Вы находитесь на странице: 1из 37

Kode Etik dan Isu Keperawatan

Kelompok 2

1. Nada Heni Winari B


2. Tania Nur Habibah

Fakultas Ilmu Kesehatan


Prodi Ilmu Keperawatan
Universitas Borobudur
2016

1
Kata pengantar

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat dan karunianya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat
pada waktunya yang berjudul “KODE ETIK DAN ISU
KEPERAWATAN”. Semoga makalah ini dapat digunakan sebagai
acuan,petunjuk maupun pedoman bagi pembaca . Harapan kami
semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca.

Kami sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
sempurna . Untuk itu,kami meminta masukannya demi perbaikan
pembuatan makalah kami diwaktu yang akan datang dan
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.

Jakarta,30 Oktober 2016

Penulis

2
Daftar Isi

Cover...........................................................................1
Kata pengantar............................................................2
Daftar isi.....................................................................3
Bab I............................................................................4
Pendahuluan
Bab II...........................................................................6
Pembahasan
Bab III.........................................................................36
Penutup

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keperawatan merupakan salah satu profesi yang mempunyai bidang


garap pada kesejahtraan manusia yaitu dengan memberikan bantuan
kepada individu yang sehat maupun yang sakit untuk dapat
menjalankan fungsi hidup sehari-hariya. Salah satu yang mengatur
hubungan antara perawat pasien adalah etika. Istilah etika dan moral
sering digunakan secara bergantian.
Etika dan moral merupakan sumber dalam merumuskan standar dan
prinsip-prinsip yang menjadi penuntun dalam berprilaku serta
membuat keputusan untuk melindungi hak-hak manusia. Etika
diperlukan oleh semua profesi termasuk juga keperawatan yang
mendasari prinsip-prinsip suatu profesi dan tercermin dalam standar
praktek profesional. (Doheny et all, 1982).
Etika adalah peraturan atau norma yang dapat digunakan sebagai
acuan bagi perlaku seseorang yang berkaitan dengan tindakan yang
baik dan buruk yang dilakukan seseorang dan merupakan suatu
kewajiban dan tanggungjawanb moral.(Nila Ismani, 2001)
Etika adalah peraturan atau norma yang dapat digunakan sebagai
acuan bagi perlaku seseorang yang berkaitan dengan tindakan yang
baik dan buruk yang dilakukan seseorang dan merupakan suatu
kewajiban dan tanggungjawanb moral.(Nila Ismani, 2001)
Profesi keperawatan mempunyai kontrak sosial dengan masyarakat,
yang berarti masyarakat memberi kepercayaan kepada profesi
keperawatan untuk memberikan pelayanan yang dibutuhkan.
Konsekwensi dari hal tersebut tentunya setiap keputusan dari
tindakan keperawatan harus mampu dipertanggungjawabkan dan

4
dipertanggunggugatkan dan setiap penganbilan keputusan tentunya
tidak hanya berdasarkan pada pertimbangan ilmiah semata tetapi
juga dengan mempertimbangkan etika.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan etik?


2. Apa tipe – tipe etika?
3. Apa teori etik?
4. Bagaimana memahami prinsip – prinsip etik?
5. Apa saja kode etik keperawatan?
6. Bagaimana penerapan etik dalam keperawatan?
7. Apa yang dimaksud dengan isu keperawatan?
8. Apa saja isu keperawatan?

C. Tujuan Masalah

1. Mengetahui dan memahami definisi etik


3. Mengetahui dan memahami tipe – tipe etika
4. Mengetahui dan memahami teori etik
5. Mengetahui dan memahami prinsip-prinsip etik
6. Mengetahui dan memahami definisi dan kode etik keperawatan
7. Mengetahui dan memahami defenisi dan jenis isu keperawatan

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kode Etik Keperawatan

Etik merupakan prinsip yang menyangkut benar dan salah, baik


dan buruk dalam hubungan dengan orang lain. Etik merupakan
studi tentang perilaku, karakter dan motif yang baik serta
ditekankan pada penetapan apa yang baik dan berharga bagi
semua orang.

Secara umum, terminologi etik dan moral adalah sama. Etik


memiliki terminologi yang berbeda dengan moral bila istilah etik
mengarahkan terminologinya untuk penyelidikan filosofis atau
kajian tentang masalah atau dilema tertentu. Moral
mendeskripsikan perilaku aktual, kebiasaan dan kepercayaan
sekelompok orang atau kelompok tertentu. Etik juga dapat
digunakan untuk mendeskripsikan suatu pola atau cara hidup,
sehingga etik merefleksikan sifat, prinsip dan standar seseorang
yang mempengaruhi perilaku profesional. Cara hidup moral
perawat telah dideskripsikan sebagai etik perawatan. Berdasarkan
uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa etik merupakan istilah
yang digunakan untuk merefleksikan bagaimana seharusnya
manusia berperilaku, apa yang seharusnya dilakukan seseorang
terhadap orang lain.

6
B. FUNGSI KODE ETIK KEPERAWATAN

Kode etik perawat yang berlaku saat ini berfungsi sebagai


landasan bagi status profesional dengan cara sebagai berikut:

1. Kode etik perawat menunjukkan kepada masyarakat bahwa


perawat diharuskan memahami dan menerima kepercayaan dan
tanggungjawab yang diberikan kepada perawat oleh masyarakat.
2. Kode etik menjadi pedoman bagi perawat untuk berperilaku
dan menjalin hubungan keprofesian sebagai landasan dalam
penerapan praktek etikal.
3. Kode etik perawat menetapkan hubungan-hubungan
profesional yang harus dipatuhi yaitu hubungan perawat dengan
pasien/klien sebagai advokator, perawat dengan tenaga
profesional kesehatan lain sebagai teman sejawat, dengan profesi
keperawatan sebagai seorang kontributor dan dengan masyarakat
sebagai perwakilan dari asuhan kesehatan.
4. Kode etik perawat memberikan sarana pengaturan diri sebagai
profesi.

C. TUJUAN KODE ETIK KEPERAWATAN

Pada dasarnya, tujuan kode etik keperawatan adalah upaya agar


perawat dalam menjalankan setiap tugas dan fungsinya dapat
menghargai dan menghormati marabat manusia. Tujuan kode etik
keperawatan tersebut adalah sebagai berikut :

1. Merupakan dasar dalam mengatur hubungan antar-perawat,


klien/pasien, teman sebaya, masyarakat dan unsur profesi, baik

7
dalam profesi keperawatan sendiri maupun hubungannya dengan
profesi lain di luar profesi keperawatan.
2. Merupakan standar untuk mengatasi masalah yang dilakukan
oleh praktisi keperawatan yang tidak mengindahkan dedikasi
moral dalam pelaksanaan tugasnya.
3. Untuk mempertahankan bila praktisi yang dalam menjalankan
tugasnya diperlakukan secara tidak adil oleh institusi maupun
masyarkat.
4. Merupakan dalam menyusun kurikulum pendidikan
keperawatan agar dapat menghasilkan lulusan yang berorientasi
pada sikap profesional keperawatan.
5. Memberikan pemahaman kepada masyarakat
pemakai/pengguna tenaga keperawatan akan pentingnya skap
professional dalam melaksanakan tugas praktik keperawatan.

D. TIPE-TIPE ETIK KEPERAWATAN

1. Bioetik
Bioetik merupakan studi filosofi yang mempelajari tentang
kontroversi dalam etik, menyangkut masalah biologi dan
pengobatan. Lebih lanjut, bioetik difokuskan pada pertanyaan
etik yang muncul tentang hubungan antara ilmu kehidupan,
bioteknologi, pengobatan, politik, hukum, dan theology. Pada
lingkup yang lebih sempit, bioetik merupakan evaluasi etik pada
moralitas treatment atau inovasi teknologi, dan waktu
pelaksanaan pengobatan pada manusia. Pada lingkup yang lebih
luas, bioetik mengevaluasi pada semua tindakan moral yang
mungkin membantu atau bahkan membahayakan kemampuan
organisme terhadap perasaan takut dan nyeri, yang meliputi
semua tindakan yang berhubungan dengan pengobatan dan

8
biologi. Isu dalam bioetik antara lain : peningkatan mutu genetik,
etika lingkungan, pemberian pelayanan kesehatan Dapat
disimpulkan bahwa bioetik lebih berfokus pada dilema yang
menyangkut perawatan kesehatan modern, aplikasi teori etik dan
prinsip etik terhadap masalah-masalah pelayanan kesehatan

2. Clinical ethics/Etik klinik


Etik klinik merupakan bagian dari bioetik yang lebih
memperhatikan pada masalah etik selama pemberian pelayanan
pada klien. Contoh clinical ethics : adanya persetujuan atau
penolakan, dan bagaimana seseorang sebaiknya merespon
permintaan medis yang kurang bermanfaat (sia-sia).

3. Nursing ethics/Etik Perawatan


Bagian dari bioetik, yang merupakan studi formal tentang isu etik
dan dikembangkan dalam tindakan keperawatan serta dianalisis
untuk mendapatkan keputusan etik.

E. TEORI ETIK KEPERAWATAN

1. Utilitarian
Kebenaran atau kesalahan dari tindakan tergantung dari
konsekwensi atau akibat tindakan Contoh : Mempertahankan
kehamilan yang beresiko tinggi dapat menyebabkan hal yang
tidak menyenangkan, nyeri atau penderitaan pada semua hal yang
terlibat, tetapi pada dasarnya hal tersebut bertujuan untuk
meningkatkan kesehatan ibu dan bayinya.

9
2. Deontologi
Pendekatan deontologi berarti juga aturan atau prinsip. Prinsip-
prinsip tersebut antara lain autonomy, informed consent, alokasi
sumber-sumber, dan euthanasia.

F. PRINSIP-PRINSIP ETIK KEPERAWATAN

1. Otonomi (Autonomy)
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu
mampu berpikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri.
Orang dewasa dianggap kompeten dan memiliki kekuatan
membuat sendiri, memilih dan memiliki berbagai keputusan atau
pilihan yang harus dihargai oleh orang lain. Prinsip otonomi
merupakan bentuk respek terhadap seseorang, atau dipandang
sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional.
Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu
yang menuntut pembedaan diri. Praktek profesional
merefleksikan otonomi saat perawat menghargai hak-hak klien
dalam membuat keputusan tentang perawatan dirinya.

2. Berbuat baik (Beneficience)


Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik.
Kebaikan, memerlukan pencegahan dari kesalahan atau
kejahatan, penghapusan kesalahan atau kejahatan dan
peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain. Terkadang, dalam
situasi pelayanan kesehatan, terjadi konflik antara prinsip ini
dengan otonomi.

3. Keadilan (Justice)
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terpai yang sama dan adil
terhadap orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal

10
dan kemanusiaan. Nilai ini direfleksikan dalam prkatek
profesional ketika perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai
hukum, standar praktek dan keyakinan yang benar untuk
memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.

4. Tidak merugikan (Nonmaleficience)


Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan
psikologis pada klien.

5. Kejujuran (Veracity)
Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini
diperlukan oleh pemberi pelayanan kesehatan untuk
menyampaikan kebenaran pada setiap klien dan untuk
meyakinkan bahwa klien sangat mengerti. Prinsip veracity
berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk mengatakan
kebenaran. Informasi harus ada agar menjadi akurat,
komprensensif, dan objektif untuk memfasilitasi pemahaman dan
penerimaan materi yang ada, dan mengatakan yang sebenarnya
kepada klien tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan
keadaan dirinya selama menjalani perawatan. Walaupun
demikian, terdapat beberapa argument mengatakan adanya
batasan untuk kejujuran seperti jika kebenaran akan kesalahan
prognosis klien untuk pemulihan atau adanya hubungan
paternalistik bahwa ”doctors knows best” sebab individu
memiliki otonomi, mereka memiliki hak untuk mendapatkan
informasi penuh tentang kondisinya. Kebenaran merupakan dasar
dalam membangun hubungan saling percaya.

6. Menepati janji (Fidelity)


Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan
komitmennya terhadap orang lain. Perawat setia pada
komitmennya dan menepati janji serta menyimpan rahasia klien.

11
Ketaatan, kesetiaan, adalah kewajiban seseorang untuk
mempertahankan komitmen yang dibuatnya. Kesetiaan,
menggambarkan kepatuhan perawat terhadap kode etik yang
menyatakan bahwa tanggung jawab dasar dari perawat adalah
untuk meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan
kesehatan dan meminimalkan penderitaan.

7. Karahasiaan (Confidentiality)
Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien
harus dijaga privasi klien. Segala sesuatu yang terdapat dalam
dokumen catatan kesehatan klien hanya boleh dibaca dalam
rangka pengobatan klien. Tidak ada seorangpun dapat
memperoleh informasi tersebut kecuali jika diijinkan oleh klien
dengan bukti persetujuan. Diskusi tentang klien diluar area
pelayanan, menyampaikan pada teman atau keluarga tentang
klien dengan tenaga kesehatan lain harus dihindari.

