Вы находитесь на странице: 1из 19

COMPUTED TOMOGRAPHIC ANGIOGRAPHY (CT-ANGIOGRAPHY)

(Nirmala, Iriani Bahar)

A. PENDAHULUAN

Arah perkembangan teknologi CT-Scan pada saat ini lebih diutamakan pada peningkatan
kecepatan pencitraan dengan adanya multi detector , peningkatan resolusi gambar, dan
pengurangan dosis radiasi yang diterima oleh pasien. Beberapa Vendor berlomba untuk dapat
membuat sebuah pesawat CT-Scan yang memenuhi ketiga tujuan tersebut. Sedangkan pada
bidang aplikasinya lebih dipengaruhi oleh teknologi software (computer) baik dari gambaran 2
dimensi maupun gambaran 3 dimensi. Salah satu perkembangan dari CT-Scan yaitu MSCT
(Multi Slice Computed Tomography). MSCT Scan merupakan alat untuk diagnosis radiologi
dengan menggunakan computer untuk mendeteksi suatu gangguan atau kelainan suatu organ
tubuh secara detail. MSCT Scan 64 Slices adalah alat diagnostik radiologis canggih yang
menggunakan sinar X melalui teknik tomografi dan komputerisasi yang modern. Sinar X
menembus tubuh manusia untuk menggambarkan organ dalam tubuh dalam bentuk potongan
penampang tipis horizontal.

Sinar tersebut menembus tubuh lalu di rekam detector dalam bentuk data-data digital.
Operator yang berada di ruang computer akan mengolah data tersebut untuk menjadi potongan-
potongan organ tubuh. Pemeriksaan MSCT Scan sangat baik untuk pencitraan pembuluh darah
seluruh tubuh, terutama pembuluh darah jantung koroner. Karena itu, ini merupakan alat canggih
untuk mendeteksi dini penyakit jantung, stroke, dan kanker. Bahkan di masa depan,
kemungkinan besar MSCT Scan semakin digunakan oleh para dokter dan pasien untuk
“membongkar” sumber penyakit secara akurat. Keunggulan MSCT Scan dibanding radiografi
konvensional adalah pada daya serap jaringan tubuh sewaktu sinar X menembusnya, sehingga
memungkinkan membedakan kepadatan dan spesifikasi berbagai jaringan tubuh. Alat ini bukan
hanya untuk melakukan pemeriksaan rutin seperti pemeriksaan kepala, dada, perut, dan leher,
tetapi bisa pula untuk memeriksa pembuluh darah berupa CT Angiography (CTA) dan
rekonstriksi gambaran 3 dimensi (3-D).

MSCT dapat memberikan gambaran circulus willisi, pembuluh darah koroner, carotis, aorta,
dan cabang-cabangnya serta arteri perifer. MSCT juga bisa digunakan untuk melakukan CT
virtual colonoscopy dan mampu melakukan pemeriksaan CT perfusi yang berfungsi sebagai
deteksi stroke. Gambar-gambar beresolusi tinggi ini memberikan gambaran akurat akanadanya
kelainan pada pembuluh darahnya. Dengan deteksi dini, pasien dapat segera ditangani dengan
benar, sehingga dapat mengurangi resiko kecacatan maupun kematian. Inilah manfaat besar dari
MSCT Scan.

Computed Tomographic Angiography (CTA) merupakan salah satu terobosan dalam bidang
radiologi diagnostik. CTA dikembangkan setelah munculnya CT-Scan spiral (heliks) yang
pertama kali ditemukan di awal tahun 1990-an. CT-Scan spiral memungkinkan melakukan
pencitraan tubuh dalam waktu yang cepat sehingga dapat menangkap zat kontras yang
disuntikkan dalam sekali waktu pencitraan. Sejak dikenal kannya tekno logi multidetector-row,
CTA menjadi teknik standar yang mudah dilakukan dalam pencitraan pembuluh darah. CTA
sebagai salah satu yang menguntungkan dari scaning volume.
Pada bahasan ini merinci dari teknik yang dibutuhkan pada CTA termasuk persiapan pasien.
Parameter aquisisi, administrasi media contras.

A n g i o g r a p h y m e n g g u n a k a n s a l a h s a t u d a r i t i g a t e k n o l o g i pencitraan dan dalam


banyak kasus bahan kontras injeksi diperlukan untuk menghasilkan gambar pembuluh darah
dalam tubuh. Angiography dilakukan dengan menggunakan :
•X - ray dengan kateter
•computed tomography ( CT )
•Magnetic Resonance Imaging ( MRI) CT angiography menggunakan scanner

CT untuk menghasilkan gambar rinci baik pembuluh d a r a h d a n j a r i n g a n d i


b e r b a g a i b a g i a n t u b u h . B a h a n k o n t r a s k a ya y o d i u m ( d ye )
b i a s a n ya disuntikkan melalui kateter kecil ditempatkan di vena lengan. CT scan
selanjutnya dilakukansementara kontras mengalir melalui darah kapal ke berbagai
organ tubuh. Setelah scanning,g a m b a r a k a n d i p r o s e s m e n g g u n a k a n k h u s u s
k o m p u t e r d a n p e r a n g k a t l u n a k d a n U l a s a n d i pesawat yang berbeda dan proyeksi .

