586.000/cmm 150-450.000/cmm
Tabel 4.6 Ny. “H” dengan Gastritis dengan nyeri di Ruang Anggrek
RSUD Kabupaten Sampang.
OBAT DOSIS
Infus RL 20Tpm 1.500 mL
Injeksi Ranitidine 250ml/1ml
58
Tabel 4.7 Analisa Data Ny. “H” dengan Gastritis dengan nyeri di Ruang
Tabel 4.8 Analisa Data Ny. “H” dengan Gastritis dengan nyeri di Ruang
59
4) S; Skala nyeri 6
5) T; Nyeri timbul
sewaktu-waktu
6) Klien terlihat meringis
7) Klien mengantuk
8) TTV
TD:100/60Mmh
g
N : 90x/Menit
RR:20x/Menit
S:37,5C
4.1.4 Intervensi
Tabel 4.9 Intervensi pada Ny. “H” dengan Gastritis dengan nyeri di Ruang
60
4) S; Skala berbicara relex
nyeri 6 5) Kolaborasi 5) Obat dapat
berkurang 2 dengan Dokter/ mengurangi
5) T; Nyeri Tim medis Nyeri
tidak timbul lainanya dalam
sewaktu- melakukan
waktu tindakan terapi
6) Klien tidak injeksi dalam
meringis pemberian obat-
7) Klien tidak obatan
mengantuk RANITIDINE
wanidm 500mg
8) TTVdalam
batas normal
4.1.5 Implementasi
Tabel 4.10 Implementasi pada Ny. “H” dengan Gastritis dengan nyeri di
61
Penyajian data tentang pelaksanaan dan memuat informasi/catatan
4.2 PEMBAHASAN
4.2.1 Pengkajian
Ny. H dengan usia 51 tahun, pasien mengatakan nyeri pada ulu hati kurang
lebh 3 hari, saat pengkajian pada tanggal 08 Agustus 2017 jam 09.30 P; Klien
62
ulu hati menjalar ke jantung S; Skala nyeri 6 T; Nyeri timbul sewaktu-waktu,
Hal terseut sesuai dengan teori gejala gastritis yaitu selain nyeri di daerah ulu
hati adalah mual, muntah, lemas, kembung, terasa sesak, nafsu makan menurun,
wajah pucat, suhu badan naik, keluar keringat dingin, pusing,selalu bersendawa
dan pada kondisi yang lebih parah, bisa muntah darah(Wijoyo, 2009), dan teori
Manifestasi klinis pada psien dengan gastritis menurut Robbins (2009. Hal 474)
asimtomatik, nyeri abdomen yang ringan hingga nyeri abdomen akut, gastritis
kronis biasanya asimtomatik, kendati gejala nausea, vomitus atau keluhan tidak
nyaman pada abdomen atas dapat terjadi; kadang kadang, ditemukan anemia
tanda dan gejala utama yaitu nyeri pada daerah abdomen bagian atas, dan mual
muntah. Sesuai dengan fakta yang di temukan peneliti dengan kesenjangan dari
muncul pada pasien yaitu nyeri. Sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa
pasien mengalami nyeri abdomen pada bagian atas. Data subjektif menunjukkan
pasien mengatakan nyeri pada ulu hati kurang lebh 3 hari. Data ojektif yaitu P;
bagian ulu hati menjalar ke jantung S; Skala nyeri 6 T; Nyeri timbul sewaktu-
63
waktu, Klien terlihat meringis, Klien memegangi area nyeri TTV
pengalaman alam rasa (The International Association for the Study Of Pain
(2011)). Gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung yang bersifat akut,
kronik difus, atau lokal dengan karakteristik anoreksia, rasa penuh, tidak enak
Menurut peneliti nyeri yang di alami pasien akibat dari inflamasi pada
lambung serta pada orang-orang yang memiliki pola makan tidak teratur dan
dengan hasil wawancara antara peneliti dan pasien: peneliti “kenapa ibu dibawa
ke rumah sakit?” pasien “ merasa nyeri pada ulu hati dan sakit saat bergerak”
peneliti “ seperti apa rasa yang timbul nyeri? Pasien “ seperti di tusuk tusuk”
kemudian ditunjukkan juga dengan hasil pasien memegangi area yang nyeri.
