Вы находитесь на странице: 1из 19

BAB I

LANDASAN TEORI

Diabetes Melitus ( DM ) adalah kelainan metabolisme karbohidrat, di mana glukosa


darah tidak dapat digunakan dengan baik, sehingga menyebabkan keadaan hiperglekimia. DM
merupakan kelainan endokrin yang terbanyak dijumpai. Yang paling sering terjadi yaitu :
Diabetes Mellitus yang diketahui sewaktu hamil yang disebut Diabetes Melitus Gestasional dan
Diabetes Melitus yang terjadi sebelum hamil disebut Diabetes Melitus Pragestasi.
Diabetes mellitus merupakan ganguan sistemik pada metabolisme karbohidrat, protein
dan lemak. Diabetes mellitus ditandai dengan hiperglikemia atau peningkatan glukosa darah
yang diakibatkan produksi insulin yang tidak adekuat atau penggunaan insulin secara tidak
efektif pada tingkat seluler. (Bobak. Lowdermilk, Jensen.2004)

1.1.1. Diabetes Melitus Pragestasi

Diabetes pragestasi, artinya sudah diketahui diabetes mellitus kemudian hamil.


Mereka tanpa komplikasi atau dengan komplikasi yang ringan. Mereka dengan
komplikasi berat, khususnya retinopati, nefropati dan hipertensi.Diabetes Pragestasi
adalah diabetes yang terjadi sebelum konsepsi dan terus berlanjut setelah masa hamil.
Diabetes pragestasi dapat berupa diabetes tipe 1 (tergantung insulin) dan tipe II (tidak
tergantung insulin), yang mungkin disertai atau tidak disertai penyakit vaskuler,
retinopati, nefropati, dan komplikasi diabetic lainnya. Kondisi diabetogenik kehamilan
pada sistem metabolic yang terganggu selama masa pragestasi memiliki implikasi yang
signifikan. Adapun hormon yang normal terhadap kehamilan mempengaruhi kontrol
glikemia pada pasien diabetic pragestasi. Kehamilan juga dapat mempercepat kemajuan
komplikasi vaskuler diabetes. Selama trimester pertama, sementara kadar glukosa darah
maternal dalam kondisi normal menurun, dan respon insulin terhadap glukosa meningkat,
kontrol glikemia meningkat. Dosis insulin untuk klien diabetic yang terkontrol baik perlu
disesuaikan untuk menghindari hipoglikemi. Episode hipoglikemia tidak umum terjadi
pada klien diabetic tipe 1 selama awal kehamilan (Mayer, palmer, 1990)

1.1.2 Diabetes Melitus Gestasional

Diagnosis DMG ditegakkan tanpa memperhatikan kebutuhan akan insulin atau


kontrol diet atau apakah ada kemungkinan diabetes atau tidak, yang pasti belum pernah
terdiagnosis sebelum kehamilan berlangsung (Varney, 2007. Diabetes Melitus
Gestasional ( DMG) adalah kelainan pada metabolisme karbohidrat dari faktor yang
memberatkan yang terjadi selama kehamilan ( Marilyn, 2001).
Disebut diabetes gestasional bila gangguan toleransi glukosa

