Вы находитесь на странице: 1из 13

MAKALAH KEPERAWATAN JIWA

PERAN PERAWAT JIWA DALAM PELAYANAN DAN KOLABORASI


INTERDISIPLIN DALAM KESEHATAN DAN KEPERAWATAN JIWA

OLEH:
KELOMPOK 2
ASTI WINDA WATI
INTAN PRATIEFI
MESA PRAYOGA
SRI RENO

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES PAYUNG NEGERI
PEKANBARU
2018
KATA PENGANTAR
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Allah Swt yang telah
memberikan taufik dan hidayah-Nya, sehingga makalah berjudul
Peran Perawat Jiwa Dalam Pelayanan Dan Kolaborasi Interdisiplin Dalam
Kesehatan Dan Keperawatan Jiwa dapat terselesaikan dengan baik. Penulis
berharap makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi dan menjadi
gambaran bagi pembaca mengenai ilmu pendidikan khususnya yang berkaitan
dengan dunia keperawatan.
Oleh karena itu, penulis mengaharapkan kritik dan saran yang
mendukung, demi lebih sempurnanya makalah ini. Akhir kata, penulis hanya
berharap agar hasil makalah ini dapat berguna bagi semua pihak dan menjadi
sesuatu yang bermanfaat bagi pembaca.

Pekanbaru,01 April 2018

Kelompok 2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................. i


DAFTAR ISI............................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 1
C. Tujuan............................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN .........................................................................
A. Peran Perawat Dalam Kesehatan Jiwa .......................................... 3
B. Defenisi pelayanan kesehatan dan interdisiplin dan kolaborasi. ... 5
C. Elemen Penting Dalam Kolaborasi. .............................................. 6
D. Manfaat Kolaborasi Interdisiplin Dalam Pelayanan
Keperawatan Jiwa ......................................................................... 8
E. Hambatan Dalam Melakukan Kolaborasi Interdisiplin
dalam Keperawatan Jiwa ............................................................... 8
BAB III PENUTUP ................................................................................. 12
A. Kesimpulan.................................................................................... 12
B. Saran .............................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 13
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa merupakan kemampuan individu untuk menyesuaikan
diri dengan diri sendiri, orang lain, masyarakat, dan lingkungan, sebagai
perwujudan keharmonisan fungsi mental dan kesanggupannya menghadapi
masalah yang biasa terjadi, sehingga individu tersebut merasa puas dan
mampu. Kesehatan jiwa seseorang selalu dinamis dan berubah setiap saat
serta dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu : kondisi fisik (somatogenik),
kondisi perkembangan mental-emosional (psikogenik) dan kondisi
dilingkungan sosial (sosiogenik). Ketidakseimbangan pada salah satu dari
ketiga faktor tersebut dapat mengakibatkan gangguan jiwa.
Gangguan jiwa menurut Depkes RI (2000) adalah suatu perubahan
pada fungsi jiwa yang enyebabkan adanya gangguan pada fungsi jiwa, yang
menimbulkan penderitaan pada individu dan atau hambatan dalam
melaksanakan peran sosial. WHO memperkirakan saat ini di seluruh dunia
terdapat 450 juta orang mengalami gangguan jiwa, di Indonesia sendiri pada
tahun 2006 diperkirakan 26 juta penduduk Indonesia mengalami gangguan
jiwa dengan ratio populasi 1:4 penduduk. Departemen Kesehatan RI
mengakui sekitar 2,5 juta orang di negeri ini telah menjadi pasien rumah sakit
jiwa. Gangguan jiwa tidak dapat disembuhkan secara maksimal sebagaimana
keadaan sebelum sakit, beberapa pasien meninggalkan gejala sisa seperti
adanya ketidakmampuan berkomunikasi dan mengenai realitas, serta prilaku
kekanak-kanakan yang berdampak pada penuruna produktifitas hidup. Hal ini
ditunjang dengan data Bank Dunia pada tahun 2001 di beberapa Negara yang
menunjukkan bahwa hari-hari produktif yang hilang atau Dissabiliiy Adjusted
Life Years (DALY’s) sebesar 8,1 % dari Global Burden of Disease,
disebabkan oleh masalah kesehatan jiwa. Sebagai salah satu upaya untuk
mengurangi penurunan produktifitas maka pasien yang dirawat inap
dilakukan upaya rehabilitasi sebelum klien dipulangkan dari rumah sakit.
Tujuannya untuk mencapai perbaikan fisik dan mental sebesar-besarnya,
penyaluran dalam pekerjaan dengan kapasitas maksimal dan penyesuaian diri
dalam hubungan perseorangan dan sosial sehingga bisa berfungsi sebagai
anggota masyarakat yang mandiri dan berguna.