kegunaan umum dari prosedur ini :


CT angiography digunakan untuk memeriksa pembuluh darah dan organ-organ yang
disediakanoleh mereka di berbagai bagian tubuh, termasuk&
-otak
•leher
•jantung
•dada
B. DEFINISI
Computed Tomographic Angiography (CTA) merupakan salah satu terobosan
dalam bidang radiologi diagnostik. Computed tomography angiography ( CTA )menggunakan
suntikan kontras yang kaya yodiummaterial dan alat CT scan untuk membantu mendiagnosa dan
mengevaluasi penyakit pembuluh darah atau terkait kondisi seperti aneurisma atau penyumbatan
.
C. PERKEMBANGAN CTA
CTA dikembangkan setelah munculnya CT scan spiral (heliks) yang
pertama kali ditemukan di awal tahun 1990-an. CT scan spiral memungkinkan
melakukan pencitraan tubuh dalam waktu yang cepat sehingga dapat menangkap zat
kontras yang disuntikkan dalam sekali waktu pencitraan. Sejak dikenalkannya
teknologi multidetector-row, CTA menjadi teknik standar yang mudah dilakukan dalam
pencitraan pembuluh darah.

Sumber: Dokumen pribadi


Gambar 10.1 Pesawat CT scan yang digunakan untuk pemeriksaan CTA.

Computerized tomographic angiography disebut juga CT angiografi atau CTA


adalah sebuah tes yang menggabungkan antara teknologi dari CT scan konvensional
dengan angiografi tradisional untuk menghasilkan gambar pembuluh darah dalam tubuh
secara detail (Gambar 10.1) (Vascular Web, 2009).
D. KOMPONEN CTA
Angiografi dilakukan dengan menggunakan:
- Sinar-X dengan kateter
- Computed tomography (CT)
(Radiology Info, 2015)
CT angiografi menggunakan CT scanner untuk menghasilkan gambar detail baik
untuk pembuluh darah dan berbagai jaringan di bagian tubuh. Bahan kontras kaya yodium
(pewarna) biasanya disuntikkan melalui kateter kecil dan ditempatkan di vena lengan.
Setelah itu, dilakukan CT scan, sementara kontras mengalir melalui pembuluh darah ke
berbagai organ tubuh. Setelah scanning, gambar akan diproses menggunakan komputer
dan perangkat lunak khusus dan direview pada berbagai bidang dan proyeksi (Radiology
Info, 2015).
CT scanner biasanya berbentuk kotak atau bulat besar dengan lubang atau
lorong pendek di tengah. Pasien akan berbaring di meja pemeriksaan sempit yang bisa
digeser ke dalam dan keluar dari lorong. Tabung sinar-X akan mengelilingi pasien dan
elektronik detektor sinar-X terletak berseberangan satu sama lain dalam sebuah cincin yang
disebut gantry. Komputer yang memproses informasi pencitraan terletak di ruang kontrol
terpisah, di mana seorang teknisi mengoperasikan pemindai dan memonitor pemeriksaan
pasien (Radiology Info, 2015).

1. Lorong (lubang) gantry


2. Mikrofon
3. Garis arah sinar laser sagital
4. Lampu panduan pasien
5. Indikator lampu pencahayaan sinar-X
6. Tombol darurat stop
7. Kontrol panel gantry
8. Garis arah lampu laser eksternal
9. Meja pasien
10. Monitor ECG gating

Gambar 10.2 Bagian-bagian mesin CT scan.


E. KEGUNAAN CTA
Selama bertahun-tahun, CTA bersama dengan MRA menggantikan hampir pada
semua prosedur diagnostik pembuluh darah dari yang sebelumnya yaitu kateter angiografi
invasif. Pertama kali, CTA digunakan untuk pencitraan aorta dan arteri pulmonalis,
kemudian arteri karotis, arteri renalis, dan arteri splanknik. Saat ini, penggunaan CTA
sudah mulai digunakan pada arteri perifer dan sirkulus Willisi. Perkembangan terkini, CTA
sedang dikembangkan untuk pencitraan arteri koroner (Rubin et al., 2009).

