Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Pembimbing:
Dr. T.H., dr., Sp.KJ
Penyusun:
P. P. H.
2016.04.2.0133
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HANG TUAH
SURABAYA
2018
MINI CEX
ILMU KEDOKTERAN JIWA
UNIVERSITAS HANG TUAH-RSAL DR.RAMELAN SURABAYA
Nama : P. P. H.
NIM : 2016.04.2.133
Penguji : Dr. T. H., dr., Sp.KJ
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. S. B.
Umur : 57 tahun
TTL : Tuban, 24 Juli 1961
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : SMA
Agama : Kristen
Status : Menikah
Suku : Cina
Bangsa : Indonesia
Bahasa : Indonesia, Jawa
Alamat : Bangil, Tuban
MRS : 15 Maret 2018
Tanggal Pemeriksaan : 27 Maret 2018
3
bercerita bahwa pada tahun 1983 ayahnya menikah lagi dengan
seorang wanita berusia 30 tahun. Menurut pengakuan pasien, baik
wanita itu maupun anaknya sangat jahat sehingga ayahnya
terpengaruh dan menjadi jahat. Pasien mengaku sangat jengkel,
tetapi saat ini pasien telah memaafkan karena ayah dan ibu tirinya itu
telah tiada. Tak lama kemudian, pasien terdiam dan menangis
kembali. Setelah beberapa menit dan pasien telah menjadi lebih
tenang, pemeriksa menanyakan hal apa pula yang membuat pasien
bersedih. Pasien berkata dirinya teringat dengan pamannya yang
menurutnya sangat pelit, tidak mau menjenguk orang tua ketika sakit,
bahkan tidak mau ikut urunan membayar biaya kematian orang tua.
Pasien mengatakan ayah dari pasienlah yang menanggung biaya
pemakaman orang tuanya yang meninggal, padahal secara ekonomi,
ayah pasien berada di bawah pamannya tersebut. Hal ini membuat
pasien jengkel. Tetapi sekali lagi pasien berkata bahwa dirinya telah
memaafkan pamannya tersebut. Pasien juga bercerita mengenai
kakaknya yang ketiga yang walaupun sangat kaya, tetapi sangat pelit.
Pasien berkata dirinya pernah disuruh menjaga toko kakaknya yang
ketiga. Saat itu keuntungan toko mencapai 1 juta rupiah per hari,
tetapi pasien hanya diberi upah 100.000 rupiah per hari. Pasien
merasa hal tersebut tidak manusiawi dan pasien jengkel. Tetapi saat
ini, pasien berkata pasien telah memaafkan kakaknya tersebut.
Kemudian pemeriksa berusaha menenangkan pasien. Selang
beberapa saat pemeriksa bertanya lagi apakah pasien sudah
berkeluarga. Pasien menceritakan bahwa dirinya menikah di Tuban
dengan seorang wanita dari suku Jawa pada tahun 1988 karena
dijodohkan oleh pendeta mereka dan hubungan mereka harmonis.
Mereka telah dikaruniai 3 orang buah hati. Pasien dapat menyebutkan
dengan lengkap nama, jenis kelamin, tempat dan tanggal lahir dari
ketiga anaknya. Saat ini, penderita tinggal di rumah bersama istri dan
2 orang anaknya karena anaknya yang pertama telah menikah dan
tinggal bersama suami.
Selanjutnya pemeriksa menanyakan riwayat pendidikan pasien.
Pasien mampu menyebutkan dengan jelas di mana saja ia bersekolah
4
dari TK hingga Perguruan Tinggi. Diceritakan oleh pasien bahwa
semasa sekolah, pasien adalah seorang siswa dengan kemampuan
intelektual di atas rata-rata, pasien mengaku dapat menguasai seluruh
mata pelajaran dengan baik, sehingga mendapatkan nilai-nilai yang
bagus. Sejak TK hingga SMA kelas 2, pasien mengatakan dirinya
mengenyam pendidikan di kota Tuban. Pasien berkata dirinya pindah
ke Surabaya saat duduk di bangku SMA kelas 3. Pasien bercerita
dirinya berhasil masuk ke Fakultas Hukum Universitas Airlangga pada
tahun 1980 tetapi memutuskan untuk berhenti kuliah pada semester 6,
tepatnya pada tahun 1983. Diceritakan oleh pasien bahwa saat itu IPK
pasien 3.69 sehingga dirinya diperbolehkan untuk mengambil 24 SKS.
