Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
A. Pendahuluan
Evaluasi pembelajaran menjadi bagian yang tak terpisahkan pada proses belajar
mengajar (PBM). Dalam konteks KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi) evaluasi
berfungsi; (1) untuk menilai keberhasilan siswa dalam pencapaian kompetensi, (2)
sebagai umpan balik untuk perbaikan proses pembelajaran (Wina Sanjaya, 183:2005)
Menurut Guba dan Lincoln dalam (Wina Sanjaya, 181:2005), menyatakan bahwa
evaluasi merupakan proses memberikan pertimbangan mengenai nilai dan arti sesuatu
yang dipertimbangkan (evaluand). Sesuatu yang dipertimbangkan itu bisa berupa orang,
benda, kegiatan, keadaan, atau sesuatu kesatuan tertentu.
Penilaian berbasis kelas harus mengembangkan berbagai jenis evaluasi, baik evaluasi
yang berkaitan dengan pengujian dan pengukuran tingkat kognitif menggunakan tes,
maupun evaluasi terhadap perkembangan mental melalui penilaian tentang sikap, produk
atau karya.
Penilaian kelas merupakan suatu proses yang dilakukan melalui langkah-langkah
perencanaan, penyusunan alat penilaian, pengumpulan informasi melalui sejumlah bukti
yang menunjukkan pencapaian hasil belajar peserta didik, pengolahan, dan penggunaan
informasi tentang hasil belajar peserta didik. Penilaian kelas dilaksanakan melalui
berbagai teknik/cara, seperti penilaian unjuk kerja (performance), penilaian sikap,
penilaian tertulis (paper and pencil test), penilaian proyek, penilaian produk, penilaian
melalui kumpulan hasil kerja/karya peserta didik (portfolio), dan penilaian diri
(Depdiknas, 4:2006).
Pada Standar Kompetensi bahasa dan sastra Indonesia SD terdapat beberapa rumusan
materi yang pembelajarannya harus dilakukan di luar kelas. Pada Kompetensi
Kompetensi Dasar (KD) 2.1 kelas V “Berwawancara sederhana dengan
narasumber (petani, pedagang, nelayan, karyawan, dll.) dengan memperhatikan pilihan
kata dan santun berbahasa” atau Kompetensi Dasar (KD) 1.1 Menanggapi penjelasan
narasumber (petani, pedagang, nelayan, karyawan, dll.) dengan memperhatikan santun
berbahasa.
Pembelajaran pada KD 2.1 dan KD 1.1 kelas V SD tidak harus dilaksanakan di dalam
kelas. Oleh karena itu penilaian yang dilakukan harus mempertimbangkan semua aspek
penilaian tidak hanya didasarkan pada hasil akhir atau produk yang dihasilkan siswa
saja. Keterlibatan dan keaktifan siswa harus dipertimbangkan selain sebuah produk
sebagai hasil akhir.
Penilaian berbasis kelas diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa melalui
upaya pemahaman akan kekuatan dan kelemahan guru maupun siswa. Penilaian tidak
semata-mata memberikan angka sebagai hasil proses pengukuran tetapi memberikan arti
akan nilai yang dicapai siswa. Pada tahap refleksi, guru dapat memotivasi siswa untuk
perbaikan proses pembelajaran selanjutnya.
Alat penilaian aspek berbicara, berbeda dengan aspek menulis. Demikian pula aspek
membaca dan mendengarkan, tentunya juga diperlukan alat penilaian yang tidak sama.
Ada materi-materi yang harus dinilai dengan bentuk tes, ada pula yang harus dilakukan
dengan non-tes. Pada kompetensi berbicara, alat penilaian bentuk tes pilihan ganda tentu
saja tidak tepat. Teknik penilaian unjuk kerja tepat untuk menilai kompetensi berbicara
siswa, tetapi tidak tepat untuk menilai kompetensi menulis atau mendengarkan.
Setiap siswa mempunyai hak dan kewajiban yang sama dalam proses pembelajaran,
tanpa memandang latar belakang siswa. Setiap siswa berhak untuk dievaluasi. Penilaian
bebasis kelas menempatkan siswa pada posisi kesejajaran. Artinya, setiap siswa berhak
memperoleh perlakuan yang sama. Penilaian berbasis kelas memungkinkan siswa
berkembang secara individual. Oleh karena itu, guru harus mampu menyusun alat
penilaian untuk semua siswa dengan segala karakteristiknya.
Alat penilaian yang baik adalah alat penilaian yang dapat dipahami secara baik oleh
penilai maupun objek yang dinilai. Siswa perlu diberitahu prosedur penilaian yang akan
dilakukan beserta kriteria penilaiannya. Keterbukaan ini diharapkan dapat mendorong
siswa untuk memperoleh hasil yang baik sehingga memotivasi cara belajar mereka.
Keterbukaan juga memungkinkan siswa memahami posisi mereka dalam pencapaian
kompetensi. Dengan prinsip keterbukaan, siswa mengetahui kelemahan dirinya,
kemudian berusaha menutup kelemahan tersebut dengan belajar lebih giat lagi.
Penilaian kelas sebagai bagian integral proses pembelajaran. Artinya, penilaian harus
dilakukan secara terus-menerus dan berkesinambungan. Penilaian berbasis kelas tidak
terbatas pada ruang dan waktu. Penilaian dilakukan untuk memperoleh informasi
perkembangan dan kemajuan siswa dalam pencapaian kompetensi. Oleh karena itu, jika
siswa belum mencapai kompetensi tertentu, guru harus mengulang hingga siswa
menguasai kompetensi tersebut. Program perbaikan dan pengayaan adalah salah satu
cara penilaian berkesinambungan.