8. Akuntabilitas (Accountability)
Akuntabilitas merupakan standar yang pasti bahwa tindakan
seorang profesional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas
atau tanpa terkecuali

G. KODE ETIK KEPERAWATAN INDONESIA

Kode etik adalah pernyataan standar profesional yang digunakan


sebagai pedoman perilaku dan menjadi kerangka kerja untuk
membuat keputusan. Aturan yang berlaku untuk seorang perawat
Indonesia dalam melaksanakan tugas/fungsi perawat adalah kode
etik perawat nasional Indonesia, dimana seorang perawat selalu
berpegang teguh terhadap kode etik sehingga kejadian

12
pelanggaran etik dapat dihindarkan. Kode etik keperawtan
Indonesia :

 Perawat dan Klien

1) Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan


menghargai harkat dan martabat manusia, keunikan klien dan
tidak terpengaruh oleh pertimbangan kebangsaan, kesukuan,
warna kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik dan agama yang
dianut serta kedudukan sosial.
2) Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan senantiasa
memelihara suasana lingkungan yang menghormati nilai-nilai
budaya, adat istiadat dan kelangsungan hidup beragama klien.
3) Tanggung jawab utama perawat adalah kepada mereka yang
membutuhkan asuhan keperawatan.
4) Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang dikehendaki
sehubungan dengan tugas yang dipercayakan kepadanya kecuali
jika diperlukan oleh yang berwenang sesuai dengan ketentuan
hukum yang berlaku.

 Perawat dan praktek

1) Perawat memlihara dan meningkatkan kompetensi dibidang


keperawatan melalui belajar terus-menerus
2) Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan keperawatan
yang tinggi disertai kejujuran profesional yang menerapkan
pengetahuan serta ketrampilan keperawatan sesuai dengan
kebutuhan klien.
3) Perawat dalam membuat keputusan didasarkan pada informasi
yang akurat dan mempertimbangkan kemampuan serta kualifikasi

13
seseorang bila melakukan konsultasi, menerima delegasi dan
memberikan delegasi kepada orang lain
4) Perawat senantiasa menjunjung tinggi nama baik profesi
keperawatan dengan selalu menunjukkan perilaku profesional.

 Perawat dan masyarakat

Perawat mengemban tanggung jawab bersama masyarakat untuk


memprakarsai dan mendukung berbagai kegiatan dalam
memenuhi kebutuhan dan kesehatan masyarakat.

 Perawat dan teman sejawat

1) Perawat senantiasa memelihara hubungan baik dengan sesama


perawat maupun dengan tenaga kesehatan lainnya, dan dalam
memelihara keserasian suasana lingkungan kerja maupun dalam
mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara keseluruhan.
2) Perawat bertindak melindungi klien dari tenaga kesehatan
yang memberikan pelayanan kesehatan secara tidak kompeten,
tidak etis dan ilegal.

 Perawat dan Profesi

1) Perawat mempunyai peran utama dalam menentukan standar


pendidikan dan pelayanan keperawatan serta menerapkannya
dalam kegiatan pelayanan dan pendidikan keperawatan
2) Perawat berperan aktif dalam berbagai kegiatan
pengembangan profesi keperawatan
3)Perawat berpartisipasi aktif dalam upaya profesi untuk
membangun dan memelihara kondisi kerja yang kondusif demi
terwujudnya asuhan keperawatan yang bermutu tinggi.

14
H. KODE ETIK KEPERAWATAN AMERICAN NURSES
ASSOCIATION (ANA)

1. Perawat memberikan pelayanan dengan penuh hormat bagi


martabat kemanusiaan dan keunikan klien yang tidak dibatasi
oleh pertimbangan status sosial atau ekonomi, atribut personal
atau corak masalah kesehatan.
2. Perawat melindungi hak klien akan privasi dengan memegang
teguh informasi yang bersifat rahasia.
3. Perawat melindungi klien dan publik bila kesehatan dan
keselamatannya terancam oleh praktek seseorang yang tidak
berkompoten, tidak etis atau ilegal.
4. Perawat memikul tanggung jawab atas pertimbangan dan
tindakan perawatan yang dijalankan masing-masing individu.
5. Perawat memelihara kompetensi keperawatan
6. Perawat melaksanakan pertimbangan yang beralasan dan
menggunakan kompetensi dan kualifikasi individu sebagai
kriteria dalam mengusahakan konsultasi, menerima tanggung
jawab dan melimpahkan kegiatan keperawatan kepada orang lain.
7. Perawat turut serta beraktivitas dalam membantu
pengembangan pengetahuan profesi.
8. Perawat turut serta dalam upaya-upaya profesi untuk
melaksanakan dan meningfkatkan standar keperawatan.
9. Perawat turut serta dalam upaya-upaya profesi untuk
membentuk dan membina kondisi kerja yang mendukung
pelayanan keperawatan yang berkualitas.
10. Perawat turut serta dalam upaya-upaya profesi untuk
melindungi publik terhadap informasi dan gambaran yang salah
serta mempertahankan integritas perawat.
11. Perawat bekerja sama dengan anggota profesi kesehatan atau
warga masyarakat lainnya dalam meningkatkan upaya-upaya

15
masyarakat dan nasional untuk memenuhi kebutuhan kesehatan
publik.

I. KODE ETIK KEPERAWATAN ICN

suatu federansi perhimpunan perawat nasional di seluruh dunia


yang didirikan pada tanggal 1 juli 1899 oleh Mrs.Bedford
fenwich di Hanover Square,london dan direvisi pada tahun 1973
1. Tanggung Jawab Utama Perawat
Tanggung jawab utama perawat adalah meningkatkan kesehatan,
mencegah timbulnya penyakit, memelihara kesehatan dan
mengurangi penderitaan. Untuk melaksanakan tanggung jawab
utama tersebut, perawat harus meyakini bahwa :
kebutuhan terhadap pelayanan keperawatan di berbagai tempat
adalah sama.
pelaksanaan praktik keperawatan dititik beratkan pada
penghargaan terhadap kehidupan yang bermartabat dan
menjunjung tinggi hak asasi
manusia.
dalam melaksanakan pelayanan kesehatan dan /atau keperawatan
kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat, perawat
mengikutsertakan kelompok dan instansi terkait.

2. Perawat, individu, dan anggota kelompok masyarakat.


Tanggung jawab utama perawat adalah melaksanakan asuhan
keperawatan sesuai dengan kebutuhan masyuarakat. Oleh karena
itu , dalam menjalankan tugas, perawat perlu meningkatkan
keadaan lingkungan kesehatan dengan menghargai nilai-nilai
yang ada di masyarakat, menghargai aadat kebiasaan serta
kepercayaan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang
menjadi pasien atau kliennya. Perawat dapat memegang teguh

16
rahasia pribadi (privasi) dan hanya dapat memberikan keterangan
bila diperlukaan oleh pihak yang berkepentingan atau pengadilan.

3.Perawat dan pelaksanaan praktik keperawatan


Perawat memegang peranan penting dalam menentukan dan
melaksanakan standar praktik keperawatan untuk mencapai
kemampuan yang sesuai dengan standar pendidikan keperawatan.
Perawat dapat mengembangkan pengetahuan yang dimilikinya
secara aktif untuk menopang perannya dalam situasi tertentu.
Perawat sebagai anggota profesi, setiap saat dapat
mempertahankan sikap sesuai dengan standar profesi
keperawatan.

