Вы находитесь на странице: 1из 35

Kurikulum secara sederhana dapat diartikan sebagai sekumpulan perangkat/alat yang

digunakan sekolah untuk mencapai tujuan sekolah itu sendiri. perubahan kurikulum di
Indonesia lebih banyak bersifat administratif sedangkan esensi yang didapat tidak berubah,
jadi guru nantinya sibuk merubah perangkat administrasi kurikulum bukan merubah pola
pendekatan belajar bagi siswa. Kurikulum adalah jantungya sebuah institusi pendidikan dan
tanpa kurikulum yang handal maka proses pendidikan dan pembelajaran akan tidak berjalan
baik dan keluar dari target. Kurikulum pendidikan yang berlaku di Indonesia saat ini adalah
KTSP dengan pengembangan selanjutnya menjadi Kurikulum Nasional 2013. Pendekatan yang
digunakan dalam kurikulum 2013 pada prinsipnya sudah modern yaitu mengacu pada
Scientific Method seperti dalam Cambridge.
Dalam modul Cambridge Preparation yang saya baca, banyak sekali persiapan yang harus
dilakukan oleh sekolah jika ingin menyelenggarakan program Cambridge. Kesiapan tersebut
mulai dari guru, sarpras, sistem dan kebijakan sekolah dan lainnya. Memang perlu waktu bagi
GIBS untuk mengeksekusi semua persyaratan yang ada bila ingin memakai kurikulum
Cambridge secara utuh. Namun esensi Cambridge yang bisa sekolah ambil dan terapkan
sekarang adalah bagaimana mengaplikasikan pendekatan pembelajaran yang digunakan
Cambridge yaitu membuat siswa menjadi “reflective learner”.

ari berbagai literasi yang saya cari memang belum ada definisi yang pasti mengenai arti
“reflective learner” namun dari karakteristik yang dicantumkan di modul Cambridge
dapat saya simpulkan bahwa “reflective learner” adalah bagaimana membentuk siswa
menjadi seorang pembelajar sejati, belajar bagaimana belajar dan bagaimana
mengelola perubahan baik untuk dirinya maupun lingkungannya. Konsep “reflective
learner” sebenarnya sama saja dengan metode pendekatan belajar holistik yang sudah
diajarkan dalam Islam yaitu 4 tahapan “iqra”.
1. Iqra yang pertama adalah How to read?
Proses ini berawal dari mengamati (observe) objek-objek di lingkungan sekitar
menggunakan panca indera. Pengamatan inilah yang membuka akal manusia dalam
mencari tahu tentang apa sesungguhnya yang terjadi pada objek tersebut. Ingat bahwa
Issac Newton melahirkan Teori Gravitasi dari mengamati buah apel yang jatuh ke
bawah dari pohon.
2. Iqra yang kedua adalah How to learn?
Tahapan ini adalah tahapan mencari tahu/mengkaji/menguji tentang suatu fenomena
yang telah terekam oleh panca indera. Pengkajian secara mendalam membutuhkan
berbagai literasi dan disiplin ilmu agar diperoleh teori.
3. Iqra yang ketiga adalah How to understand?
Tahap ini adalah bagaimana seorang manusia memahami secara holistik tentang
sebuah fenomena karena adanya suatu ikatan sebab akibat yang dilandasi oleh hasil
sebuah pencarian/penelitian/belajar.
4. Iqra yang keempat adalah How to meditate?
Iqra yang terakhir adalah tahapan puncak dari pembelajaran yaitu bagaimana
menyadari, menghayati dan merenungi keberadaan objek/fenomena di alam raya
sebagai kekuasaan Tuhan. Semua pencapaian dari pembelajaran tidak lain adalah
untuk kembali kepada Tuhan sebagai pemilik semua ilmu.
Salah satu bagian lain yang saya sukai dari Cambridge Curriculum adalah dalam
prosedur penilaian hasil belajar perserta didik. Pendekatan yang digunakan dalam
kurikulum ini dominan adalah inkuiri dan sistematika penilaian dijabarkan dalam silabus
mata pelajaran, jadi guru tinggal mambaca dan mengikuti prosedur tersebut. Ini
tentunya menjadi salah satu kelebihan Cambridge disbanding kurikulum nasional yang
tidak menjabarkan secara eksplisit tentang sistematika penilaian berbasis kolaboratif
inkuiri.
siswa akan dituntut untuk belajar secara holistik dan jawaban/hasil belajar akan
diperoleh dengan jalan berfikir secara mendalam. Kemampuan siswa dalam mencari
berbagai literasi dengan menggunakan ICT juga mutlak diperlukan.
Pada akhirnya setiap guru harus memiliki kemampuan sebagai manajer
kurikulum dengan baik. Pakar kurikulum terkenal dari Amerika John Dewey pernah
berkata ‘’berikan aku kurikulum paling buruk di dunia maka aku akan desain
dengan kegiatan belajar yang menarik agar siswa belajar dengan baik di kelas’’ .
Kurikulum pada dasarnya adalah alat bantu dan penggunaan alat tersebut tergantung
pada guru itu sendiri (man behind the gun). Sebaik apapun kurikulum tidak akan berarti
tanpa guru yang kreatif dan mau belajar. Dari sisi sistematika, alat ukur, dan kedalaman
materi saya berkesimpulan bahwa kurikulum Cambridge memang memiliki konten dan
sistematika yang baik karena didukung oleh pengalaman dan sejarah panjang dari
kurikulum itu sendiri. Kita sebagai guru secara hukum tetap menggunakan kurikulum
nasional namun kekurangan-kekurangan yang terdapat pada kurikulum nasional dapat
diatasi dengan mengadopsi pendekatan Cambridge dalam pembelajaran.

Sekolah Regina Caeli menerapkan metode belajar full english (cambrige) dimana mata pelajaran
yang diajarkan mengacu standar internasional.

CIBUBUR - Lembaga pendidikan harus mampu memenuhi kebutuhan anak didik dalam
mempersiapkan bekal kehidupan di masa mendatang. Terlebih, perkembangan zaman memaksa
mereka bersaing secara global. Bagi yang belum siap secara kualitas dan mental akan tertinggal.
Dalam menciptakan anak didik berkualitas, sebuah sekolah harus menyediakan metode belajar
komprehensif, tenaga pengajar mumpuni serta ditunjang kelengkapan sarana dan prasaran
belajar. Ketiganya, menjadi kunci dalam memaksimalkan proses belajar anak didik.

Sekolah Regina Caeli menjadi salah satu lembaga pendidikan pencetak lulusan berkualitas.
Sekolah dibawah naungan Yayasan Bina Muda Regina ini memiliki jenjang PG-TK-SD-SMP-
SMA. Terletak di perumahan Metland Transyogi, Cileungsi, Kabupaten Bogor.

Kepala Sekolah SMP Regina Caeli Agus Priyowidodo mengungkapkan, metode belajar
menggunakan kurikulum pendidikan nasional dengan campuran kurikulum sekolahnya.
Penerapan mata pelajaran sains, bahasa Inggris dan matematika mengacu standar internasional.

“Buku pelajaran yang digunakan anak didik 100 persen bahasa Inggris (cambridge). Ini menjadi
nilai plus bagi Regina Caeli,” ungkapnya saat berbincang hangat dengan Info Cibubur, pekan
lalu.

Ihwal fasilitas belajar kata dia, Regina Caeli menerapkan peralatan multimedia moderen dalam
proses belajar berbasis IT. Fasilitas wifi di seluruh kawasan sekolah dapat memudahkan anak
didik mengakses ilmu pengetahuan dan teknologi.

Selain itu, ditunjang, proyektor infocus di setiap kelas, laboratorium, laboratorium komputer,
lapangan olahraga, sistem keamanan belajar siswa yang nyaman, perpustakaan. Tak ketinggalan
ruangan pendukung untuk ekstrakulikuler seperti studio music full ac.

“Perkembangan dunia di era globalisasi mengharuskan kami untuk menciptakan sumber daya
manusia yang berkualitas dalam menghadapi kemajuan zaman dan mampu mengimbangi
kemajuan teknologi informasi,” serunya.

Tambahnya, keekslusifan Regina Caeli juga terlihat dari penggunaan bahasa Inggris dalam
proses belajar mengajar dan percakapan anatara para guru dengan siswa. "Hampir setiap hari
dipergunakan di sekolah ini. Anak didik sudah fasih berbahasa Inggris,” pungkasnya.
Kualitas pendidikan nasional yang merosot memunculkan ketidakpuasan. Ketidakpuasan
terhadap kurikulum nasional ini ditangkap oleh dunia bisnis dengan mendirikan sekolah-sekolah
berkurikulum nasional plus asing, dan menyebutnya sebagai sekolah bertaraf internasional
(SBI). Pemerintah meresponnya dengan melegalkan kehadiran kurikulum asing melalui UU
Sisdiknas 2003 pasal 50 ayat 3 serta Permen No. 78 Tahun 2009. Sekolah-sekolah negeri tidak
mau ketinggalan dan serta merta mendirikan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI).
Kehadiran SBI/RSBI seakan menjawab keresahan masyarakat akan kualitas pendidikan
nasional. SBI/RSBI banyak diserbu walaupun memasang tarif yang sangat mahal. Tarif inilah
yang menuai perlawanan sehingga SBI dianulir oleh Mahkamah Konstitusi (MK) pada tanggal 8
Januari 2013. Alasannya, biaya mahal, bukan karena mutu maupun ideologi.

Sebenarnya apa yang disebut Kurikulum Cambridge ini bukanlah kurikulum, melainkan
sejumlah paket buku yang terlahir dari kurikulum pendidikan di Inggris. Kurikulum asing ini
memiliki daya tarik khusus disebabkan kurikulum nasional (kurnas) yang kurang berbobot.

Kurikulum nasional sangat berorientasi materi (penguasaan informasi sebanyak-banyaknya).


Akibatnya, porsi siswa untuk berpikir, memecahkan masalah, bekerja sama dalam tim, maupun
berkomunikasi secara baik menjadi sangat minim. Jumlah mapel dalam kurnas terlalu. Waktu
yang sempit akhirnya memaksa guru untuk sekedar mentransfer ilmu dan siswa sekedar
menghafalkan. Sebagai contoh, jika materi klorofil diajarkan melalui riset pustaka, pengamatan,
eksperimen, dan diskusi, maka satu materi ini saja akan menyedot minimal dua jam pelajaran
atau satu kali

pertemuan (2 x 45 menit). Padahal total waktu mapel Sains biasanya tidak lebih dari dua
pertemuan per minggu. Bagaimana dengan bagian daun yang lain, akar dan bagian-bagiannya,
bunga dan berbagai karakteristiknya, aneka ragam buah, biji dan variasinya, dan jenis-jenis
batang. Itu semua baru topik tumbuhan, belum hewan, manusia, lingkungan, energi dan
perubahannya, benda dan sifat-sifatnya, serta alam semesta. Sistem evaluasi bertumpu pada
aspek kognitif atas seluruh materi sehingga siswa dituntut untuk menghafal agar dapat
menjejalkan ke dalam otaknya sedemikian banyak materi dalam waktu singkat. Pengamalan
ilmunya sendiri hampir tidak diperhatikan.