1.1.3 Etiologi

Penyakit gula dapat merupakan kelainan herediter dengan cara insufisiensi atau absennya
insulin dalam sirkulasi darah, konsentrasi gula darah tinggi. Berkurangnya glikogenesis.
Diabetes dalam kehamilan menimbulkan banyak kesulitan, penyakit ini akan menyebabkan
perubahan-perubahan metabolik dan hormonal pada penderita yang juga dipengaruhi oleh
kehamilan. Sebaliknya diabetes akan mempengaruhi kehamilan dan persalinan. Faktor
kegemukan karena kegemukan menyebabkan sel-sel beta kurang peka terhadap rangsang dan
kegemukan menekan jumlah reseptor insulin pada sel target di seluruh tubuh (Guyton,1986).
a. Faktor autoimun setelah infeksi mumps, rubella dan coxsakie B4.
b. Genetik
Diabetes mellitus dapat diwariskan dari orang tua kepada anak. Gen penyebab diabetes
mellitus akan dibawa oleh anak jika orang tuanya menderita diabetes mellitus. Pewarisan gen ini
dapat sampai ke cucunya bahkan cicit walaupun resikonya sangat kecil.
Secara klinis, penyakit DM awalnya didominasi oleh resistensi insulin yang disertai
defect fungsi sekresi. Tetapi, pada tahap yang lebih lanjut, hal itu didominasi defect fungsi
sekresi yang disertai dengan resistensi insulin. Kaitannya dengan mutasi DNA mitokondria yakni
karena proses produksi hormon insulin sangat erat kaitannya dengan mekanisme proses oxidative
phosphorylation (OXPHOS) di dalam sel beta pankreas. Penderita DM proses pengeluaran
insulin dalam tubuhnya mengalami gangguan sebagai akibat dari peningkatan kadar glukosa
darah. Mitokondria menghasilkan adenosin trifosfat (ATP). Pada penderita DM, ATP yang
dihasilkan dari proses OXPHOS ini mengalami peningkatan. Peningkatan kadar ATP tersebut
otomatis menyebabkan peningkatan beberapa senyawa kimia yang terkandung dalam ATP.
Peningkatan tersebut antara lain yang memicu tercetusnya proses pengeluaran hormon insulin.
Berbagai mutasi yang menyebabkan DM telah dapat diidentifikasi. Kalangan klinis menyebutnya
sebagai mutasi A3243G yang merupakan mutasi kausal pada DM. Mutasi ini terletak pada gen
penyandi ribo nucleid acid (RNA). Pada perkembangannya, terkadang para penderita DM
menderita penyakit lainnya sebagai akibat menderita DM. Penyakit yang menyertai itu antara
lain tuli sensoris, epilepsi, dan stroke. Hal itu telah diidentifikasi sebagai akibat dari mutasi DNA
pada mitokondria. Hal ini terjadi karena makin tinggi proporsi sel mutan pada sel beta pankreas
maka fungsi OXPHOS akan makin rendah dan defect fungsi sekresi makin berat.
Prevalensi mutasi tersebut biasanya akan meningkat jumlahnya bila penderita DM itu
menderita penyakit penyerta tadi.
c. Kerusakan / kelainan pangkreas sehingga Kekurangan produksi insulin
Infeksi mikroorganisme dan virus pada pankreas juga dapat menyebabkan radang
pankreas yang otomatis akan menyebabkan fungsi pankreas turun sehingga tidak ada sekresi
hormon-hormon untuk proses metabolisme tubuh termasuk insulin. Penyakit seperti kolesterol
tinggi dan dislipidemia dapat meningkatkan resiko terkema diabetes mellitus.
d. Meningkatnya hormon antiinsulin seperti GH, glukogen, ACTH, kortisol, dan epineprin.
e. Obat-obatan.
Bahan-bahan kimia dapat mengiritasi pankreas yang menyebabkan radang pankreas,
radang pada pankreas akan mengakibatkan fungsi pankreas menurun sehingga tidak ada sekresi
hormon-hormon untuk proses metabolisme tubuh termasuk insulin. Segala jenis residu obat yang
terakumulasi dalam waktu yang lama dapat mengiritasi pankreas. Contohnya Minum soda dalam
keadaan perut kososng (misalnya stelah berpuasa atau waktu bangun tidur dipagi hari) juga harus
dihindari. Sirup dengan kadar fruktosa tinggi, soda, dan pemanis buatan yang terdapat dalam
minuman soda dapat merusak pangkreas yang menyebabkan meningkatnya berat badan, jika
kebiasaan ini diteruskan, lama kelamaan akan menderita penyakit DM. Penelitian membuktikan
bahwa perempuan yang mengkonsumsi soda lebih dari 1 kaleng per hari memiliki resiko 2 kali
terkena diabeters tipe 2 dalam jangka waktu 4 tahun kedepannya.
f. Wanita obesitas
Sebenarnya DM bisa menjadi penyebab ataupun akibat. Sebagai penyebab, obesitas
menyebabkan sel beta pankreas penghasil insulin hipertropi yang pada gilirannya akan kelelahan
dan “jebol” sehingga insulin menjadi kurang prodeksinya dan terjadilah DM. Sebagai akibat
biasanya akibat penggunaan insulin sebagai terapi DM berlebihan menyebabkan penimbunan
lemak subkutan yang berlebihan pula.( Kapita Selekta Jilid III, 2006)

