KONSEP DAN PENERAPAN POLITIK DIPLOMASI DI INDONESIA
Fanisa Fiandra Anindita
NIM: 160732615014 Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Malang Email: fanisaanindita14@gmail.com
Abstrak: Indonesia semakin hari semakin penting di forum
internasional. Kedudukan yang sedemikian menyebabkan Indonesia memiliki hubungan diplomatik dengan banyak negara lain. Hubungan diplomatik itu sendiri sesungguhnya merupakan salah satu dari kegiatan kebijakan politik luar negeri Republik Indonesia. Misi nasional yang dijabarkan GBHN 1983, yang menegaskan bahwa usaha dan peranan Indonesia dalam ikut serta melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan/ perdamaian abadi dan keadilan sosial, melalui forum forum dan kerjasama internasional, regional dan bilateral perlu terus ditingkatkan sesuai dengan kemampuan nasional. Kata Kunci: Hubungan Diplomatik, Indonesia, Politik Diplomasi
Semua negara memiliki kepentingan nasional yang harus dicapai dengan
tujuan agar setiap warga negaranya dapat hidup dengan sejahtera dan aman. Untuk dapat memenuhi kebutuhan warga negaranya tersebut yang diperlukan suatu negara adalah bekerja sama dengan negara lain dan begitu pula dengan sebaliknya. Untuk melindungi kepentingan nasional tersebut suatu negara harus berselisih faham dengan negara lain. Dengan begitu, maka diplomasi menjadi suatu hal yang harus dilakukan diantara negara negara yang melakukan kerja sama tersebut sehingga ketika terjadi konflik diantara negara negara tersebut maka dapat dengan segera diatasi. Diplomasi dapat menjadi suatu cara untuk mencapai politik luar negeri sehingga kepentingan nasional dapat terpenuhi. Diplomasi sangat berkaitan erat dengan hubungan internasional karena pada dasarnya suatu negara yang membangun kerjasama dengan negara lain, entah perjanjian atau kerja sama maka dibutuhkan diplomasi didalamnya. Politik luar negeri dan diplomasi Indonesia dilakukan untuk memastikan terjaminnya kepentingan nasional Indonesia, tujuan pembangunan nasional, pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan rakyat, konsolidasi demokrasi, dan pencapaian keadilan sosial bagi seluruh Indonesia. Politik luar negeri yang bersumber dari prinsip bebas aktif merupakan politik luar negeri yang dijalankan oleh Pemerintah Indonesia. Dimana para pemimpin Indonesia menerapkan prinsip yang disesuaikan dengan situasi sistem internasional yang ada. Kata diplomasi sendiri berasal dari Bahasa Yunani yaitu “diploun” yang memiliki arti melipat. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia diplomasi memiliki arti urusan atau penyelenggaraan perhubungan resmi antara satu negara dan negara yang lain. Menurut Brownlie (1979) suatu negara akan melakukan diplomasi yang berfungsi sebagai memelihara komunikasi secara harmonis satu sama lain atau untuk melakukan politik dan transaksi yang sah diantara keduanya. Hal yang sama diungkapkan oleh Green (1987) bahwa diplomasi adalah alat yang digunakan oleh tiap negara untuk melakukan komunikasi dengan negara lainnya. Namun, ada yang memberi pengertian yang berbeda dengan yang kedua pendapat tokoh diatas yaitu Satow (1957) berpendapat bahwa penerapan diplomasi dalam hubungan diantara dua negara, utamanya antara negara maju dan negara berkembang, adalah untuk menciptakan perdamaian. Selain itu diplomasi dapat juga berarti cara dan bentuk yang dilakukan dalam pendekatan dan berunding dengan negara lain untuk mengembangkan hubungan antar negara (Mouna, 2000). A. Pengertian Diplomasi dan Diplomatik Adapun kegiatan melangsungkan hubungan baik diantara negara negara didunia ini, berasal dari kata “diploma” (dari bahasa Latin dan Yunani) yang dapat diartikan surat kepercayaan. Perkataan “diplomasi” kemudian menjelma menjadi istilah “diplomat”, “diplomasi”, dan “diplomatik”. Menurut KBBI “diplomatik” berkenaan dengan hubungan resmi antara satu negara dengan negara lain. Sedangkan, “diplomasi” adalah urusan atau penyelenggaraan perhubungan resmi antara satu negara dengan negara lain. Diplomasi sudah dilaksanakan sejak masa terdahulu, sarana komunikasi pejabar negara termasuk kepala negara mengadakan hubungan dan melangsungkan perundingan. Kegagalan yang terjadi dibidang diplomasi dapat menimbulkan ketegangan, yang bisa disusul oleh persengketaan