Hal ini berbeda dengan standar pelaksanaan kurikulum Cambridge. Untuk mendapatkan ijazah
diploma ICE (setaraf UN), siswa cukup menyelesaikan empat mapel. Itupun persiapannya
ditempuh selama dua tahun. Dalam waktu yang cukup longgar tersebut, sangat memungkinkan
bagi guru dan siswa untuk menjalani langkah-langkah pembelajaran yang disarankan, seperti
riset pustaka, eksplorasi, eksperimen, dan berpikir kreatif.

Kurikulum nasional juga terlalu teoritis (yakni, kurang praktis/kurang terkait dengan kenyataan
kehidupan). Pelajar yang sudah lulus UN Bahasa Inggris ternyata tetap tidak bisa membaca
dalam Bahasa Inggris, mendengarkan berita berbahasa Inggris, apalagi berkomunikasi. Dalam
pelajaran Sains, siswa menghafalkan proses-proses rumit seperti elektrosis dan mitosis tanpa
mengerti penggunaan praktisnya.

Materi Cambridge, di sisi lain, sangat memperhatikan sisi praktis dari tiap-tiap mapelnya.
Seseorang tidak mungkin lulus sertifikat Bahasa Inggris Cambridge jika tidak mampu
menggunakan bahasa ini dengan baik. Pada materi elektrosis, siswa dibantu untuk memahami
bagaimana penerapannya secara praktis. Misalnya, bagaimana Jepang bisa kaya raya tanpa
memiliki minyak maupun hasil bumi yang melimpah, melainkan dengan mengandalkan proses
elektrosis yang mengubah air laut menjadi kekayaan yang luar biasa, antara lain plastik,
pestisida, karet sintetik, kertas, interior kendaraan, cat, baking soda, bahan adesif, kulit sintetik,
bahan bakar roket, margarin, obat, bahan pembersih, pemutih, deodoran, PC, TV, mesin fax,
maupun kain. Pada materi pembelahan sel, siswa diajak berpikir tentang kanker, yakni salah
satu penyakit yang banyak mengancam kehidupan modern dan disebabkan oleh proses
pembelahan sel yang abnormal. Kurangnya keterkaitan teori dengan kehidupan nyata dalam
kurnas membuat materi-materi yang dipelajari siswa tidak mampu menggugah hatinya maupun
mendorong pemikirannya untuk memecahkan masalah kehidupan dengan ilmu-ilmu yang
didapatkan di sekolah.
A. Mengenal Pelaksanaan Kurikulum 2013

Hal mendasar dari kurikulum 2013, menurut Mulyoto adalah masalah pendekatan pembelajarannya.
Selama ini, pendekatan yang digunakan adalah materi. Jadi materi di berikan pada anak didik sebanyak-
banyaknya sehingga mereka menguasai materi itu secara maksimal. Bahkan demi penguasaan materi itu,
drilling sudah diberikan sejak awal, jauh sebelum siswa menghadapi ujian nasional. Dalam pembelajaran
seperti ini, tujuan pembelajaran tujuan pembelajaran yang dicapai lebih kepada aspek kgnitif dengan
menafikan aspek psikomotrik dan afektif.

Ketiga aspek tersebut sebenarnya sudahmendapat penekanan pada kurikulum kita selama ini. Pada
saat pemberlakuan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2003, aspek kognitif, psikomotorik dan afektif
(yang dikenal dengan taksonomi Bloom tentang tujuan pendidikan), telah juga menjadi kompetensi
integral yang harus dicapai. Lalu pada saat pemberlakuan Kurikulum 2006, melalui pendidikan karakter,
aspek afektif yang seolah dilupakan para praktisi pendidikan, digaungkan.
Tapi dalam dataran praksis, hanya aspek kognitif yang dikejar. Penyebabnya adalah kurikulum tidak
dikawal dengan kebijakan yang sinergis, tetapi malah dijegal dengan kebijakan ujian nasional.

Soal-soal ujian nasional hanya menguji pencapaian aspek kognitif. Pencapaian aspek psikomotorik
dan afektif tidak bisa diukur dengan menggunakan tes ini. Padahal tes ini adalah penentu kelulusan.
Maka pembelajaran yang terjadi adalah pembelajaran yang berbasis materi tanpa memedulikan
penanaman keterampilan dan sikap.

Pada kenyataannya, sejak awal siswa-siswa telah dibiasakan menghadapi soal-soal model ujian
nasional. Pembelajaran mengacu pada kompetensi dasar yang yang nanti akan diujikan dalam ujian
nasional. Bahkan ada pula guru yang menggunakan soal-soal ujian nasional yang telah diujikan pada
tahun sebelumnya sebagai acuan dalam pembelajaran. Menjelang menghadapi ujian nasional, guru
memberikan pembelajaran ujian nasional pada siswanya. Apapun yang tidak ada kaitannya dengan ujian
nasional ditiadakan.

Berdasarkaan pengalaman selama ini, hal tersebut harus didukung dengan kebijakan yang konsisten,
yaitu sistem avaluasi yang mengukur pencapaian kemampuan kognitif, psikomotorik dan afektif secara
berimbang. Tidak bisa dipungkiri bahwa ujian nasional harus dihapuskan, sehingga penentu kelulusan
nantinya adalah transkrip nilai yang diperoleh dari nilai rapor tiap semester. Karena nilai-nilai rapor
sebagai hasil evaluasi pembelajaran mengandung ketiga aspek secara menyeluruh, maka pembelajaran
juga akan diberikan seccara benyeluruh dalam ketiga aspek itu.

Dengan dihapusnya ujian nasional, wewenang mengadakan evaluasi kembali kepada guru sehingga
lengkaplah kewenangan guru; menyusun rencana pembelajaran, melaksanakn kegiatan pembelajaran
dan melaksanakan kegiatan evaluasi. Hal ini sesuai dengan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. [1]

B. Sistem Evaluasi dalam Kurikulum 2013

Kesalahan fatal dalam implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) selama ini menurut saya adalah kemunculan kebijakan yang sejatinya tidak konsisten
dengan kurikulum-kurikulum tersebut. Kebijaksanaan yang dimaksud adalah pelaksanaan ujian nasional
dengan standar kelulusannya. Dimana siswa dikatakan berhasil jika ia telah mampu menembus jarring
ujian nasional. Sebuah sekolah dikatakan bermutu apabila kelulusan siswnya 100% dan banyak siswanya
yang mendapatkan nilai 10. Bahkan untuk tujuan itu, kecurangan sistematis selalu terjadi. Penanaman
nilai moral seolah tak diperhatikan.

Oleh karena itu, jika nantinya Kurikulun 2013 diterapkan dan ditujukan agar guru memperoleh ruang
yang lebih leluasa untuk mengembangkan potensi siswa secara seimbang dalam tiga aspek, yaitu aspek
kognitif, psikomotorik dan afektif. Kurikulum ini harus dikawal dengan kebijakan yang sinergis. Dan
akhirnya siswa dapat belajar dengan semangat, antusias, tidak bosan dan mampu menyerap nilai-nilai
moral yang terkandung secara tersitat dalam setiap materi.[2]

C. Karakteristik Kurikulum 2013

Dalam kurikulum 2013 memiliki karakteristik diantaranya:


a) Isi atau konten kurikulum yaitu kompetensi dinyatakan dalam bentuk Kompetensi Inti (KI) satuan
pendidikan dan kelas, dirinci lebih lanjut dalam Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran.

b) Kompetensi Inti (KI) merupakan gambaran secara kategorial mengenai kompetensi dalam aspek
sikap, pengetahuan, dan keterampilan (kognitif dan psikomotor) yang harus dipelajari peserta didik
untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran.

c) Kompetensi Dasar (KD) merupakan kompetensi yang dipelajari peserta didik untuk suatu tema
untuk SD/MI, dan untuk mata pelajaran di kelas tertentu untuk SMP/MTS, SMA/MA, SMK/MAK.

d) Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar dijenjang pendidikan menengah diutamakan pada ranah
sikap sedangkan pada jenjang pendidikan menengah berimbang antara sikap dan kemampuan
intelektual (kemampuan kognitif tinggi).

e) Kompetensi Inti menjadi unsur organisatoris (organizing elements) Kompetensi Dasar yaitu semua
KD dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi dalam Kompetensi Inti.

f) Kompetensi Dasar yang dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif saling memperkuat
(reinforced) dan memperkaya (enriched) antar mata pelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi
horizontal dan vertikal) diikat oleh kompetensi inti.

g) Silabus dikembangkan sebagai rancangan belajar untuk satu tema (SD). Dalam silabus tercantum
seluruh KD untuk tema atau mata pelajaran di kelas tersebut.

h) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dikembangkan dari setiap KD yang untuk mata pelajaran dan
kelas tersebut.

D. Proses Pembelajaran Kurikulum 2013

Proses pembelajaran Kurikulum 2013 terdiri atas pembelajaran intra-kurikuler dan pembelajaran ekstra-
kurikuler.

1. Pembelajaran intra kurikuler adalah proses pembelajaran yang berkenaan dengan mata pelajaran
dalam struktur kurikulum dan dilakukan di kelas, sekolah, dan masyarakat.

Pembelajaran didasarkan pada prinsip berikut :

a. Proses pembelajaran intra-kurikuler Proses pembelajaran di SD/MI berdasarkan tema sedangkan di


SMP/MTS, SMA/MA, dan SMK/MAK berdasarkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang
dikembangkan guru.

b. Proses pembelajaran didasarkan atas prinsip pembelajaran siswa aktif untuk menguasai Kompetensi
Dasar dan Kompetensi Inti pada tingkat yang memuaskan (excepted).

2. Pembelajaran ekstra-kurikuler

Pembelajaran ekstra-kurikuler adalah kegiatan yang dilakukan untuk aktivitas yang dirancang sebagai
kegiatan di luar kegiatan pembelajaran terjadwal secara rutin setiap minggu. Kegiatan ekstra-kurikuler
terdiri atas kegiatan wajib dan pilihan. Pramuka adalah kegiatan ekstra-kurikuler wajib.
Kegiatan ekstra-kurikuler adalah bagian yang tak terpisahkan dalam kurikulum.Kegiatan ekstra-kurikulum
berfungsi untuk:

a. Mengembangkan minat peserta didik terhadap kegiatan tertentu yang tidak dapat dilaksanakan
melalui pembelajaran kelas biasa,

b. Mengembangkan kemampuan yang terutama berfokus pada kepemimpinan, hubungan sosial dan
kemanusiaan, serta berbagai ketrampilan hidup.