1.3.Patofisologis

1.3.1 Pengaruh Diabetes Mellitus tarhadap kehamilan

Faktor keturunan dan hormonal berpengaruh besar. Pada awal kehamilan (0-20 minggu)
terdapat perubahan metabolisme estrogen-progesteron dapat meningkatkan hormon insulin dari
otot dan jaringan. Pada akhir kehamilan (20-40 minggu) peningkatan HPL dan pergerakan
hormon insulin tersebut menyebabkan peningkatan resistensi insulin, produksi gula hati dan
penurunan toleransi glukosa lebih tinggi dari glukosa dalam darah (Avery & Rossi, 1994,
Hollingworth, 1985, Nelson, 1994)
• Peningkatan estrogen, progesterone dan HPL selama kehamilan memproduksi daya tahan
terhadap insulin pada jaringan maternal, oleh karena itu sisa glukosa darah terangkat lebih lama
dari keadaan tidak hamil, dimana insulin yang diproduksi tidak cukup untuk mengatasi resistensi
yang di sebabkan oleh HPL, sehingga kelebihan konsentrasi glukosa terus bertambah yang
menyebabkan terjadi DMG (Hanifa,1995).
• Resistensi insulin merupakan mekanisme penghematan glukosa untuk memastikan suplai
glukosa pada janin tercukupi. Selama trimerter 2 & 3 hormon estrogen, progesterin, HPL kortisol
dan prolaktin bekerja sebagai antagonis untuk meningkatkan resistensi insulin.
• Menjelang akhir kehamilan kebutuhan insulin meningkat 2-4 kali, jika pancreas tidak cukup
memproduksi insulin maka akan menjadi pemicu terjadinya DMG.
• 10 % ibu hamil mengalami glukosuria tanpa kenaikan glukosa darah, karena peningkatan GFR
selama kehamilan, kondisi ini sering terjadi pada primipara (Winifred,2001)
• Hilangnya glukosa dalam urine. Pada kehamilan terjadi glukosuri sampai hasil reduksi positif 1,
hal tersebut normal disebabkan karena laktosuri dan glukosuri renal (M.Tobing,2005). Bila
jumlah glukosa yang memasuki tubulus ginjal meningkat 222 mg per menit, maka glukosa
belebihan tidak dapat diabsorpsi dan di keluarkan ke dalam urine.

1.3.2 Pengaruh kehamilan terhadap Diabetes Melitus

• Kehamilan merupakan suatu status diabetogenik, oleh karena itu bila menderita DM kondisi
akan bertambah buruk selama kehamilan mengarah ke retinophaty dan nepriphaty.
• Pada usia kehamilan 30 minggu, peningkatan hormon insulin ada pada puncanya dan sulit di
kendalikan walaupun ada hormon HPL, estrogen, progesterone dan kortisol.
• Pertumbuhan janin dan ibu membutuhkan karbohidrat yang lebih banyak sehingga sering di
temukan ketosis ( Seller,1993)
1.3.3 Pengaruh Diabetes Melitus pada janin

• Selama kehamilan terjadi trasfer glukosa dari ibu kapada janin melalui plasenta.
• Pada pertengahan kehamilan dan sepanjang timester 3 , ibu menyimpan cadangan makanan
untuk janin melalui peredaran oksigen yang mengandung lemak.
• Plasenta aktif mengirim glukosa ke janin sehingga bila terjadi penurunan transfer glukosa
mengakibatkan kematian pada janin.
• Apabila janin mendapat pasokan glukosa yang berlebih, akan terjadi hiperinsulinemia yang akan
mengubah glukosa menjadi cadangan lemak dan glikogen sehingga menyebabkan bayi menjadi
besar (Seller,1993).

