Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Dr. Tadjuddin Chalid Makassar yang dimulai pada
tanggal 10 september 2014 sampai dengan tanggal 24 september 2014. Rumah Sakit Dr. Tadjuddin
Chalid Makassar merupakan salah satu rumah sakit pusat rujukan dan rehabilitasi penderita kusta yang
ada di Indonesia yang bertaggung jawab langsung kepada Direktur Jenderal Pelayanan Medik Depkes RI
dan diberikan tanggung jawab untuk melakukan pembinaan di seluruh daerah Sulawesi, Maluku, dan
Irian Jaya. Rumah Sakit ini didirikan pada tahun 1982 berdasarkan surat keputusan Menteri Kesehtan RI
nomor568/Menkes/SK/XII1982 sebagai dasar untuk membangun Rumah Sakit Kusta Regional Makassar
pada tahun 2001 dan Rumah Sakit Dr. Tadjuddin Chalid pada tahun 2009.
Rumah Sakit ini terletak di Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar yang dibangun diatas tanah
seluas 123.763 m2 dengan luas bangunan seluruhnya 15.570 m2 yang terdiri atas bangunan rawat inap,
rawat jalan/UPF, instalasi, ruang administrasi dan ruang lainnya. Rumah sakit ini memiliki struktur
organisasi yang dipimpin oleh seorang direktur yang diangkat langsung oleh Menteri Kesehatan RI.
Rumah Sakit Dr. Tadjuddin Chalid memberikan pelayanan poliklinik umum, poliklinik kusta,
poliklinik gigi, poliklinik mata dan pelayanan rawat inap yang terdiri atas 6 bangsal yaitu ruang Anggrek,
Bougenville, Cempaka, Dahlia, Edelweis dan Flamboyan. Selain itu rumah sakit ini juga ditunjang oleh
pelayanan penunjang medic seperti pelayanan farmasi, laboratorium, unit terapi kerja, gizi, fisioterapi,
phrosthetik/orthotic, bedah dan luka.
Tugas pokok rumah sakit ini adalah melaksanakan pelayanan penderita kusta secara
menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan guna peningkatan kualitas hidup dan produktivitas
penderita kusta serta melaksanakan kegaiatan diklat dan litbang di bidang rehabilitasi kusta sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian dengan metode studi cross sectional dengan
tujuan untuk mengetahui karakteristik penderita kusta yang dirawat di Rumah Sakit Dr. Tadjuddin Chalid
Makassar. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling. Banyaknya sampel dalam
penelitian ini adalah 80 responden. Responden yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah pasien
kusta yang menjalani pengobatan rawat inap dan rawat jalan di Rumah Sakit Dr. Tadjuddin Chalid
Makassar.
Data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diambil dari bagian rekam
medik Rumah Sakit Dr. Tadjuddin Chalid Makassar. Dari hasil pengolahan data yang dilakukan, disajikan
dalam bentk distribusi frekuensi berbentuk table mengenai karakteristik penderita kusta.
5.1.2 Karakteristik
Jumlah responden yang terlibat dalam studi ini adalah 80 responden yang seluruhnya diambil
dari data sekunder (rekam medis) penderita kusta di Rumah Sakit Dr. Tadjuddin Chalid Makassar pada
januari 2012 – juni 2014
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 80 responden penderita penyakit kusta di RS
Dr. Tadjuddin Chalid Makassar pada periode januari 2012 – juni 2014 yang paling banyak ditemukan
adalah pasien yang berasal dari daerah Makassar sebanyak 39 orang (48,75).
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 80 responden penderita penyakit kusta di RS
Mayoritas responden penderita penyakit kusta di RS Dr. Tadjuddin Chalid Makassar pada periode januari
2012 – juni 2014 yang paling banyak ditemukan adalah pasien bersuku bangsa Bugis yaitu sebanyak 32
orang (40%).
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 80 responden penderita penyakit kusta di RS
Dr. Tadjuddin Chalid Makassar pada periode januari 2012 – juni 2014 yang paling banyak ditemukan
adalah pasien yang berasal dari daerah Makassar sebanyak 39 orang (48,75%).
5.1.2.5. Deskripsi sampel berdasarkan tipe kusta
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 80 responden penderita penyakit kusta di RS
Dr. Tadjuddin Chalid Makassar pada periode januari 2012 – juni 2014 yang paling banyak ditemukan
adalah penderita dengan tipe kusta MB yaitu sebanyak 4 orang (52,5%).
5.2 Pembahasan
Dari hasil penelitian kami diperoleh bahwa mayoritas pasien adalah umur antara 30-34 tahun
sebanyak 22 orang (27,5%). Hasil penelitian ini hamper sama dengan yang dilakukan oleh Tauchid, imam
Tauchid (2006). Faktor-faktor yang berkaitan dengan tingkat kecacatan kusta di Kabupaten Brebes
dimana ditemukan bahwa mayoritas pasien yang menderita kusta adalah umur 30-42 tahun dan sama
halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Prasti Adhi Dharmasari (januari 2003-Desember 2005) di
instalasi rawat inap penyakit kulit dan kelamin RSU Dr. Soetomo Surabaya bahwa umur penderita kusta
terbanyak adalah umur 25-44 tahun(39,3%).