Kegiatan ekstra-kurikuler dilakukan di lingkungan:

a. Sekolah

b. Masyarakat

c. Alam

Kegiatan ekstra-kurikuler wajib dinilai yang hasilnya digunakan sebagai unsur pendukung kegiatan intra-
kurikuler.

E. Prinsip Pengembangan Kurikulum 2013

Pengembangan kurikulum didasarkan pada prinsip-prinsip berikut:

1. Kurikulum bukan hanya merupakan sekumpulan daftar mata pelajaran karena mata pelajaran hanya
merupakan sumber materi pembelajaran untuk mencapai kompetensi. Atas dasar prinsip tersebut maka
kurikulum sebagai rencana adalah rancangan untuk konten pendidikan yang harus dimiliki oleh seluruh
peserta didik setelah menyelesaikan pendidikannya di satu satuan atau jenjang pendidikan, kurikulum
sebagai proses adalah totalitas pengalaman belajar peserta didik di satu satuan atau jenjang pendidikan
untuk menguasai konten pendidikan yang dirancang dalam rencana, dan hasil belajar adalah perilaku
peserta didik secara keseluruhan dalam menerapkan perolehannya di masyarakat.

2. Kurikulum didasarkan pada standar kompetensi lulusan yang ditetapkan untuk satu satuan
pendidikan, jenjang pendidikan, dan program pendidikan. Sesuai dengan kebijakan Pemerintah
mengenai Wajib Belajar 12 Tahun maka Standar Kompetensi Lulusan yang menjadi dasar pengembangan
kurikulum adalah kemampuan yang harus dimiliki peserta didik setelah mengikuti proses pendidikan
selama 12 tahun. Selain itu sesuai dengan fungsi dan tujuan jenjang pendidikan dasar dan pendidikan
menengah serta fungsi dan tujuan dari masing-masing satuan pendidikan pada setiap jenjang pendidikan
maka pengembangan kurikulum didasarkan pula atas Standar Kompetensi Lulusan pendidikan dasar dan
pendidikan menengah serta Standar Kompetensi satuan pendidikan.

3. Kurikulum didasarkan pada model kurikulum berbasis kompetensi. Model kurikulum berbasis
kompetensi ditandai oleh pengembangan kompetensi berupa sikap, pengetahuan, ketrampilan berpikir,
ketrampilan psikomotorik yang dikemas dalam berbagai mata pelajaran. Kompetensi yang termasuk
pengetahuan dikemas secara khusus dalam satu mata pelajaran. Kompetensi yang termasuk sikap dan
ketrampilan dikemas dalam setiap mata pelajaran dan bersifat lintas mata pelajaran, diorganisasikan
dengan memperhatikan prinsip penguatan (organisasi horizontal) dan keberlanjutan (organisasi vertikal)
sehingga memenuhi prinsip akumulasi dalam pembelajaran.

F. Implikasi Kurikulum 2013 bagi Guru SD/MI


Dalam implementasi pembelajaran khususnya bagi guru kelas 1 sampai 3 di sekolah dasar mempunyai
implikasi antara lain :

Implikasi bagi guru

Kurikulum 2018 memerlukan guru PPKN yang kreatif baik dalam menyiapkan kegiatan/pengalaman
belajar bagi anak, juga dalam memilih kompetensi dari berbagai mata pelajaran dan mengaturnya agar
pembelajaran menjadi lebih bermakna, menarik, menyenangkan dan utuh mengigat harus
mengintegrasikan pelajaran IPA dan IPS dalam pembelajarannya.

Implikasi bagi siswa

· Siswa harus siap mengikuti kegiatan pembelajaran yang dalam pelaksanaannya dimungkinkan
untuk bekerja baik secara individual, pasangan, kelompok kecil ataupun klasikal.

· Siswa harus siap mengikuti kegiatan pembelajaran yang bervariasi secara aktif misalnya melakukan
diskusi kelompok, mengadakan penelitian sederhana, dan pemecahan masalah

Implikasi terhadap sarana, prasarana, sumber belajar dan media

· Pembelajaran tematik pada hakekatnya menekankan pada siswa baik secara individual maupun
kelompok untuk aktif mencari, menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip secara holistik dan
otentik. Oleh karena itu, dalam pelaksanaannya memerlukan berbagai sarana dan prasarana belajar.

· Pembelajaran ini perlu memanfaatkan berbagai sumber belajar baik yang sifatnya didisain secara
khusus untuk keperluan pelaksanaan pembelajaran (by design), maupun sumber belajar yang tersedia di
lingkungan yang dapat dimanfaatkan (by utilization).

· Pembelajaran ini juga perlu mengoptimalkan penggunaan media pembelajaran yang bervariasi
sehingga akan membantu siswa dalam memahami konsep-konsep yang abstrak.

· Penerapan pembelajaran tematik di sekolah dasar masih dapat menggunakan buku ajar yang
sudah ada saat ini untuk masing-masing mata pelajaran dan dimungkinkan pula untuk menggunakan
buku suplemen khusus yang memuat bahan ajar yang terintegrasi

Implikasi terhadap Pengaturan ruangan


Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran tematik perlu melakukan pengaturan ruang agar suasana
belajar menyenangkan. Pengaturan ruang tersebut meliputi:

· Ruang perlu ditata disesuaikan dengan topik yang sedang dilaksanakan.

· Susunan bangku peserta didik dapat berubah-ubah disesuaikan dengan keperluan pembelajaran
yang sedang berlangsung

· Peserta didik tidak selalu duduk di kursi tetapi dapat duduk di tikar/karpet

· Kegiatan hendaknya bervariasi dan dapat dilaksanakan baik di dalam kelas maupun di luar kelas

· Dinding kelas dapat dimanfaatkan untuk memajang hasil karya peserta didik dan dimanfaatkan
sebagai sumber belajar

· Alat, sarana dan sumber belajar hendaknya dikelola sehingga memudahkan peserta didik untuk
menggunakan dan menyimpannya kembali.

e. Implikasi terhadap Pemilihan metode

Sesuai dengan karakteristik pembelajaran terintegrasi , maka dalam pembelajaran yang dilakukan perlu
disiapkan berbagai variasi kegiatan dengan menggunakan multi metode. Misalnya percobaan, bermain
peran, tanya jawab, demonstrasi, bercakap-cakap.

G. Tahap Persiapan Pelaksanaan

Dalam pelaksanaan pembelajaran integrasi PPKN , perlu dilakukan beberapa hal yang meliputi tahap
perencanaan yang mencakup kegiatan pemetaan kompetensi dasar, pengembangan jaringan tema,
pengembangan silabus dan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran.

· Tahap Perencanaan

1. Pemetaan Kompetensi Inti

Kegiatan pemetaan ini dilakukan untuk memperoleh gambaran secara menyeluruh dan utuh semua
standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator dari berbagai mata pelajaran yang dipadukan dalam
tema yang dipilih. Kegiatan yang dilakukan adalah:

a. Penjabaran Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar ke dalam indikator

Melakukan kegiatan penjabaran Kompetensi Inti dan kompetensi dasvar dari setiap mata pelajaran ke
dalam indikator. Dalam mengembangkan indikator perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

· Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik

· Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik mata pelajaran

· Dirumuskan dalam kata kerja oprasional yang terukur dan/atau dapat diamati.

b. Menentukan tema

1) Cara penentuan tema


Dalam menentukan tema dapat dilakukan dengan dua cara yakni:

Cara pertama, mempelajari standar kompetensi dan kompetensi dasar yang terdapat dalam masing-
masing mata pelajaran, dilanjutkan dengan menentukan tema yang sesuai.

Cara kedua, menetapkan terlebih dahulu tema-tema pengikat keterpaduan, untuk menentukan tema
tersebut, guru dapat bekerjasama dengan peserta didik sehingga sesuai dengan minat dan kebutuhan
anak.

2) Prinsip Penentuan tema

Dalam menetapkan tema perlu memperhatikan beberapa prinsip yaitu:

· Memperhatikan lingkungan yang terdekat dengan siswa:

· Dari yang termudah menuju yang sulit

· Dari yang sederhana menuju yang kompleks

· Dari yang konkret menuju ke yang abstrak.

· Tema yang dipilih harus memungkinkan terjadinya proses berpikir pada diri siswa

· Ruang lingkup tema disesuaikan dengan usia dan perkembangan siswa, termasuk minat, kebutuhan,
dan kemampuannya

3) Identifikasi dan analisis Standar Kompetensi, Kompetensi dasar dan Indikator

Lakukan identifikasi dan analisis untuk setiap Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar dan indikator yang
cocok untuk setiap tema sehingga semua standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator terbagi
habis.

2. Menetapkan Jaringan Tema

Buatlah jaringan tema yaitu menghubungkan kompetensi dasar dan indikator dengan tema pemersatu.
Dengan jaringan tema tersebut akan terlihat kaitan antara tema, kompetensi dasar dan indikator dari
setiap mata pelajaran. Jaringan tema ini dapat dikembangkan sesuai dengan alokasi waktu setiap tema.

3. Penyusunan Silabus

Hasil seluruh proses yang telah dilakukan pada tahap-tahap sebelumnya dijadikan dasar dalam
penyusunan silabus. Komponen silabus terdiri dari standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator,
pengalaman belajar, alat/sumber, dan penilaian.

4. Penyusunan Rencana Pembelajaran

Untuk keperluan pelaksanaan pembelajaran guru perlu menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran.
Rencana pembelajaran ini merupakan realisasi dari pengalaman belajar siswa yang telah ditetapkan
dalam silabus pembelajaran. Komponen rencana pembelajaran tematik meliputi:

a. Identitas mata pelajaran (nama mata pelajaran yang akan dipadukan, kelas, semester, dan
waktu/banyaknya jam pertemuan yang dialokasikan).

b. Kompetensi dasar dan indikator yang akan dilaksanakan.


c. Materi pokok beserta uraiannya yang perlu dipelajari siswa dalam rangka mencapai kompetensi
dasar dan indikator.

d. Strategi pembelajaran (kegiatan pembelajaran secara konkret yang harus dilakukan siswa dalam
berinteraksi dengan materi pembelajaran dan sumber belajar untuk menguasai kompetensi dasar dan
indikator, kegiatan ini tertuang dalam kegiatan pembukaan, inti dan penutup).

e. Alat dan media yang digunakan untuk memperlancar pencapaian kompetensi dasar, serta sumber
bahan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran tematik sesuai dengan kompetensi dasar yang
harus dikuasai.

f. Penilaian dan tindak lanjut (prosedur dan instrumen yang akan digunakan untuk menilai pencapaian
belajar peserta didik serta tindak lanjut hasil penilaian).