Sumber: Rubin et al., 2009

Gambar 10.3 Gambaran normal arteri otak dengan CTA

Dokter menggunakan CTA untuk mendiagnosis dan mengevaluasi banyak penyakit


pembuluh darah dan kondisi terkait seperti cedera, aneurisma, penyumbatan (termasuk
dari bekuan darah atau plak), pembuluh darah yang tidak teratur dan pasokan darah ke
tumor bawaan (terkait kelahiran), kelainan jantung, pembuluh darah atau berbagai
bagian tubuh yang mungkin dipasok oleh pembuluh darah abnormal (Radiology Info, 2015).
Selain itu, dokter juga menggunakan CTA untuk berbagai keperluan seperti:
- Untuk memeriksa pembuluh darah setelah operasi
- Untuk mengidentifikasi kelainan seperti aneurisma, di aorta, baik di dada dan perut,
atau di arteri lain,
- untuk mendeteksi aterosklerosis (plak) penyakit arteri karotis leher yang dapat
membatasi aliran darah ke otak dan menyebabkan stroke.
- Untuk mengidentifikasi aneurisma kecil atau malformasi arteri (hubungan
abnormal antara pembuluh darah) di dalam otak atau bagian lain dari tubuh.
- mendeteksi penyakit aterosklerosis yang telah mempersempit arteri ke kaki
dan membantu mempersiapkan untuk intervensi endovaskular atau operasi.
(Radiology Info, 2015).
F. Prinsip Kerja Mesin CTA
Dalam banyak hal, prinsip kerja CT scan` sangat mirip dengan pemeriksaan
sinar-X lainnya. Sinar-X adalah bentuk radiasi seperti cahaya atau gelombang radio yang
dapat diarahkan pada tubuh. Bagian tubuh yang berbeda menyerap sinar-X dalam derajat
yang berbeda. Dalam pemeriksaan sinar-X konvensional, sejumlah kecil radiasi
diarahkan dan melewati tubuh, merekam gambar pada piringan perekam gambar khusus.
Tulang tampak putih pada sinar-X, jaringan lunak, seperti organ- organ seperti jantung atau
hati, muncul dalam warna abu-abu dan udara tampak hitam (Radiology Info, 2015).

Sumber: Tasfir, Abel. 2012

Gambar 10.4 Bagan prinsip kerja CT scanner.


Dengan menggunakan tabung sinar-X sebagai sumber radiasi yang berkas
sinarnya dibatasi oleh kollimator, sinar-X menembus tubuh dan diarahkan ke detektor.
Intensitas sinar-X yang diterima oleh detektor akan berubah sesuai dengan kepadatan
tubuh sebagai objek. Sementara itu, detektor akan merubah berkas sinar-X yang diterima
menjadi arus listrik, dan kemudian diubah oleh integrator menjadi tegangan listrik
analog. Tabung sinar-X tersebut diputar dan sinarnya diproyeksikan dalam berbagai posisi.
Besar tegangan listrik yang diterima diubah menjadi besaran digital oleh analog ke
digital converter (A/D converter) yang kemudian dicatat oleh komputer. Selanjutnya diolah
dengan menggunakan image processor dan akhirnya dibentuk gambar yang ditampilkan ke
layar monitor TV. Gambar yang dihasilkan dapat dibuat ke dalam film dengan multi imager
atau laser imager (Tasfir, Abel. 2012).
Sebuah sinar sempit (narrow beam) yang dihasilkan oleh sinar-X
didadapatkan dari perubahan posisi dari tabung sinar-X, hal ini juga dipengaruhi oleh
collimator dan detektor. Secara sederhana dapat digambarkan sebagai berikut :
Sumber: Tasfir, Abel. 2012

Gambar 10.5 Collimator dan detektor.

Sinar-X yang telah dideteksi oleh detektor kemudian dikonversi menjadi


arus listrik yang kemudian ditransmisikan ke komputer dalam bentuk sinyal melaui proses
berikut:

Sumber : Tasfir, Abel. 2012

Gambar 10.6 Proses pembentukan citra.

Setelah diperoleh arus listrik dan sinyal aslinya, maka sinyal tadi dikonversi
ke bentuk digital menggunakan A/D convertor agar sinyal digital ini dapat diolah oleh
komputer sehingga membentuk citra yang sebenarnya. Hasilnya dapat dilihat langsung
pada monitor komputer ataupun dicetak ke film (Tasfir, Abel. 2012).
Dengan CT scan, sorotan sinar-X dan satu set detektor elektronik sinar-X
berputar di sekitar pasien, mengukur jumlah radiasi yang diserap oleh seluruh tubuh
pasien. Pada saat yang sama, meja pemeriksaan bergerak melalui scanner sehingga
sorotan sinar-X mengikuti garis edar spiral. Sebuah program komputer khusus memproses
volume data yang besar untuk dibuat gambar penampang (irisan) dua dimensi dari tubuh
pasien yang kemudian ditampilkan pada monitor. Teknik ini disebut heliks atau spiral CT
(Radiology Info, 2015).
Ketika irisan gambar dipasang kembali oleh perangkat lunak komputer,
hasilnya adalah pandangan tiga dimensi interior tubuh yang sangat detail. Ketika bahan
kontras dimasukkan ke aliran darah selama prosedur, bahan kontras tersebut membuat
pembuluh darah terlihat jelas. Pada pemeriksaan tersebut pembuluh darah tampak putih
cerah (Radiology Info, 2015).