B. Rumusan masalah
Apa itu peran perawat jiwa dalam pelayanan dan kolaborasi interdisiplin
dalam kesehatan dan keperawatan jiwa?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk menjelaskan tentang peran perawat jiwa dalam pelayanan dan
kolaborasi interdisiplin dalam kesehatan dan keperawatan jiwa
2. TujuanKhusus
a. Mahasiswa mampu menjelaskan Peran Perawat Dalam Kesehatan
Jiwa
b. Mahasiswa mampu menjelaskan Defenisi pelayanan kesehatan dan
interdisiplin dan kolaborasi
c. Mahasiswa mampu menjelaskan Elemen Penting Dalam
Kolaborasi.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Peran Perawat Dalam Kesehatan Jiwa
Menurut Stuart dan Sundeen (1995) dalam memberikan asuhan dan
pelayanan keperawatan kesehatan jiwa,perawat dapat melakukan aktivitas
pada tiga area utama yaitu: Memberikan asuhan keperawatan secara
langsung, Aktivitas komunikasi dan Aktivitas dalam pengelolaan atau
manajemen keperawatan. Pada setiap tingkatan pelayanan kesehatan jiwa,
perawat mempunyai peran tertentu:
a. Peran perawat dalam prevensi primer.
1. Memberikan penyuluhan tentang prinsip sehat jiwa.
2. Mengefektifkan perubahan dalam kondisi kehidupan,tingkat
kemiskinan dan pendidikan
3. Memberikan pendidikan dalam kondisi normal,pertumbuhan dan
perkembangan dan Pendidikan seks.
4. Melakukan rujukan yang sesuai sebelum terjadi gangguan jiwa.
5. Membantu klien di rumah sakit umum untuk menghindari masalah
psikiatri.
6. Bersama keluarga untuk memberikan dukungan pada anggotanya
untuk meningkatkan fungsi kelompok.
7. Aktif dalam kegiatan masyarakat atau politik yang berkaitan
dengan kesehatan jiwa.

b. Peran perawat dalam prevensi sekunder.


1. Melakukan skrining dan pelayanan evaluasi kesehatan jiwa.
2. Melaksanakan kunjungan rumah atau pelayanan penanganan di
rumah.
3. Memberikan pelayanan kedaruratan psikiatri di rumah sakit
umum.
4. Menciptakan lingkungan terapeutik.
5. Melakukan supervisi klien yang mendapatkan pengobatan.
6. Memberikan pelayanan pencegahan bunuh diri.
7. Memberi konsultasi.
8. Melaksanakan intervensi krisis.
9. Memberikan psikoterapi pada individu,keluarga dan kelompok
pada semua usia.
10. Memberikan intervensi pada komunitas dan organisasi yan
teridentifikasi masalah.

c. Peran perawat dalam prevensi tertier.


1) Melaksanakan latihan vokasional dan rehabilitasi.
2) Mengorganisasi pelayanan perawatan pasien yang sudah pulang
dari rumah sakit jiwa untuk memudahkan transisi dari rumah sakit
ke komunitas.
3) Memberikan pilihan perawatan rawat siang pada klien.