1.4. Komplikasi

1.4.1 Perinatal :

a. Kematian perinatal bayi dengann ibu DMG sangat tergantung dari keadaan hiperglikemia ibu.
b. Makrosomia
Ibu dengan DMG 40% akan melahirkan bayi dengan BB berlebihan pada semua usia kehamilan.
Makrosomia mempertinggi terjadinya trauma lahir, sindrom aspirasi mekoneum dan hipertensi
pulmonal persisten. Trauma lahir biasanya terjadi akibat distosia bahu, sehingga dapat
menyebabkan fraktur humerus, klavikula, palsi Erb syaraf frenikus, bahkan kematian janin.
c. Sekitar 20-50% bayi dengan ibu DMG mengalami hipoglikemia (GD < 30 mg/dl) pada 24 jam
pertama setelah lahir dan biasanya terjadi pada bayi makrosomia.
d. Hambatan pertumbuhan janin Ibu DMG dengan komplikasi vaskular akan memberikan bayi
dengan BB rendah pada kehamilan 37-40 minggu. Hal ini dapat terjadi juga karena adanya
perubahan metabolik ibu selama masa awal persalinan.
e. Cacat bawaan Kejadian cacat bawaan adalah 4,1% BIDMG. Cacat bawaan terjadi paling banyak
pada kehamilan dengan DMG yang tidak terpantau sebelum kehamilan dan pada trimester
pertama. Lima puluh persen kematian perinatal disebabkan kelainan jantung (TAB, VSD, ASD),
kelainan ginjal (agenesis ginjal), kelainan saluran cerna (situs inversus, syndrome kolon kiri
kecil), kelainan neurologi dan skelet. Kekerapan cacat bawaan ringan lebih besar, mencapai
sekitar 20%.
f. Hipokalsemi dan hipomagnesemia Bayi dikatakan hipokalsemia bila kadar kalsium darahnya < 7
mg/dl (kalsium ion < 3 mg/dl). Beratnya hipokalsemia berhubungan dengan tingkat
terkendalinya kadar glukosa ibu DMG. Bayi mengidap hipomagnesemia bila kadar magnesium <
1,5 mg/dl. Biasanya hipomasgnesemia terjadi bersamaan dengan hipokalsemia.
g. Hiperbilirubinemia Meningkatnya kadar bilirubin indirect pada 20-25% BIDMG, akibat
pengrusakan eritrosit yang mungkin terjadi karena perubahan pada membran eritrosit.
h. Polisitemia hematologis
i. Asfiksia perinatal Asfiksia perinatal terjadi pada 25% BIDMG, mungkin disebabkan oleh
makrosomia, prematuritas, penyakit vaskulat ibu yang menyebabkan hipoksia intrauterin atau
pada bayi yang lahir dengan seksio sesarea.
j. Syndrom gawat nafas neonatal Kejadian sindrom gawat nafas neonatal berkolerasi dengan
tingkat pengendalin kadar glukosa ibu DMG. Angka kejadian sindrom gawat nafass jelas sekali
menurun pada ibu DMG dengan kadar glukosa darah yang terkendali baik. Sebagian lagi gawat
nafas ini disebabkan karena prematuritas, dengan produksi surfaktan paru belum cukup atau bayi
dilahirkan dengan sseksio sesarea.

1.4.2 Pada ibu :

a. Hipertensi
b. Gestational diabetes akan meningkatkan resiko ibu untuk mengalami tekanan darah yang tinggi
selama kehamilan. Hal tersebut juga akan meningkatkan resiko ibu untuk terkena preeclampsia
dan eclampsia, yaitu 2 buah komplikasi serius dari kehamilan yang menyebabkan naiknya
tekanan darah & gejala lain, yang dapat membahayakan ibu maupun sang buah hati.
c. Preeklampsia - Eklampsia
d. Peningkatan resiko operasi caesar

1.5. Tanda dan Gejala

Tanda awal yang dapat diketahui bahwa seseorang menderita DM atau kencing manis
yaitu dilihat langsung dari efek peningkatan kadar gula darah, dimana peningkatan kadar gula
dalam darah mencapai nilai 160 - 180 mg/dL dan air seni (urine) penderita kencing manis yang
mengandung gula (glucose), sehingga urine sering dilebung atau dikerubuti semut.
Penderita kencing manis umumnya menampakkan tanda dan gejala dibawah ini meskipun
tidak semua dialami oleh penderita :
1. Jumlah urine yang dikeluarkan lebih banyak (Polyuria)
2. Sering atau cepat merasa haus/dahaga (Polydipsia)
3. Lapar yang berlebihan atau makan banyak (Polyphagia)
4. Frekwensi urine meningkat/kencing terus (Glycosuria)
5. Biasanya terjadi pada wanita yang gemuk kemudian kehilangan berat badan yang tidak jelas
sebabnya
6. Kesemutan/mati rasa pada ujung syaraf ditelapak tangan & kaki
7. Cepat lelah dan lemah setiap waktu
8. Mengalami rabun penglihatan secara tiba-tiba
9. Apabila luka/tergores (korengan) lambat penyembuhannya
10. Mudah terkena infeksi terutama pada kulit.
Kondisi kadar gula yang drastis menurun akan cepat menyebabkan seseorang tidak
sadarkan diri bahkan memasuki tahapan koma. Gejala kencing manis dapat berkembang dengan
cepat waktu ke waktu dalam hitungan minggu atau bulan.
Penegakan Diagnosa
a. Anamnesis ( Data Subjektif )
- Riwayat keluarga dengan DM
- Terdapat keluhan trias penyakit gula
- Riwayat kehamilan dengan DMG
- Riwayat persalinan dengan bayi besar
- Riwayat Obstetri buruk
- Urine sering dirajang semut (Manuaba,1998)

b. Data Objektif
- TFU > 2 cm dari ukuran normal pada trimester 2 & 3
- Glukosa urine > 1 + pada > 2 kali pemeriksaan
- Adanya ketonuria, bakteri pada urine (Manuaba,1998)