G. Persiapan Sebelum Pemeriksaan CTA


Pasien harus mengenakan pakaian nyaman dan pakaian longgar untuk
pemeriksaan. Biasanya, rumah sakit akan memberikan baju khusus untuk dikenakan selama
prosedur. Benda logam, termasuk perhiasan, kacamata, gigi palsu dan jepit rambut, dapat
mempengaruhi gambar CT dan harus ditanggalkan atau dilepas sebelum pemeriksaan.
Pasien juga diminta untuk melepas alat bantu dengar dan benda-benda yang berhubungan
dengan perawatan gigi. Untuk pasien wanita akan diminta untuk melepas bra yang
mengandung logam. Selain itu, pasien juga diminta untuk melepaskan setiap tindikan
jika memungkinkan (Radiology Info, 2015).
Pasien akan diminta untuk tidak makan atau minum apa pun selama beberapa jam
sebelumnya karena akan digunakan bahan kontras untuk pemeriksaan. Pasien harus
memberi tahu dokter tentang semua jenis obat yang sedang dikonsumsi dan pasien perlu
menceritakan apakah ia alergi atau tidak. Jika pasien diketahui memiliki alergi terhadap
bahan kontras atau "pewarna," dokter mungkin meresepkan obat (biasanya steroid) untuk
mengurangi risiko reaksi alergi. Obat-obatan ini umumnya perlu diminum 12 jam sebelum
pemberian bahan kontras (Radiology Info, 2015).
Untuk menghindari penundaan yang tidak perlu, pasien sebaiknya
menghubungi dokter sebelum waktu pemeriksaan. Selain itu, pasien juga perlu
menginformasikan adanya penyakit baru atau kondisi medis lainnya dan apakah memiliki
riwayat penyakit jantung, asma, diabetes, penyakit ginjal atau masalah tiroid. Kondisi ini
dapat meningkatkan risiko efek buruk yang tidak biasa (Radiology Info, 2015).
Wanita harus selalu menginformasikan kepada dokter mereka dan teknisi CT
jika ada kemungkinan hamil. Jika pasien sedang menyusui pada saat pemeriksaan, maka
ia harus bertanya kepada dokter bagaimana untuk melanjutkan. Hal ini dapat membantu
untuk memompa ASI sebelum waktu pemeriksaan dan tetap aman digunakan setelah
bahan kontras telah dibersihkan dari tubuh pasien yaitu sekitar 24 jam setelah
pemeriksaan (Radiology Info, 2015).

- Persiapan Pasien
Pemeriksaan CTA yang sukses tergantung pada persiapan hati-hati dari pasien sebelum
pemeriksaan. Pemeriksaan yang dibutuhkan radiografer dan dokter radiologi bekerja
bersama untuk mendapatkan informasi yang tepat dari pasien dan untuk meyakinkan
bahwa pasien mengerti prosedur teknik tahan nafas. Nomor dari skema persiapan pasien
didiskripsikan oleh beberapa investigator untuk cakupan luas dari aplikasi CTA (fishman
dan Jeffrey,1998).
Proses 3D CTA, riwayat pasien harus ditambahkan untuk identifikasi pasien dengan
riwayat alergi, disfungsi ginjal, sakit jantung dan asthma. Premedikasi steroid harus
dilihat dari pasien dengan riwayat alergi iodine/ reaksi sebelumnya untuk mengiodinasi
contras agent. Pasien dengan riwayat gagal ginjal seharusnya dievaluasi dengan level
creatine dan level urea nitrogen dalam darah sebelumnya dilakukan pemeriksaan. Air
(750 ml) digunakan sebagai kontras negative sebelum pemeriksaan, contrast agent
positive tidak ditambahkan karena dapat menimbulkan artefak dan intertef dengan
evaluasi dari 3D CTA. Pasien diinstruksikan untuk tahan nafas dan praktekan dengan
pasien sebelum pemeriksaan itu akan membantu suksesnya pemeriksaan dari gerakan.
Hyperventilation dilakukan secepatnya sebelum pasien tidak kuat menahan nafas.
Pindahkan dan amankan dari 20 gauge pada area antecubital untuk amankan dilakukan
fokus IV contrast agent.

- Parameter Aquisisi
Pada umumnya, pemeriksaan rutin CTA prosedur dilakukan pemeriksaan CTA
pemeriksaan rutin menyediakan beberapa peristiwa dari cakupan anatomy untuk discan.
Salah satu jarak scan/ cakupan scan R(mm) telah dibedakan, nomor dari parameter harus
hati-hati memilih untuk optimalisasi kualitas gambar 3D dan akurasi dari pemeriksaan
CTA. Parameter ini termasuk waktu scan, TSE.
- Perbandingan keuntungan CTA dan Angiografi Konvensional.
Angiografi Konvensional
1. System biplane dapat meminta paling tidak 2 sudut dari pemberian struktur
pembuluh darah per contrast injeksi ketika dibutuhkan, melihat alternatif dan
pemeriksaan dari struktur tambahan dibutuhkan kembali ditambahkan eksposisi dan
media kontras.
2. Penusukan dibuat, pasien harus sembuh dari prosedur dengan perawatan tertutup dan
bedrest minimal 6-8 jam. Waktu recovery secara significant untuk biaya dari
pemeriksaan.
3. Complikasi serius dari angiography dapat termasuk reaksi dari media contrast, dan
trombolic complikasi dari arterisasi dapat menjadi stroke, arteri pecah,
pseudoaneurisma, perdarahan arteri, menggunakan cerebral angiography sebagai
contohnya untuk komplikasi neurologic dapat menjadi serangan stroke sebesar 4%
dan resiko dari perkembangan permanen kekurangan syaraf dari tidak dapat stroke
kira-kira 1%.