Penilaian berbasis kelas harus tersusun dan terarah, sehingga hasilnya memberikan
makna kepada semua pihak, khususnya siswa. Dengan penilaian berbasis kelas, siswa
mengetahui kemampuan dan kekurangan dalam pencapaian kompetensi. Dengan
demikian, guru atau orang tua dapat memberikan bimbingan sesuai kebutuhan siswa
dalam upaya mencapai kompetensi.
Hasil penilaian berbasis kelas tidak hanya diarahkan untuk memperoleh gambaran
kemampuan siswa dalam pencapaian kompetensi melalui angka yang diperoleh, tetapi
hasil penilaian harus memberikan umpan balik untuk memperbaiki proses agar
pembelajaran berjalan secara optimal. Oleh karena itu, proses penilaian tidak semata-
mata tanggung jawab guru. Siswa juga dilibatkan pada proses penilaian karena penilaian
adalah bagian dari proses pembelajaran.
Dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia dapat dilakukan beragam teknik
penilaian yang berhubungan dengan proses belajar maupun hasil belajar. Ada tujuh
teknik yang dapat digunakan dalam pembelajaran tetapi teknik yang sering digunakan
pada pembelajaran bahasa Indonesia, yakni penilaian unjuk kerja, penilaian sikap,
penilaian tertulis, penilaian proyek, penilaian portofolio. Penjelasan tentang kelima
teknik penilaian tersebut sebagai berikut:
Pengamatan unjuk kerja perlu dilakukan dalam berbagai konteks untuk menetapkan
tingkat pencapaian kemampuan tertentu. Untuk menilai kemampuan berbicara,
misalnya dilakukan pengamatan atau observasi berbicara yang beragam, seperti: diskusi
dalam kelompok kecil, berpidato, bercerita, bermain peran dan melakukan wawancara.
Dengan demikian, gambaran kemampuan siswa akan lebih utuh. Untuk mengamati
unjuk kerja siswa dapat menggunakan alat atau instrumen berikut:
Penilaian unjuk kerja dapat dilakukan dengan menggunakan daftar cek (baik-tidak baik).
Dengan menggunakan daftar cek, siswa mendapat nilai bila kriteria penguasaan
kompetensi tertentu dapat diamati oleh guru. Jika tidak dapat diamati, siswa tidak
memperoleh nilai. Kelemahan cara ini adalah guru hanya mempunyai dua pilihan
mutlak, misalnya benar-salah, dapat diamati-tidak dapat diamati, baik-tidak baik.
Dengan demikian tidak terdapat nilai tengah. Contoh daftar cek (check list) pada
penilaian berbicara tampak pada rubrik di bawah ini:
Ekspresi Fisik
Ekspresi Suara
Ekspresi Verbal
b) Tidak mengulang-ulang
pernyataan
3
c) Menggunakan kalimat yang
lengkap untuk mengutarakan satu
pikiran
d) Menyimpulkan pokok-pokok
pikiran yang penting
Jumlah Skor
Skor Perolehan
Skor Maksimal
2). Jika seorang siswa memperoleh skor 35-44 dapat ditetapkan kompeten
3). Jika seorang siswa memperoleh skor 30-34 dapat ditetapkan cukup kompeten
4). Jika seorang siswa memperoleh skor kurang dari 30 dapat ditetapkan tidak
kompeten.
b) Penilaian Sikap
Sikap bermula dari perasaan (suka atau tidak suka) yang terkait dengan kecenderungan
seseorang dalam merespon sesuatu/objek. Sikap juga sebagai ekspresi dari nilai-nilai
atau pandangan hidup yang dimiliki oleh seseorang. Sikap dapat dibentuk, sehingga
terjadi perilaku atau tindakan yang diinginkan.
Sikap terdiri atas tiga komponen, yakni: afektif, kognitif, dan konatif. Komponen afektif
adalah perasaan yang dimiliki oleh seseorang atau penilaiannya terhadap sesuatu objek.
Komponen kognitif adalah kepercayaan atau keyakinan seseorang mengenai objek.
Adapun komponen konatif adalah kecenderungan untuk berperilaku atau berbuat dengan
cara-cara tertentu berkenaan dengan kehadiran objek sikap.
Secara umum, objek sikap yang perlu dinilai dalam proses pembelajaran berbagai mata
pelajaran adalah sebagai berikut.
Sikap terhadap materi pelajaran. Siswa perlu memiliki sikap positif terhadap materi
pelajaran. Dengan sikap positif dalam diri siswa akan tumbuh dan berkembang minat
belajar, akan lebih mudah diberi motivasi, dan akan lebih mudah menyerap materi pelajaran
yang diajarkan.
Sikap terhadap guru/pengajar. Siswa perlu memiliki sikap positif terhadap guru. Siswa yang
tidak memiliki sikap positif terhadap guru akan cenderung mengabaikan hal-hal yang
diajarkan. Dengan demikian, siswa yang memiliki sikap negatif terhadap guru akan sukar
menyerap materi pelajaran yang diajarkan oleh guru tersebut.
Sikap terhadap proses pembelajaran. Siswa juga perlu memiliki sikap positif terhadap proses
pembelajaran yang berlangsung. Proses pembelajaran mencakup suasana pembelajaran,
strategi, metodologi, dan teknik pembelajaran yang digunakan. Proses pembelajaran yang
menarik, nyaman dan menyenangkan dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa, sehingga
dapat mencapai hasil belajar yang maksimal.
Sikap berkaitan dengan nilai atau norma yang berhubungan dengan suatu materi pelajaran.
Misalnya kasus atau masalah rendahnya minat baca, berkaitan dengan materi kebahasaan.
Siswa juga perlu memiliki sikap yang tepat, yang dilandasi oleh nilai-nilai positif agar
mempunyai kegemaran membaca.
Penilaian sikap dapat dilakukan dengan beberapa cara atau teknik. Teknik-teknik
tersebut antara lain: observasi perilaku, pertanyaan langsung, dan laporan pribadi.