Dari hasil penelitian kami, diperoleh bahwa mayoritas pasien adalah jenis kelamin laki-laki yaitu
sebanyak 57 orang (71,23%). Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Atmaja berjudul gambaran karakteristik penderita kusta (2007) Semarang di mana ditemukan bahwa
mayoritas pasien yang menderita kusta adalah jenis kelamin laki-laki dan sama halnya dengan penelitian
yang dilakukan oleh Adhi Dharmasuri (januari 2003-Desember 2005) di instalasi rawat inap penyakit
kulit kelamin RSU Dr. Soetomo Surabaya yaitu terdapat 392 penderita laki-laki (64,5%) dan 216
penderita perempuan (35,5%).
Dari hasil penelitian kami, diperoleh bahwa mayorias pasien adalah suku bangsa Bugis sebanyak
32 orang (40%). Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Raja Asean
Saragih (2014). Gambaran epidemiologi Penyakit Kusta dikecamatan Sui Kakap Kabupaten Kubu Raya
Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2012 dimana ditemukan bahwa mayoritas pasien yang menderita kusta
berasal dari suku bangsa Madura dan Bugis, masing-masing berjumlah 4 orang (44,5%).
Dari hasil penelitian kami, diperoleh bahwa mayoritas pasien adalah penderita kusta tipe
multibasiler (MB) yaitu sebanyak 42 orang (52,5%). Hasil penelitian ini sama dengan data dari
Departemen Kesehatan Indonesia pada tahun 2009, bahwa penderita kusta di Sulawesi Selatan pada
tahun 2009, sebanyak 1.003 orang (81%) menderita kusta tipe MB.
BAB 6
6.1. Kesimpulan
Dari hasil analisa deskripstif yang telah dilakukan terhadap karakteristik penderita kusta dari segi
umur, jenis kelamin, suku bangsa, daerah asal, dan tipe kusta dalam kaitannya dengan enyakit usta di RS
Dr. Tadjuddin Chalid Makassar pada periode januari 2012 – juni 2014, dapat disimpulkan bahwa:
1. Mayoritas responden penderita penyakit kusta di RS Dr. Tadjuddin Chalid Makassar pada
periode januari 2012 – juni 2014 adalah berumur 30-34 tahun.
2. Mayoritas responden penderita penyakit kusta di RS Dr. Tadjuddin Chalid Makassar pada
periode januari 2012 – juni 2014 adalah berjenis kelamin laki-laki.
3. Mayoritas responden penderita penyakit kusta di RS Dr. Tadjuddin Chalid Makassar pada
periode januari 2012 – juni 2014 adalah bersuku bangsa Bugis.
4. Mayoritas responden penderita penyakit kusta di RS Dr. Tadjuddin Chalid Makassar pada
periode januari 2012 – juni 2014 adalah berasal dari daerah Makassar.
5. Mayoritas responden penderita penyakit kusta di RS Dr. Tadjuddin Chalid Makassar pada
periode januari 2012 – juni 2014 menderita penyakit kusta tipe multibasiler (MB).
6.2. Saran
1. Melihat masih banyaknya masyarakat yang belum mengenal dan takut terhadap penderita
penyakit kusta maka perlu dilaksanakan penyuluhan kesehatan tentang penyakit kusta
terutama kepada keluarga penderita dan masyarakat yang tinggal di sekitar rumah sakit,
khususnya mengenai stigmatisasi yang masih kuat di masyarakat.
2. Pihak Rumah Sakit sebaiknya melengkapi pencatatan data penderita kusta terutaa pendidikan,
pekerjaan, status perkawinan, dan jenis obat yang diberikan yang akan berguna bagi penelitian
selanjutnya.
3. Perlu diketahui penelusuran lebih lanjut dalam rangka penemuan kasus kusta yang tidak
tercatat di rumah sakit terutama pada penderita kontak langsung.
DAFTAR PUSTAKA
ABSTRACT
Characteristics of Leprosy Patients at Dr. Tadjuddin Chalid Hospital Makassar During the Period January
2012-June 2014.
Background. Leprosy remains a problem faced by most of the world, especially in developing countries.
Nationally, Indonesia has reached the elimination of leprosy in 2000, but until now, Indonesia is still
ranked third in the world as a new contributor of Leprosy patients. According to WHO data, people with
leprosy in Indonesia are the third largest after India and Brazil. Based on data from the Departement of
Health of Indonesian in 2009, East Java Province tops the number of Leprosy patients in Indonesia, then
Central Java, West Java, and South Sulawesi in the forth top with the number of leprosy patients
PENDAHULUAN
Kusta atau lepra atau leprosy adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh
Mycobacterium leprae. Penyakit ini utamanya menyerang kulit, saraf perifer, mukosa saluran
pernafasan atas, dan organ lain kecuali susunan saraf pusta.1,2 Kusta telah menyerang manusia sejak
zaman dahulu kala. Seluruh benua di dunia mengenal penyakit ini dan telah meninggalkan kesan yang
mengerikan dalam sejarah dan ingatan manusia yaitu tentang mutilasi, penolakan, dan ekslusi dari
lingkungan.1