Adapun peran perawat secara umum yaitu:

1. Pelaksana asuhan keperawatan


Bertanggung jawab melaksanakan asuhan keperawatan scr
komprehensif
2. Pengelola keperawatan
Bertanggung jawab dlm administrasi keperawatan, seperti menerapkan
teori manajemen dan kepemimpinan dlm mengelola askep,
mengorganisasi pelaksanaan terapi modalitas, dll
3. Pendidik keperawatan
Bertanggung jawab memberikan pendidikan kesehatan kepada
individu, keluarga, komunitas shg mampu merawat diri sendiri
4. Peneliti
Bertanggung jawab dlm penelitian utk meningkatkan praktek
keperawatan ji

B. Defenisi pelayanan kesehatan dan interdisiplin dan kolaborasi


Pelayanan dan kolaborasi interdisiplin keperawatan jiwa
merupakan pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh sekolompok tim
kesehatan profesional (perawat, dokter, tim kesehatan lainnya maupun
pasien dan keluarga pasien sakit jiwa) yang mempunyai hubungan yang
jelas, dengan tujuan menentukan diagnosa, tindakan-tindakan medis,
dorongan moral dan kepedulian khususnya kepada pasien sakit jiwa.
Pelayanan akan berfungsi baik jika terjadi adanya konstribusi dari anggota
tim dalam memberikan pelayanan kesehatan terbaik kepada pasien sakit
jiwa. Anggota tim kesehatan meliputi : pasien, perawat, dokter, fisioterapi,
pekerja sosial, ahli gizi, manager, dan apoteker. Oleh karena itu tim
kolaborasi interdisiplin hendaknya memiliki komunikasi yang efektif,
bertanggung jawab dan saling menghargai antar sesama anggota tim.
1. Interdisiplin
Interdisiplin merupakan suatu kegiatan yang didasarkan pada
sejumlah dimensi kunci, termasuk didalamnya adalah : tujuan yang
jelas, identitas bersama, komitmen bersama , peran yang jelas dari
masing maing profesi, saling ketergantungan, dan integrasi satu sama
lain. interdisiplin adalah unsur penting untuk mengurangi duplikasi
usaha, meningkatkan koordinasi, meningkatkan keselamatan dan, oleh
karena itu, memberikan perawatan berkualitas tinggi . Organisasi
kesehatan menyadari tentang pentingnya memiliki informasi dan
keterampilan banyak disiplin dalam rangka mengembangkan solusi
yang dapat dipertangung jawabkan dalam memberikan perawatan yang
komprehensif kepada individu dan keluarga.
2. Pelayanan Kesehatan
Definisi pelayanan kesehatan menurut Depkes RI (2009) adalah
setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama
dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan
kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan atupun masyarakat.
3. Kolaborasi
Kolaborasi merupakan proses komplek yang membutuhkan sharing
pengetahuan yang direncanakan yang disengaja, dan menjadi tanggung
jawab bersama untuk merawat pasien. Kadangkala itu terjadi dalam
hubungan yang lama antara tenaga profesional kesehatan. (Lindeke
dan Sieckert, 2005). Kolaborasi (ANA, 1992), hubungan kerja
diantara tenaga kesehatan dalam memeberikan pelayanan kepada
pasien/klien adalah dalam melakukan diskusi tentang diagnosa,
melakukan kerjasama dalam asuhan kesehatan, saling berkonsultasi
atau komunikasi serta masing-masing bertanggung jawab pada
pekerjaannya.

C. Elemen Penting Dalam Kolaborasi


Kerjasama adalah menghargai pendapat orang lain dan bersedia
untuk memeriksa beberapa alternatif pendapat dan perubahan
kepercayaan. Asertifitas penting ketika individu dalam tim mendukung
pendapat mereka dengan keyakinan. Tindakan asertif menjamin bahwa
pendapatnya benar-benar didengar dan konsensus untuk dicapai.
Tanggung jawab, mendukung suatu keputusan yang diperoleh dari hasil
konsensus dan harus terlibat dalam pelaksanaannya. Komunikasi artinya
bahwa setiap anggota bertanggung jawab untuk membagi informasi
penting mengenai perawatan pasien dan issu yang relevan untuk membuat
keputusan klinis. Otonomi mencakup kemandirian anggota tim dalam
batas kompetensinya. Kordinasi adalah efisiensi organisasi yang
dibutuhkan dalam perawatan pasien, mengurangi duplikasi dan menjamin
orang yang berkualifikasi dalam menyelesaikan permasalahan.