Teknik-teknik tersebut secara ringkas dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Observasi perilaku
Kejadian (positif
No. Hari/ Tanggal Nama Siswa Tindak Lanjut
atau negatif)
Kolom kejadian diisi dengan kejadian positif maupun negatif. Catatan dalam lembaran
buku tersebut, selain bermanfaat untuk merekam dan menilai perilaku siswa,
bermanfaat pula untuk menilai sikap siswa dan dijadikan bahan penilaian perkembangan
siswa secara keseluruhan.
b. Pertanyaan langsung
c. Laporan pribadi
Penggunaan teknik ini adalah siswa diminta membuat ulasan yang berisi pandangan
atau tanggapan tentang suatu masalah, keadaan, atau hal yang menjadi objek sikap.
Misalnya, siswa diminta menulis pandangannya tentang “Kasus KKN” yang terjadi di
Indonesia. Dari ulasan yang dibuat oleh siswa dapat dipahami kecenderungan sikap yang
dimilikinya.
c) Penilaian Tertulis
Penilaian secara tertulis dilakukan dengan tes tertulis. Tes Tertulis adalah tes dengan
soal dan jawaban yang diberikan kepada siswa dalam bentuk tulisan. Tes memiliki
reliabilitas bila menghasilkan hasil-hasil yang konsisten selama beberapa kali
pengadministrasian atau disajikan dengan beberapa macam bentuk (Arends, 2008: 218).
Dalam menjawab soal siswa tidak selalu merespon dalam bentuk menulis jawaban tetapi
dapat juga dalam bentuk yang lain seperti memberi tanda, mewarnai, menggambar dan
lainnya. Ada dua bentuk soal tes tertulis, yaitu:
pilihan ganda
dua pilihan (benar-salah, ya-tidak)
menjodohkan
sebab-akibat
b. Mensuplai jawaban, dibedakan menjadi:
Dari berbagai alat penilaian tertulis, tes memilih jawaban benar-salah, isian singkat,
menjodohkan dan sebab akibat merupakan alat yang hanya menilai kemampuan berpikir
rendah, yaitu kemampuan mengingat (pengetahuan). Tes pilihan ganda dapat digunakan
untuk menilai kemampuan mengingat dan memahami dengan cakupan materi yang luas.
Namun, pilihan ganda mempunyai kelemahan, yaitu siswa tidak mengembangkan
sendiri jawabannya bahkan jika siswa tidak mengetahui jawaban yang benar, maka akan
menerka saja. Hal ini menimbulkan kecenderungan siswa tidak belajar untuk memahami
pelajaran tetapi menghafalkan soal dan jawabannya. Selain itu pilihan ganda kurang
mampu memberikan informasi yang cukup untuk dijadikan umpan balik guna
mendiagnosis atau memodifikasi pengalaman belajar. Karena itu kurang dianjurkan
pemakaiannya dalam penilaian kelas.
Tes tertulis bentuk uraian adalah alat penilaian yang menuntut siswa untuk mengingat,
memahami, dan mengorganisasikan gagasannya atau hal-hal yang sudah dipelajari.
Siswa mengemukakan atau mengekspresikan gagasan tersebut dalam bentuk uraian
tertulis dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Alat ini dapat menilai berbagai jenis
kompetensi, misalnya mengemukakan pendapat, berpikir logis, dan menyimpulkan.
Kelemahan alat ini antara lain cakupan materi yang ditanyakan terbatas.
Karakteristik mata pelajaran dan keluasan ruang lingkup materi yang akan diuji;
materi, misalnya kesesuian soal dengan standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator
pencapaian pada kurikulum;
konstruksi, misalnya rumusan soal atau pertanyaan harus jelas dan tegas;
bahasa, misalnya rumusan soal tidak menggunakan kata/kalimat yang menimbulkan
penafsiran ganda.
d) Penilaian Proyek
Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus
diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi sejak
dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data.
Dalam penilaian proyek setidaknya ada 3 (tiga) hal yang perlu dipertimbangkan yaitu:
Kemampuan pengelolaan : kemampuan siswa dalam memilih topik, mencari informasi dan
mengelola waktu pengumpulan data serta penulisan laporan.
Penilaian proyek dilakukan mulai dari perencanaan, proses pengerjaan, sampai hasil
akhir proyek. Untuk itu, guru perlu menetapkan hal-hal atau tahapan yang perlu dinilai,
seperti penyusunan desain, pengumpulan data, analisis data, dan penyiapkan laporan
tertulis. Laporan tugas atau hasil penelitian juga dapat disajikan dalam bentuk poster.
Pelaksanaan penilaian dapat menggunakan alat/instrumen penilaian berupa daftar cek
ataupun skala penilaian.
PENILAIAN PROYEK
2. ……………… 5. ………………..
3. ………………
Menganalisis hasil
2
angket
3 Menyusun Bab I
4 Menyusun Bab II
Menyelesaikan Laporan
6
Awal – Daftar Pustaka
7 Penyerahan hasil
e) Penilaian Portofolio
Penilaian portofolio pada dasarnya menilai karya-karya siswa secara individu pada satu
periode untuk suatu mata pelajaran. Akhir suatu priode, hasil karya tersebut
dikumpulkan dan dinilai oleh guru dan siswa. Berdasarkan informasi perkembangan
tersebut, guru dan siswa dapat menilai perkembangan kemampuan siswa
kemudian melakukan perbaikan. Dengan demikian, portofolio dapat memperlihatkan
perkembangan kemajuan belajar siswa melalui karyanya, antara lain: karangan, puisi,
surat, catatan perkembangan pekerjaan, hasil diskusi, hasil membaca buku/ literatur,
hasil penelitian, hasil wawancara, dsb.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dan dijadikan pedoman dalam penggunaan penilaian
portofolio, antara lain:
Karya siswa adalah benar-benar karya sendiri. Guru melakukan penelitian atas hasil karya
siswa yang dijadikan bahan penilaian portofolio agar karya tersebut merupakan hasil karya
sendiri.