· Tahap Pelaksanaaan

1. Tahapan kegiatan

Pelaksanaan pembelajaran tematik setiap hari dilakukan dengan menggunakan tiga tahapan kegiatan
yaitu kegiatan pembukaan/awal/pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Alokasi waktu untuk
setiap tahapan adalah kegiatan pembukaan kurang lebih satu jam pelajaran (1 x 35 menit), kegiatan inti 3
jam pelajaran (3 x 35 menit) dan kegiatan penutup satu jam pelajaran (1 x 35 menit)

a. Kegiatan Pendahuluan/awal/pembukaan

Kegiatan ini dilakukan terutama untuk menciptakan suasana awal pembelajaran untuk mendorong siswa
menfokuskan dirinya agar mampu mengikuti proses pembelajaran dengan baik.

Sifat dari kegiatan pembukaan adalah kegiatan untuk pemanasan. Pada tahap ini dapat dilakukan
penggalian terhadap pengalaman anak tentang tema yang akan disajikan. Beberapa contoh kegiatan
yang dapat dilakukan adalah bercerita, kegiatan fisik/jasmani, dan menyanyi

b. Kegiatan Inti

Dalam kegiatan inti difokuskan pada kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk pengembangan
kemampuan baca, tulis dan hitung. Penyajian bahan pembelajaran dilakukan dengan menggunakan
berbagai strategi/metode yang bervariasi dan dapat dilakukan secara klasikal, kelompok kecil, ataupun
perorangan.

c. Kegiatan Penutup/Akhir dan Tindak Lanjut

Sifat dari kegiatan penutup adalah untuk menenangkan. Beberapa contoh kegiatan akhir/penutup yang
dapat dilakukan adalah menyimpulkan/mengungkapkan hasil pembelajaran yang telah dilakukan,
mendongeng, membacakan cerita dari buku, pantomim, pesan-pesan moral, musik/apresiasi musik.

H. Kerangka Kerja Kurikulum 2013

Proses pengembangan kurikulum digambarkan dalam diagram Kerangka Kerja berikut:


1. Pengembangan Kurikulum 2013 diawali dengan analisis kebutuhan masyarakat Indonesia. Analisis
kebutuhan tersebut merupakan analisis kesenjangan mengenai kemampuan yang perlu dimiliki
warganegara bagi kehidupan berbangsa dan bernegara pada dekade ketiga dan keempat abad ke-21.
Adanya tantangan seperti keterikatan Indonesia dalam perjanjian internasional seperti APEC, WTO,
ASEAN Community, CAFTA. Hasil dari analisis ini menunjukkan bahwa penguasaan soft skills perlu
mendapatkan prioritas dalam pengembangkan kemampuan warganegara untuk kehidupan masa depan.

2. Analisis Tujuan Pendidikan Nasional sebagai arah pengembangan kurikulum. Setiap upaya
pengembangan kurikulum haruslah didesain untuk pencapaian tujuan pendidikan nasional. Kurikulum
sebagai jiwa pendidikan (the heart of education) harus selalu dirancang untuk mencapai kualitas peserta
didik dan bangsa yang dirumuskan dalam tujuan pendidikan. Kajian dari tujuan pendidikan nasional
memberi arah yang juga mengacu kepada pengembangan soft skills yang berimbang dengan penguasaan
hard skills.

3. Analisis kesiapan peserta didik dilakukan terutama dari kajian psikologi anak dan psikologi
perkembangan, tahap-tahap perkembangan kemampuan intelektual peserta didik serta keterkaitan
tingkat kemampuan intelektual peserta didik dengan jenjang kemampuan kompetensi yang perlu mereka
kuasai. Analisis ini diperlukan agar kompetensi yang dikembangkan dalam Kurikulum 2013 bersesuaian
untuk menerapkan prinsip belajar. Prinsip belajar mengatakan bahwa proses pembelajaran dimulai dari
kemampuan apa yang sudah dimiliki untuk mencapai kemampuan di atasnya dapat diterapkan dalam
pengembangan kurikulum.

4. Berdasarkan analisis tersebut maka ditetapkan bahwa perlu pengembangan Standar Kompetensi
Lulusan baru yang menggantikan Standar Kompetensi Lulusan yang sudah ada. Standar Kompetensi
Lulusan Baru di arahkan untuk lebih memberikan keseimbangan antara aspek sikap dengan pengetahuan
dan ketrampilan. Walau pun Standar Kompetensi Lulusan bukan kurikulum tetapi berdasarkan
pendekatan pendidikan yang berstandar standar sebagaimana yang dinyatakan dalam Undang-undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional maka pengembangan Standar Kompetensi
Lulusan merupakan sesuatu yang mutlak dilakukan. Sesuai dengan pendekatan berdasarkan standar
maka kurikulum harus dikembangkan berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan.

5. Analisis berikutnya adalah kajian terhadap desain kurikulum 2006 yang menjadi dasar dari KTSP dan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 22 tahun 2005 tentang Standar Isi. Dalam Standar Isi
terdapat Kerangka dasar Kurikulum dan struktur kurikulum. Analisis terhadap dokumen kurikulum
tersebut menunjukkan bahwa desain kurikulum dikembangkan atas dasar pengertian bahwa kurikulum
adalah daftar sejumlah mata pelajaran. Oleh karena itu satu mata pelajaran berdiri sendiri dan tidak
berinteraksi dengan mata pelajaran lainnya. Melalui pengembangan kurikulum yang demikian maka ada
masalah yang cukup prinsipiil yaitu konten kurikulum yang dikategorikan sebagai konten berkembang
(developmental content) tidak mendapatkan kesempatan untuk dikembangkan secara baik. Konten
kurikulum berkembang seperti nilai, sikap dan ketrampilan (intelektual dan psikomotorik) memerlukan
desain kurikulum yang menempatkan satu mata pelajaran dalam jaringan keterkaitan horizontal dan
vertikal dengan mata pelajaran lain. Dari hasil analisis tersebut maka dikembangkan desain baru yang
memberikan jaminan keutuhan kurikulum melalui keterkaitan vertikal dan horizontal konten.

6. Berdasarkan rumusan Standar Kompetensi Lulusan yang baru maka dikembangkanlah Kerangka
dasar Kurikulum yang antara lain mencakup Kerangka Filosofis, Yuridis, dan Konseptual. Landasan
filosofis yang dikembangkan adalah bersifat eklektik yang mampu memberikan dasar bagi
pengembangan individu peserta didik secara utuh yaitu baik dari aspek intelektual, moral, sosial,
akademik, dan kemampuan yang diperlukan untuk mengembangkan kehidupan individu peserta didik,
sebagai anggota masyarakat dan bangsa yang produktif, dan memiliki kemampuan berkontribusi dalam
meningkatkan kehidupan pribadi, masyarakat, bangsa, dan ummat manusia. Kerangka yuridis kurikulum
adalah berbagai ketetapan hukum yang mendasari setiap upaya pendidikan di Indonesia. Kerangka
konseptual berkenaan dengan model kurikulum berbasis kompetensi yang dinyatakan dalam ketetapan
pada Undang-undang Sisdiknas. Prinsip-prinsip pengembangan kurikulum ditetapkan antara lain
termasuk penyederhanaan konten kurikulum, keseimbangan kepentingan nasiional dan daerah, posisi
peserta didik sebgai subjek dalam belajar, pembelajaran aktif yang didasarkan pada model pembelajaran
sains, dan penetapan Kompetensi Inti sebagai unsur pengikat (organizing element) bagi KD mata
pelajaran.

7. Kegiatan pengembangan berikutnya adalah penetapan struktur kurikulum. Struktur kurikulum


menggambarkan kerangka kurkulum terdiri atas sejumlah mata pelajaran, pengelompokkannya, posisi
mata pelajaran, beban belajar mata pelajaran per minggu dan jumlah beban belajar keseluruhan per
minggu. Berdasarkan prinsip penyederhanaan kurikulum maka jumlah mata pelajaran dikurangi tetapi
jam belajar baik untuk setiap mata pelajaran mau pun untuk keseluruhan ditambah. Penambahan jam
belajar adalah untuk memberikan waktu yang cukup bagi peserta didik mengembangkan kompetensi
ketrampilan dan sikap melalui proses pembelajaran yang berorientasi pada sains.

8. Berdasarkan struktur kurikulum yang telah ditetapkan, selanjutnya dirumuskan Kompetensi Inti
setiap kelas yang menjadi pengikat dari berbagai Kompetensi Dasar. Adanya Kompetensi Inti lebih
menjamin terjadinya integrasi Kompetensi Dasar antarmata pelajaran dan antarkelas. Proses
pengembangan Kompetensi Dasar melibatkan pengembang kurikulum yang terdiri dari guru, dosen, dan
para pakar pendidikan.

9. Berdasarkan Kompetensi Dasar yang telah direviu dan dinyatakan memenuhi persyaratan yang
telah ditetapkan maka dikembangkan silabus. Pengembangan silabus dimaksudkan agar ada patokan
minimal mengenai kualitas hasil belajar untuk seluruh Indonesia. Dalam silabus ditetapkan sebagai
patokan minimal adalah indikator yang dikembangkan dari Kompetensi Dasar dan kemudian diramu
dalam Materi Pokok, proses pembelajaran yang dikembangkan dari kegiatan observasi, menanya,
mengasosiasi, dan mengomunikasi. Keempat kemampuan ini dikembangkan selama dua belas tahun
sehingga kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan berpikir kritis dan kemampuan belajar peserta didik
dapat menjadi kebiasaan-kebiasaan yang memberikan kebiasaan belajar sepanjang hayat. Silabus tidak
membatasi kreativitas dan imaginasi guru dalam mengembangkan proses pembelajaran karena silabus
akan dikembangkan lebih lanjut oleh guru menjadi RPP yang kemudian diterjemahkan dalam proses
pembelajaran.

10. Berdasarkan KD dan silabus dikembangkan buku teks peserta didik dan buku panduan guru. Buku
teks peserta didik berisikan konten yang dikembangkan dari KD sedangkan buku panduan guru terdiri
atas komponen konten yang terdapat dalam buku teks peserta didik dan komponen petunjuk
pembelajaran dan penilaian. Adanya buku teks peerta didik dan guru adalah patokan yang memberikan
jaminan kualitas hasil belajar minimal yang harus dimiliki peserta didk.