Kemudian pasien berdoa meminta petunjuk kepada Tuhan dan saat
pasien melempar koin, pasien merasa mendapat petunjuk bahwa
dirinya hanya diperbolehkan oleh Tuhan untuk mengambil 20 SKS.
Pasien mengaku melanggar petunjuk tersebut dan mengambil 24
SKS. Kemudian menurut pasien oleh karena pelanggarannya itu,
salah satu mata kuliah pasien mendapatkan nilai D. Pasien bercerita
bahwa dirinya sebenarnya dapat lanjut ke semester berikutnya, tetapi
pasien tidak puas dengan nilai D dan mengulang kembali mata
pelajaran tersebut. Setelah diulang, pasien mengatakan bahwa dirinya
tetap mendapat nilai D dan pasien curiga dosen yang menguji ngecing
dirinya sehingga pasien akhirnya memutuskan untuk berhenti kuliah.
Pemeriksa kemudian menanyakan bagaimana pasien bisa berada
di Paviliun VI RSAL Dr. Ramelan Surabaya dan siapa yang
membawanya kemari. Pasien bercerita bahwa malam sebelum pasien
dibawa ke RSAL Dr. Ramelan Surabaya, pasien tidak bisa tidur,
padahal telah meminum Clozapine 3 dosis (pukul 19.00 ½ dosis,
pukul 22.00 1 dosis, pukul 3.00 ½ dosis). Pemeriksa menanyakan
apakah pasien susah memulai tidur atau ketika tidur terbangun dan
tidak dapat tidur lagi. Pasien menjawab bahwa dirinya susah memulai
tidur. Pemeriksa menanyakan kembali apa yang dilakukan oleh pasien
saat tidak bisa tidur. Pasien menjawab dirinya mondar mandir,
berganti-ganti posisi tidur di kasur, dan berdoa agar dapat segera
tidur, tetapi pasien tetap tidak dapat tidur, bahkan terjaga hingga pagi.
5
Karena hal inilah pasien mengaku saat itu dirinya sempat kecewa
kepada Tuhan karena dianggapnya tidak mengindahkan doanya. Saat
ditanya oleh pemeriksa apakah paginya pasien mengantuk, pasien
mengatakan sama sekali tidak. Karena keluhan inilah pasien meminta
kepada dirinya agar dirinya dibawa ke RSAL Dr. Ramelan Surabaya.
Ketika ditanya oleh pemeriksa apa yang membuat pasien sulit untuk
tidur, pasien mengatakan karena di dalam kepalanya muncul ide-ide
berkaitan dengan kulakan. Selain itu, pasien juga mengaku bahwa
memang setiap sebelum atau sesudah Paskah, pasien kerap kali
menjalani rawat inap. Saat ditanya mengapa hal tersebut bisa terjadi,
pasien menceritakan bahwa terdapat kebingungan di dalam
pikirannya karena di gerejanya tidak merayakan Hari Jumat Agung,
tetapi Hari Rabu Agung, sedangkan kalender nasional menunjukkan
hari Jumat. Bahkan terkait hal tersebut, pada tahun 2012 silam,
pasien pernah berdebat dengan pendeta di gerejanya hingga marah-
marah dan sejak saat itu, pasien tidak lagi mau datang ke gereja
hingga saat ini. Tetapi pasien mengaku di rumah pasien masih rajin
berdoa dan membaca alkitab, bahkan pasien telah menguasai alkitab.
Saat ditanya oleh pemeriksa apa pasien memiliki kemampuan khusus
untuk mendengar suara-suara yang tidak dapat didengar oleh orang
lain atau dapat melihat hal-hal yang tidak dapat dilihat oleh orang
pada umumnya, pasien berkata tidak, karena pasien adalah orang
yang mengandalkan logika dan tidak percaya kepada hal-hal mistis.
Saat ditanya apa ketika akan dibawa ke RSAL Dr. Ramelan Surabaya
pasien sempat marah-marah atau tidak, pasien berkata tidak. Justru
menurutnya, untuk mengantisipasi hal itu, pasien segera meminta
dirinya untuk dibawa berobat ke RSAL Dr. Ramelan Surabaya.