1.6. Penatalaksanaan

1.6.1. Pada Kehamilan

a. Deteksi dini
1) Konseling prakonsepsi mencakup penundaan kehamilan 6-12 bulan pada ibu dengan DM untuk
mempertahankan stabilitas insulin dengan penanganan dari internis.
2) Pemeriksaan reduksi urine dan kadar glukosa darah.
Waktu pemeriksaan (Varney, 1997) :
- Trimester 1
- Minggu ke 28
- Minggu ke 34-36
3) Pemeriksaan reduksi urine menggunakan metode benedict :
- Warna biru jernih sedikit kehijauan normal
- Warna hijau endapan kuning (+) 1
- Endapan kuning jelas dan banyak (+) 2
- Tidak berwarna, endapan warna jingga (+) 3
- Tidak berwarna, endapan warna merah bata sampai kecoklatan (+) 4
( Riyani, 2006)
4) Persiapan pemeriksaan Glukosa darah (MNH,2002)
- Makan dengan karbohidrat cukup minimal 3 hari sebelumnya
- Semalam sebelum pemeriksaan puasa 8-12 jam, pagi-pagi diambil contoh darahnya.
- Diberi beban glukosa 75 gram dalam 200 ml air, selalu setelah 2 jam diambil contoh darah.
o Deteksi Kasus (Sullivan, 1973)
- Pasien diberi tes beban glukosa oral 50 gr, 1jam kemudian diperiksa kadar gula darahnya. Bila
nilai glukosa plasma > 150 mg/dl (130 mg/dl darah) maka perlu dilanjutkan dengan Glukosa
Toleransi Test (GTT)
- GTT
Pasen diberi beban glukosa oral 100 gr kemudian diperiksa kadar gula darah

Normal Abnormal
Puasa <90 mg/dl >/=90 mg/dl
Jam 1 <165 mg/dl >/=165 mg/dl
Jam 2 <145 mg/dl >/=145 mg/dl
Jam 3 <124 mg/dl >/=124 mg/dl

· Pengaturan skrining DM (Varney,1997)


GD Puasa GD PP Hal yang GTT
dilakukan
+ - GTT 2 Abnormal :
Konsultasi
+ - GTT 2 Abnormal : DMG:
Konsultasi
+ + DM : Konsultasi
- - Test ulang hamil 34-
36 mg

· Kriteria DM (WHO)

Puasa 2 jam PP
Normal < 100 <140
DM >/= 140 >200
Toleransi Glukosa 100-139 140-199
Terganggu (TGT)

5) Menetapkan usia kehamilan berdasarkan HPHT dan kesesuaian dengan TFU. Apabila di
temukan TFU lebih besar dari ukuran normal, pertimbangkan makrosomia

b. Penanganan awal
1) Konseling tentang keadaan kehamilan dengan diabetes melitus mencakup tanda dan gejala,
komplikasi dan rencana penatalaksanaan.
2) Kolaborasi dengan Ginekolog,Internis, Spesialis Anak Dan Ahli Gizi
3) Memelihara GD normal dengan (Varney,1997)
4) Diet ( Kolaborasi dengan ahli gizi ) 30 kal/BB terdiri dari 50% karbohidrat, 20% ptotein, 30%
lemak. PROTEIN 1-1,5/kg BB
5) Monitoring GD dengan pemeriksaan laboratorium. Pada masa kehamilan 2 minggu sekali, pada
masa nifas 1 minngu sekali.
6) Istirahat cukup dan olah raga sesuai kondisi
7) Pemantauan ibu dan janin
8) Pengukuran TFU
9) Monitor Denyut jantung janin
10) Konseling untuk memonitor gerakan janin, kehamilan < 28 minggu 10 gerakan dalam 2 jam,
kehamilan > 28 minggu 10 gerakan dalam 1 jam
11) Menghindari terjadi infeksi
12) Pada bulan ke- 7 , bila ditemukan aseton, gestose, di rawat di rumah sakit (MNH, 2002)
13) Kehamilan 34 minggu dirawat untuk persiapan persalinan (MNH,2002)
14) Menjelang akhir kehamilan lakukan USG dan Kardiografi secara serial setiap minggu (MNH,
2002)

c. Penanganan Lanjut
1) Kolaborasi dengan ginekolog, internis dan ahli gizi
a. Pemberian insulin (human insulin) yaitu Humulin R dan Actrapid Human, bila GDP >105 dan
GD PP > 120
2) Dosis insulin perlu dirubah menurut keperluan sesuai dengan hasil pemeriksaan GD kurang
lebih antara 0,5 – 1,5 unit/BB
3) Trimester I dosis insulin di kurangi kerena mudah terjadi hipoglikemi akibat emisis
4) Trimester II & III dosis insulin ditambah karena pola makan meningkat
5) Pantau GD 3 kali/hari
 Bila diperlukan dokter bisa melakukan amniosentesis untuk memeriksa keadaan paru-paru janin
sebelum persalinan.