I. Kelebihan dan Kelemahan kurikulum 2013[3]


1. Kelebihan Kurikulum 2013

a) Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan yang bersifat alamiah (kontekstual) karena berfokus dan
bermuara pada hakekat peserta didik untuk mengembangkan berbagai kompetensi sesuai dengan
kompetensinya masing-masing. Dalam hal ini peserta didik merupakan subjek belajar dan proses belajar
berlangsung secara alamiah dalam bentuk bekerja dan mengalami berdasarkan kompetensi tertentu,
bukan transfer pengetahuan.

b) Kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan kompetensi boleh jadi mendasari pengembangan
kemampuan-kemampuan lain. Penguasaan pengetahuan dan keahlian tertentu dalam suatu pekerjaan,
kemampuan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, serta pengembangan aspek-aspek
kepribadian dapat dilakukan secara optimal berdasarkan standar kompetensi tertentu.

c) Ada bidang-bidang studi atau mata pelajaran tertentu yang dalam pengembangannya lebih cepat
menggunakan pendekatan kompetensi, terutama yang berkaitan dengan keterampilan.

d) Lebih menekankan pada pendidikan karakter. Selain kreatif dan inovatif, pendidikan karakter juga
penting yang nantinya terintegrasi menjadi satu. Misalnya, pendidikan budi pekerti luhur dan karakter
harus diintegrasikan kesemua program studi.

e) Asumsi dari kurikulum 2013 adalah tidak ada perbedaan antara anak desa atau kota. Seringkali anak
di desa cenderung tidak diberi kesempatan untuk memaksimalkan potensi mereka.

f) Kesiapan terletak pada guru. Guru juga harus terus dipacu kemampuannya melalui pelatihan-
pelatihan dan pendidikan calon guru untuk meningkatkan kecakapan profesionalisme secara terus
menerus.

2. Kelemahan Kurikulum 2013

a) Pemerintah seolah melihat semua guru dan siswa memiliki kapasitas yang sama dalam kurikulum
2013. Guru juga tidak pernah dilibatkan langsung dalam proses pengembangan kurikulum 2013.

b) Tidak ada keseimbangan antara orientasi proses pembelajaran dan hasil dalam kurikulum 2013.
Keseimbangan sulit dicapai karena kebijakan ujian nasional (UN) masih diberlakukan.

c) Pengintegrasian mata pelajaran IPA dan IPS dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk jenjang
pendidikan dasar tidak tepat, karena rumpun ilmu pelajaran-pelajaran tersebut berbeda.

J. Konsep Dasar Pembelajaran dalam Kurikulum 2013

Menurut Sudjana , pembelajaran merupakan setiap upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik
yang dapat menyebabkan peserta didik melakukan kegiatan belajar. Menurut Gulo pembelajaran adalah
untuk menciptakan sistem lingkungan yang mengoptimalkan kegiatan belajar. Menurut Nasution,
pembelajaran sebagai suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan
menghubungkannya dengan anak didik, sehingga terjadi proses belajar. Yang dimaksud lingkungan disini
adalah ruang belajar, guru, alat peraga, perpustakaan, laboratorium dan sebagainya yang relefan dengan
kegiatan belajar siswa.[4]
Biggs membagi konsep pembelajaran dalam tiga pengertian, yaitu:

1. Pengertian kuantitatif

Penularan pengetahuan dari guru kepada siswa. Guru dituntut untuk menguasai ilmu yang disampaikan
kepada siswa, sehingga memberikan hasil optimal.

2. Pengertian institusional

Penataan segala kemampuan mengajar sehingga berjalan efisien. Guru harus selalu siap
mengadaptasikan berbagai teknik mengajar.

3. Pengertian kualitatif

Upaya guru untuk memudahkan belajar siswa. Peran guru tidak hanya menyampaikan materi pelajaran,
tetapi juga melibatkan siswa dalam aktivitas belajar yang efektif dan efisien. Kesimpulannya pembelajran
merupakan suatu upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik untuk menyampaikan ilmu
pengetahuan, mengorganisasi dan menciptakan sitem lingkunagn dengan berbagai metode sehingga
siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara efektif dan efisien serta dengan hasil yang optimal.[5]

K. Metode Pembelajaran dalam Kurikulum 2013

Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan dalam proses pembelajaran sehingga diperoleh hasil
yang optimal. Adapun berbagai metode pembelajaran yang dapat digunakan pendidik dalam kegiatan
pembelajaran, antara lain:

1. Metode ceramah

Penyampaian materi dari guru kepada siswa melalui bahasa lisan baik verbal maupun nonverbal.

2. Metode latihan

Penyampaian materi melalui upaya penanaman kebiasaan-kebiasaan tertentu sehingga diharapkan siswa
dapat menyerap materi secara optimal.

3. Metode tanya jawab

Penyajian materi pelajaran melalui bentuk pertanyaan yang harus dijwab oleh anak didik. Bertujuan
memotivasi anak mengajukan pertanyaan selama proses pembelajaran atau guru mengajukan
pertanyaan dan anak didik menjawab.

4. Metode karya wisata

Metode penyampaian materi dengan cara membawa langsung anak didik ke objek diluar kelas atau di
lingkungan kehidupan nyata agar siswa dapat mengamati atau mengalami secara langsung.

5. Metode demonstrasi

Metode pembelajaran dengan cara memperlihatkan suatu proses atau suatu benda yang berkaitan
dengan bahan pembelajaran.

6. Metode sosiodrama
Metode pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk melakukan kegiatan
memainkan peran tertentu yang terdapat dalam kehidupan sosial.

7. Metode bermain peran

Pembelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan anak didik dengan cara anak didik
memerankan suatu tokoh, baik tokoh hidup maupun mati. Metode ini mengembangkan penghayatan,
tanggungjawab, dan terampil dalam memaknai materi yang dipelajari.

8. Metode diskusi

Metode pembelajaran melalui pemberian masalah kepada siswa dan siswa diminta untuk memecahkan
masalah secara kelompok.

9. Metode pemberian tugas dan resitasi

Merupakan metode pembelajaran melalui pemberian tugas kepada siswa. Resitasi merupakan metode
pembelajaran berupa tugas pada siswa untuk melaporkan pelaksanaan tugas yang telah diberikan guru.

10. Metode eksperimen

Pemberian kepada siswa untuk pencobaan.

11. Metode proyek

Membahas materi pembelajaran ditinjau dari sudut pandang lain.[6]

Adapun prinsip dalam pemilihan dalam metode pembelajaran adalah disesuaikan dengan tujuan, tidak
terikat pada suatu alternatif, penggunaannya bersifat kombinasi. Faktor yang menentukan dipilihnya
suatu metode dalam pembelajaran antara lain:

1. Tujuan pembelajaran

2. Tingkat kematangan anak didik

3. Situasi dan kondisi yang ada dalam proses pembelajaran[7]

L. Model Pembelajaran dalam Kurikulum 2013

Model pembelajaran adalah suatu pola yang digunakan sabagai pedoman dalam merencanakan
pembelajaran dikelas atau pembelajran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat
pembelajaran termasuk didalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain.[8]

Model pembelajaran memiliki empat ciri khusu yang tidak dimiliki oleh strategi, metode atau prosedur.
Ciri-ciri tersebut adalah :

1. Rasional teoritik logis yang disusun oleh para pencipta tau pengembangnya.

2. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tuuan pembelajran yang akan
dicapai).

3. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil.
4. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai.

Suatu model pembelajaran dikatakan baik jika memenuhi kruteria sebagi berikut :

1. Sahih (valid). Aspek validitas dikaitkan dengan dua hal :

a. Apakah model yang dikembangkan didasarkan pada rasional teoritik yang kuat ?

b. Apakah terdapat konsistensi internal ?

2. Praktis. Aspek kepraktisannya dapat dipenuhi jika :

a. Para ahli dan praktisi menyatakan bahwa apa yang dikembangkan dapat terapkan.

b. Kenyataan menunjukkan bahwa apa yang dikembangkan tersebut dapat diterapkan.

3. Efektif. Parameter :

a. Ahli dan praktisi menyatakan bahwa model tersebut efektif.

b. Secara operasional, model tersebut memberikan hasil sesuai dengan harapan.

Arends menyeleksi enam model pengajaran yang sering dan praktis digunakan guru dalam mengajar,
yaitu presensi, pengajaran langsung, pengajaran konsep, pembelajaran kooperatif, pengajaran
berdasarkan masalah dan diskusi kelas. Dalam mengajarkan suatu pokok bahasan (materi) tertentu harus
dipilih model pembelajaran yang paling sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.[9]

M. Perbedaan Kurikulum 2013 dan KTSP

Kurikulum 2013 sudah diimplementasikan pada tahun pelajaran 2013/2014 pada sekolah-sekolah
tertentu (terbatas). Kurikulum 2013 diluncurkan secara resmi pada tanggal 15 Juli 2013. Sesuatu yang
baru tentu mempunyai perbedaan dengan yang lama. Begitu pula kurikulum 2013 mempunyai
perbedaan dengan KTSP.[10]

Berikut ini Persamaan dan Perbedaan Kurikulum KTSP dengan Kurikulum 2013 di Tingkat SMA/MA:

1. Perbedaan

No

Kurikulum 2013

KTSP

1
SKL (Standar Kompetensi Lulusan) ditentukan terlebih dahulu, melalui Permendikbud No 54 Tahun 2013.
Setelah itu baru ditentukan Standar Isi, yang bebentuk Kerangka Dasar Kurikulum, yang dituangkan
dalam Permendikbud No 67, 68, 69, dan 70 Tahun 2013

Standar Isi ditentukan terlebih dahulu melaui Permendiknas No 22 Tahun 2006. Setelah itu ditentukan
SKL (Standar Kompetensi Lulusan) melalui Permendiknas No 23 Tahun 2006

Aspek kompetensi lulusan ada keseimbangan soft skills dan hard skills yang meliputi aspek kompetensi
sikap, keterampilan, dan pengetahuan

Lebih menekankan pada aspek pengetahuan

di jenjang SD Tematik Terpadu untuk kelas I-VI

di jenjang SD Tematik Terpadu untuk kelas I-III

Jumlah jam pelajaran per minggu lebih banyak dan jumlah mata pelajaran lebih sedikit dibanding KTSP

Jumlah jam pelajaran lebih sedikit dan jumlah mata pelajaran lebih banyak dibanding Kurikulum 2013

Proses pembelajaran setiap tema di jenjang SD dan semua mata pelajaran di jenjang SMP/SMA/SMK
dilakukan dengan pendekatan ilmiah (saintific approach), yaitu standar proses dalam pembelajaran
terdiri dari Mengamati, Menanya, Mengolah, Menyajikan, Menyimpulkan, dan Mencipta.