Saling percaya antara guru dan siswa
Dalam proses penilaian guru dan siswa harus memiliki rasa saling percaya, saling
memerlukan dan saling membantu sehingga proses pembelajaran berlangsung dengan
baik.
Kerahasiaan hasil pengumpulan informasi perkembangan siswa perlu dijaga dengan baik
dan tidak disampaikan kepada pihak-pihak yang tidak berkepentingan sehingga
berdampak negatif pada proses pembelajaran.
Guru dan siswa perlu mempunyai rasa memiliki berkas portofolio sehingga berupaya
terus meningkatkan kemampuannya.
Kepuasan
Hasil kerja portofolio sebaiknya berisi keterangan dan atau bukti yang memberikan
dorongan kepada siswa untuk lebih meningkatkan diri.
Kesesuaian
Hasil kerja yang dikumpulkan adalah hasil kerja yang sesuai dengan kompetensi yang
tercantum dalam kurikulum.
Penilaian portofolio menerapkan prinsip proses dan hasil. Proses belajar yang dinilai
misalnya diperoleh dari catatan guru tentang kinerja dan karya siswa.
Penilaian portofolio merupakan hal yang tak terpisahkan dari proses pembelajaran.
Manfaat utama penilaian ini sebagai diagnostik yang sangat berarti bagi guru untuk
melihat kelebihan dan kekurangan siswa.
Teknik penilaian portofolio memerlukan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Jelaskan kepada siswa bahwa penggunaan portofolio, tidak hanya merupakan kumpulan
hasil kerja siswa yang digunakan oleh guru untuk penilaian, tetapi digunakan juga oleh siswa
sendiri. Dengan melihat portofolionya siswa dapat mengetahui kemampuan, keterampilan,
dan minatnya. Proses ini tidak akan terjadi secara spontan, tetapi membutuhkan waktu bagi
siswa untuk belajar meyakini hasil penilaian mereka sendiri.
2. Tentukan bersama siswa sampel-sampel portofolio apa saja yang akan dibuat. Portofolio
antara siswa yang satu dan yang lain bisa berbeda.
3. Kumpulkan dan simpanlah karya-karya tiap siswa dalam satu map atau folder di rumah
masing atau loker masing-masing di sekolah.
4. Berilah tanggal pembuatan pada setiap bahan informasi perkembangan siswa sehingga
dapat terlihat perbedaan kualitas dari waktu ke waktu.
5. Tentukan kriteria penilaian sampel portofolio dan bobotnya dengan para siswa. Diskusikan
cara penilaian kualitas karya para siswa. Contoh, Kriteria penilaian kemampuan menulis
karangan yaitu: penggunaan ejaan, pilihan kata, kelengkapan gagasan, dan sistematika
penulisan. Dengan demikian, siswa mengetahui harapan (standar) guru dan berusaha
mencapai standar tersebut.
Setelah suatu karya dinilai dan nilainya belum memuaskan, maka siswa diberi
kesempatan untuk memperbaiki. Namun, antara siswa dan guru perlu membuat
perjanjian mengenai jangka waktu perbaikan, misalnya 2 minggu karya yang telah
diperbaiki wajib diserahkan kembali.
Skor Prestasi
No SK / KD Keterangan
(1 – 10) T BT
2. Dst
Total Skor
Catatan:
Setiap Standar Kompetensi atau Kompetensi Dasar yang masuk dalam daftar portofolio
dikumpulkan dalam satu file (tempat) untuk setiap peserta didik sebagai bukti
pekerjaannya. Kemudian Guru menjelaskan bobot dari setiap portofolio yang dibuat.
C. Penutup
Evaluasi pembelajaran yang berpihak pada pengembangan keterampilan berbahasa dan
bersastra adalah evaluasi berbasis kelas karena pengambilan nilai berlangsung baik di
dalam maupun di luar kelas. Penilaian harus dilakukan secara terus-menerus dan
berkesinambungan. Teknik penilaian berbasis kelas yang tepat untuk pembelajaran
bahasa dan sastra adalah penilaian unjuk kerja, penilaian sikap, penilaian tertulis,
penilaian proyek, dan penilaian portofolio.
Daftar Rujukan :
Arends, Richard I. 2008. Learning to Teach: Belajar untuk Mengajar. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Depdiknas. 2006. Model Penilaian Kelas. Jakarta: Depdiknas.
Harsanto, Radno. 2007. Pengelolaan Kelas yang Dinamis. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Muijs, Daniel dan David Reynolds. 2008. Efective Teaching, teori dan aplikasi. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Nasution, S. 2005. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar & Mengajar. Jakarta: PT Bumi
Aksara.
Sanjaya, Wina. 2005. Pembelajaran dalam Iplementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi.
Jakarta: Kencana.
Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif berorientasi konstruktivistik. Jakarta:
Prestasi Pustaka.
Yamin, Martinis. 2007. Kiat Membelajarkan Siswa. Jakarta: Gaung Persada Press.
Yamin, Martinis dan Bansu I. Ansari. 2008. Taktik Mengembangkan Kemampuan Individual
Siswa. Jakarta: Gaung Persada Press.
Iklan
Kategori: Pembelajaran
rachmadwidodo's weblog
rachmadwidodo's weblog
A. Pendahuluan
Keberhasilan suatu pembelajaran ditentukan oleh perencanaan, proses dan evaluasi.
Ketiga hal ini harus dipersiapkan secara matang agar terjadi proses pembelajaran yang
efektif dan efisien. Artinya, semua KD dapat disampaikan secara tepat sesuai dengan
tuntutan kurikulum.