Pemeriksa menanyakan apakah pasien mengonsumsi obat dengan
teratur sesuai anjuran dokter. Pasien menjawab bahwa belakangan ini
kakaknya menawarkan obat herbal dengan alasan agar tidak usah
minum obat dari dokter karena mahal. Pasien mencoba meminum
obat herbal tersebut dan mengurangi dosis obat dokter. Ketika ditanya
apakah belakangan ini pasien menjadi malas makan dan malas
mandi, pasien berkata tidak, bahkan seluruh kegiatannya termasuk
6
makan dan mandi, telah dijadwal dengan sangat teratur dan pasien
mengikuti jadwal yang telah dibuatnya sendiri itu dengan disiplin. Saat
wawancara sedang berlangsung, langit menjadi mendung dan tidak
lama kemudian turunlah hujan. Pasien mengatakan bahwa dirinyalah
yang telah berdoa agar turun hujan dan terjadilah demikian. Saat
wawancara berlangsung, pasien mengatakan curiga dengan DPJP,
karena menurut penuturan pasien, DPJP tidak mau diajak konsul.
Menurut pasien, tindakan DPJP tersebut adalah untuk mencobai
pasien, jika pasien tidak marah, maka keadaan pasien baik, begitu
pula sebaliknya. Selain itu, pasien juga menceritakan dirinya suka
berbagi baju, celana, dan uang miliknya kepada pasien lain yang
beragama Kristen, tidak membagikan kepada yang beragama selain
Kristen. Pasien mengatakan percuma membagikan kepada yang
bukan beragama Kristen.
Berikutnya, pemeriksa bertanya mengenai aktivitas sosial sehari-
hari yang biasa dilakukan pasien di lingkungannya. Pasien
mengatakan sehari-hari pasien bekerja menjaga toko di rumahnya.
Pasien berkata bahwa dirinya lebih memilih untuk menghindari
pergaulan, seperti percakapan yang panjang dengan tetangga dan
pelanggan. Ketika ada acara reuni SMA pun pasien berkata dirinya
tidak pernah mau datang karena malu dengan sakit yang dideritanya
dan takut istri cemburu, karena menurutnya banyak kejadian berawal
dari reuni, kemudian SMSan, dan berujung pada perselingkuhan.
Pemeriksa juga menanyakan apakah ini baru pertama kalinya
mengalami keluhan seperti ini. Pasien menjawab tidak. Pasien
berkata bahwa dirinya telah berkali-kali opname karena penyakit yang
dideritanya sejak tahun 1983, tepatnya setelah pasien keluar dari
Fakultas Hukum Universitas Airlangga. Sejak saat itu, pasien menjadi
sering susah untuk memulai tidur karena takut dan khawatir akan
masa depan. Dirinya merasa gagal dan tidak berguna karena tidak
melanjutkan kuliah. Saat tidak bisa tidur, pasien mengaku selalu
mondar mandir dan paginya tidak mengantuk. Pasien juga bercerita
bahwa sejak saat itu dirinya menjadi lebih mudah marah dan mudah
tersinggung, hingga suatu hari, pasien tiba-tiba marah hebat sehingga
7
tidak ada orang yang berani mendekat sehingga polisi didatangkan ke
rumahnya dan membawanya ke RSJ Menur Surabaya. Pasien
berkata saat itulah pertama kali pasien didiagnosis menderita
gangguan jiwa. Pemeriksa menanyakan apakah pasien mengonsumsi
obat-obatan terlarang, pasien berkata bahwa hingga sekarang pasien
tidak pernah menyentuh obat-obatan terlarang.
Pemeriksan mengajukan pula pertanyaan-pertanyaan untuk
mencari tahu ciri kepribadian pasien. Pasien bercerita bahwa dirinya
sangat perfeksionis dalam segala hal karena merasa mampu dan
sangat pandai. Pasien juga bukan orang yang suka bergaul. Pasien
lebih suka menyendiri dan memilih untuk melakukan aktivitas-aktivitas
secara sendirian sehingga tidak memiliki banyak teman. Pasien pun
juga mengakui bahwa dirinya mudah tersulut dan mudah tersinggung.
Setelah dirasa cukup, pemeriksa mengakhiri wawancara dengan
bersalaman dan mengucapkan terima kasih.
Heteroanamnesa tidak dilakukan. Pemeriksa melakukan
crosscheck dengan memeriksa rekam medis pasien pada tanggal
28 Maret 2018.
Menurut data rekam medis yang telah didapat oleh pemeriksa,
pasien bernama S.B., lahir di Tuban, 24 Juli 1961, beragama Kristen,
dengan pendidikan akhir SMA.
Pasien diputuskan untuk menjalani rawat inap di Paviliun VI RSAL
Dr. Ramelan Surabaya melalui Poli Jiwa RSAL Dr. Ramelan Surabaya
pada tanggal 15 Maret 2018 dengan diantar oleh istri karena tidak
bisa tidur kurang lebih sudah 2 hari, gelisah, marah-marah, bicara
melantur. Pasien minum obat secara tidak teratur, di mana dosis obat
yang telah ditentukan oleh dokter banyak dikurangi.