Yang dibutuhkan dari CTA

1.CTA membutuhkan seluruh volume dari data 3D menggunakan sekali injeksi dari MK.
Itu dapat direkonstruksikan untuk iodine/ x-ray exposure minimal observasi
prosedur.
2.Melalui media kontras sama perihal injeksi intravena secara signifikan mengurangi
resiko komplikasi trombolic
3.CTA adalah pemeriksaan 3D. struktur dibawah mungkin dihilangkan oleh post
procesing.
4.CTA adalah modalitas gambar krosektional yang menampilkan jaringan diskriminasi
secara baik, seperti mempunyai alat untuk depiting trombosit mural, kalsifikasi,
dan dimensi mural sesungguhnya

Tabel kecepatan dapat dikalkulasikan dengan perhitungan 18.1 atau 18.2 (kalender 1995)
d = R/T 18.1
d = S x P/T 18.2
keterangan : S = slice kolimasi
P = picth
T = scan time (s) per 360 derajat rotasi.
Kolimasi mempengaruhi spacial resolusi (z-axis) atau longitudinal resolusi. Kolimasi dari
1mm menggunakan nilai MA rendah dari CT konventional. Perlu diingat trade of
diantara noice dan resolusi kontras. Kolimasi 3mm biasanya digunakan pada CTA
abdomen untuk melihat siliaka, mecenterika superior dan arteri ginjal ( Jefrey, 1998).

Pitch adalah rasio dari jarak meja per 360 derajat perotasi untuk jarak kolimasi.
Penambahan pitch dapat menambah volume cakupan tetapi mengurangi spacial resolusi.
Pada kasus ini ( kusz dan fisman 1998) menebak bahwa pitch dari 2 menyediakan
cakupan area dari animasi (smith dan fisman 1998) juga mempengaruhi kualitas dari
pemeriksaan adalah pemilihan dari nilai KVP dan MA dan interval rekonstruksi gambar.
Pemilihan dari KvP dan mA pada pemeriksaan CTA biasanya ditentukan dari ukuran
tubuh pasien dan level dari noise pada gambar. Untuk maintain sinyal rasio yang baik,
kVp dan mA harus dibenarkan ( Kaleder, 1995) memberikan point bahwa walaupun kVp
digunakan, nilai mA dipilih berdasarkan dari ukuran tubuh pasien yang akan diperiksa.
Noise juga efek dari nilai mA (Kalender, 1995) juga mencatat bahwa tidak penting
menambah nilai mA untuk pemeriksaan CTA spiral dibadingkan dengan pemeriksaan
spiral standart dari bagian tubuh yang sama.
Interval rekonstruksi gambar menunjukan celah diantara pusat dari slice. Rekonstruksi
interval sangat penting ksarena peraturan dari kualitas gambar 3D CTA.

ADMINISTRASI MEDIA KONTRAS


Penggambaran dari media kontras ketika pada pembuluh darah selama pemeriksaan
merupakan langkah yang kritikal pada akuisisi gambar. Teknik injeksi kontras diambil
dalam konsiderasi volume dari kontras yang dibutuhkan untuk opaciti bagian dari
pembuluh darah. Rata-rata penyuntikan media kontras dan waktu diantara pemasukan
dari CT scan spiral. Perhitungan kalkulasi waktu kontras untuk lain pasien adalah penting
pada CTA untuk menyakinkan bahwa gambar direkam ketika Flow in kontras adalah
optimal pada pembuluh darah.

Perubahan pada CT number pada gambar yang ditampilkan real time dimonitor dengan
monitoring scan. Ketika kontras mencapai set value, monitor scan berhenti dan scan
utama (helical) dimulai secara otomatis untuk menyediakan gambar ketika kontras flow
pada pembuluh darah optimal detail merupakan langkah esensial untuk operasikan
SureStart.