Standar proses dalam pembelajaran terdiri dari Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi

6
TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) bukan sebagai mata pelajaran, melainkan sebagai media
pembelajaran

TIK sebagai mata pelajaran.

Standar penilaian menggunakan penilaian otentik, yaitu mengukur semua kompetensi sikap,
keterampilan, dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil.

Penilaiannya lebih dominan pada aspek pengetahuan

Pramuka menjadi ekstrakuler wajib

Pramuka bukan ekstrakurikuler wajib

Pemintan (Penjurusan) mulai kelas X untuk jenjang SMA/MA

Penjurusan mulai kelas XI

10

BK lebih menekankan mengembangkan potensi siswa

BK lebih pada menyelesaikan masalah siswa

Itulah beberpa perbedaan Kurikulum 2013 dan KTSP. Walaupun kelihatannya terdapat perbedaan yang
sangat jauh antara Kurikulum 2013 dan KTSP, namun sebenarnya terdapat kesamaan ESENSI Kurikulum
2013 dan KTSP. Misal pendekatan ilmiah (Saintific Approach) yang pada hakekatnya adalah pembelajaran
berpusat pada siswa. Siswa mencari pengetahuan bukan menerima pengetahuan. Pendekatan ini
mempunyai esensi yang sama dengan Pendekatan Keterampilan Proses (PKP). Masalah pendekatan
sebenarnya bukan masalah kurikulum, tetapi masalah implementasi yang tidak jalan di kelas. Bisa jadi
pendekatan ilmiah yang diperkenalkan di Kurikulum 2013 akan bernasib sama dengan pendekatan-
pendekatan kurikulum terdahulu bila guru tidak paham dan tidak bisa menerapkannya dalam
pembelajaran di kelas.

2. Persamaan

a) Kurikulum 2006 (KTSP) dan Kurikulum 2013 sama-sama menampilkan teks sebagai butir-butir KD.

b) Untuk struktur kurikulumnya baik pada KTSP atau pada 2013 sama-sama dibuat atau dirancang oleh
pemerintah tepatnya oleh Depdiknas.

c) Beberapa mata pelajaran masih ada yang sama seperti KTSP.

d) Terdapat kesamaan esensi kurikulum, misalnya pada pendekatan ilmiah yang pada hakekatnya
berpusat pada siswa. Dimana siswa yang mencari pengetahuan bukan menerima pengetahuan.

[1] Mulyoto, Strategi Pembelajaran di Era Kurikulm 2013, (Jakarta: Prestasi Pustaka Raya, 2013). Hal 114-
115

[2] Ibid. Hal 121

[3]E. Mulyasa, Pengembangan dan Impelemtasi Kurikulum 2013. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya)
hal.164

[4] Sofan Amri, Pengembangan dan Model Pembelajaran dalam Kurikulum 2013. (Jakarta: Prestasi
Pustaka, 2013) hal.28

[5]Ibid

[6] Sofan Amri, Pengembangan dan Model Pembelajaran dalam Kurikulum 2013. (Jakarta: Prestasi
Pustaka, 2013) hal.29-30

[7] Ibid. Hal 30

[8] Ibid. Hal 34

[9] Sofan Amri, Pengembangan dan Model Pembelajaran dalam Kurikulum 2013. (Jakarta: Prestasi
Pustaka, 2013) hal.35

[10] http://fatkoer.wordpress.com/2013/07/28/perbedaan-kurikulum-2013-dan-ktsp/
1. Deskripsi kurikulum 2013

Kurikulum 2013 merupakan perangkat mata pelajaran dan program pendidikan berbasia sains
yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan dengan tujuan untuk
mempersiapkan lahirnya generasi emas bangsa indonesia, dengan sistem dimana siswa lebih
aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Titik beratnya, kurikulum 2013 ini bertujuan untuk
mendorong peserta didik atau siswa agar lebih baik dalam melakukan observasi, bertanya,
bernalar, dan mempresentasikan apa yang mereka peroleh atau mereka ketahui setelah
meneerima materi pembelajaran. Adapun obyek yang menjadi pembelajaran dalam penataan dan
penyempurnaan kurikulum 2013 menekankan pada fenomena alam, sosial, seni, dan budaya.
Berbeda dengan kurikulum sebelumnya, kurikulum 2013 lebih menekankan pada ketiga aspek,
yaitu menghasilkan peserta didik berakhlak mulia (afektif), berketerampilan (psikomotorik), dan
berpengetahuan (kognitif) yang berkesinambungan. Sehingga diharapkan agar siswa lebih
kreatif, inovatif dan lebih produktif.

Dalam kurikulum 2013 juga ada strategi pengembangan pendidikan, salah satunya adalah
penambahan jam pelajaran. Rasionalitas penambahan jam pelajaran dapat dijelaskan bahwa
perubahan proses pembelajaran (dari siswa diberitahu menjadi mencari tahu) dan proses
penilaian (dari berbasis output menjadi berbasis proses dan output) memerlukan tambahan jam
pelajaran. Dengan alokasi waktu per jam pelajaran

SD = 35 menit

SMP = 40 menit

SMA = 45 menit

Sedangkan banyak jam pelajaran perminggu yaitu

SD kelas 1 = 30 jam

Kelas 2 = 32 jam

Kelas 3 = 34 jam

Kelas 4,5,6 = 36 jamSMP = 38 JAM, SMA = 39 JAM [1]

1. Rasional Pengembangan Kurikulum 2013

Pengembangan kurikulum 2013 merupakan langkah lanjutan pengenmangan kurikulum berbasis


kompetensiyang telah dirintis pada tahun 2004 dan KTSP 2006 yang mencakup kompetensi
sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu.
Pengembangan kurikulum perlu dilakukan karena adanya berbagai tantangan yang dihadapi, baik
tantangan internal maupun tantangan eksternal.

1. Tantangan internal
2. Pemenuhan delapan standar Nasional Pendidikan yang meliputi standar pengelolaan, standar
biaya, standar isi, standar sarana prasarana, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar
proses, standar penilaian, dan standar kompetensi lulusan.
3. Perkembangan penduduk indonesia dilihat dari pertumbuhan penduduk usia produktif.
4. Tantangan eksternal
5. Tantangan masa depan antara lain globalisasi, kemajuan tekhnologi informasi.
6. Kompetensi asa depan antara lain kemampuan berkomunikasi, kemampuan berpikir jernih dan
kritis, kemampuan menjadi warga negera yang bertanggungjawab, kemampuan untuk coba
mengerti dan toleran terhadap pandangan yang berbeda dan memiliki kesiapan untuk belajar.
7. Persepsi masyarakatantara lain terlalu menitikberatkan pada aspek kognitif, beban siswa terlalu
berat, kurang bermuatan karakter.
8. Fenomena negatif antara lain perkelahian pelajar, narkoba, korupsi, plagiarisme, dan kecurangan
dalam ujian.

1. Karakteristik Kurikulum 2013

Dalam kurikulum 2013 memiliki karakteristik diantaranya:

1. a) Isi atau konten kurikulum yaitu kompetensi dinyatakan dalam bentuk Kompetensi Inti (KI)
satuan pendidikan dan kelas, dirinci lebih lanjut dalam Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran.
2. b) Kompetensi Inti (KI) merupakan gambaran secara kategorial mengenai kompetensi dalam
aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan (kognitif dan psikomotor) yang harus dipelajari
peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran.
3. c) Kompetensi Dasar (KD) merupakan kompetensi yang dipelajari peserta didik untuk suatu tema
untuk SD/MI, dan untuk mata pelajaran di kelas tertentu untuk SMP/MTS, SMA/MA, SMK/MAK.
4. d) Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar dijenjang pendidikan menengah diutamakan pada
ranah sikap sedangkan pada jenjang pendidikan menengah berimbang antara sikap dan
kemampuan intelektual (kemampuan kognitif tinggi).
5. e)Kompetensi Inti menjadi unsur organisatoris (organizing elements) Kompetensi Dasar yaitu
semua KD dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi dalam
Kompetensi Inti.
6. f) Kompetensi Dasar yang dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif saling memperkuat
(reinforced) dan memperkaya (enriched) antar mata pelajaran dan jenjang pendidikan
(organisasi horizontal dan vertikal) diikat oleh kompetensi inti.
7. g)Silabus dikembangkan sebagai rancangan belajar untuk satu tema (SD). Dalam silabus
tercantum seluruh KD untuk tema atau mata pelajaran di kelas tersebut.
8. h) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dikembangkan dari setiap KD yang untuk mata pelajaran
dan kelas tersebut.2

1. Konsep Dasar Pembelajaran dalam Kurikulum 2013

Menurut Sudjana , pembelajaran merupakan setiap upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh
pendidik yang dapat menyebabkan peserta didik melakukan kegiatan belajar. Menurut Gulo
pembelajaran adalah untuk menciptakan sistem lingkungan yang mengoptimalkan kegiatan
belajar. Menurut Nasution, pembelajaran sebagai suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur
lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak didik, sehingga terjadi proses
belajar. Yang dimaksud lingkungan disini adalah ruang belajar, guru, alat peraga, perpustakaan,
laboratorium dan sebagainya yang relefan dengan kegiatan belajar siswa.3

Biggs membagi konsep pembelajaran dalam tiga pengertian, yaitu:

1. Pengertian kuantitatif

Penularan pengetahuan dari guru kepada siswa. Guru dituntut untuk menguasai ilmu yang
disampaikan kepada siswa, sehingga memberikan hasil optimal.

2. Pengertian institusional

Penataan segala kemampuan mengajar sehingga berjalan efisien. Guru harus selalu siap
mengadaptasikan berbagai teknik mengajar.