4. Perawat dan lingkungan masyarakat


Perawat dapat memprakarsai pembaharuan, tanggap, mempunyai
inisiatif, dan dapat berperan serta secara aktif dalam menentukan
masalah kesehatan dan masalah sosial yang terjadi di masyarakat.

5. Perawat dan sejawat


Perawat dapat menopang hubungan kerja sama dengan teman
kerja, baik tenaga keperawatan maupun tenaga profesi lain di
keperawatan. Perawat dapat melindungi dan menjamin seseorang,
bila dalam masa perawatannya merasa terancam.

6. Perawat dan profesi keperawatan


Perawat memainkan peran yang besar dalam menentukan
pelaksanaan standar praktik keperawatan dan pendidikan
keperawatan . Perawat diharapkan ikut aktif dalam
mengembangkan pengetahuan dalam menopang pelaksanaan
perawatan secara profesional. Perawat sebagai anggota profesi
berpartisipasi dalam memelihara kestabilan sosial dan ekonomi
sesuai dengan kondisi pelaksanaan praktik keperawatan.

17
J. ISU KEPERAWATAN

1. Issue
Suatu peristiwa yang dapat diperkirakan terjadi atau tidak terjadi
pada masa mendatang, yang menyangkut ekonomi, sosial, politik,
dll.
Issue adalah sesuatu yang sedang banyak dibicarakan oleh
masyarakat akan tetapi kebenaranya belum dapat dibuktikan.

2. CONTOH ISU KEPERAWATAN

1. Abortus
Abortus adalah berhentinya kehamilan sebelum usia
kehamilan 20 minggu yang mengakibatkan kematian janin.
Apabila janin lahir selamat (hidup) sebelum 38 minggu
namun setelah 20 minggu, maka istilahnya adalah kelahiran
prematur. Menggugurkan kandungan atau dalam dunia
kedokteran dikenal dengan istilah “abortus” adalah
pengakhiran kehamilan sebelum usia 20 minggu kehamilan
atau berat bayi kurang dari 500 g(ketika janin belum dapat
hidup di luar kandungan). Angka kejadian aborsi meningkat
denganbertambahnya usia dan terdapatnya riwayat aborsi
sebelumnya.
Proses abortus berlangsung secara :
1. Spontan / alamiah (terjadi secara alami, tanpa tindakan
apapun)
2. Buatan / sengaja (aborsi yang dilakukan secara sengaja)
3. Terapeutik / medis (aborsi yang dilakukan atas indikasi
medik karena terdapatnya suatupermasalahan atau
komplikasi).

18
Penyebab abortus
Penyebab abortus spontan bervariasi meliputi infeksi, faktor
hormonal, kelainan bentuk rahim,faktor imunologi (kekebalan
tubuh), dan penyakit dari ibu. Penyebab abortus pada umumnya
terbagi atas faktor janin dan faktor ibu :
a. Faktor Janin
Pada umumnya abortus spontan yang terjadi karena faktor janin
disebabkan karena terdapatnyakelainan pada perkembangan janin
[seperti kelainan kromosom (genetik)], gangguan pada ari-ari
maupun kecelakaan pada janin. Frekuensi terjadinya kelainan
kromosom (genetik) pada triwulanpertama berkisar sebesar 60%.
b. Faktor Ibu
Beberapa hal yang berkaitan dengan faktor ibu yang dapat
menyebabkan abortus spontan adalahfaktor genetik orangtua yang
berperan sebagai carrier (pembawa) di dalam kelainan
genetik;infeksi pada kehamilan seperti herpes simpleks virus,
cytomegalovirus, sifilis, gonorrhea;kelainan hormonal seperti
hipertiroid, kencing manis yang tidak terkontrol; kelainan
jantung;kelainan bawaan dari rahim, seperti rahimbikornu(rahim
yang bertanduk), rahim yang bersepta(memiliki selaput pembatas di
dalamnya) maupun parut rahim akibat riwayat kuret atau
operasirahim sebelumnya.Miomapada rahim juga berkaitan dengan
angka kejadian aborsi spontan. Selain itu, ada beberapa diantara
orang tua yang tidak menginginkan kehadiran janin tersebut dengan
alasan yang bervariasi.

Faktor Risiko Aborsi


1. Usia ibu yang lanjut
2. Riwayat kehamilan sebelumnya yang kurang baik
19
3. Riwayat infertilitas (tidak memiliki anak)
4. Adanya kelainan atau penyakit yang menyertai kehamilan
5. Infeksi (cacar, toxoplasma, dll)
6. Paparan dengan berbagai macam zat kimia (rokok, obat-
obatan, alkohol, radiasi)
7. Trauma pada perut atau panggul pada 3 bulan pertama
kehamilan
8. Kelainan kromosom(genetik)

Tanda dan Gejala Aborsi secara Alamiah


1. Nyeri perut bagian bawah
2. Keram pada rahim
3. Nyeri pada punggung
4. Perdarahan dari kemaluan
5. Pembukaan leher rahim
6. Pengeluaran janin dari dalam rahim

Metode melakukan aborsi

1. Urea
Karena bahaya penggunaan saline, maka suntikan lain yang
biasa dipakai adalah hipersomolar urea, walau metode ini
kurang efektif dan biasanya harus dibarengi dengan asupan
hormon oxytocin atau prostaglandin agar dapat mencapai
hasil maksimal. Gagal aborsi atau tidak tuntasnya aborsi
sering terjadi dalam menggunakan metode ini, sehingga
operasi pengangkatan janin dilakukan. Seperti teknik suntikan
aborsi lainnya, efek samping yang sering ditemui adalah
pusing-pusing atau muntah-muntah. Masalah umum dalam
aborsi pada trimester kedua adalah perlukaan rahim, yang

20
berkisar dari perlukaan kecil hingga perobekan rahim. Antara
1-2% dari pasien pengguna metode ini terkena
endometriosis/peradangan dinding rahim.
2. Prostaglandin
Prostaglandin merupakan hormon yang diproduksi secara
alami oleh tubuh dalam proses melahirkan. Injeksi dari
konsentrasi buatan hormon ini ke dalam air ketuban memaksa
proses kelahiran berlangsung, mengakibatkan janin keluar
sebelum waktunya dan tidak mempunyai kemungkinan untuk
hidup sama sekali. Sering juga garam atau racun lainnya
diinjeksi terlebih dahulu ke cairan ketuban untuk memastikan
bahwa janin akan lahir dalam keadaan mati, karena tak jarang
terjadi janin lolos dari trauma melahirkan secara paksa ini dan
keluar dalam keadaan hidup. Efek samping penggunaan
prostaglandin tiruan ini adalah bagian dari ari-ari yang
tertinggal karena tidak luruh dengan sempurna, trauma rahim
karena dipaksa melahirkan, infeksi, pendarahan, gagal
pernafasan, gagal jantung, perobekan rahim.

3. Partial Birth Abortion


Metode ini sama seperti melahirkan secara normal, karena
janin dikeluarkan lewat jalan lahir. Aborsi ini dilakukan pada
wanita dengan usia kehamilan 20-32 minggu, mungkin juga
lebih tua dari itu. Dengan bantuan alat USG, forsep (tang
penjepit) dimasukkan ke dalam rahim, lalu janin ditangkap
dengan forsep itu. Tubuh janin ditarik keluar dari jalan lahir
(kecuali kepalanya). Pada saat ini, janin masih dalam keadaan
hidup. Lalu, gunting dimasukkan ke dalam jalan lahir untuk
menusuk kepala bayi itu agar terjadi lubang yang cukup besar.
Setelah itu, kateter penyedot dimasukkan untuk menyedot
keluar otak bayi. Kepala yang hancur lalu dikeluarkan dari

21
dalam rahim bersamaan dengan tubuh janin yang lebih dahulu
ditarik keluar.

4. Histerotomy
Sejenis dengan metode operasi caesar, metode ini digunakan
jika cairan kimia yang digunakan/disuntikkan tidak
memberikan hasil memuaskan. Sayatan dibuat di perut dan
rahim. Bayi beserta ari-ari serta cairan ketuban dikeluarkan.
Terkadang, bayi dikeluarkan dalam keadaan hidup, yang
membuat satu pertanyaan bergulir: bagaimana, kapan dan
siapa yang membunuh bayi ini? Metode ini memiliki resiko
tertinggi untuk kesehatan wanita, karena ada kemungkinan
terjadi perobekan rahim.

5. Metode Penyedotan (Suction Curettage)


Pada 1-3 bulan pertama dalam kehidupan janin, aborsi
dilakukan dengan metode penyedotan. Teknik inilah yang
paling banyak dilakukan untuk kehamilan usia dini. Mesin
penyedot bertenaga kuat dengan ujung tajam dimasukkan ke
dalam rahim lewat mulut rahim yang sengaja dimekarkan.
Penyedotan ini mengakibatkan tubuh bayi berantakan dan
menarik ari-ari (plasenta) dari dinding rahim. Hasil
penyedotan berupa darah, cairan ketuban, bagian-bagian
plasenta dan tubuh janin terkumpul dalam botol yang
dihubungkan dengan alat penyedot ini. Ketelitian dan kehati-
hatian dalam menjalani metode ini sangat perlu dijaga guna
menghindari robeknya rahim akibat salah sedot yang dapat
mengakibatkan pendarahan hebat yang terkadang berakhir
pada operasi pengangkatan rahim. Peradangan dapat terjadi
dengan mudahnya jika masih ada sisa-sisa plasenta atau
bagian dari janin yang tertinggal di dalam rahim. Hal inilah

22
yang paling sering terjadi yang dikenal dengan komplikasi
paska-aborsi.

6. Metode D&C – Dilatasi dan Kerokan


Dalam teknik ini, mulut rahim dibuka atau dimekarkan
dengan paksa untuk memasukkan pisau baja yang tajam.
Bagian tubuh janin dipotong berkeping-keping dan diangkat,
sedangkan plasenta dikerok dari dinding rahim. Darah yang
hilang selama dilakukannya metode ini lebih banyak
dibandingkan dengan metode penyedotan. Begitu juga dengan
perobekan rahim dan radang paling sering terjadi. Metode ini
tidak sama dengan metode D&C yang dilakukan pada wanita-
wanita dengan keluhan penyakit rahim (seperti pendarahan
rahim, tidak terjadinya menstruasi, dsb). Komplikasi yang
sering terjadi antara lain robeknya dinding rahim yang dapat
menjurus hingga ke kandung kencing.

7. Pil RU 486
Masyarakat menamakannya “Pil Aborsi Perancis”. Teknik ini
menggunakan 2 hormon sintetik yaitu mifepristone dan
misoprostol untuk secara kimiawi menginduksi kehamilan
usia 5-9 minggu. Di Amerika Serikat, prosedur ini dijalani
dengan pengawasan ketat dari klinik aborsi yang
mengharuskan kunjungan sedikitnya 3 kali ke klinik tersebut.
Pada kunjungan pertama, wanita hamil tersebut diperiksa
dengan seksama. Jika tidak ditemukan kontra-indikasi (seperti
perokok berat, penyakit asma, darah tinggi, kegemukan, dll)
yang malah dapat mengakibatkan kematian pada wanita hamil
itu, maka ia diberikan pil RU 486.
Kerja RU 486 adalah untuk memblokir hormon progesteron
yang berfungsi vital untuk menjaga jalur nutrisi ke plasenta
tetap lancar. Karena pemblokiran ini, maka janin tidak

23
mendapatkan makanannya lagi dan menjadi kelaparan. Pada
kunjungan kedua, yaitu 36-48 jam setelah kunjungan pertama,
wanita hamil ini diberikan suntikan hormon prostaglandin,
biasanya misoprostol, yang mengakibatkan terjadinya
kontraksi rahim dan membuat janin terlepas dari rahim.
Kebanyakan wanita mengeluarkan isi rahimnya itu dalam 4
jam saat menunggu di klinik, tetapi 30% dari mereka
mengalami hal ini di rumah, di tempat kerja, di kendaraan
umum, atau di tempat-tempat lainnya, ada juga yang perlu
menunggu hingga 5 hari kemudian. Kunjungan ketiga
dilakukan kira-kira 2 minggu setelah pengguguran
kandungan, untuk mengetahui apakah aborsi telah
berlangsung. Jika belum, maka operasi perlu dilakukan (5-10
persen dari seluruh kasus). Ada beberapa kasus serius dari
penggunaan RU 486, seperti aborsi yang tidak terjadi hingga
44 hari kemudian, pendarahan hebat, pusing-pusing, muntah-
muntah, rasa sakit hingga kematian. Sedikitnya seorang
wanita Perancis meninggal sedangkan beberapa lainnya
mengalami serangan jantung.

8. Suntikan Methotrexate (MTX)


Prosedur dengan MTX sama dengan RU 486, hanya saja obat
ini disuntikkan ke dalam badan. MTX pada mulanya
digunakan untuk menekan pertumbuhan pesat sel-sel, seperti
pada kasus kanker, dengan menetralisir asam folat yang
berguna untuk pemecahan sel. MTX ternyata juga menekan
pertumbuhan pesat trophoblastoid – selaput yang
menyelubungi embrio yang juga merupakan cikal bakal
plasenta.
Trophoblastoid tidak saja berfungsi sebagai ’sistim
penyanggah hidup’ untuk janin yang sedang berkembang,
mengambil oksigen dan nutrisi dari darah calon ibu serta

24
membuang karbondioksida dan produk-produk buangan
lainnya, tetapi juga memproduksi hormon hCG (human
chorionic gonadotropin), yang memberikan tanda pada corpus
luteum untuk terus memproduksi hormon progesteron yang
berguna untuk mencegah gagal rahim dan keguguran.

MTX menghancurkan integrasi dari lingkungan yang


menopang, melindungi dan menyuburkan pertumbuhan janin,
dan karena kekurangan nutrisi, maka janin menjadi mati. 3-7
hari kemudian, tablet misoprostol dimasukkan ke dalam
kelamin wanita hamil itu untuk memicu terlepasnya janin dari
rahim. Terkadang, hal ini terjadi beberapa jam setelah
masuknya misoprostol, tetapi sering juga terjadi perlunya
penambahan dosis misoprostol. Hal ini membuat cara aborsi
dengan menggunakan suntikan MTX dapat berlangsung
berminggu-minggu. Si wanita hamil itu akan mendapatkan
pendarahan selama berminggu-minggu (42 hari dalam sebuah
studi kasus), bahkan terjadi pendarahan hebat. Sedangkan
janin dapat gugur kapan saja – di rumah, di dalam bis umum,
di tempat kerja, di supermarket, dsb.
Wanita yang kedapatan masih mengandung pada kunjungan
ke klinik aborsi selanjutnya, mau tak mau harus menjalani
operasi untuk mengeluarkan janin itu. Bahkan dokter-dokter
yang bekerja di klinik aborsi seringkali enggan untuk
memberikan suntikan MTX karena MTX sebenarnya adalah
racun dan efek samping yang terjadi terkadang tak dapat
diprediksi. Efek samping yang tercatat dalam studi kasus
adalah sakit kepala, rasa sakit, diare, penglihatan yang
menjadi kabur, dan yang lebih serius adalah depresi sumsum
tulang belakang, kekuragan darah, kerusakan fungsi hati, dan
sakit paru-paru.

25
Dalam bungkus MTX, pabrik pembuat menuliskan peringatan
keras bahwa MTX memang berguna untuk pengobatan
kanker, beberapa kasus artritis dan psoriasis, “kematian
pernah dilaporkan pada orang yang menggunakan MTX”, dan
pabrik itu menyarankan agar hanya para dokter yang
berpengalaman dan memiliki pengetahuan tentang terapi
antimetabolik saja yang boleh menggunakan MTX. Meski
para dokter aborsi yang menggunakan MTX menepis efek-
efek samping MTX dan mengatakan MTX dosis rendah baik
untuk digunakan dalam proses aborsi, dokter-dokter aborsi
lainnya tidak setuju, karena pada paket injeksi yang
digunakan untuk aborsi juga tertera peringatan bahaya racun
walau MTX digunakan dalam dosis rendah.

Penanganan klien aborsi

Baik klien yang mengalami aborsi alami maupun aborsi yang


spontan, kita sebagai perawat dapat menanganinya sebagai
berikut:
1. Bila ada tanda-tanda syok karena perdarahan, segera
berikan cairan infusfisioloqik NaCl atau cairan Ringer Laktat,
kemudian disusuL denqan transfusi darah
.2. Pengeluaran sisa hasil konsepsi dilakukan dengan kuretase.
3. Pasca tindakan diberikan suntikan ergometrin 0,2 mg
secara intra muscular.
4. Apabila pasien dalam keadaan anemia dapat diberikan obat
hematinik, misalnyasulfas ferosus dan vitamin C.
5. Untuk mencegah kemungkinan terjadinya infeksi dapat
diberikan antibiotik.(Rustam.M, 2002)

26
Sudut pandang tentang aborsi
1. Aborsi menurut hukum di Indonesia
Tindakan aborsi menurut Kitab Undang-undang Hukum
Pidana (KUHP) di Indonesia dikategorikan sebagai tindakan
kriminal. Pasal-pasal KUHP yang mengatur hal ini adalah
pasal 299, 341, 342, 343, 346, 347, 348, dan 349. Menurut
KUHP, aborsi merupakan:
Pengeluaran hasil konsepsi pada setiap stadium
perkembangannya sebelum masa kehamilan yang lengkap
tercapai (38-40 minggu).
Pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar
kandungan (berat kurang dari 500 gram atau kurang dari 20
minggu).Dari segi medikolegal maka istilah abortus,
keguguran, dan kelahiran prematur mempunyai arti yang
sama dan menunjukkan pengeluaran janin sebelum usia
kehamilan yang cukup.

2. Aborsi menurut agama


Umat Islam percaya bahwa Al-Quran adalah Undang-Undang
paling utama bagi kehidupan manusia. Allah berfirman:
“Kami menurunkan Al-Quran kepadamu untuk menjelaskan
segala sesuatu.” (QS 16:89) Jadi, jelaslah bahwa ayat-ayat
yang terkandung didalam Al-Quran mengajarkan semua umat
tentang hukum yang mengendalikan perbuatan manusia.
Tidak ada satupun ayat didalam Al-Quran yang menyatakan
bahwa aborsi boleh dilakukan oleh umat Islam. Sebaliknya,
banyak sekali ayat-ayat yang menyatakan bahwa janin dalam
kandungan sangat mulia. Dan banyak ayat-ayat yang
menyatakan bahwa hukuman bagi orang-orang yang
membunuh sesama manusia adalah sangat mengerikan. Pada
intinya hukum menurut agama islam aborsi itu tidak boleh
dilakukan dan merupakan perbuatan dosa.

27
3. Menurut norma masyarakat
Istilah aborsi di masyarakat mempunyai arti “negative
meaning”. Yang mana, menurut kaum masyarakat yang
namanya aborsi adalah pengguguran kandungan yang
disengaja dalam upaya orang tua janin untuk menutupi
aibnya. Hal ini merupakan suatu hal yang tabu bagi
masyarakat. Berbeda jika judulnya diganti dengan keguguran,
masyarakat menganggap hal ini merupakan suatu musibah
bagi orang tuanya karena telah kehilangan calon bayinya.

4. Aborsi menurut medis


Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-
akibat tertentu) sebelum buah kehamilan tersebut mampu
untuk hidup di luar kandungan. Abortus dibagi menjadi dua,
yaitu abortus spontan dan abortus buatan. Abortus spontan
adalah abortus yang terjadi secara alamiah tanpa adanya
upaya-upaya dari luar (buatan) untuk mengakhiri kehamilan
tersebut.
Dalam beberapa kepustakaan, terminologi yang paling sering
digunakan untuk hal ini adalah keguguran (miscarriage).
Sedangkan abortus buatan adalah abortus yang terjadi akibat
adanya upaya-upaya tertentu untuk mengakhiri proses
kehamilan. Istilah yang sering digunakan untuk peristiwa ini
adalah aborsi, pengguguran, atau abortus provokatus.
Menurut ilmu kesehatan aborsi ini merupakan suatu hal yang
membuat dilema bagi para tenaga medis untuk melakukannya.
Karena, baik secara agama maupun secara hukum nasional
dan norma masyarakat aborsi ini tidak boleh dilakukan karena
hal ini sama saja dengan pembunuhan. Namun, disisi lain
medis juga perlu melakukan tindakan ini dengan alasan kuat

28
yakni untuk menyelamatkan jiwa sang ibu. Maka dari itu, jika
tidak ada jalan lain untuk menyelamatkan jiwa ibu, aborsi pun
merupakan suatu kewajiban untuk dilakukan.

2. Euthanasia
Eutanasia (Bahasa Yunani: ευθανασία -ευ, eu yang artinya
“baik”, dan θάνατος, thanatos yang berarti kematian) adalah
praktik pencabutan kehidupan manusia atau hewan melalui
cara yang dianggap tidak menimbulkan rasa sakit atau
menimbulkan rasa sakit yang minimal, biasanya dilakukan
dengan cara memberikan suntikan yang mematikan.

Eutanasia ditinjau dari sudut cara pelaksanaannya


Bila ditinjau dari cara pelaksanaannya, eutanasia dapat dibagi
menjadi tiga kategori, yaitu eutanasia agresif, eutanasia non
agresif, dan eutanasia pasif.

• Eutanasia agresif, disebut juga eutanasia aktif, adalah suatu


tindakan secara sengaja yang dilakukan oleh dokter atau
tenaga kesehatan lainnya untuk mempersingkat atau
mengakhiri hidup seorang pasien. Eutanasia agresif dapat
dilakukan dengan pemberian suatu senyawa yang mematikan,
baik secara oral maupun melalui suntikan. Salah satu contoh
senyawa mematikan tersebut adalah tablet sianida.

• Eutanasia non agresif, kadang juga disebut eutanasia


otomatis (autoeuthanasia) digolongkan sebagai eutanasia
negatif, yaitu kondisi dimana seorang pasien menolak secara
tegas dan dengan sadar untuk menerima perawatan medis
meskipun mengetahui bahwa penolakannya akan
memperpendek atau mengakhiri hidupnya. Penolakan tersebut
diajukan secara resmi dengan membuat sebuah “codicil”

29
(pernyataan tertulis tangan). Eutanasia non agresif pada
dasarnya adalah suatu praktik eutanasia pasif atas permintaan
pasien yang bersangkutan.

• Eutanasia pasif dapat juga dikategorikan sebagai tindakan


eutanasia negatif yang tidak menggunakan alat-alat atau
langkah-langkah aktif untuk mengakhiri kehidupan seorang
pasien. Eutanasia pasif dilakukan dengan memberhentikan
pemberian bantuan medis yang dapat memperpanjang hidup
pasien secara sengaja. Beberapa contohnya adalah dengan
tidak memberikan bantuan oksigen bagi pasien yang
mengalami kesulitan dalam pernapasan, tidak memberikan
antibiotika kepada penderita pneumonia berat, meniadakan
tindakan operasi yang seharusnya dilakukan guna
memperpanjang hidup pasien, ataupun pemberian obat
penghilang rasa sakit seperti morfin yang disadari justru akan
mengakibatkan kematian. Tindakan eutanasia pasif seringkali
dilakukan secara terselubung oleh kebanyakan rumah sakit.
Penyalahgunaan eutanasia pasif bisa dilakukan oleh tenaga
medis maupun pihak keluarga yang menghendaki kematian
seseorang, misalnya akibat keputusasaan keluarga karena
ketidaksanggupan menanggung beban biaya pengobatan. Pada
beberapa kasus keluarga pasien yang tidak mungkin
membayar biaya pengobatan, akan ada permintaan dari pihak
rumah sakit untuk membuat “pernyataan pulang paksa”.
Meskipun akhirnya meninggal, pasien diharapkan meninggal
secara alamiah sebagai upaya defensif medis.
Eutanasia ditinjau dari sudut pemberian izin
Ditinjau dari sudut pemberian izin maka eutanasia dapat
digolongkan menjadi tiga yaitu :

30
• Eutanasia di luar kemauan pasien: yaitu suatu tindakan
eutanasia yang bertentangan dengan keinginan si pasien untuk
tetap hidup. Tindakan eutanasia semacam ini dapat disamakan
dengan pembunuhan.

• Eutanasia secara tidak sukarela: Eutanasia semacam ini


adalah yang seringkali menjadi bahan perdebatan dan
dianggap sebagai suatu tindakan yang keliru oleh siapapun
juga.Hal ini terjadi apabila seseorang yang tidak berkompeten
atau tidak berhak untuk mengambil suatu keputusan misalnya
statusnya hanyalah seorang wali dari si pasien (seperti pada
kasus Terri Schiavo). Kasus ini menjadi sangat kontroversial
sebab beberapa orang wali mengaku memiliki hak untuk
mengambil keputusan bagi si pasien.

• Eutanasia secara sukarela : dilakukan atas persetujuan si


pasien sendiri, namun hal ini juga masih merupakan hal
kontroversial.
Eutanasia ditinjau dari sudut tujuan
Beberapa tujuan pokok dari dilakukannya eutanasia antara
lain yaitu :
• Pembunuhan berdasarkan belas kasihan (mercy killing)
• Eutanasia hewan
• Eutanasia berdasarkan bantuan dokter, ini adalah bentuk lain
daripada eutanasia agresif secara sukarela

Sudut Pandang Tentang Eutanasia

1. Berdasarkan sudut pandang hukum


Berdasarkan hukum di Indonesia maka eutanasia adalah
sesuatu perbuatan yang melawan hukum, hal ini dapat dilihat
pada peraturan perundang-undangan yang ada yaitu pada

31
Pasal 344 Kitab Undang-undang Hukum Pidana yang
menyatakan bahwa “Barang siapa menghilangkan nyawa
orang lain atas permintaan orang itu sendiri, yang
disebutkannya dengan nyata dan sungguh-sungguh, dihukum
penjara selama-lamanya 12 tahun”. Juga demikian halnya
nampak pada pengaturan pasal-pasal 338, 340, 345, dan 359
KUHP yang juga dapat dikatakan memenuhi unsur-unsur
delik dalam perbuatan eutanasia. Dengan demikian, secara
formal hukum yang berlaku di negara kita memang tidak
mengizinkan tindakan eutanasia oleh siapa pun.
Ketua umum pengurus besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI)
Farid Anfasal Moeloek dalam suatu pernyataannya yang
dimuat oleh majalah Tempo Selasa 5 Oktober 2004
menyatakan bahwa : Eutanasia atau “pembunuhan tanpa
penderitaan” hingga saat ini belum dapat diterima dalam nilai
dan norma yang berkembang dalam masyarakat Indonesia.
“Euthanasia hingga saat ini tidak sesuai dengan etika yang
dianut oleh bangsa dan melanggar hukum positif yang masih
berlaku yakni KUHP.

2. Berdasarkan sudut pandang agama


Seperti dalam agama-agama Ibrahim lainnya (Yahudi dan
Kristen), Islam mengakui hak seseorang untuk hidup dan
mati, namun hak tersebut merupakan anugerah Allah kepada
manusia. Hanya Allah yang dapat menentukan kapan
seseorang lahir dan kapan ia mati (QS 22: 66; 2: 243). Oleh
karena itu, bunuh diri diharamkan dalam hukum Islam
meskipun tidak ada teks dalam Al Quran maupun Hadis yang
secara eksplisit melarang bunuh diri. Kendati demikian, ada
sebuah ayat yang menyiratkan hal tersebut, “Dan
belanjakanlah (hartamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu
menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat

32
baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang
yang berbuat baik.” (QS 2: 195), dan dalam ayat lain
disebutkan, “Janganlah engkau membunuh dirimu sendiri,”
(QS 4: 29), yang makna langsungnya adalah “Janganlah kamu
saling berbunuhan.” Dengan demikian, seorang Muslim
(dokter) yang membunuh seorang Muslim lainnya (pasien)
disetarakan dengan membunuh dirinya sendiri.
Eutanasia dalam ajaran Islam disebut qatl ar-rahmah atau
taisir al-maut (eutanasia), yaitu suatu tindakan memudahkan
kematian seseorang dengan sengaja tanpa merasakan sakit,
karena kasih sayang, dengan tujuan meringankan penderitaan
si sakit, baik dengan cara positif maupun negatif.
Pada konferensi pertama tentang kedokteran Islam di Kuwait
tahun 1981, dinyatakan bahwa tidak ada suatu alasan yang
membenarkan dilakukannya eutanasia ataupun pembunuhan
berdasarkan belas kasihan (mercy killing) dalam alasan
apapun juga

3. Transplantasi Organ
Transplantasi organ dan jaringan tubuh manusia merupakan
tindakan medik yang sangat bermanfaat bagi pasien dengan
ganguan fungsi organ tubuh yang berat.
Jenis-Jenis Transplantasi :
Kini telah dikenal beberapa jenis transplantasi atau
pencangkokan, baik berupa cel, jaringan maupun organ tubuh
yaitu sebagai berikut:
1. Transplantasi Autologus
Yaitu perpindahan dari satu tempat ketempat lain dalam tubuh
itu sendiri,yang dikumpulkan sebelum pemberian kemoterapi.
2. Transplantasi Alogenik

33
Yaitu perpindahan dari satu tubuh ketubuh lain yang sama
spesiesnya,baik dengan hubungan keluarga atau tanpa
hubungan keluarga.
3. Transplantasi Singenik
Yaitu perpindahan dari satu tubuh ketubuh lain yang
identik,misalnya pada gambar identik.
4. Transplantasi Xenograft
Yaitu perpindahan dari satu tubuh ketubuh lain yang tidak
sama spesiesnya

Sudut Pandang Terhadap Transplantasi


1. Hukum transplantasi organ

 Aspek hukum transplantasi


Dari segi hukum ,transplantasi organ,jaringan dan sel tubuh
dipandang sebagai suatu hal yang mulia dalam upaya
menyehatkan dan mensejahterakan manusia,walaupun ini
adalah suatu perbuatan yang melawan hukum pdana yaitu
tindak pidana penganiayaan.tetapi mendapat pengecualian
hukuman,maka perbuatan tersebut tidak lagi diancam pidana,
dan dapat dibenarkan.

 Aspek Etik Transplantasi


Transplantasi merupakan upaya terakhir untuk menolong
seorang pasien dengan kegagalan fungsi salah satu organ
tubuhnya.dari segi etik kedokteran tindakan ini wajib
dilakukan jika ada indikasi,berlandaskan dalam
KODEKI,yaitu : Pasal 2. Seorang dokter harus senantiasa
melakukan profesinya menurut ukuran tertinggi. Pasal 10.
Setiap dokter harus senantiasa mengingat dan kewajibannya
melindungi hidup insani.

34
2. Berdasarkan Sudut Pandang Agama
Islam memerintahkan agar setiap penyakit diobati.
Membiarkan penyakit bersarang dalam tubuh dapat berakibat
fatal, yaitu kematian. Membiarkan diri terjerumus pada
kematian adalah perbuatan terlarang.Namun dalam masalah
ini,masih belum ada kesepakatan tentang boleh tidaknya
transplantasi organ manusia.

3. Berdasarkan Sudut Pandangan Medis


Dalam dunia medis, transplantasi organ merupakan terapi
yang bermanfaat bagi pasien yang membutuhkan organ baik
dengan proses pencakokan atau melalui proses operasi.
Transplantasi organ ini diperbolehkan jika adanya persetujuan
dari berbagai pihak seperti, pendonor dan keluarga pendonor.

35
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Etik merupakan kesadaran yang sistematis terhadap perilaku yang


dapat di pertanggung jawabkan, etik bicara tentang hal yang benar
dan hal yang salah dan di dalam etik terdapat nilai-nilai moral yang
merupakan dasar dari perilaku manusia (niat).

Untuk mencapai pelayanan yang efektif maka perawat, dokter dan


tim kesehatan harus saling bekerjasama. Tidak ada kelompok yang
dapat menyatakan lebih berkuasa diatas yang lainnya. Masing-
masing profesi memiliki kompetensi profesional yang berbeda
sehingga ketika digabungkan dapat menjadi kekuatan untuk
mencapai tujuan yang diharapkan. Banyaknya faktor yang
berpengaruh seperti kerjasama, sikap saling menerima, berbagi
tanggung jawab, komunikasi efektif sangat menentukan bagaimana
suatu tim berfungsi. Penangananan masalah yang efektif dan cepat
dalam mengatasi masalah antara anggota tim kesehatan dapat
memfasilitasi terselenggaranya pelayanan pasien yang berkualitas.

B. saran
Pembelajaran tentang etika dan moral dalam dunia profesi terutama
bidang keperawatan harus ditanamkan kepada mahasiswa sedini
mungkin supaya nantinya mereka bisa lebih memahami tentang
etika keperawatan sehingga akan berbuat atau bertindak sesuai kode
etiknya (kode etik keperawatan).

36
Dalam menjalankan pelayanan kesehatan, masing-masing profesi
harus berpedoman pada etika profesinya dan harus pula memahami
etika profesi disiplin lainnya apalagi dalam wadah dimana mereka
berkumpul agar tidak saling berbenturan.

C. Daftar pustaka

http://anisa1707.blogspot.co.id/2012/11/tren-dan-issue-
keperawatan.html
http://siasido.blogspot.co.id/
makalah-isu-etika-keperawatan-dalam.html
http// makalah-etika-keperawatan/

37

Вам также может понравиться