H. Prosedur Pemeriksaan CTA


Persiapan pasien yang matang merupakan prasyarat pemeriksaan CTA
pembuluh darah otak. Pada pasien yang dalam keadaan bingung, irritable, atau tidak
kooperatif harus dilakukan imobilisasi kepala dengan isolasi atau pemberian sedatif kerja
singkat untuk mengurangi artefak akibat gerakan kepala (Rubin et al., 2009).
Untuk mendapatkan opasifitas vaskular yang homogen harus menggunakan
power injektor dengan kecepatan injeksi 3 sampai 5 mL per detik. Untuk semua
pemeriksaan neurovaskular, material kontras sebanyak 80–100 mL biasanya sudah
adekuat. Dengan Multidetector CT (MDCT), dosis dapat dikurangi khususnya pada
pemeriksaan volume anatomi kecil (misalnya pada pemeriksaan sirkulus Willisi)
yang dicitrakan dengan kecepatan akuisisi yang tinggi ( misal ≥ 16 irisan CT). Untuk
meyakinkan bahwa material kontras didorong melalui sistem vena melewati akhir injeksi
kontras sebenarnya, bolus cairan salin (misalnya 40mL, kecepatan injeksi 3–5 mL per
detik, sama seperti yang digunakan pada media kontras) harus diinjeksikan segera setelah
pemberian kontras (Rubin et al., 2009).
Pencitraan hanya boleh dilakukan pada saat fase plateau enhancement
pembuluh darah. Oleh karena besar variasi waktu sirkulasi setiap pasien dapat diketahui
maka sinkronisasi pencitraan yang dimulai dengan datangnya zat kontras dalam arteri
otak harus direncanakan secara per individual. Sinkronisasi penting untuk meyakinkan zat
kontras berfungsi maksimal di dalam pembuluh darah bila CT irisan tunggal digunakan.
Akan tetapi menjadi lebih penting lagi bila MDCT digunakan untuk menginginkan
pencitraan arteri dengan sedikit atau tidak ada tumpang tindih vena dan memberikan
waktu transit arteri vena di dalam otak sekitar 6-8 detik (Rubin et al., 2009).
Untuk tujuan sinkronisasi, terdapat dua metode. Pertama, injeksi tes bolus yaitu
dengan cara memasukkan zat kontras dalam jumlah sedikit (15–20mL). Setelah ditunggu
sekitar 10 detik, pencitraan dosis rendah yaitu CT scan pada tingkat midservikal atau
pada tingkat sinus frontalis (misalnya 15 irisan pada kecepatan satu gambar per detik)
dilakukan untuk menentukan datangnya waktu tes bolus. Berdasar pada waktu
kedatangan tes bolus, pemeriksaan CTA dapat direncanakan secara adekuat dan
berdasar atas fisiologi masing masing individu. Oleh karena itu, dengan tes bolus,
diperlukan dua injeksi terpisah, salah satunya untuk penilaian waktu kedatangan yang
diikuti oleh pencitraan diagnostik dengan zat kontras dosis penuh (Rubin et al., 2009).
Untuk pencitraan sistem vena, tidak diperlukan penyesuaian timing individual.
Biasanya, pencitraan dimulai 30 detik setelah zat kontras dimasukkan, dimana opasifitas
yang baik dapat mencapai vena otak dan sinus. Pencakupan volume yang diperiksa
tergantung pada permintaan klinis. Untuk pencitraan arteri serebral, protokol standar
meliputi arkus anterior tulang C1 sampai atas sinus frontalis. Tergantung pada permintaan
klinisnya, pencitraan sampai potongan sentral (misalnya untuk pencitraan stenosis arteri
serebri media) atau bahkan dapat meluas meliputi pembuluh darah servikal. Sementara itu,
untuk pencitraan vena, seluruh kepala diperiksa. Protokol untuk melakukan pemeriksaan
CTA tergantung pada detail alat yang akan digunakan (Rubin et al., 2009).

I. Indikasi dan Kontraindikasi Pemeriksaan CTA


Berikut ini akan dijelaskan bagaimana indikasi dan kontraindikasi
pemeriksaan CTA.

 Indikasi Pemeriksaan CTA :


Tujuan utama pemeriksaan CTA adalah untuk mengetahui status arteri intrakranial
dan servikal guna mendeteksi tempat oklusi, dapat menggambarkan diseksi arteri, untuk
mengetahui kualitas aliran darah kolateral, dan mengetahui penyakit aterosklerotis.
Informasi ini dapat membantu memprediksi lokasi dan keberadaan infark pembuluh darah
secara akurat serta dapat membantu ahli neuroradiologi dalam memandu sebelum
melakukan trombolisis intraarterial. Selain itu, CTA juga penting untuk mendeteksi trombosis
sistem vertebrobasilar karena keberadaanya yang sulit dideteksi dengan menggunakan
pemeriksaan CT tanpa kontras (de Lucas et al., 2008).
Indikasi klinis pemeriksaan CTA antara lain sebagai berikut (de Lucas et al., 2008).
a. Evaluasi dugaan kelainan stenotik/oklusif arteri serebral dan arteri pre-serebral yang
dapat menyebabkan TIA dan CVA bilamana pemeriksaan pencitraan lainnya kurang
memberikan informasi.
b. Kecurigaan adanya gangguan sistem vertebrobasilar pada pasien dengan gejala
yang mengarah pada gangguan vertebrobasilar (misalnya hilangnya pandangan
binokular, vertigo, disartria, dan diplopia).
c. Traumatic vascular injury.
d. Dugaan adanya trombosis pada pembuluh darah besar atau sinus dura.
e. Perdarahan subarachnoid, subdural, dan perdarahan intraserebral oleh akibat trauma
maupun aneurisma serebral.
f. Curiga adanya AVM.
g. Anomali kongenital sirkulasi serebral atau karotis.
h. Abnormalitas pembuluh darah pada penyakit sickle cell.
i. Dugaan obstruksi dan atau invasi sinus dura.
 Kontraindikasi Pemeriksaan CTA :
Penggunaan zat kontras intravaskular pada CTA dapat menimbulkan kontraindikasi
pencitraan sebagai berikut (de Lucas et al., 2008).
- Adanya riwayat alergi zat kontras atau pada pemberian kontras sebelumnya.
- Gangguan fungsi ginjal, bila diperlukan pemberian zat kontras terionisasi.
- Penderita penyakit multipel mieloma.