3. Pengertian kualitatif

Upaya guru untuk memudahkan belajar siswa. Peran guru tidak hanya menyampaikan materi
pelajaran, tetapi juga melibatkan siswa dalam aktivitas belajar yang efektif dan efisien.
Kesimpulannya pembelajran merupakan suatu upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh
pendidik untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, mengorganisasi dan menciptakan sitem
lingkunagn dengan berbagai metode sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara
efektif dan efisien serta dengan hasil yang optimal.4

1. Proses pembelajaran dalam kurikulum 2013

Dalam kurikulum 2013 terdapat 2 proses pembelajaran, yaitu

1. Pembelajaran intrakulikuler

Pembelajaran intrakulikuler didsarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut

1. Proses pembelajaran intrakulikuler adalah proses pembelajaran yang berkenaan dengan mata
pelajaran dalam struktur kurikulum dan dilakukan dikelas, sekolah dan masyarakat.
2. Proses belajar di SD/MI berdasarkan tema sedangkan di SMP/MTS, SMA/MA, san SMK/MAK
berdasarkan rencana pelaksanaan pemelajaran yang dikembangkan guru.
3. Proses pembelajaran didasarkan atas prinsip pembelajaran siswa aktif untuk menuasai KD dan KI
yang memuaskan
4. Proses pembelajaran dikembangkan atas dasar karakteristik konten kompetensi
5. Pembelajaran kompetensi untuk konten yang bersifat developmental dilaksanakan
berkesinambunganantara satu pertemuan dengan pertemuan lainnya
6. Proses pembelajaran tidak langsung terjadi pada setiap kegiatan belajar yang terjadi di kelas,
sekolah, rumah dan masyarakat.
7. Proses pembelajaran dikembangkan atas prinsip pembelajaran siswa aktif melalui kegiatan
mengamati, menanya, menganalisis, dan mengkomunikasikan.
8. Pembelajaran remidial dilaksanakan untuk membantu peserta didik menguasai kompetensi yang
masih kurang.
9. Penilaian hasil belajar mencakup seluruh aspek kompetensi, bersifat formatif dan hasilnya segera
diikuti dengan pelajaran remidial untuk memastikan penguasaan kompetensi pada tingkat
memuaskan.
10. Pembelajaran ekstrakulikuler

Pembelajaran ekstrakulikuler adalah kegiatan yang dilakukan untuk aktifitas yang dirancang
sebagai kegiatan diluar kegiatan pembelajaran terjadwal secara rutin setiap minggu. Kegiatan
ekstrakulikuler terdiri atas kegiatan wajib dan pilihan. Kegiatan ekstrakulikuler wajib dinilai
yang hasilnya digunakan sebagai unsur pendukung kegiatan ntrakulikuler.5

1. Metode Pembelajaran dalam Kurikulum 2013

Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan dalam proses pembelajaran sehingga
diperoleh hasil yang optimal. Adapun berbagai metode pembelajaran yang dapat digunakan
pendidik dalam kegiatan pembelajaran, antara lain:

1. Metode ceramah

Penyampaian materi dari guru kepada siswa melalui bahasa lisan baik verbal maupun nonferbal.

2. Metode latihan

Penyampaian materi melalui upaya penanaman kebiasaan-kebiasaan tertentu sehingga


diharapkan siswa dapat menyerap materi secara optimal.

3. Metode tanya jawab

Penyajian materi pelajaran melalui bentuk pertanyaan yang harus dijwab oleh anak didik.
Bertujuan memotivasi anak mengajukan pertanyaan selama proses pembelajaran atau guru
mengajukan pertanyaan dan anak didik menjawab.

3. Metode karya wisata


Metode penyampaian materi dengan cara membawa langsung anak didik ke objek diluar kelas
atau di lingkungan kehidupan nyata agar siswa dapat mengamati atau mengalami secara
langsung.

5. Metode demonstrasi

Metode pembelajaran dengan cara memperlihatkan suatu proses atau suatu benda yang berkaitan
dengan bahan pembelajaran.

6. Metode sosiodrama

Metode pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk melakukan
kegiatan memainkan peran tertentu yang terdapat dalam kehidupan sosial.

7. Metode bermain peran

Pembelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan anak didik dengan cara anak
didik memerankan suatu tokoh, baik tokoh hidup maupun mati. Metode ini mengembangkan
penghayatan, tanggungjawab, dan terampil dalam memaknai materi yang dipelajari.

8. Metode diskusi

Metode pembelajaran melalui pemberian masalah kepada siswa dan siswa diminta untuk
memecahkan masalah secara kelompok.

9. Metode pemberian tugas dan resitasi

Merupakan metode pembelajaran melalui pemberian tugas kepada siswa. Resitasi merupakan
metode pembelajaran berupa tugas pada siswa untuk melaporkan pelaksanaan tugas yang telah
diberikan guru.

1. Metode eksperimen

Pemberian kepada siswa untuk pencobaan.

1. Metode proyek

Membahas materi pembelajaran ditinjau dari sudut pandang lain.

Adapun prinsip dalam pemilihan dalam metode pembelajaran adalah disesuaikan dengan tujuan,
tidak terikat pada suatu alternatif, penggunaannya bersifat kombinasi. Faktor yang menentukan
dipilihnya suatu metode dalam pembelajaran antara lain:

1. Tujuan pembelajaran
2. Tingkat kematangan anak didik
3. Situasi dan kondisi yang ada dalam proses pembelajaran
1. Model model pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum 2013

Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang
disajikan secara khas oleh guru. Berdasarkan permendikbud nomor 65 tentang standar proses,
model pembelajaran yang yang diutamakan dalam implementasi kurikulum 2013 adalah

1. Model inquiry learning

Langkah-langkah dalam model inkuiry yaitu:

1. Observasi atau mengamati berbagai fenomena alam.


2. Mengajukan tentang fenomena yang dihadapi
3. Mengajukan dugaan atau kemungkinan jawaban
4. Mengumpulkan data yang terkait dengan dugaan
5. Merumuskan kesimpulan berdasarkan data yang telah dianalisis.
6. Model discovery learning
7. Stimulation (memberi stimulasi)

Guru memberikan stimulan dapat berupa bacaan, gambar, situasi, sesuai dengan materi
pembelajaran.

1. Problem statement (mengidentifikasi masalah)

Peserta didik diharuskan menemukan masalahapasaja yang dihadapi.

1. Data colllecting (mengumpulkan data)

Peserta didik diberi pengalaman mencari dan mengumpulkan data yang dapat digunakan untuk
menemukan solusi pemecahan masalah.

1. Data processing (mengolah data)

Melatih kemampuan logis dan aplikatif.

1. Verification (memferifikasi)

Mengarahkan peserta didik untuk mengecek kebenaran hasil pengolahan data serta
mengasosiasikannya sehingga menjadi suatu kesimpulan.

1. Generalization (menyimpulkan)

Peserta didik dituntut untuk menggeneralisasikan hasil simpulannya pada suatu kejadian.

3. Problem based learning


Model ini bertujuan untuk merangsang peserta didik untuk belajar melalui berbagai
permasalahan nyata.

Langkah-langkah pembelajaran:

1. Mengorientasi peserta didik pada masalah


2. Mengorganisasikan kegiatan pembelajaran
3. Membimbing penyelidikan mandiri dan kelompok
4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
5. Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah.
6. Project based learning

Model ini bertujuan untuk pembelajaran yang memfokuskan pada permasalahan komplek yang
diperlukan peserta didikdalam melakukan investigasi dan memahami pemelajaran melalui
investigasi.

1. Menyiapkan pertanyaan atau penugasan proyek


2. Mendesain perencanaan proyek.
3. Menyusun jadwal sebagai langkah nyata dari sebuah proyek.
4. Memonitir kegiatan dan perkembangan proyek.
5. Menguji hasil
6. Mengevaluasi kegiatan7

1. Sistem penilaian dalam kurikulum 2013

1. jenis-jenis Penilaian pada Kurikulum 2013

1. penilaian otentik merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai mulai
dari masukan, proses, dan keluaran pembelajaran.
2. penilaian diri merupakan penilaian yang dilakukan sendiri oleh peserta didik secara reflektif
untuk membandingkan posisi relatifnya dengan kriteria yang telah ditetapkan.
3. penilaian berbasis portofolio merupakan penilaia yang dilaksanakan untuk menlai keseluruhan
entitas belajar peserta didik
4. ulangan merupakan proses yang dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta
didik secara berkelanjutan dalam proses pembelajaran
5. ulangan harian merupakan kegiatan yang dilakukan secara periodik untuk menilai kompetensi
peserta didik setelah menyelesaikan satu KD atau lebih.
6. ulangan tengah semester merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk mengukur
pencapaian kompetensi peserta didik seelah melaksanakan 8-9 minggu kegiatan pembelajaran.
7. ulangan akhir semester merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk mengukur
pencapaian kompetensi peserta didik di akhir semester.
8. ujian tingkat kompetensi(UTK) merupakan kegiatan pengukuran yang dilakukan oleh satuan
pendidikan untuk mengetahui pencapaian tingkat kompetensi.
9. ujian mutu tingkat kompetensi (UMTK) merupakan kegiatan pengukuran yang dilakukan oleh
pemerintah untuk mengetahui pencapaian tingkat kompetensi.
10. ujian nasional merupakan kegiatan pengukuran kompetensi tertentuyang dicapai peserta didik
dalam rangka menilai pencapaian Standar Nasional Pendidikan
11. ujian sekolah merupakan kegiatan pengukuran pencapaian kompetensi diluar kompetensi yang
diujikan pada UN, dilakukan oleh satuan pendidikan.

2. Prinsip dan Pendekatan Penilaian

Penilaian hasil belajar peserta didik pada jenjang penidikan dasar dan menengah didasarkan pada
prinsip-prinsip sebagai berikut :

 Objektif, berarti penilaian berbasis pada standar dan tidak dipengaruhi faktor subjektivitas
penilai.
 Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik dilakukan secara terencana.
 Ekonomis, berarti penilaian yang efisien dan efektif dalam perencanaan,pelaksanaan, dan
pelaporannya.
 Transparan, beratrti prosedur penilaian,kriteria penilsisn,dan dasar pengambilsn keputusan
dapat diakses oleh semua pihak.
 Menyatu dengan kegiatan pembelajaran,dan berkesinambungan.
 Akuntabel, bereti penilaian dapat dipertanggungjawabkan kepada pihak internal sekolah
maupun eksternal untuk aspek teknik,prosedur, dan hasilnya.
 Edukatif, berarti mendidik dan memotivasi peserta didik dan guru.

1. Kelebihan dan Kelemahan kurikulum 2013


2. Kelebihan Kurikulum 2013a) Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan yang bersifat alamiah
karena berfokus dan bermuara pada hakekat peserta didik untuk mengembangkan berbagai
kompetensi sesuai dengan kompetensinya masing-masing. Dalam hal ini peserta didik
merupakan subjek belajar dan proses belajar berlangsung secara alamiah dalam bentuk bekerja
dan mengalami berdasarkan kompetensi tertentu, bukan transfer pengetahuan.b) Kurikulum
2013 yang berbasis karakter dan kompetensi boleh jadi mendasari pengembangan kemampuan-
kemampuan lain. Penguasaan pengetahuan dan keahlian tertentu dalam suatu pekerjaan,
kemampuan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, serta pengembangan aspek-
aspek kepribadian dapat dilakukan secara optimal berdasarkan standar kompetensi tertentu.