Evaluasi pembelajaran menjadi bagian yang tak terpisahkan pada proses belajar
mengajar (PBM). Dalam konteks KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi) evaluasi
berfungsi; (1) untuk menilai keberhasilan siswa dalam pencapaian kompetensi, (2)
sebagai umpan balik untuk perbaikan proses pembelajaran (Wina Sanjaya, 183:2005)
Menurut Guba dan Lincoln dalam (Wina Sanjaya, 181:2005), menyatakan bahwa
evaluasi merupakan proses memberikan pertimbangan mengenai nilai dan arti sesuatu
yang dipertimbangkan (evaluand). Sesuatu yang dipertimbangkan itu bisa berupa orang,
benda, kegiatan, keadaan, atau sesuatu kesatuan tertentu.
Penilaian berbasis kelas harus mengembangkan berbagai jenis evaluasi, baik evaluasi
yang berkaitan dengan pengujian dan pengukuran tingkat kognitif menggunakan tes,
maupun evaluasi terhadap perkembangan mental melalui penilaian tentang sikap, produk
atau karya.
Pada Standar Kompetensi bahasa dan sastra Indonesia SD terdapat beberapa rumusan
materi yang pembelajarannya harus dilakukan di luar kelas. Pada Kompetensi
Kompetensi Dasar (KD) 2.1 kelas V “Berwawancara sederhana dengan
narasumber (petani, pedagang, nelayan, karyawan, dll.) dengan memperhatikan pilihan
kata dan santun berbahasa” atau Kompetensi Dasar (KD) 1.1 Menanggapi penjelasan
narasumber (petani, pedagang, nelayan, karyawan, dll.) dengan memperhatikan santun
berbahasa.
Pembelajaran pada KD 2.1 dan KD 1.1 kelas V SD tidak harus dilaksanakan di dalam
kelas. Oleh karena itu penilaian yang dilakukan harus mempertimbangkan semua aspek
penilaian tidak hanya didasarkan pada hasil akhir atau produk yang dihasilkan siswa
saja. Keterlibatan dan keaktifan siswa harus dipertimbangkan selain sebuah produk
sebagai hasil akhir.
Penilaian berbasis kelas diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa melalui
upaya pemahaman akan kekuatan dan kelemahan guru maupun siswa. Penilaian tidak
semata-mata memberikan angka sebagai hasil proses pengukuran tetapi memberikan arti
akan nilai yang dicapai siswa. Pada tahap refleksi, guru dapat memotivasi siswa untuk
perbaikan proses pembelajaran selanjutnya.
Alat penilaian aspek berbicara, berbeda dengan aspek menulis. Demikian pula aspek
membaca dan mendengarkan, tentunya juga diperlukan alat penilaian yang tidak sama.
Ada materi-materi yang harus dinilai dengan bentuk tes, ada pula yang harus dilakukan
dengan non-tes. Pada kompetensi berbicara, alat penilaian bentuk tes pilihan ganda tentu
saja tidak tepat. Teknik penilaian unjuk kerja tepat untuk menilai kompetensi berbicara
siswa, tetapi tidak tepat untuk menilai kompetensi menulis atau mendengarkan.
Setiap siswa mempunyai hak dan kewajiban yang sama dalam proses pembelajaran,
tanpa memandang latar belakang siswa. Setiap siswa berhak untuk dievaluasi. Penilaian
bebasis kelas menempatkan siswa pada posisi kesejajaran. Artinya, setiap siswa berhak
memperoleh perlakuan yang sama. Penilaian berbasis kelas memungkinkan siswa
berkembang secara individual. Oleh karena itu, guru harus mampu menyusun alat
penilaian untuk semua siswa dengan segala karakteristiknya.
Alat penilaian yang baik adalah alat penilaian yang dapat dipahami secara baik oleh
penilai maupun objek yang dinilai. Siswa perlu diberitahu prosedur penilaian yang akan
dilakukan beserta kriteria penilaiannya. Keterbukaan ini diharapkan dapat mendorong
siswa untuk memperoleh hasil yang baik sehingga memotivasi cara belajar mereka.
Keterbukaan juga memungkinkan siswa memahami posisi mereka dalam pencapaian
kompetensi. Dengan prinsip keterbukaan, siswa mengetahui kelemahan dirinya,
kemudian berusaha menutup kelemahan tersebut dengan belajar lebih giat lagi.
Penilaian kelas sebagai bagian integral proses pembelajaran. Artinya, penilaian harus
dilakukan secara terus-menerus dan berkesinambungan. Penilaian berbasis kelas tidak
terbatas pada ruang dan waktu. Penilaian dilakukan untuk memperoleh informasi
perkembangan dan kemajuan siswa dalam pencapaian kompetensi. Oleh karena itu, jika
siswa belum mencapai kompetensi tertentu, guru harus mengulang hingga siswa
menguasai kompetensi tersebut. Program perbaikan dan pengayaan adalah salah satu
cara penilaian berkesinambungan.
Penilaian berbasis kelas harus tersusun dan terarah, sehingga hasilnya memberikan
makna kepada semua pihak, khususnya siswa. Dengan penilaian berbasis kelas, siswa
mengetahui kemampuan dan kekurangan dalam pencapaian kompetensi. Dengan
demikian, guru atau orang tua dapat memberikan bimbingan sesuai kebutuhan siswa
dalam upaya mencapai kompetensi.
Hasil penilaian berbasis kelas tidak hanya diarahkan untuk memperoleh gambaran
kemampuan siswa dalam pencapaian kompetensi melalui angka yang diperoleh, tetapi
hasil penilaian harus memberikan umpan balik untuk memperbaiki proses agar
pembelajaran berjalan secara optimal. Oleh karena itu, proses penilaian tidak semata-
mata tanggung jawab guru. Siswa juga dilibatkan pada proses penilaian karena penilaian
adalah bagian dari proses pembelajaran.
Dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia dapat dilakukan beragam teknik
penilaian yang berhubungan dengan proses belajar maupun hasil belajar. Ada tujuh
teknik yang dapat digunakan dalam pembelajaran tetapi teknik yang sering digunakan
pada pembelajaran bahasa Indonesia, yakni penilaian unjuk kerja, penilaian sikap,
penilaian tertulis, penilaian proyek, penilaian portofolio. Penjelasan tentang kelima
teknik penilaian tersebut sebagai berikut:
Penilaian unjuk kerja merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati kegiatan
siswa dalam melakukan sesuatu. Penilaian ini cocok digunakan untuk menilai
ketercapaian kompetensi yang menuntut siswa seperti: presentasi, diskusi, bermain
peran, berpidato, dan membaca puisi. Cara penilaian ini dianggap lebih autentik
daripada tes tertulis karena yang dinilai lebih mencerminkan kemampuan siswa yang
sebenarnya.
Penilaian unjuk kerja perlu mempertimbangkan hal-hal berikut; (1) Langkah-langkah
kinerja yang diharapkan dilakukan siswa untuk menunjukkan kinerja dari suatu
kompetensi (2) Kelengkapan dan ketepatan aspek yang akan dinilai, (3) Kemampuan-
kemampuan khusus yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas, (4) Kemampuan yang
akan dinilai tidak terlalu banyak, sehingga mudah diamati, (5) Kemampuan yang akan
dinilai diurutkan berdasarkan urutan yang akan diamati.
Pengamatan unjuk kerja perlu dilakukan dalam berbagai konteks untuk menetapkan
tingkat pencapaian kemampuan tertentu. Untuk menilai kemampuan berbicara,
misalnya dilakukan pengamatan atau observasi berbicara yang beragam, seperti: diskusi
dalam kelompok kecil, berpidato, bercerita, bermain peran dan melakukan wawancara.
Dengan demikian, gambaran kemampuan siswa akan lebih utuh. Untuk mengamati
unjuk kerja siswa dapat menggunakan alat atau instrumen berikut:
Penilaian unjuk kerja dapat dilakukan dengan menggunakan daftar cek (baik-tidak baik).
Dengan menggunakan daftar cek, siswa mendapat nilai bila kriteria penguasaan
kompetensi tertentu dapat diamati oleh guru. Jika tidak dapat diamati, siswa tidak
memperoleh nilai. Kelemahan cara ini adalah guru hanya mempunyai dua pilihan
mutlak, misalnya benar-salah, dapat diamati-tidak dapat diamati, baik-tidak baik.
Dengan demikian tidak terdapat nilai tengah. Contoh daftar cek (check list) pada
penilaian berbicara tampak pada rubrik di bawah ini:
Ekspresi Fisik
Ekspresi Suara
Ekspresi Verbal
b) Tidak mengulang-ulang
pernyataan
3
c) Menggunakan kalimat yang
lengkap untuk mengutarakan satu
pikiran
d) Menyimpulkan pokok-pokok
pikiran yang penting
Jumlah Skor
Skor Perolehan
Skor Maksimal
2). Jika seorang siswa memperoleh skor 35-44 dapat ditetapkan kompeten
3). Jika seorang siswa memperoleh skor 30-34 dapat ditetapkan cukup kompeten
4). Jika seorang siswa memperoleh skor kurang dari 30 dapat ditetapkan tidak
kompeten.
b) Penilaian Sikap
Sikap bermula dari perasaan (suka atau tidak suka) yang terkait dengan kecenderungan
seseorang dalam merespon sesuatu/objek. Sikap juga sebagai ekspresi dari nilai-nilai
atau pandangan hidup yang dimiliki oleh seseorang. Sikap dapat dibentuk, sehingga
terjadi perilaku atau tindakan yang diinginkan.
Sikap terdiri atas tiga komponen, yakni: afektif, kognitif, dan konatif. Komponen afektif
adalah perasaan yang dimiliki oleh seseorang atau penilaiannya terhadap sesuatu objek.
Komponen kognitif adalah kepercayaan atau keyakinan seseorang mengenai objek.
Adapun komponen konatif adalah kecenderungan untuk berperilaku atau berbuat dengan
cara-cara tertentu berkenaan dengan kehadiran objek sikap.
Secara umum, objek sikap yang perlu dinilai dalam proses pembelajaran berbagai mata
pelajaran adalah sebagai berikut.
Sikap terhadap materi pelajaran. Siswa perlu memiliki sikap positif terhadap materi
pelajaran. Dengan sikap positif dalam diri siswa akan tumbuh dan berkembang minat
belajar, akan lebih mudah diberi motivasi, dan akan lebih mudah menyerap materi pelajaran
yang diajarkan.
Sikap terhadap guru/pengajar. Siswa perlu memiliki sikap positif terhadap guru. Siswa yang
tidak memiliki sikap positif terhadap guru akan cenderung mengabaikan hal-hal yang
diajarkan. Dengan demikian, siswa yang memiliki sikap negatif terhadap guru akan sukar
menyerap materi pelajaran yang diajarkan oleh guru tersebut.
Sikap terhadap proses pembelajaran. Siswa juga perlu memiliki sikap positif terhadap proses
pembelajaran yang berlangsung. Proses pembelajaran mencakup suasana pembelajaran,
strategi, metodologi, dan teknik pembelajaran yang digunakan. Proses pembelajaran yang
menarik, nyaman dan menyenangkan dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa, sehingga
dapat mencapai hasil belajar yang maksimal.
Sikap berkaitan dengan nilai atau norma yang berhubungan dengan suatu materi pelajaran.
Misalnya kasus atau masalah rendahnya minat baca, berkaitan dengan materi kebahasaan.