J. Keuntungan dan Risiko Penggunaan CTA


CTA mempunyai kelebihan yaitu dapat distandarkan sehingga menjadikannya
sebagai teknik pilihan pada kasus-kasus pembuluh darah akut. CTA memberikan informasi
tiga dimensi dengan resolusi spasial yang tinggi dan mampu memberikan evaluasi lumen
pembuluh darah beserta dinding pembuluh darahnya dan struktur jaringan sekitar secara
simultan (Rubin et al., 2009).
Pada gambar di samping, anatomi arteri terlihat sangat baik serta mengisi vena
serebral interna dan sinus venosus.

Sumber: Adam, 2008


Gambar 10.7 CTA 3D volume- rendered.
Angiografi dapat menolong seorang pasien untuk tidak menjalani operasi. Jika
operasi tetap diperlukan maka operasi dapat dilakukan lebih akurat. CT angiografi mampu
mendeteksi penyempitan atau penyumbatan pembuluh darah yang memungkinkan berpotensi
untuk terapi perbaikan yang harus dilakukan. CT angiografi dapat menunjukkan anatomi
secara lebih detail dan tepat daripada magnetic resonance imaging (MRI), terutama di
pembuluh darah yang kecil. Banyak pasien dapat menjalani CT angiografi bahkan kateter
angiografi konvensional (kateterisasi) untuk mendiagnosis masalah pembuluh darah
(Radiology Info, 2015).
CT angiografi lebih cepat, non-invasif dan memiliki sedikit komplikasi. Sementara
itu, kateter angiografi menempatkan kateter (tabung plastik) biasanya pada selangkangan
kemudian dimasukkan ke dalam pembuluh darah utama. Setelah itu, disuntikkan bahan
kontras dan mungkin memerlukan sedasi atau anastesi umum. CT angiografi adalah cara
yang sangat bermanfaat untuk mendeteksi arteri (seperti penyempitan pembuluh darah di
jantung) dan penyakit vena serta kelainan struktural jantung sebelum ada gejala atau
pada saat gejalanya belum jelas berhubungan dengan penyakit pembuluh darah, misalnya
serangan jantung (Radiology Info, 2015).
Pemeriksaan CT angiografi merupakan pemeriksaan yang memerlukan biaya yang
lebih rendah dibandingkan dengan kateter angiografi. Pada CT angiografi berpotensi
menimbulkan rasa kurang nyaman karena bahan kontras disuntikkan ke vena lengan dan bukan
menjadi kateter yang dimasukkan ke dalam arteri atau vena besar. Tidak ada radiasi menetap
dalam tubuh pasien setelah pemeriksaan CT. Sinar-X yang digunakan dalam CT scan
seharusnya tidak memiliki efek samping langsung (Radiology Info, 2015).
Sebagian besar pasien yang menjalani pemeriksaan CT angiografi secara
lengkap tanpa mengalami efek samping. Namun demikian, selalu ada kesempatan
timbulnya kanker akibat paparan radiasi yang berlebihan. Namun, manfaat diagnosis yang
akurat jauh melampaui risiko yang ada. Jika seorang pasien memiliki riwayat alergi terhadap
bahan kontras sinar-X, dokter mungkin akan menyarankan untuk mengambil obat
pencegahan khusus, seperti steroid, selama beberapa jam atau beberapa hari sebelum CT
angiografi dilakukan. Tujuannya untuk mengurangi kemungkinan reaksi alergi. Pilihan lainnya
yaitu pasien menjalani pemeriksaan berbeda yang tidak memerlukan bahan kontras iodinasi
(Radiology Info, 2015).
Pada pasien yang berisiko gagal ginjal dan yang sudah memiliki keterbatasan fungsi
ginjal, pemberian bahan kontras iodinasi berpotensi lebih merusak fungsi ginjal.
Sebaiknya, bertanyalah kepada dokter dan ahli radiologi untuk mendapatkan informasi
lebih lanjut mengenai risiko ini. Jika sejumlah besar bahna kontras sinar-X kontras bocor keluar
dari pembuluh darah yang disuntikkan dan menyebar di bawah kulit di mana IV ditempatkan,
hal itu dapat merusak kulit, pembuluh darah dan saraf. Jika pasien merasa kesakitan atau
sensasi kesemutan selama atau segera setelah bahan kontras diinjeksikan maka pasien harus
segera menginformasikan kepada perawat/teknolog. Jika ada kemungkinan sedang hamil,
pasien harus selalu menginformasikannya kepada dokter dan operator (Radiology Info,
2015).
Ada beberapa produsen kontras intravena yang menyarankan jika seseorang
sedang menyusui, ia dianjurkan untuk tidak menyusui selama 24–48 jam setelah diberikan
media kontras. Namun demikian, ada juga yang menunjukkan bahwa aman untuk terus
menyusui setelah menerima media kontras intravena. Oleh karena itu, seorang pasien sangat
perlu berkonsultasi kepada dokter mengenai hal ini (Radiology Info, 2015).