1.6.2. Pada Persalinan

1) Penanganan persalinan oleh ginekolog di rumah sakit dengan fasilitas operasi


2) Ibu hamil dengan DMG ringan partus spontan sampai dengan usia kehamilan 40 minggu
3) Ibu hamil dengan DMG berat (yang memerlukan insulin) kehamilan diakhiri pada 36-38 minggu
dengan induksi atau SC
4) Indikasi SC (M.Tobing,2005)
5) Gestosis
6) Makrosomia
7) Gawat janin
8) Pertumbuhan janin terhambat
9) Primi tua
10) Riwayat still birth
11) Selama proses persalinan pemantauan DJJ dengan USG dan Kardiotokografi (KTG)
12) Bila akan dilakukan terminasi lakukan amniosentesis untuk memastikan kematangan janin ( Bila
usia kehamilan < 38 minggu )
13) Pada persalinan dosis insulin di kurangi, diberi infus glukosa dan insulin bila terjadi hipoglikemi
diberi insulin secara infus 2-4 satuan perjam

1.6.3. Pada Neonatus

a. Penanganan awal (MNH,2002)


1) Perlakukan bayi sebagai bayi prematur, jaga kehangatan dan evaluasi segera :
2) Nilai apgar
3) Periksa K/U bayi
4) Observasi kemungkinan hipoglikemia dengan tanda hipoglikemia : Gelisah, soanosis, apatis,
apnoe/trahipnoe intermiten, tangis lemah, lethargi, sulit minum dan memutar bola mata.
5) Periksa fisik untuk melihat cacat bawaan
6) Periksa plasenta
7) Periksa kadar glukosa bayi
8) Periksa haematokrit tali pusat
9) Diberi minum 60-90 ml/kgBB/hari pada jam pertama, selanjutnya tiap jam
10) Penanganan lanjut ( di Rumah sakit )
11) Periksa laboratorium :
- Kadar Glukosa serum tali pusat umur 1,2,4,8,12,24,36,48 jam
- Kadar kalsium dan magnesium umur 6,12,24,48 jam
- Haematokrit tali pusat umur 4,24 jam
- Kadar serum bilirubin bila tampak kuning
 Lakukan penanganan sebagai berikut :
- Bila terjadi hipoglikemi ( glukosa < 25 mg/dl ) beri larutan glukosa IV 6 mg/kgBB/menit. Kadar
glukosa diperiksa tiap jam
- Bila hasil 25-44mg/dl bayi tidak tampak sakit, minum larutan glukosa 5%, periksa GD tiap jam
sampai stabil, setelah itu tiap 4 jam, bila tetap rendah, infus glukosa 6 mg/kgBB/menit
- Bila hipoglikemi dengan gejala, berikan larutan glukosa 10% 2-4 ml/kgBB/menit IV selama 2-3
menit lanjutkan dengan 6-8 ml/kgBB/menit. Konsentrasi glukosa tidak boleh lebih dari 12,5%
karena dapat merusak vena.
- Hipokalsemia dengan kejang, beri larutan kalsium glukonat 10% 1 ml/kgBB IV diencerkan
dengan glukosa 5% 1:4. Kadar kalsium dipantau setiap 12 jam. Peamantauan bradikardi, aritmia
jantung, nekrosis kulit dan alat infus
- Hipomagnesemia, beri magnesium sulfat 50% 1,2 ml/kgBB/hari IM dalam dibagi dalam 2-3
dosis
 Kelainan haematology
- Haematokrit 60-70% tanpa gejala, minum 20-40 ml/kgBB/hari periksa tiap 6-12 jam sampai
dengan < 65%. Bila HT > 70% dengan gejala, transfusi tukar partial dengan plasma beku segar.
Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil Trimester II
Ny. Fatmawati Umur 45 Tahun G5 P0 A0
UK19 - 20 Minggu dengan Diabetes Melitus
Di Puskesmas Sirukam
No. Register :
Masuk BPM Tgl/ Pukul : 18 Juli 2016
Dirawat di ruang : Poli KIA