4.2.3 Intervensi
tekanan darah, suhu, nadi dan RR, selanjutnya kaji skala nyeri lakukan pengkajian
Berikan teknik relaksasi dengan cara menarik nafas dalam dan berikan distraksi
dengan cara mengalihkan perhatian mengajak klien berbicara (masase). Dan cek
skala nyeri.
Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi
dari ketidaknyamanan. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan
64
dukungan. Kontrol lingkungan yang dapat mempngaruhi nyeri sperti suhu
tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi. Berikan informasi tentang
nyeri sperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan berkurang dan antisipasi
ketidak nyamanan dari prosedur . monitor vital sign sebelum dan sesudah
tidak jauh berbeda trutama pada diagnosa yang muncul. Hal ini disebabkan karena
pada perencanaan sudah tercantum intervensi yang sesuai dengan teori dengan
tidak semua intervensi yang di buat harus diterapkan pada kasus melaikan
disesuainkan dengan kondisi respon yang muncul dan fasilitas yang tersedia.
teknik relaksasi dengan cara melakukan otot progresif untuk mengalihkan
4.2.4 Implementasi
membina hubungan saling percaya, mengobservasi tanda tanda vital mulai dari
tekanan darah, suhu, nadi, RR, mengkaji skala nyeri, lakukan pengkajian secara
teknik relaksasi dengan cara menarik nafas dalam dan berikan distraksi dengan
cara mengalihkan perhatian mengajak klien berbicara (masase). Dan cek skala
nyeri.
Implementasi adalah melakukan renacanakan tindakan untuk mengatasi
65
aktifitas sehari hari (haryanto,2007). Pada kegiatan implemintasi, perawat perlu
teknik relaksasi dengan cara menarik nafas dalam dan berikan distraksi dengan
kondisi dan respon yang muncul dari klien dan disesuaikan dengan tingkat
4.2.5 evaluasi
pada evaluasi keperaatan hari kedua masalah teratasi seagian dengan data
subjektif; pasien mengatakan nyeri pada ulu hati kurang lebh 3 hari, data objektif ;
di bagian ulu hati menjalar ke jantung S; Skala nyeri 6 T; Nyeri timbul sewaktu-
:TD:100/60Mmhg.
dengan kriteria dan standar yang telah di tetapkan untuk melihat keerasilannya.
Bila tidak berhasil,perlu di susun rencana keperaatan yang baru. Serta perlu di
perhatikan juga bahwah evaluasi perlu dilakukan beberapa kali dengan melibatkan
keluarga.(suprajipno, 2010).
Menurut peneliti pemerian asuhan keperawatan relaksasi nafas dalam
dapat mengurangi nyeri terbukti bahwa pada evaluasi hari kesatu pasien
66
mengatakan nyeri berkurang,pada hari kedua pasien mengatakan saat bergerak
nyeri berkurang.
67
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
tusuk-tusuk, nyeri dibagian ulu hati menjalar ke jantung, skala nyeri klien
Darah: 110/60 Mmhg, Nadi: 90 x/m, Suhu: 37,5 °C, Respiration rate: 20
x/m.
68
Kabupaten Sampang yang di lakukan selama 3x24 jam di dapatkan klien
pada hari pertama skala nyeri klien berkurang yaitu skala nyeri 6
nyeri pada klien yang mengalami gastritis terbukti pada hari ketiga skala
5.2 Saran
progresif .
bagi peneliti selanjutnya, dan perlu dikembangkan lagi dengan menerapkan semua
intervensi pada asuhan keperawatan klien dengan gastritis serta lebih pada
penanganan lanjutan terapi non farmakologi, tekhnik relaksasi otot progresif pada
klien pada klien yang mengalami nyeri sedang atau skala nyeri (4-6) sehingga
69
Diharapkan dapat memberikan informasi lebih lanjut dalam menerapkan
pemberian terapi tekhnik relaksasi otot progresif untuk menurunkan skala nyeri
sehingga klien dapat ditangani dengan baik dan dapat memberikan kenyamanan
kepada klien.
70