KESIMPULAN
1. CTA adalah pemeriksaan radiologi invasif minimal dengan
memasukkan media kontras melalui pembuluh darah vena yang bertujuan
untuk melihat pembuluh darah pada tubuh dengan menggunakan modalitas
CT scan.
2. Sejak dikenalkannya teknologi multidetector-row, CTA menjadi teknik
standar yang mudah dilakukan dalam pencitraan pembuluh darah.
3. Awalnya, CTA digunakan untuk pencitraan aorta dan arteri pulmonalis,
kemudian arteri karotis, arteri renalis, dan arteri splanknik, serta sekarang
sudah mulai menginjak pada arteri perifer dan sirkulus Willisi.
Perkembangan terkini, CTA sedang dikembangkan untuk pencitraan arteri
koroner.
4. CTA mempunyai kelebihan yaitu dapat distandarkan sehingga
menjadikannya sebagai teknik pilihan pada kasus-kasus pembuluh darah
akut. CTA memberikan informasi tiga dimensi dengan resolusi spasial yang
tinggi dan mampu memberikan evaluasi lumen pembuluh darah beserta
dinding pembuluh darahnya dan struktur jaringan sekitar secara simultan.
5. Persiapan pasien yang matang merupakan prasyarat pemeriksaan CTA
pembuluh darah otak.
6. Untuk mendapatkan opasifitas vaskular yang homogen harus
menggunakan power injector dengan kecepatan injeksi 3 sampai 5 mL per
detik. Untuk semua pemeriksaan neurovaskular, material kontras
sebanyak 80–100 mL biasanya sudah adekuat.
7. Sinkronisasi penting untuk meyakinkan zat kontras berfungsi maksimal
di dalam pembuluh darah bila CT irisan tunggal digunakan. Akan tetapi
menjadi lebih penting lagi bila MDCT digunakan untuk menginginkan
pencitraan arteri dengan sedikit atau tidak ada tumpang tindih vena dan
memberikan waktu transit arteri vena di dalam otak sekitar 6-8 detik.
8. Untuk tujuan sinkronisasi, terdapat dua metode yaitu injeksi tes bolus dan
pencitraan sistem vena.
9. Tujuan utama pemeriksaan CTA adalah untuk mengetahui status arteri
intrakranial dan servikal guna mendeteksi tempat oklusi, dapat
menggambarkan diseksi arteri, untuk mengetahui kualitas aliran darah
kolateral, dan mengetahui penyakit aterosklerotis.
10. Indikasi klinis pemeriksaan CTA antara lain sebagai berikut.
 Evaluasi dugaan kelainan stenotik/oklusif arteri serebral dan arteri
pre-serebral yang dapat menyebabkan TIA dan
 CVA bilamana pemeriksaan pencitraan lainnya kurang memberikan
informasi.
 Kecurigaan adanya gangguan sistem vertebrobasilar pada pasien
dengan gejala yang mengarah pada gangguan vertebrobasilar (misalnya
hilangnya pandangan binokular, vertigo, disartria, dan diplopia).
 Traumatic vascular injury.
 Dugaan adanya trombosis pada pembuluh darah besar atau sinus dura.
 Perdarahan subarachnoid, subdural, dan perdarahan intra- serebral
oleh akibat trauma maupun aneurisma serebral.
 Curiga adanya AVM.
 Anomali kongenital sirkulasi serebral atau karotis.
 Abnormalitas pembuluh darah pada penyakit sickle cell.
 Dugaan obstruksi dan atau invasi sinus dura.
11. Penggunaan zat kontras intravaskular pada CTA dapat menimbul- kan
kontraindikasi pencitraan sebagai berikut.
 Adanya riwayat alergi zat kontras atau pada pemberian kontras
sebelumnya.
 Gangguan fungsi ginjal, bila diperlukan pemberian zat kontras
terionisasi.
 Penderita penyakit multiple myeloma.
12. CTA mempunyai kelebihan yaitu dapat distandarkan sehingga
menjadikannya sebagai teknik pilihan pada kasus-kasus pembuluh darah
akut. CTA memberikan informasi tiga dimensi dengan resolusi spasial yang
tinggi dan mampu memberikan evaluasi lumen pembuluh darah beserta
dinding pembuluh darahnya dan struktur jaringan sekitar secara simultan.
13. Angiografi dapat menolong seorang pasien untuk tidak menjalani operasi.
14. CT angiografi lebih cepat, non-invasif dan memiliki sedikit komplikasi.
15. Pemeriksaan CT angiografi merupakan pemeriksaan yang memerlukan biaya
yang lebih rendah dibandingkan dengan kateter angiografi.
16. Pada pasien yang berisiko gagal ginjal dan yang sudah memiliki keterbatasan
fungsi ginjal, pemberian bahan kontras iodinasi berpotensi lebih merusak fungsi
ginjal.
17. Ada beberapa produsen kontras intravena yang menyarankan jika seseorang
sedang menyusui, ia dianjurkan untuk tidak menyusui selama 24–48 jam
setelah diberikan media kontras.

Вам также может понравиться