Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui keterkaitan dari pendidikan matematika
realistik (PMR) terhadap self regulated learning. Penelitian ini menggunakan pendekatan
deskriptif kualitatif dengan jenis penelitian yang digunakan adalah kepustakaan (library
research), data diperoleh dari berbagai sumber yang berhubungan dengan hal-hal yang
diteliti berupa buku dan literatur-literatur atau hasil-hasil penelitian maupun tulisan-tulisan
yang berkaitan dengan penelitian ini baik itu jurnal nasional maupun jurnal internasional.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pendekatan pembelajaran matematika realistik
dapat berdampak pada self regulated learning siswa. Untuk dapat mewujudkan hal tersebut,
guru sebaiknya mengetahui dan menguasai berbagai cara membelajarkan siswa dengan
pendekatan pembelajaran matematika realistik yang dapat digunakan untuk membangun self
regulated learning siswa pada pembelajaran matematika.
Pendahuluan
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulai, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pendidikan adalah kegiatan yang
dilakukan secara sengaja dan sistematis dengan tujuan menggali dan mengembangkan
potensi-potensi dalam diri manusia, melalui pendidikan diharapkan terjadi peningkatan
kualitas sumber daya manusia dalam rangka menyikapi perubahan global yang melanda
dunia. Pendidikan salah satu usaha untuk membentuk dan mengembangkan kemampuan
manusia dengan menggunakan pola pikir untuk mencari jawaban dalam menghadapi masalah
dalam kehidupan.
Matematika memiliki peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan. Banyak
permasalahan dan kegiatan dalam hidup yang dapat diselesaikan dengan menggunakan ilmu
matematika seperti menghitung, mengukur dan lain-lain. Matematika merupakan ilmu universal
yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai
disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia. Matematika sebagai suatu bidang ilmu yang
merupakan alat pikir, berkomunikasi, alat untuk memecahkan berbagai persoalan praktis yang unsur-
unsurnya logika dan intuisi, analisis dan konstruksi, generalitasan individualitas, serta mempunyai
cabang-cabang antara lain aritmatika, aljabar, geometri dan analisis (Uno, 2009: 129). Pendapat
tersebut sejalan dengan Baroody (dalam Mohammed and Waheed, 2011: 277) bahwa matematika
memiliki peranan penting dalam perkembangan berpikir, tantangan yang ada dalam kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta menjadi alat dalam pemecahan masalah. Oleh karena itu, untuk
menguasai dan menciptakan teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat
sejak dini.
Self regulated learning (SRL) atau kemandirian belajar juga merupakan bagian penting dalam
pembelajaran matematika. Konsep tentang belajar matematika telah berubah dari pemberian suatu
konsep dan prosedur secara pasif dan tidak kontekstual menjadi pembentukkan makna secara aktif
sebagai hasil mengaitkan ide-ide baru pada pemahaman terdahulu. Fokus dalam pendidikan
matematika telah berubah dari muatan matematika menjadi bagaimana siswa belajar matematika
secara efektif (Darma, dkk., 2016: 170). Kemandirian belajar berkaitan dengan belajar mandiri
namun bukanlah belajar sendiri atau memisahkan siswa dari siswa lainnya. Siswa boleh bertanya,
berdiskusi ataupun meminta penjelasan dari orang lain. Kemandirian belajar akan terbentuk dari
proses belajar mandiri (Suhartini, 2016: 64). Sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Sagala
dan Maulana (Nanang, 2016: 172), bahwa pembelajaran harus diartikan sebagai suatu proses
interaksi antara siswa, guru, bahan ajar dan lingkungannya, dalam rangka mengembangkan
kemampuan pemecahan masalah, berpikir secara kreatif, yang dapat meningkatkan kemampuannya
dalam mengkonstruksi pengetahuan baru secara mandiri.
Namun pada kenyataannya dilapangan menunjukkan bahwa kemandirian belajar siswa
masih rendah. Hal tersebut diungkapkan dalam hasil studi Iin Suhartini (2016: 64). Dari hasil
wawancara ditemukan bahwa masih banyak siswa yang belum bisa menjadi pembelajar mandiri,
seperti apabila siswa diminta untuk maju ke depan kelas mengerjakan suatu soal siswa
hanya menunggu teman yang lain untuk mengerjakannya.
Berdasarkan hal tersebut, disimpulkan bahwa tingkat kemandirian belajar matematika siswa
masih rendah. Hal tersebut sejalan dengan hasil studi Nasution, dkk. (2015: 1-17) dan Lubis, dkk.