8
Riwayat bedah : disangkal
Trauma kepala : disangkal
Penyakit SSP : disangkal
Kejang : disangkal
c. Riwayat Penggunaan Obat-obatan Terlarang, Alkohol dan
Rokok
Pasien tidak pernah mengonsumsi obat-obatan terlarang, alkohol,
dan rokok.
9
Kuliah : Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya
selama 3 tahun.
e. Riwayat Pernikahan
Menikah pada tahun 1988 dan memiliki 1 anak perempuan dan 2
anak laki-laki.
f. Riwayat Pekerjaan
Wiraswasta membuka toko konveksi.
g. Riwayat Agama
Beragama Kristen rajin berdoa dan membaca alkitab tetapi tidak
pernah ke gereja.
h. Riwayat Psikosexual
Pasien mendapat norma-norma yang berlaku dari orang tua.
i. Aktivitas Sosial
Hubungan pasien dengan orang tua kandung, saudara kandung,
dan istri sangat baik, tetapi hubungan pasien dengan ibu tiri dan
saudara tiri kurang baik. Hubungan pasien dengan masyarakat
sekitar kurang karena pasien lebih memilih untuk menghindari
pergaulan.
j. Riwayat Keluarga
Pasien merupakan anak bungsu dari 4 bersaudara. Sejak kecil
pasien dirawat sendiri oleh orang tuanya.
SILSILAH KELUARGA
Ayah Ibu
Kakak 1 Kakak 2
Kakak Penderita
Pasien Istri
3
10
Perempuan Sudah meninggal
1. Ayah pasien
Nama : Tn. T. S. A
TTL : 1921-1996
Jenis Kelamin : laki-laki
Status : menikah
Pekerjaan : wiraswasta
Pendidikan : tidak diketahui
2. Ibu pasien
Nama : Ny. T. H. O
TTL : 1924-1979
Jenis Kelamin : perempuan
Status : menikah
Pekerjaan : ibu rumah tangga
Pendidikan : tidak diketahui
3. Kakak 1
Nama : Tn. T. H. S.
TTL : 1952 (Usia 66 tahun)
Jenis Kelamin : laki-laki
Status : menikah
Pekerjaan : wiraswasta
Pendidikan : SMA
4. Kakak 2
Nama : Tn. T. H. C.
TTL : 1954 (Usia 64 tahun)
Jenis Kelamin : laki-laki
Status : menikah
Pekerjaan : wiraswasta
Pendidikan : SMA
5. Kakak 3
Nama : Ny. T. S. I.
TTL : 1956 (Usia 62 tahun)
Jenis Kelamin : perempuan
Status : menikah
Pekerjaan : wiraswasta
Pendidikan : SMA
6. Pasien
Nama : Tn. S. B.
TTL : 1961 (Usia 58 tahun)
Jenis Kelamin : laki-laki
Status : menikah
11
Pekerjaan : wiraswasta
Pendidikan : SMA
7. Istri
Nama : Ny. S. R.
TTL : 1965 (Usia 53 tahun)
Jenis Kelamin : perempuan
Status : menikah
Pekerjaan : wiraswasta
Pendidikan : SMA
8. Anak 1
Nama : Ny. T. O.
TTL : 1989 (Usia 29 tahun)
Jenis Kelamin : perempuan
Status : menikah
Pekerjaan : wiraswasta
Pendidikan : SMA
9. Anak 2
Nama : Tn. R. F.
TTL : 1998 (Usia 20 tahun)
Jenis Kelamin : laki-laki
Status : belum menikah
Pekerjaan : wiraswasta
Pendidikan : SMA
10. Anak 3
Nama : An. Y. F. S.
TTL : 2005 (Usia 13 tahun)
Jenis Kelamin : laki-laki
Status : belum menikah
Pekerjaan : siswa
Pendidikan : SD
12
Kakak pertama.
Paman.
c. RTTGJ
Anak bungsu.
Anak yang paling pandai.
Anak yang paling rupawan.
Anak yang paling dimanjakan.
13
pertanyaan. Pasien berulang kali menanyakan ada
pertanyaan apa lagi.
2. Mood/Afek: dangkal
3. Pembicaraan
a. Kuantitas :pasien banyak bercerita.
b. Kualitas :pasien menjawab pertanyaan
dengan lancar, volume cukup keras, dan
artikulasi yang kurang jelas.