Siswa juga perlu memiliki sikap yang tepat, yang dilandasi oleh nilai-nilai positif agar
mempunyai kegemaran membaca.
Penilaian sikap dapat dilakukan dengan beberapa cara atau teknik. Teknik-teknik
tersebut antara lain: observasi perilaku, pertanyaan langsung, dan laporan pribadi.
Teknik-teknik tersebut secara ringkas dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Observasi perilaku
Kejadian (positif
No. Hari/ Tanggal Nama Siswa Tindak Lanjut
atau negatif)
Kolom kejadian diisi dengan kejadian positif maupun negatif. Catatan dalam lembaran
buku tersebut, selain bermanfaat untuk merekam dan menilai perilaku siswa,
bermanfaat pula untuk menilai sikap siswa dan dijadikan bahan penilaian perkembangan
siswa secara keseluruhan.
b. Pertanyaan langsung
c. Laporan pribadi
Penggunaan teknik ini adalah siswa diminta membuat ulasan yang berisi pandangan
atau tanggapan tentang suatu masalah, keadaan, atau hal yang menjadi objek sikap.
Misalnya, siswa diminta menulis pandangannya tentang “Kasus KKN” yang terjadi di
Indonesia. Dari ulasan yang dibuat oleh siswa dapat dipahami kecenderungan sikap yang
dimilikinya.
c) Penilaian Tertulis
Penilaian secara tertulis dilakukan dengan tes tertulis. Tes Tertulis adalah tes dengan
soal dan jawaban yang diberikan kepada siswa dalam bentuk tulisan. Tes memiliki
reliabilitas bila menghasilkan hasil-hasil yang konsisten selama beberapa kali
pengadministrasian atau disajikan dengan beberapa macam bentuk (Arends, 2008: 218).
Dalam menjawab soal siswa tidak selalu merespon dalam bentuk menulis jawaban tetapi
dapat juga dalam bentuk yang lain seperti memberi tanda, mewarnai, menggambar dan
lainnya. Ada dua bentuk soal tes tertulis, yaitu:
pilihan ganda
dua pilihan (benar-salah, ya-tidak)
menjodohkan
sebab-akibat
b. Mensuplai jawaban, dibedakan menjadi:
Dari berbagai alat penilaian tertulis, tes memilih jawaban benar-salah, isian singkat,
menjodohkan dan sebab akibat merupakan alat yang hanya menilai kemampuan berpikir
rendah, yaitu kemampuan mengingat (pengetahuan). Tes pilihan ganda dapat digunakan
untuk menilai kemampuan mengingat dan memahami dengan cakupan materi yang luas.
Namun, pilihan ganda mempunyai kelemahan, yaitu siswa tidak mengembangkan
sendiri jawabannya bahkan jika siswa tidak mengetahui jawaban yang benar, maka akan
menerka saja. Hal ini menimbulkan kecenderungan siswa tidak belajar untuk memahami
pelajaran tetapi menghafalkan soal dan jawabannya. Selain itu pilihan ganda kurang
mampu memberikan informasi yang cukup untuk dijadikan umpan balik guna
mendiagnosis atau memodifikasi pengalaman belajar. Karena itu kurang dianjurkan
pemakaiannya dalam penilaian kelas.
Tes tertulis bentuk uraian adalah alat penilaian yang menuntut siswa untuk mengingat,
memahami, dan mengorganisasikan gagasannya atau hal-hal yang sudah dipelajari.
Siswa mengemukakan atau mengekspresikan gagasan tersebut dalam bentuk uraian
tertulis dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Alat ini dapat menilai berbagai jenis
kompetensi, misalnya mengemukakan pendapat, berpikir logis, dan menyimpulkan.
Kelemahan alat ini antara lain cakupan materi yang ditanyakan terbatas.
Karakteristik mata pelajaran dan keluasan ruang lingkup materi yang akan diuji;
materi, misalnya kesesuian soal dengan standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator
pencapaian pada kurikulum;
konstruksi, misalnya rumusan soal atau pertanyaan harus jelas dan tegas;
bahasa, misalnya rumusan soal tidak menggunakan kata/kalimat yang menimbulkan
penafsiran ganda.
d) Penilaian Proyek
Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus
diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi sejak
dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data.
Dalam penilaian proyek setidaknya ada 3 (tiga) hal yang perlu dipertimbangkan yaitu:
Kemampuan pengelolaan : kemampuan siswa dalam memilih topik, mencari informasi dan
mengelola waktu pengumpulan data serta penulisan laporan.
Penilaian proyek dilakukan mulai dari perencanaan, proses pengerjaan, sampai hasil
akhir proyek. Untuk itu, guru perlu menetapkan hal-hal atau tahapan yang perlu dinilai,
seperti penyusunan desain, pengumpulan data, analisis data, dan penyiapkan laporan
tertulis. Laporan tugas atau hasil penelitian juga dapat disajikan dalam bentuk poster.
Pelaksanaan penilaian dapat menggunakan alat/instrumen penilaian berupa daftar cek
ataupun skala penilaian.
PENILAIAN PROYEK
2. ……………… 5. ………………..
3. ………………
Menganalisis hasil
2
angket
3 Menyusun Bab I
4 Menyusun Bab II
Menyelesaikan Laporan
6
Awal – Daftar Pustaka
7 Penyerahan hasil
e) Penilaian Portofolio
Penilaian portofolio pada dasarnya menilai karya-karya siswa secara individu pada satu
periode untuk suatu mata pelajaran. Akhir suatu priode, hasil karya tersebut
dikumpulkan dan dinilai oleh guru dan siswa. Berdasarkan informasi perkembangan
tersebut, guru dan siswa dapat menilai perkembangan kemampuan siswa
kemudian melakukan perbaikan. Dengan demikian, portofolio dapat memperlihatkan
perkembangan kemajuan belajar siswa melalui karyanya, antara lain: karangan, puisi,
surat, catatan perkembangan pekerjaan, hasil diskusi, hasil membaca buku/ literatur,
hasil penelitian, hasil wawancara, dsb.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dan dijadikan pedoman dalam penggunaan penilaian
portofolio, antara lain:
Karya siswa adalah benar-benar karya sendiri. Guru melakukan penelitian atas hasil karya
siswa yang dijadikan bahan penilaian portofolio agar karya tersebut merupakan hasil karya
sendiri.