Kolaborasi didasarkan pada konsep tujuan umum, konstribusi


praktisi profesional, kolegalitas, komunikasi dan praktek yang difokuskan
kepada pasien. Kolegalitas menekankan pada saling menghargai, dan
pendekatan profesional untuk masalah-masalah dalam team dari pada
menyalahkan seseorang atau atau menghindari tangung jawab. Hensen
menyarankan konsep dengan arti yang sama : mutualitas dimana dia
mengartikan sebagai suatu hubungan yang memfasilitasi suatu proses
dinamis antara orang-orang ditandai oleh keinginan maju untuk mencapai
tujuan dan kepuasan setiap anggota. Kepercayaan adalah konsep umum
untuk semua elemen kolaborasi. Tanpa rasa pecaya, kerjasama tidak akan
ada, asertif menjadi ancaman, menghindar dari tanggung jawab,
terganggunya komunikasi. Otonomi akan ditekan dan koordinasi tidak
akan terjadi.

Elemen kunci kolaborasi dalam kerja sama team multidisipliner


dapat digunakan untuk mencapai tujuan kolaborasi team :

1. Memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dengan


menggabungkan keahlian unik profesional.
2. Produktivitas maksimal serta efektifitas dan efesiensi sumber daya.
3. Peningkatnya profesionalisme dan kepuasan kerja, dan loyalitas.
4. Meningkatnya kohesifitas antar profesional.
5. Kejelasan peran dalam berinteraksi antar profesional.
6. Menumbuhkan komunikasi, kolegalitas, dan menghargai dan
memahami orang lain.

Komunikasi dibutuhkan untuk mewujudkan kolaborasi yang


efektif, hal tersebut perlu ditunjang oleh sarana komunikasi yang dapat
menyatukan data kesehatan pasien secara komfrenhensif sehingga menjadi
sumber informasi bagi semua anggota team dalam pengambilan
keputusan.

D. Manfaat Kolaborasi Interdisiplin Dalam Pelayanan Keperawatan


Jiwa
Kolaborasi didasarkan pada konsep tujuan umum, konstribusi
praktisi profesional, kolegalitas, komunikasi dan praktek yang difokuskan
kepada pasien. Kolegalitas menekankan pada saling menghargai, dan
pendekatan profesional untuk masalah-masalah dalam tim dari pada
menyalahkan seseorang atau atau menghindari tangung jawab.
Beberapa tujuan kolaborasi interdisiplin dalam pelayanan
keperawatan jiwa antara lain :
1) Memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dengan
menggabungkan keahlian unik profesional untuk pasien sakit jiwa.
2) Produktivitas maksimal serta efektifitas dan efesiensi sumber
daya.
3) Peningkatnya profesionalisme dan kepuasan kerja, dan loyalitas.
4) Meningkatnya kohesifitas antar profesional.
5) Kejelasan peran dalam berinteraksi antar profesional.
6) Menumbuhkan komunikasi, menghargai argumen dan memahami
orang lain.

E. Hambatan Dalam Melakukan Kolaborasi Interdisiplin dalam


Keperawatan Jiwa
Kolaborasi interdisiplin tidak selalu bisa dikembangkan dengan
mudah. Ada banyak hambatan antara anggota interdisiplin, meliputi :
1) Ketidaksesuaian pendidikan dan latihan anggota tim.
2) Struktur organisasi yang konvensional.
3) Konflik peran dan tujuan.
4) Kompetisi interpersonal.
5) Status dan kekuasaan, dan individu itu sendiri
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pelayanan dan kolaborasi interdisiplin keperawatan jiwa merupakan
pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh sekolompok tim kesehatan
profesional (perawat, dokter, tim kesehatan lainnya maupun pasien dan
keluarga pasien sakit jiwa) yang mempunyai hubungan yang jelas, dengan
tujuan menentukan diagnosa, tindakan-tindakan medis, dorongan moral dan
kepedulian khususnya kepada pasien sakit jiwa.

B. Saran
Bagi mahasiswa calon perawat diharapkan dapat memahami materi
keperawatan jiwa ini dengan baik agar bisa mengaplikasikannya pada saat
bertemu dengan pasien/klien yang berbeda beda dirumah sakit nanti.

DAFTAR PUSTAKA
Katona, C., Cooper C., Dan Robertson M, 2012. At A Glance Psikiatri 4th.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Ommeren. 2005. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : Erlangga

Вам также может понравиться