(2015: 98-110) bahwa kemandirian belajar yang saat ini sangat diperlukan oleh siswa dalam
proses pembelajaran belum terisolasi dan berkembang , mereka masih menganggap bahwa guru satu-
satunya sumber informasi. Padahal kemandirian yang sebenarnya dimaksudkan agar siswa dalam
proses pembelajaran di kelas tidak hanya tergantung pada faktor guru dan teman untuk dapat
menyelesaikan permasalahannya, akan tetapi lebih kepada kemampuannya sendiri dalam
mendiagnosis kebutuhan dalam belajarnya.
Hal tersebut sejalan dengan hasil studi yang dikutip oleh Lubis, dkk. (2015: 98-110) bahwa
hasil studi tahun 2000, Education Commission 2000 (dalam Cheng, 2011 : 1) “ One of the most
important in Hongkong is to promote student ability and learning to learn. In order to achieve this
aim, teachers need to teach student both knowledge and skills”. Kemampuan belajar mandiri
berkolerasi tinggi dengan keberhasilan belajar siswa. Pentingnya kemandirian belajar dalam
matematika didukung pula oleh hasil studi Pintrich (dalam Cheng, 2011) dengan temuannya antara
lain: individu yang memiliki kemandirian belajar yang tinggi cenderung belajar lebih baik, mampu
memantau, mengevaluasi, dan mengatur belajarnya secara efektif, menghemat waktu dalam
menyelesaikan tugasnya, mengatur belajar dan waktu secara efisien.
Salah satu alternatif untuk dapat mengatasi permasalahan tentang rendahnya kemampuan
pemecahan masalah siswa dan rendahnya kemandirian belajar siswa kiranya perlu diterapkan
suatu pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
matematik dan kemandirian belajar siswa. Salah satu pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan
permasalahan di atas adalah pendekatan pendidikan matematika realistik. Suatu ilmu pengetahuan
akan bermakna bagi pembelajar jika proses belajar melibatkan masalah realistik
(Frendenthal,1973 dalam Wijaya, A., 2011: 3).
Realistic Mathematics Education (RME) is learning and teaching theory in mathematics
education which is firstly presented and developed by Freudenthal Institute in Netherland (Lestari,
2017: 92). Teori Pendekatan Matematika Realistik (PMR) atau Realistic Mathematics Education
(RME) pertama kali diperkenalkan dan dikembangkan di Belanda pada tahun 1970 oleh Institute
Freudenthal. Azizah (2015: 3) mengemukakan bahwa “PMR merupakan suatu pendekatan
pembelajaran matematika yang menggunakan masalah-masalah kontekstual (contextual problem),
sehingga guru dapat membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis
dan kreatif serta kemampuan bekerja sama siswa dapat tercapai”. Dengan demikian, pendekatan
matematika realistik adalah salah satu pendekatan yang dapat meningkatkan pemahaman siswa
terhadap matematika. Pada dasarnya pendekatan pendidikan matematika realistik membimbing siswa
untuk “menemukan kembali” konsep-konsep yang pernah ditemukan oleh para ahli matematika atau
hal yang sam sekali belum pernah ditemukan. Dengan pendekatan pendidikan matematika realistik,
materi yang diajarkan dari peristiwa nyata kehidupan sehari-hari.
Metode
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kepustakaan (liberary research), data
diperoleh dari berbagai sumber yang berhubungan dengan hal-hal yang diteliti, berupa buku dan
literatur-literatur yang berkaitan dengan penelitian ini baik itu dari jurnal nasional maupun jurnal
internasional.
Semua data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder serta dianalisis secara
kualitatif. Data disajikan secara deskriptif dengan menjelaskan dan mengumpulkan permasalahn-
permasalahan yang terkait dengan judul penelitian. Berdasarkan hasil pembahasan kemudian diambil
kesimpulan sebagai jawaban terhadap permasalahan yang diteliti.
Pembahasan
a. Kemandirian Belajar
Zimmerman (Muhtadi, D & Sukirwan, 2017: 5) menjelaskan bahwa kemandirian belajar (self
regulated learning) merupakan suatu proses pembelajaran dimana peserta didik menggunakan
keterampilan pengaturan diri (self-regulatory), seperti penilaian diri (self-assessing), self-directing,
pengontrolan (controlling) dan penyesuaian (adjusting), dalam rangka untuk memperoleh
pengetahuan. Menurut Lilik, dkk. (dalam Jumaisyaroh, T. dkk., 2014: 158) Kemandirian belajar
adalah suatu keterampilan belajar yang dalam proses belajar individu didorong, dikendalikan, dan
dinilai oleh diri individu itu sendiri. Dengan demikian, kemanirian belajar merupakan suatu proses
untuk memperoleh pengetahuan, dimana individu pembelajar memiliki kemandirian dalam
merencanakan sendiri program belajarnya yang didasarkan pada hasil belajar dan proses sebelumnya,
memilih strategi belajar serta melaksanakan perencanaan yang sudah dibuat, maupun mengontrol
setiap tindakan, sikap, motivasi serta melakukan evaluasi terhadap hasil belajarnya sendiri.