Saling percaya antara guru dan siswa
Dalam proses penilaian guru dan siswa harus memiliki rasa saling percaya, saling
memerlukan dan saling membantu sehingga proses pembelajaran berlangsung dengan
baik.
Kerahasiaan hasil pengumpulan informasi perkembangan siswa perlu dijaga dengan baik
dan tidak disampaikan kepada pihak-pihak yang tidak berkepentingan sehingga
berdampak negatif pada proses pembelajaran.
Guru dan siswa perlu mempunyai rasa memiliki berkas portofolio sehingga berupaya
terus meningkatkan kemampuannya.
Kepuasan
Hasil kerja portofolio sebaiknya berisi keterangan dan atau bukti yang memberikan
dorongan kepada siswa untuk lebih meningkatkan diri.
Kesesuaian
Hasil kerja yang dikumpulkan adalah hasil kerja yang sesuai dengan kompetensi yang
tercantum dalam kurikulum.
Penilaian portofolio menerapkan prinsip proses dan hasil. Proses belajar yang dinilai
misalnya diperoleh dari catatan guru tentang kinerja dan karya siswa.
Penilaian portofolio merupakan hal yang tak terpisahkan dari proses pembelajaran.
Manfaat utama penilaian ini sebagai diagnostik yang sangat berarti bagi guru untuk
melihat kelebihan dan kekurangan siswa.
Teknik penilaian portofolio memerlukan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Jelaskan kepada siswa bahwa penggunaan portofolio, tidak hanya merupakan kumpulan
hasil kerja siswa yang digunakan oleh guru untuk penilaian, tetapi digunakan juga oleh siswa
sendiri. Dengan melihat portofolionya siswa dapat mengetahui kemampuan, keterampilan,
dan minatnya. Proses ini tidak akan terjadi secara spontan, tetapi membutuhkan waktu bagi
siswa untuk belajar meyakini hasil penilaian mereka sendiri.
2. Tentukan bersama siswa sampel-sampel portofolio apa saja yang akan dibuat. Portofolio
antara siswa yang satu dan yang lain bisa berbeda.
3. Kumpulkan dan simpanlah karya-karya tiap siswa dalam satu map atau folder di rumah
masing atau loker masing-masing di sekolah.
4. Berilah tanggal pembuatan pada setiap bahan informasi perkembangan siswa sehingga
dapat terlihat perbedaan kualitas dari waktu ke waktu.
5. Tentukan kriteria penilaian sampel portofolio dan bobotnya dengan para siswa. Diskusikan
cara penilaian kualitas karya para siswa. Contoh, Kriteria penilaian kemampuan menulis
karangan yaitu: penggunaan ejaan, pilihan kata, kelengkapan gagasan, dan sistematika
penulisan. Dengan demikian, siswa mengetahui harapan (standar) guru dan berusaha
mencapai standar tersebut.
Setelah suatu karya dinilai dan nilainya belum memuaskan, maka siswa diberi
kesempatan untuk memperbaiki. Namun, antara siswa dan guru perlu membuat
perjanjian mengenai jangka waktu perbaikan, misalnya 2 minggu karya yang telah
diperbaiki wajib diserahkan kembali.
Skor Prestasi
No SK / KD Keterangan
(1 – 10) T BT
2. Dst
Total Skor
Catatan:
Setiap Standar Kompetensi atau Kompetensi Dasar yang masuk dalam daftar portofolio
dikumpulkan dalam satu file (tempat) untuk setiap peserta didik sebagai bukti
pekerjaannya. Kemudian Guru menjelaskan bobot dari setiap portofolio yang dibuat.
C. Penutup
Evaluasi pembelajaran yang berpihak pada pengembangan keterampilan berbahasa dan
bersastra adalah evaluasi berbasis kelas karena pengambilan nilai berlangsung baik di
dalam maupun di luar kelas. Penilaian harus dilakukan secara terus-menerus dan
berkesinambungan. Teknik penilaian berbasis kelas yang tepat untuk pembelajaran
bahasa dan sastra adalah penilaian unjuk kerja, penilaian sikap, penilaian tertulis,
penilaian proyek, dan penilaian portofolio.
Daftar Rujukan :
Arends, Richard I. 2008. Learning to Teach: Belajar untuk Mengajar. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Depdiknas. 2006. Model Penilaian Kelas. Jakarta: Depdiknas.
Harsanto, Radno. 2007. Pengelolaan Kelas yang Dinamis. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Muijs, Daniel dan David Reynolds. 2008. Efective Teaching, teori dan aplikasi. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Nasution, S. 2005. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar & Mengajar. Jakarta: PT Bumi
Aksara.
Sanjaya, Wina. 2005. Pembelajaran dalam Iplementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi.
Jakarta: Kencana.
Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif berorientasi konstruktivistik. Jakarta:
Prestasi Pustaka.
Yamin, Martinis. 2007. Kiat Membelajarkan Siswa. Jakarta: Gaung Persada Press.
Yamin, Martinis dan Bansu I. Ansari. 2008. Taktik Mengembangkan Kemampuan Individual
Siswa. Jakarta: Gaung Persada Press.
Iklan
Kategori: Pembelajaran
rachmadwidodo's weblog
Blog di WordPress.com.
Kembali ke atas