Вы находитесь на странице: 1из 1

Memasyarakatkan “Worldwide of Islam”

Dewasa kini, pandangan hidup seseorang tidak hanya dapat dibentuk dari warisan dan
identitas turun temurun keluarganya. Banyak faktor yang mempengaruhi cara pandang hidup
seseorang terutama dari apa yang dia temukan, dari apa yang dia dapatkan, dan dari apa yang
dia perjuangkan. Sebagai contoh kasus begini, ada seseorang yang hidup di lingkungan
pesantren, namun karena ia ingin mengetahui banyak hal diluar sana, sehingga ia dapat
menemukan cara pandang yang tak ia temukan di lingkungan pesantren. Tentu jika itu adalah
sebuah hal yang positif untuk menunjukkan eksistensi Islam, hal itu akan menjadi sebuah
energi baru dalam kehidupannya. Celaka, apabila yang Ia temukan adalah sebuah
pemahaman yang menyimpang dari budaya keluarga dan ajaran agamanya.

Sebuah pandangan hidup seseorang dapat terbentuk pula dari apa yang Ia dapatkan. Joseph
Goebblez, menteri propaganda rezim nazi pernah mengatakan bahwa “hoax yang terus
diulang-ulang akan membentuk opini masyarakat bahwa kebohongan besar itu adalah
sebuah kebenaran.” Termasuk segala bentuk pandangan hidup yang tidak berdasarkan
kepada islam.

Kaum liberalis, komunis, pluralis, atheis, feminis, dan sekularis hanyalah menyebar hoax
tentang produk yang mereka tawarkan sedang mereka tahu bahwa islam adalah agama yang
telah sempurna dan tak bisa dilawan dengan dalil hak asasi sekalipun, karena islam lah yang
paling menjunjung tingginya.

Yang ketiga adalah sebuah pandangan hidup seseorang dapat terbentuk pula dari apa yang Ia
perjuangkan. Bagaimana tidak, kita lihat bagaimana para feminis memperjuangkan opini
mereka tentang feminisme di Indonesia, tentu tidak semua paham mengenai agenda besar
dibalik itu semua. Namun satu yang pasti, ada yang berusaha menarik worldview seseorang
untuk membentuk sebuah opini agar masuk kedalam sebuah pandangan milik kalangan
mereka.

Prof. Alatas mengatakan bahwa, “yang terjadi saat ini adalah clash of view antara timur dan
barat.”

Вам также может понравиться