Menurut Sumarmo (Suhartini, 2016: 64) ada beberapa indikator yang dapat digunakan untuk
mengukur kemandirian belajar yaitu: (1) Inisiatif belajar; (2) Mendiagnosa kebutuhan belajar; (3)
Menetapkan target dan tujuan belajar; (4) Memonitor, mengatur dan mengontrol kemajuan
belajar; (5) Memandang kesulitan sebagai tantangan; (6) Memanfaatkan dan mencari sumber yang
relevan; (7) Memilih dan menerapkan strategi belajar; (8) Mengevaluasi proses dan hasil belajar; (9)
Memiliki self concept atau konsep diri.
Kesimpulan
Pembelajaran matematika realistik adanya keterkaitan antara konsep-konsep matematika dan
kemandirian belajar untuk menyelesaikan soal-soal sehari-hari. Dimana dalam kehidupan kita
menemukan beberapa permasalahan dan permasalahan itu harus dipecahkan atau diselesaikan secara
mandiri terlebih dahulu, begitu juga dalam pembelajaran matematika. Berdasarkan pembahasan dan
penelitian yang relevan, maka dapat disimpulan bahwa pembelajaran matematika realistik memiliki
signifikan ataupun dampak yang kuat untuk membangun kemandirian belajar siswa.
Daftar Pustaka
Azizah, DIBN. 2015. Pengaruh Pendekatan Scientific Berbasis Realistic Mathematics Education
(RME) Terhadap Prestasi Belajar Matematika Ditinjau Dari Kreativitas Siswa SMP
Muhammadiyah 1 Kartasura. Artikel. Surakarta: FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Darma, Y., Firdaus, M., & Haryadi, R. 2016. Hubungan Kemandirian Belajar Terhadap
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Mahasiswa Calon Guru Matematika. Jurnal
Edukasi, Vol. 14, No. 1, Juni 2016, Hal. 169-178.
Lestari, L. & Edy Surya. 2017. The Effectiveness of Realistic Mathematics Education Approach
on Ability of Students’ Mathematical Concept Understanding. International Journal of
Sciences: Basic and Applied Research (IJSBAR), Vol. 34, No 1, Hal. 91-100. ISSN 2307-
4531.
Lubis, SD., Surya, E, & Minarni, A. 2015. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematik dan Kemandirian Belajar Siswa SMP melalui Model Pembelajaran Berbasis
Masalah. Jurnal Paradikma, Vol. 8, Nomor 3, Desember 2015,Hal. 98-111.
Hasanah, Mar’atun. 2017. Differences in the Abilities of Creative Thinking and Problem Solving of
Students in Mathematics by Using Cooperative Learning and Learning of Problem Solving.
IJSBAR, VoL. 34, No 1,Hal. 286-299.
Muhtadi, D & Sukirwan. 2017. Implementasi Pendidikan Matematika Realistik (Pmr) Untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik dan Kemandirian Belajar Peserta
Didik. Jurnal Mosharafa, Vol. 6, No. 1, Januari 2017. Hal. 1-12.\
Nanang, A. 2016. Berpikir Kreatif Matematis dan Kemandirian Belajar dalam Pembelajaran
Berbasis Masalah. Jurnal Mimbar Sekolah Dasar, Vol. 3, No. 2, Hal. 171-182.
Nasution, PR., Surya, E., & Syahputra, E.. Perbedaan Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif
Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa pada Pembelajaran Berbasis Masalah dan
Pembelajaran Konvensional di SMPN 4 Padangsidempuan. Jurnal Paradikma, Vol. 8,
Nomor 3, Desember 2015.
NCTM. (2000). Principles and Standars for School Mathematics. Reston, VA: National Council of
Teacchers of Mathematics. Tersedia di: www.4shared.com/office/iCN3JX1s/NC
T_200_Standards.
Nikmatul, dkk. 2014. Keefektifan Pembelajaran Model TAPPS Berbantuan Worksheet terhadap
Kemampuan Pemecahan Masalah Materi Lingkaran. Jurnal Penelitian Pendidikan
Matematika dan Sains, Tahun II, No. 1, Juni 2014, Hal. 19-27.
Nissa, Ita Chairun. 2015. Pemecahan Masalah Matematika: Teori dan Contoh Praktik. Mataram:
Duta Pustaka Ilmu.
Noviarni. 2011. Rujukan Filsafat, Teori, dan Praksis Ilmu Pendidikan. Bandung: Universitas
Pendidikan Indonesia.
Uno, Hamzah B. 2009. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang
Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara.