Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Ketika PPh Pasal 23 sudah disetor ke Kas Negara maka PT Bina Cipta melakukan pencatatan
sebagai berikut:
Secara akuntansi aspek terpenting yang harus dipahami bahwa ketika bulan Januari 2016 PT
Cipta Karya menerima pendapatan yang belum sepenuhnya menjadi haknya sehingga disebut
Pendapatan Diterima Dimuka, yaitu pendapatan dari pembayaran sewa untuk bulan Februari
s.d. Desember 2016. Adapun untuk periode Januari 2016 sudah dapat dicatat sebagai
Pendapatan Sewa. Kemudian, terhadap aliran kas masuk yang diterima PT Cipta Karya maka
PT Cipta Karya harus mencatatnya sebagai Kas sebesar nilai bersih setelah dipotong PPh
Pasal 23 dan mencatat pemotongan tersebut sebagai PPh Pasal 23 Dibayar Dimuka. Sehingga
ayat jurnal yang disiapkan oleh PT Cipta Karya pada Januari 2016 adalah sebagai berikut:
Keterangan Debit
Kas Rp23.520.000
PPh Pasal 23 Dibayar Dimuka Rp480.000
Pendapatan Sewa –
Pendapatan Sewa Diterima Dimuka –
Pada akhir tahun 2016, PT Cipta Karya wajib mencatat jurnal penyusutan atas mesin
produksi sebesar Rp120.000.000 dibagi secara proporsional untuk 5 tahun yaitu
Rp24.000.000,- dengan ayat jurnal sebagai berikut:
Keterangan Debit
Beban Penyusutan- Leased Asset Rp24.000.000
Akumulasi Beban Penyusutan –
Jadi dari ilustrasi diatas dapat diketahui bahwa Operating Lease baik dipandang dari
sisi lessee maupun lessor tidak sama sekali melibatkan konsep bunga dan diperuntukkan
untuk masa sewa yang singkat (masa sewa tidak lebih dari 75% usia manfaat aset yang
hendak disewa) dan nilai sewa tidak melebihi 90% nilai wajar aset tersebut. Ciri khas utama
yang mudah dikenali dari Operating Lease ini adalah tidak adanya opsi pengalihan
kepemilikan aset. Status kepemilikan tetap yakni menjadi milik lessor sampai dengan masa
sewa berakhir. Aspek akuntansi dan perpajakan atas jenis sewa ini terbilang sederhana karena
hanya melibatkan perhitungan yang proporsional.
Capital Lease- Lessee- (Dengan Hak Opsi)
Didalam laporan keuangan lessee transaksi capital lease menyebabkan kepemilikan aset
dari leasing harus dilaporkan di dalam Laporan Posisi Keuangan (Neraca). Diiringi dengan
penyajian nilai utang leasing di sisi kewajiban. Ketentuan ini membawa konsekuensi
penyajian Beban Penyusutan- Aset Leasing pada Laporan Rugi/Laba dan Akumulasi
Penyusutan- Aset Leasing didalam Neraca. Namun, poin penting yang perlu diperhatikan
adalah bahwa pembebanan Beban Penyusutan- Aset Leasing selama masa sewa hanya
diperkenankan untuk kepentingan komersial. Dalam rangka menghitung PPh Badan,
Beban Penyusutan- Aset Leasing selama masa sewa tidak diperkenankan
dijadikan sebagai pengurang penghasilan bruto, pembebanan diperkenankan
ketika masa sewa telah habis dan Aset Leasing telah menjadi
milik lessee dengan dasar penyusutan adalah nilai residu. Hal ini sebagaimana
telah diatur di dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor KMK-1169/KMK.01/1991 dan
Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-10/PJ.47/1994 termasuk pula dalam hal ini
Beban Bunga yang muncul sehubungan dengan transaksi capital lease. Selain itu, terkait
adanya transaksi capital lease ini maka lessee tidak boleh bertindak sebagai pihak
pemotong PPh Pasal 23 atas sewa. Sehingga nilai sewa yang
dibayarkan lessee kepada lessor adalah nilai bersih tanpa dipotong PPh Pasal 23. Berikut
disajikan ilustrasi capital lease sebagai penjelasan.