antar negara. B. Tujuan Politik Diplomasi Didalam buku karya S.L. Roy yang berjudul Diplomasi, secara luas tujuan dari diplomasi dapat dibagi menjadi empat, yaitu: politik, ekonomi, budaya, dan ideologi. Setiap negara pasti memiliki tujuan utama diplomasinya, dan tujuan utama dari sebuah diplomasi bagi setiap negara adalah pengamanan kebebasan politik dan integritas teritorialnya. Salah satu tujuan pokok dari diplomasi yang bermanfaat adalah untuk mencegah suatu negara bergabung dengan negara lain untuk melawan negara tertentu. Tujuan politik yang mendasar dari diplomasi adalah untuk mencapai tujuan-tujuannya secara damai. Akan tetapi diplomasi sebagai sarana untuk mencapai tujuan politik tetap operatif baik selama damai maupun perang. Dan tidak bisa dipungkiri bahwa perang dan damai merupakan kondisi ekslusif yang hampir tidak menguntungkan kedua belah pihak. Jadi dengan demikian, diplomasi bisa memenuhi tujuan politiknya apabila didukung oleh kekuatan (S.L. Roy, 1995). Selain politik yang menjadi perhatian utama diplomasi, ekonomi juga termasuk bagian penting yang diperhatikan dalam tujuan diplomasi. Dengan munculnya sistem perdagangan bebas serta menimbulkan dampak atas penekanan ekonomi nasional, maka negara-negara maju maupun yang tertinggal bisa menggunakan perdagangan dan keuangan sebagai alat utama kebijaksanaan nasional. Dan akibatnya pencapaian perolehan-perolehan ekonomi telah menjadi tujuan penting dari diplomasi. Dan untuk mencapai tujuan diplomasinya itu, suatu negara melakukan negosiasi untuk meningkatkan kepentingan dagang. Selain itu, untuk melayani kepentingan dagang dan ekonomi, diplomasi modern telah mengembangkan sebuah mekanisme khusus yang berbeda dengan konsulat- konsulat lama. Selanjutnya, Budaya merupakan salah satu tujuan diplomasi. Biasanya di dunia modern delegasi kebudayaan sering dikirim untuk membina hubungan baik dengan negara-negara lain. Tujuan diplomatik dengan mengirimkan delegasi kebudayaan adalah untuk memamerkan keagungan kebudayaan suatu negara untuk mempengaruhi negara yang ditujunya. Kemudian apabila suatu negara itu berhasil mempengaruhi negara yang ditujunya dengan membuat negara tersebut terkesan dengan warisan budayanya, maka secara tidak langsung hal itu bisa memudahkan pembangunan basis yang kuat untuk memperoleh dukungan dari negara tersebut atas negaranya apabila terjadi masalah (S.L. Roy, 1995). Kemudian Ideologi yang merupakan faktor utama pembentukan politik internasional. Tujuan ideologi dari diplomasi adalah untuk mengajak dan memasukkan sebanyak mungkin negara ke dalam ideologinya dan apabila itu tidak bisa dicapai, maka negara yang memiliki power tersebut menetralisir keadaan agar negara yang diinginkannya tidak masuk ke dalam kelompok lawan. Selain itu tujuan idelologi diplomatik lainnya adalah untuk melestarikan sistem politik, ekonomi, dan sosial di dalam suatu negara. C. Konsep Politik Diplomasi Diplomasi dibedakan menjadi dua konsep, yaitu konsep diplomasi makro dan konsep diplomasi mikro (White, 2001). Konsep diplomasi makro adalah ketika diplomasi digunakan sebagai proses komunikasi yang berlaku antar aktor dalam hubungan internasional dimana aktor yang dimaksud adalah negara (White, 2001). Konsep diplomasi mikro adalah ketika diplomasi dijadikan sebagai instrumen pembuatan kebijakan luar negeri beriringan dengan instrumen militer dan ekonomi (White, 2001). Kedua konsep diplomasi tersebut diterapkan oleh para diplomat dalam proses diplomasi hingga sekarang dengan tujuan untuk mencapai politik luar negeri tiap negara. Inti dari diplomasi adalah kesediaan untuk memberi dan menerima guna mencapai saling pengertian antara dua negara (bilateral) atau beberapa negara (multilateral). Diplomasi biasanya dilakukan secara resmi antar pemerintah negara, namun bisa juga secara tidak resmi melalui antar lembaga informal atau antar penduduk atau antar komunitas dari berbagai negara yang berbeda. Idealnya, diplomasi harus memberikan hasil berupa pengertian yang lebih baik atau persetujuan tentang suatu masalah yang dirundingkan. Ada beberapa macam diplomasi, yaitu : a. Diplomasi Borjuis-Sipil, merupakan diplomasi yang dalam penyelesaian permasalahan lebih mengutamakan cara-cara damai melalui negosiasi untuk mencapai