4. Persepsi
a. Halusinasi : auditorik (-), optik (-)
b. Ilusi : (-)
5. Proses Berpikir
a. Bentuk :non realistik
b. Arus :asosiasi longgar
c. Isi :pikiran tak memadai (+), waham kebesaran (+),
waham agama (+)
6. Sensorium dan Kognisi
a. Kesadaran :berubah
b. Orientasi
Waktu :orientasi terhadap waktu baik.
Pasien dapat menyebutkan hari dan
tanggal pasien diperiksa.
Tempat :orientasi terhadap tempat baik.
Pasien dapat menyebutkan di mana ia
berada yakni di RSAL Dr. Ramelan
Surabaya.
Orang :orientasi terhadap orang baik.
Pasien dapat menyebutkan nama setiap
anggota keluarga dan dapat mengenali
pemeriksa.
c. Daya Ingat
Memori jangka panjang dalam batas normal sebab
pasien dapat mengingat nama, tempat kelahiran,
dan keluarga terdekatnya.
Memori jangka menengah dalam batas normal
sebab pasien ingat dimana tempat ia tinggal terakhir
kali dan ingat permasalahan yang ia hadapi
belakangan ini
14
Memori jangka pendek dalam batas normal sebab
pasien dapat mengingat aktifitas yang baru saja
dilakukan seperti mengingat nama makanan yang
baru saja dimakan.
d. Konsentrasi dan Perhatian
Konsentrasi dan perhatian dalam batas normal sebab
pasien dapat menjawab pertanyaan yang diajukan tanpa
membutuhkan waktu yang lama untuk berpikir.
e. Kemampuan Membaca dan Menulis
Pasien dapat membaca dan menulis dengan baik sebab
pasien dapat membuat sajak untuk pemeriksa.
f. Kemampuan Visuospasial
Pasien dapat meniru gambar yang diberikan oleh
pemeriksa
g. Berpikir Abstrak
Baik, sebab saat ditanya mengenai persamaan dan
perbedaan jeruk dan apel pasien menjawab apel memiliki
biji sedikit dan manis sedangkan jeruk berbiji banyak tapi
rasanya kecut.
h. Intelegensi dan Kemampuan Informasi
Kesan cukup
7. Pengendalian impuls
Selama wawancara pasien berlaku sopan dan dapat menerima
kehadiran pemeriksa. Jawaban yang diberikan pasien sesuai
dengan pertanyaan. Pasien tidak menunjukan adanya tanda-tanda
perbuatan yang dapat membahayakan diri sendiri dan/ atau orang
lain.
9. Kemauan
Perawatan diri :menurun.
Sosial :menurun.
Pekerjaan :menurun.
15
10. Derajat Dapat Dipercaya
Keseluruhan informasi yang disampaikan pasien tidak semuanya
dapat dipercaya
16
Persepsi mata :dalam batas normal.
Pupil :bulat, isokor, diameter
3mm/3mm.
Pemeriksaan Opthalmoskopik : tidak dievaluasi.
Motorik
Tonus : dalam batas normal
Kekuatan : dalam batas normal
Refleks Fisiologis : dalam batas normal
Refleks Patologis : (-)
Sensibilitas : dalam batas normal
Fungsi Luhur : dalam batas normal
18
Pasien berkata bahwa dirinya telah berkali-kali opname karena
penyakit yang dideritanya sejak tahun 1983. Pasien bercerita bahwa
dirinya sangat perfeksionis, bukan orang yang suka bergaul, lebih suka
menyendir, mudah tersulut, dan mudah tersinggung.
2. Faktor Penyebab
RTTG
o Anak bungsu.
o Anak yang paling pandai.
o Anak yang paling rupawan.
o Anak yang paling dimanjakan.
Keturunan
o Ibu.
o Kakak pertama.
o Paman.
Premorbid:perfeksionis, suka menyendiri, dan mudah
tersinggung.
IX. MONITORING
Perkembangan status psikiatri pasien selama minum obat.
Keteraturan meminum obat.
Efikasi obat terhadap perbaikan gejala dari pasien.
Efek samping obat.
X. PROGNOSIS
1. Kepribadian premorbid : skizoid buruk
20
2. Onset usia : muda buruk
3. Onset pengobatan : dini, teratur baik
4. Onset timbulnya :kronis buruk
5. Jenis penyakit :skizofrenia
paranoid berkelanjutan buruk
6. Faktor pencetus : stress psikologis buruk
7. Faktor keturunan : ibu, paman, kakak buruk
Kesimpulan : dubia at malam
XI. USUL
Fluphenazine Decanoate 25 mg IM setiap 4 minggu.
Kontrol poli Diabet.
Kontrol poli Jantung.
21