Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
OLEH
TAMRIN IJI
C1A115159
Assalammu’alaikum Wr. Wb
Segala puja puji hanya bagi Allah swt, yang telah melimpahkan segala rahmat
dan karunia-Nya kepada Penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas yang diberikan
oleh dosen dengan tepat waktu.
Begitu pula dalam penyususan Makalah yang berjudul “ KASUS DALAM
ETIKA JABATAN OLEH PEJABAT PUBLIK”, pasti tidak luput dari kesalahan
maupun kekurangan , di karenakan sedikitnya pengetahuan penulis mengenai materi
yang penulis buat, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati izinkan penulis
menghaturkan rasa terima kasih kepada seluruh pihak terkait yang telah membantu
tersusunnya makalah ini.
Semoga makalah yang penulis buat ini menjadi berguna bagi kita semua,
terima kasih
Wassalammu’alaikum Wr. Wb
Penulis
DAFTAR ISI
Etika publik berawal dari keprihatinan terhadap pelayanan publik yang buruk
karena konflik kepentingan dan korupsi.Berbagai upaya perbaikan birokrasi dan
organisasi politik telah dilakukan. Komisi-komisi dibentuk, pejabat-pejabat diganti,
tetapi korupsi tidak kunjung surut dan pelayanan publik memburuk. Ketika perbaikan
birokrasi dan pengetatan pengawasan dilakukan tetapi korupsi tetap merajalela,
berarti kesalahan berada dalam sistem organisasi itu sendiri. Hal krusial yang perlu
dilakukan adalah mengubah sistem organisasi dengan mengintegrasikan etika public
ke dalam organisasi pelayanan publik.
Etika publik tidak hanya menekankan kode etik atau norma, namun juga
dimensi reflektifnya. Etika publik akan membantu para pejabat dan politisi dalam
mempertimbangkan pilihan sarana kebijakan publik dan sekaligus alat evaluasi yang
memperhitungkan konsekuensi etisnya. Karena itu, fokus diarahkan pada modalitas
etika, yaitu bagaimana menjembatani jurang antara norma moral (apa yang
seharusnya dilakukan) dan tindakan faktual. Keprihatinan etika publik pada modalitas
inilah yang membedakannya dari ajaran-ajaran saleh atau moral yang lain.
I.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menjawab dari permasalahan
yang ditujukan diatas.
BAB II
PEMBAHASAN
Bicara soal etika, maka akan sengat erat kaitannya dengan masalah moral,
akhlak, dan baik buruknya suatu perbuatan dilihat dari hukum positif yang berlaku di
masyarakat. Kaitannya dengan sosok pejabat publik atau penyelenggara negara, maka
etika akan menggambarkan sejauh mana kualitas mental dan moral pejabat tersebut.
Perilaku korupsi, penyalahgunaan wewenang, dan setumpuk perilaku lainnya yang
meresahkan masyarakat dapat dikategorikan sebagai hilangnya nilai-nilai etika yang
seharusnya dijunjung tinggi oleh pejabat publik.
Apalagi jika hal tersebut telah menjadi sebuah kultur, maka tentunya akan
sangat berpengaruh terhadap kemajuan suatu bangsa, dimana maju tidaknya bangsa
tersebut sangat bergantung kepada kualitas mental dan moral serta kemampuan para
pemimpinnya.
2.2 Dua tuan
Dalam sistem pemerintahan presidensial Indonesia, menteri adalah pembantu
Presiden. Maka, ketika seseorang diminta Presiden dan bersedia menjadi menteri
dalam kabinet pemerintahannya, pada saat itu juga dia terikat komitmen, bahkan jika
pun tanpa kontrak politik tertulis, secara etis untuk mengabdi dan melayani Presiden
hingga masa akhir jabatan.
Namun, sistem pemilu dan kepartaian Indonesia memberi peluang kepada
para menteri kabinet, terutama mereka yang mengikatkan diri dalam partai politik,
untuk diajukan sebagai calon anggota badan perwakilan (DPR, DPD, DPRD) dalam
suatu proses pemilu. Tidak ada keharusan untuk mundur dari jabatan saat seorang
menteri dipastikan sebagai calon tetap anggota Dewan.
Ketika hasil pemilu memastikan seorang menteri sebagai calon anggota
Dewan terpilih, saat itu juga dia telah terikat kepada ”tuan” baru, yaitu pemilih.
Apalagi jika penetapan calon terpilih itu berdasar prinsip suara terbanyak, ikatan etik
politik calon bersangkutan dengan pemilih (konstituen) makin nyata dan kuat.
Kompleksitas etika muncul dari kesejajaran waktu antara menyelesaikan tugas
sebagai menteri dan menepati komitmen sebagai perwakilan rakyat terpilih. Pada
waktu bersamaan seorang menteri harus menyatakan komitmen dan pengabdian
untuk dua tuan yang secara substantif bertolak kepentingan.
3.I Kesimpulan
Dengan posisi strategis sebagai pejabat publik, para pejabat harus profesional
di bidang mereka dengan terus menjaga etika profesi sebagai pejabat negara, dengan
memperhatikan berbagai sisi etis dalam seluruh tindakan dan kebijakan mereka.
Seorang pejabat negara profesional yang mencintai profesi dan jabatannya, yang
melakukan tugas mulia dalam mengemban misi kenegaraan, akan selalu menjunjung
tinggi etika profesi jabatan. Bahwa lewat profesinya sebagai seorang pejabat negara,
dia wajib menjaga nama baik dan citra sejawatnya di depan publik.
Hal itu amat penting, karena apa pun yang dilakukan pejabat publik akan
berpengaruh bagi kehidupan warga negara. Karena pengaruh tersebut, tidak ada jalan
lain, yakni para pejabat harus menjaga agar perilaku dan kebijakan mereka selalu baik
serta tetap berpijak di jalur etika. Sebab, di samping itu, apa pun perilaku dan
kebijakan yang mereka ambil merupakan garansi yang membuat warga negara tetap
menaruh hormat dan kepercayaan kepada mereka. Ini juga untuk meyakinkan warga
negara bahwa para pejabat negara yang dipilihnya benar-benar pantas memimpin
mereka dengan perilaku yang baik, terhormat, dan menjadi panutan.
Demi menjaga rasa hormat publik terhadap pejabat negara, dan demi
memelihara etika profesi sebagai pejabat negara yang memiliki tugas-tugas mulia
kenegaraan, sekaligus sebagai wujud komitmen tinggi pemerintah dalam menegakkan
supremasi hukum dan pemberantasan korupsi, perseteruan antara pejabat negara itu
harus segera diakhiri secara elegan dan proporsional.
3.2 Saran
Pemerintah seharusnya lebih berperan lagi dalam menangani kasus yang
sangat penting ini,karena etika dalam pejabat public sangat penting. Dari kasus diatas
bisa menjadi contoh kurangnya perang pemerintah.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.gramediashop.com/book/detail/9789792272062/Etika-Publik-untuk-
Integritas-Pejabat-Publik-Politisi
http://srimulyani.net/2010/10/15/pejabat-publik-dan-etika-publik