Pada 1 Januari 2012, PT Pelangi menyewakan peralatan kepada PT Bianglala. Peralatan
tersebut seharga 2.000.000 (Nilai wajar peralatan). Perjanjian sewa mengandung klausul –
klausul berikut ini:
Kriteria Umum
Ada Transfer Kepemilikan
Klausul: “PT Bianglala akan mengembalikan peralatan kepada PT Pelangi pada akhir masa sewa”.
dapat berarti lessee memilih untuk tidak memanfaatkan hak opsi.
Ada Penawaran untuk Membeli Hak Opsi (Bargain- Purchase Option)
Klausul: Tidak dinyatakan dalam soal tetapi dari informasi bahwa aset tersebut dinilai lebih rendah ketika ops
maka terdapat kecenderungan transaksi tersebut mengandung Hak Opsi yang dapat dimanfaatkan lessee.
Masa sewa lebih dari atau sama dengan 75% dari usia ekonomis aset yang disewakan.
Analisis: = = 80%
Nilai Kini dari pembayaran sewa lebih dari atau sama dengan 90% nilai wajar aset
Analisis: = = 91.35%
Setelah melakukan uji kriteria diatas maka dapat disimpulkan bahwa transaksi sewa antara
PT Bianglala selaku lessee dengan PT Pelangi selaku lessor adalah capital lease. Hal ini
konsisten dengan bagan yang diuraikan oleh Weygandt, Kimmel, dan Kieso (2015: 1.275)
sebagai berikut:
Analisis selanjutnya adalah mekanisme pencatatan komersial (penting dipahami bahwa dalam
ketentuan perpajakan atau fiskal, lessee tidak diperkenankan mengakui beban penyusutan
atas Aset Leasing dan Beban Bunga) yang harus dilakukan lessee pada laporan
keuangannya. Pencatatan yang dilakukan lessee harus mengikuti besaran angsuran setiap
tahun yang dihitung sebagai berikut:
Present Value of minimum lease payments : Rp1.827.100
PT Bianglala.
Lease Amortization Schedule. (Lessee)
Jurnal yang dicatat oleh PT Bianglala (lessee) untuk tahun 2012 s.d. tahun 2015 adalah
sebagai berikut:
31/12/12
01/01/13 Utang Bunga Rp160.432
Utang Leasing Rp289.568
Kas –
31/12/13 Beban Penyusutan- Leased Asset Rp250.000
Akumulasi Beban Penyusutan –
01/01/14 Utang Bunga Rp126.697
Utang Leasing Rp323.303
Kas –
31/12/14 Beban Penyusutan- Leased Asset Rp250.000
Akumulasi Beban Penyusutan –
01/01/15 Utang Bunga Rp89.033
Utang Leasing Rp360.967
Kas –
31/12/15 Beban Penyusutan- Leased Asset Rp250.000
Akumulasi Beban Penyusutan –
31/12/12
01/01/13 Kas Rp450.000
Pendapatan Bunga –
Pendapatan Sewa –
31/12/13 Beban Penyusutan- Leased Asset Rp250.000
Akumulasi Beban Penyusutan –
01/01/14 Kas Rp450.000
Pendapatan Bunga –
Pendapatan Sewa –
31/12/14 Beban Penyusutan- Leased Asset Rp250.000
Akumulasi Beban Penyusutan –
01/01/15 Kas Rp450.000
Pendapatan Bunga –
Pendapatan Sewa –
31/12/15 Beban Penyusutan- Leased Asset Rp250.000
Akumulasi Beban Penyusutan –
Dari jurnal diatas dapat terlihat bahwa aspek akuntansi yang perlu diperhatikan
pihak lessor adalah adanya pengakuan pendapatan atas penghasilan berupa pendapatan sewa
dan pendapatan bunga. Keduanya dicantumkan di dalam Laporan Rugi/ Laba sebagai
pendapatan operasional untuk pendapatan sewa sedangkan untuk pendapatan bunga
merupakan pendapatan lainnya. Selain itu, lessor diperkenankan membebankan biaya
penyusutan yang dihitung dengan metode garis lurus sebagai pengurang pendapatan. Dari
penjelasan diatas dapat terlihat pula bahwa tidak aspek transaksi PPh Pasal 23 atas sewa
dengan mekanisme capital lease.