3. c) Ada bidang-bidang studi atau mata pelajaran tertentu yang dalam pengembangannya lebih
cepat menggunakan pendekatan kompetensi, terutama yang berkaitan dengan keterampilan.
4. d) Lebih menekankan pada pendidikan karakter. Selain kreatif dan inovatif, pendidikan karakter
juga penting yang nantinya terintegrasi menjadi satu. Misalnya, pendidikan budi pekerti luhur
dan karakter harus diintegrasikan kesemua program studi.
5. e) Asumsi dari kurikulum 2013 adalah tidak ada perbedaan antara anak desa atau kota.
Seringkali anak di desa cenderung tidak diberi kesempatan untuk memaksimalkan potensi
mereka.
6. f) Kesiapan terletak pada guru. Guru juga harus terus dipacu kemampuannya melalui pelatihan-
pelatihan dan pendidikan calon guru untuk meningkatkan kecakapan profesionalisme secara
terus menerus.

2. Kelemahan Kurikulum 2013


3. a) Pemerintah seolah melihat semua guru dan siswa memiliki kapasitas yang sama dalam
kurikulum 2013. Guru juga tidak pernah dilibatkan langsung dalam proses pengembangan
kurikulum 2013.
4. b) Tidak ada keseimbangan antara orientasi proses pembelajaran dan hasil dalam kurikulum
2013. Keseimbangan sulit dicapai karena kebijakan ujian nasional (UN) masih diberlakukan.

BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa kurikulum 2013 merupakan kurikulum
berbasia sains yang bertujuan untuk mempersiapkan lahirnya generasi emas bangsa indonesia,
dengan sistem dimana siswa lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar.

DAFTAR PUSTAKA

Panduan pengembangan RPP-Direktorat Pembinaan SMA

Sofan Amri, Pengembangan dan Model Pembelajaran dalam Kurikulum 2013. (Jakarta: Prestasi
Pustaka, 2013)

E.Mulyasa, Pengembangan dan Impelemtasi Kurikulum 2013. (Bandung: PT Remaja Rosdaha

Wikipedia bahasa indonesia , ensiklopedia bebas pada tanggal jum’at tanggal 3 oktober 2014
pukul 10.22 WIB
4
Sofan Amri, Pengembangan dan Model Pembelajaran dalam Kurikulum 2013. (Jakarta: Prestasi
Pustaka, 2013) hal.28
5
Sofan Amri, Pengembangan dan Model Pembelajaran dalam Kurikulum 2013. (Jakarta: Prestasi
Pustaka, 2013) hal.29-30
6
Ibid. Hal 30
7
E. Mulyasa, Pengembangan dan Impelemtasi Kurikulum 2013. (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya) hal.164

Berikut ini adalah perbedaan antara Kurikulum 2013 dengan KTSP


No Kurikulum 2013 KTSP
SKL (Standar Kompetensi Lulusan)
ditentukan terlebih dahulu, melalui Standar Isi ditentukan terlebih
Permendikbud No 54 Tahun 2013. dahulu melaui Permendiknas No
Setelah itu baru ditentukan Standar Isi, 22 Tahun 2006. Setelah itu
1
yang bebentuk Kerangka Dasar ditentukan SKL (Standar
Kurikulum, yang dituangkan dalam Kompetensi Lulusan) melalui
Permendikbud No 67, 68, 69, dan 70 Permendiknas No 23 Tahun 2006
Tahun 2013
Aspek kompetensi lulusan ada
keseimbangan soft skills dan hard skills lebih menekankan pada aspek
2
yang meliputi aspek kompetensi sikap, pengetahuan
keterampilan, dan pengetahuan
di jenjang SD Tematik Terpadu untuk di jenjang SD Tematik Terpadu
3
kelas I-VI untuk kelas I-III
Jumlah jam pelajaran per minggu lebih Jumlah jam pelajaran lebih sedikit
4 banyak dan jumlah mata pelajaran lebih dan jumlah mata pelajaran lebih
sedikit dibanding KTSP banyak dibanding Kurikulum 2013
Proses pembelajaran setiap tema di
jenjang SD dan semua mata pelajaran di
jenjang SMP/SMA/SMK dilakukan
Standar proses dalam pembelajaran
dengan pendekatan ilmiah (saintific
5 terdiri dari Eksplorasi, Elaborasi,
approach), yaitu standar proses dalam
dan Konfirmasi
pembelajaran terdiri dari Mengamati,
Menanya, Mengolah, Menyajikan,
Menyimpulkan, dan Mencipta.
TIK (Teknologi Informasi dan
Komunikasi) bukan sebagai mata
6 TIK sebagai mata pelajaran
pelajaran, melainkan sebagai media
pembelajaran
Standar penilaian menggunakan
penilaian otentik, yaitu mengukur semua
Penilaiannya lebih dominan pada
7 kompetensi sikap, keterampilan, dan
aspek pengetahuan
pengetahuan berdasarkan proses dan
hasil.
Pramuka bukan ekstrakurikuler
8 Pramuka menjadi ekstrakuler wajib
wajib
Pemintan (Penjurusan) mulai kelas X
9 Penjurusan mulai kelas XI
untuk jenjang SMA/MA
BK lebih menekankan mengembangkan BK lebih pada menyelesaikan
10
potensi siswa masalah siswa

Kurikulum yang digunakan adalah kurikulum Cambridge International Examination (CIE) Secondary One
yang terdiri atas Mathematics, Science, dan English. Semua materi diajarkan dengan menggunakan
bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar. Selain kurikulum Cambridge, dalam kelas ini juga tetap
diajarkan Kurikulum Nasional (Kurnas). Materi matematika dan sains tetap terintegrasi dengan kurikulum
Cambridge.

Terdapat dua tipe dalam pembelajaran bahasa Inggris, yaitu English For Literature (EFL) dan English
Proficiency Program (EPP). English for Literature (EFL) merupakan bahasa Ingris yang dikembangkan oleh
CIE yang fokus pada Pengajaran Sastra (fiction) dan Genre Text. Sedangkan EPP berfokus pada
kemampuan komunikasi peserta didik yang mengacu pada standar Internasional (CEFR- Common
European Framework). Program EPP ini bekerjasama dengan ACT Education Solutions. Dalam kelas EPP,
peserta didik Cambrigde diharapkan mampu menyelesaikan program tersebut sampai level 2B (Up
Intermediate). Peserta didik mendapatkan sertifikat setelah menyelesaikan ujian kenaikan level.

Setiap tahun peserta didik akan mengikuti IPT (International Progression Test) dan pada akhir tahun akan
dilaksanakan Checkpoint yang diadakan oleh Cambridge International Examination (CIE).

Tenaga pengajar untuk mata pelajaran Mathematisc, Science, dan English harus lulus sertifikasi yang
diadakan Cambridge International, yaitu berupa TKT dan CLIL. Tenaga pengajar selain mata pelajaran
tersebut juga bisa berkomunikasi dalam bahasa Inggris.

Sebagai kelas yang menggunakan kurikulum international, penataan kelas juga diperhatikan seperti
terdapat loker, bentuk kelas multimedia, dan beberapa ornamen khas luar negeri. Jumlah peserta didik
di Kelas ini tidak lebih dari 25 peserta didik. Selain itu, dilengkapi dengan buku cerita yang bertujuan
menambah kosakata bahasa Inggris serta mempertajam kemampuan sastra peserta didik. Ditambah
beberapa buku penunjang terbitan Cambridge University Press, Oxford, Colin, dan Hodder.

Error message
 Warning: Illegal string offset 'field' in RulesEntityController->buildQuery() (line 205 of
/home/pelitaba/public_html/sites/all/modules/rules/includes/rules.core.inc).
 Warning: Illegal string offset 'field' in RulesEntityController->buildQuery() (line 210 of
/home/pelitaba/public_html/sites/all/modules/rules/includes/rules.core.inc).
Kurikulum Cambridge
CAMBRIDGE INTERNATIONAL PROGRAMME

Cambridge International Program di Sekolah Pelita Bangsa dimulai dari Cambridge Primary, dari
kelas 1 sampai dengan kelas 6 untuk 3 mata pelajaran: Bahasa Inggris, Matematika & Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA).

Selanjutnya, Cambridge Secondary 1 mempersiapkan siswa selama 2 tahun dikelas CS1 dan
CS2. Pada tahap ini, kami membingbing siswa dalam mengikuti Cambridge Checkpoint
Examinations untuk mata pelajaran Bahasa Inggris, Matematika & IPA diakhir kelas CS2.

Sekolah Pelita Bangsa menyediakan program Cambridge IGCSE di CS3 dan CS4. IGCSE adalah
kepanjangan dari International General Certificate of Secondary Education. IGCSE merupakan
program pendidikan internasional yang diakui sebagai universitas, institusi pendidikan &
perusahaan-perusahaan diseluruh dunia. Cambridge IGCSE merupakan langkah awal untuk
melanjutkan ke jenjang pendidikan Cambridge International AS/A Level.

Ringkasan dari IGCSE :

 Languages : English & Indonesian


 Mathematics
 Coordinated Sciences : Biology, Chemistry, Physic
 Information & Communication Tecnology
 Social Sciences & Humanities : Economics / Businness Studies / Geography
* Catatan : Mata pelajaran dapat berubah sesuai dengan jumlah siswa dan manajement sekolah.

Program Cambridge Advanced (A) Level adalah program yang diakui secara international lebih
dari 50 tahun dan di terima sebegai bukti kemampuan akademik siswa untuk melanjutkan ke
universitas atau jenjang pendidikan tinggi lainnya. Semuamata pelajaran A Level berlangsung
selama 2 tahun, yang dimulai dari JC1 dan selesai di JC2.

Program Cambridge Advanced Subsisdiary (AS) Level merupakan bagian dari A Level (tahun
pertama). Ujian di AS Level biasanya dilakukan di akhir JC1. Para murid akan mendapatkan
kualifikasi AS Level yang bisa mereka pergunakan untuk melanjutkan sisa program di level JC2.
Mata pelajaran di AS Level dapat dipertimbangkan untuk murid yang akan melanjutkan ke
universitas dan dianggap telah mencapai 50% dari nilai penuh Level A.

Kami menyarankan agar semua siswa untuk mengikuti semua proses penyelesaian belajar di
jenjang A Level untuk semua mata pelajaran yang mereka pilih selamakurun waktu 2 tahun di
bangku JC1 & JC2.

Sangat penting untuk diperhatikan bahwa siswa melakukan yang terbaik untuk mencapai standar
tertinggi dari mata pelajaran yang ditawarkan.

Hal ini merupakan kesempatan berprestasi bagi siswa. Sangat penting untuk memilih mata
pelajaran dengan bijaksana. dan berkomitmen penuh pada pilihan tersebut.

Вам также может понравиться