tujuan (win-win solution) b. Diplomasi demokratis, yaitu diplomasi yang berlangsung secara terbuka dan memperhatikan suara rakyat. c. Diplomasi totaliter, merupakan diplomasi yang lebih menonjolkan peningkatan peran negara (pemujaan patriotism dan loyalitas kepada negara berapa pun harga pengorbanannya). Diplomasi ini marak pada fasisme Italia, fasisme Spanyol, dan nazi Jerman. d. Diplomasi Preventif, biasanya diluncurkan ketika masyarakat menghadapi suasana genting yang akan memunculkan konflik besar atau pecah perang. e. Diplomasi Provokatif, bertujuan untuk menyudutkan posisi suatu negara untuk menimbulkan sikap masyarakat internasional agar menentang politik suatu negara. f. Diplomasi Perjuangan, diperlukan saat negara mengahadapi situasi genting untuk mempertahankan posisinya dalam memperjuangkan hak-hak untuk mengatur urusan dalam negerinya dan menghindari campur tangan negara lain. g. Diplomasi Multitrak (Multitrack Diplomasi), merupakan diplomasi total yang dilakukan Indonesia dimana penggunaan seluruh upaya pada aktor dalam pelaksanaan poltik luar negeri. h. Diplomasi Publik (Softpower Diplomacy), diplomasi ini menekankan gagasan alternatis penyelesaian masalah melalui pesan-pesan damai, bukan melalui provokasi, agitasi atau sinisme. D. Penerapan Hubungan Diplomatis antara Indonesia dengan Filipina Hubungan dua negara antara Indonesia dengan Filipina adalah hubungan diplomatik bilateral. Hubungan kedua negara ini resmi sejak tahun 1949, Indonesia dan Filipina menjalani hubungan bilateral ini dengan ssemangat kekeluargaan. Hubungan ini dimulai semenjak pertemuan kedua kepala negara yaitu Ir. Soekarno (selaku Presiden Indonesia) dengan Elpidio Quirino (selaku presiden Filipina) ketika konfrensi New Delhi tanggal 22-25 Januari 1949 yang diselenggarakan oleh Perdana Menteri Nehru dari India untuk mempertimbangkan pernyataan kemerdekaan Indonesia. Setelah pertemuan di India, dilanjutkan dengan Konfrensi Asia Tenggara di Baquio, Filipina pada tanggal 26-30 Mei 1950. Dimana konfrensi tersebut merupakan cikal bakal dari Perhimpunan Bangsa Bangsa Asia Tenggara. Kedua negara telah mendirikan Kantor Kedutaan Besar di masing ibu kota negara, Filipina memiliki keduataan besar di Jakarta dan konsulat di Surabaya, dan Manado, sementara Indonesia memiliki KBRI di Manila dan konsulat di Davao City. Dan perjanjian persahabatan yang telah ditanda tangani kedua negara pada 21 Juni 1951. Dari perjanjian inilah yang menjadi hubungan dasar antara kedua negara, yang meliputi beberapa aspek seperti pemeliharaan perdamaian dan persahabatan, penyelesaian sengketa melalui cara damai diplomatik, pengaturan lalu lintas untuk warga kedua negara, dan aspek aspek lainnya. Pada tahun 1967, kedua negara ini bersama sama dengan Thailand, Singapura, dan Malaysia, mendirikan ASEAN untuk menjamin perdamaian dan stabilitas di kawasan. Kesimpulan: Kondisi dunia yang sangat diinginkan oleh setiap bangsa adalah kondisi yang damai, dimana tidak ada kekerasan dalam bentuk peperangan, serangan bersenjata, dan sebagainya. Oleh sebab itu, sangat dibutuhkan keadilan dunia dengan salah satunya diplomasi tanpa harus melakukan perang. Indonesia melakukan Politik Diplomasi dengan banyak negara lain, baik di Asia, Eropa, dan benua lainnya. Dengan adanya diplomasi tersebut membawakan dampak yang saling menguntungkan antar sesama negara. Daftar Pustaka: Brownlie, Ian. 1979. Principles of Public International Law. Oxford: Oxford University Press. Effendi, Masyhur. 1994. Hukum Konsuler, Hukum Diplomatik serta Hak dan Kewajiban Wakil-Wakil Organisasi Internasional/Negara. Malang: IKIP Malang. Green, AN Maryan. 1987. International Law. London: Pitman Publishing. Kansil, C.S.T. 1989. Hubungan Diplomatik Republik Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Mouna, Boer. 2000. Hukum Internasional Pengertian, Peranan dan Fungsi dalam Era Dinamika Global. Bandung: Penerbit Alumni. Roy, S.L. 1995. Diplomasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Satow, Ernest. 1957. A Guide to Diplomatic Practice. London: Longmans & Company. White, Brian. 2001. “Diplomacy”, dalam Baylish, John & Smith, Steve, The Globalization of World Politics: An Introduction to International Politics. New York: Oxford University Press.