2.1. Pengkajian Data

Tanggal/ Pukul : 18/7/2016 ( 10.30 ) Oleh : Bidan

A. IDENTITAS
IBU SUAMI
Nama : Ny. Fatmawati Tn. Suhardi
Umur : 45 tahun 45 tahun
Agama : Islam Islam
Suku /Bangsa : Minang/ Indonesia Minang/ Indonesia
Pendidikan : SMA STM
Pekerjaan :
Alamat : Jorong Lubuk Pulai nagari Sirukam kec Payung Sekaki
No Telpon :
B. DATA SUBYEKTIF
1. Alasan kunjungan
Ibu mengatakan ingin memeriksakan kehamilannya

2. Keluhan utama
- Ibu mengatakan sudah tidak datang haid selama 5 bulan
- Ibu mengatakan mempunyai riwayat penyakit diabetes mellitus

3. Riwayat menstruasi
Menarche : 13 tahun Siklus : 28 hari
Lama : 5-7 hari Teratur : Teratur
Sifat darah : cair Keluhan : Tidak ada

4. Riwayat Perkawinan
Status pernikahan : syah Menikah ke :1
Lama : 1 tahun Usia menikah pertama kali : 24 tahun

5. Riwayat obstetrik : G5 P4 A0
6. Riwayat kontrasepsi

Pasang Lepas
No. Jenis Kontrasepsi
Tanggal Oleh Tempat Keluhan Tanggal Oleh Tempat Alasan
Ibu mengatakan tidak
menggunakan alat
kontrasepsi apapun
selama 6 tahun

7. Riwayat Kehamilan sekarang


a. HPHT : Februari 2016
HPL : November 2016
b. ANC pertama kali umur kehamilan : 18 minggu

c. Kunjungan ANC
Trimester II
Frekuensi : 3x, Tempat : BPM Oleh : Bidan
Keluhan : perasaan takut hamil karena umur sudah 45 tahun disertakan penyakit diabetes
mellitus
Komplikasi : tidak ada
Terapi : Diet rendah karbohidrat, diet rendah lemak dan Tinggi protein, Fe, Kalk, B6,
Asam folat
Kehamilan Persalinan Anak Nifas
Ke Tahun Tempat Umur Jenis Penolong JK BB Laktasi Komplikasi
kehamilan persalinan
Pertama 1994 Rumah 39 – 40 Spontan Dukun LK 3000g
Ibu minggu
Kedua Rumah 39 – 40 Spontan Bidan LK 3000g
Bidan minggu
Ketiga Rumah 39 – 40 Spontan Bidan LK 3000g
Bidan minggu
Keempat Rumah 39 – 40 Spontan Bidan PR 3500g
Bidan minggu

d. Imunisasi TT
TT 1 : Ibu mengatakan belum pernah melakukan imunisasi TT
TT 2 : -
e. Pergerakan janin selama 24 jam (dalam sehari)
- Ibu mengatakan belum ada gerakan janin

8. Riwayat kesehatan
a. Penyakit yang pernah / sedang diderita (menular, menurun, menahun)
Ibu mengatakan sedang menderita penyakit Diabetes Melitus sejak 5 tahun yang lalu.
b. Penyakit yang pernah / sedang diderita keluarga (menahun, menurun, menahun)
Ibu mengatakan dari pihak keluarga ibu maupun keluarga suami tidak sedang menderita penyakit
menular seperti (PMS, TBS, HIV/AIDS, Hepatitis), Penyakit menurun ( DM, ASMA,
Hipertensi), penyakit menahun seperti (Jantung).
c. Riwayat keturunan kembar
Ibu mengatakan baik pihak keluarga ibu maupun keluarga suami tidak mempunyai riwayat
keturunan kembar.
d. Riwayat Operasi
Ibu mengatakan tidak mempunyai riwayat operasi apapun.
e. Riwayat alergi obat.
Ibu mengatakan tidak mempunyai alergi obat.

9. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari


a. Pola Nutrisi
Makan sebelum hamil Makan selama hamil
Frekuensi : + 4x /hari Frekuensi : + 5x /hari
Porsi : 1 piring Porsi : 1/2 piring
Jenis : nasi, sayur, lauk Jenis :sayuran, buah
Keluhan : tidak ada Keluhan : mual
Pantangan : tidak ada Pantangan : tidak ada

b. Minum sebelum hamil Minum selama hamil


Frekuensi : + 8x/hari Frekuensi :+ 9x/hari
Porsi : 1 gelas Porsi : 1 gelas
Jenis : Air putih, teh Jenis : Air putih, susu
Keluhan : tidak ada Keluhan : tidak ada
Pantangan : tidak ada. Pantangan : tidak ada

c. Pola eliminasi
BAB sebelum hamil BAB selama hamil
Frekuensi : 1-2x/hari Frekuensi : 1x/hari Konsistensi :
lembek Konsistensi : lembek
Warna : kuning kecoklatan Warna : kecoklatan
Keluhan : tidak ada Keluhan : tidak ada

BAK sebelum hamil BAK selama hamil


Frekuensi : + 8x/hari Frekuensi : + 10x/hari
Konsistensi : cair Konsistensi : cair
Warna : kuning jernih Warna : kuning jernih
Keluhan : tidak ada Keluhan : tidak ada
d. Pola istirahat
Tidur siang sebelum hamil Tidur siang selama hamil
Lama : tidak ada Lama : 1-2 jam/hari
Keluhan : tidak ada Keluhan : tidak ada

Tidur malam sebelum hamil Tidur malam selama hamil


Lama : + 7 jam/hari Lama : +5-6jam/hari
Keluhan : tidak ada Keluhan : tidak ada

e. Personal hygine
Mandi : 2x/hari Ganti pakaian : 2x/hari
Gosok gigi : 2x/hari Keramas : 3x/minggu

f. Pola seksualitas
Frekuensi : 2x/minggu Keluhan : tidak ada

g. Pola aktivitas
Ibu mengatakan aktivitas ibu sehari-sehari hari mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti:
mencuci, menyapu dan memasak.

10. Kebiasaan yang mengganggu kesehatan ( merokok, minum jamu, minuman beralkohol)
Ibu mengatakan tidak mempunyai kebiasaan yang menggangu kesehatan yaitu seperti ( merokok,
minum jamu, minuman beralkohol).

11. Psikososiospiritual dan ekonomi (penerimaan ibu/suami/keluarga, perencanaan persalinan,


pemberian ASI, perawatan bayi, kegiatan ibadah, Kegiatan social, dan persiapan keuangan ibu
dan keluarga)
- Ibu mengatakan suami maupun keluarga sangat senang atas kehamilan ini.
- Ibu mengatakan ingin merawat kandungannya dengan baik.
- Ibu mengatakan taat dalam beribadah.
- Ibu mengatakan pernah mengikuti kegiatan social dikampungnya.
- Ibu mengatakan penopang perekonomian keluarga adalah suami dan ibu mertua.

12.Pengetahuan ibu ( tentang kehamilan, persalinan dan laktasi)


- Ibu mengatakan sudah mengetahui tanda-tanda bahaya kehamilan.
- Ibu mengatakan sudah mengetahui gizi ibu hamil
- Ibu mengatakan sudah mengetahui tentang perubahan fisiologis ibu hamil trimester 1.

13.Lingkungan yang berpengaruh (sekitar rumah dan hewan peliharaan)


- Ibu mengatakan daerah sekitar rumah bersih jauh dari polusi udara, limbah pabrik dan jauh dari
kandang hewan)
- Ibu mengatakan tidak mempunyai hewan peliharaan yaitu seperti: kucing, anjing, ayam, dan
burung.

C. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Status emosional : Stabil
Tanda vital sign
Tekanan darah : 140/80 Nadi : 65x /menit
Pernafasan : 21x/menit Suhu : 36,5oC
Berat badan : 55 kg Tinggi badan : 150 cm

2. Pemeriksaan fisik
Kepala : Tidak ada kelainan
Rambut : bersih
a Muka : oval, tidak ada striae gravidarum, tidak ada bekas luka, tidak oedem
Mata : simetris, tidak ada tanda –tanda infeksi, konjung tiva pucat, sclera
tidak ikterik dan penglihatan baik.
Hidung : simetris, tidak ada polip, tidak ada secret
Telinga : Tidak ada kelainan
Mulut : tidak ada karies pada gigi, tidak ada gusi berdarah, lidah bersih.
Leher : tidak ada pembengkakan kelenjar parotis, tyroid, limfe dan tidak
ada pembesaran kelenjar vena jugu laris.
Dada : tidak ada bunyi wezzing, tidak ada bunyi retraksi dinding dada.
Payudara :simetris, putting susu menonjol, hiperpigmentasi pada areola
mamae, dan Colostrums belum keluar.
Abdomen : Usia kehamilan sesuai besarnya perut,tidak ada bekas luka operasi.
Genetalia : Bersih
Extremitas atas : kuku pucat
Extremitas bawah : tidak ada oedema,tidak ada varices

Palpasi
Loepold
Leopold I : 3 jari bawah pusar teraba ballotement
Leopold II : belum dilakukan
Leopold III : belum dilakukan
Leopold IV : belum dilakukan
TFU menurut Mc. Donal : , TBJ : tidak dilakukan
Auskultasi
Djj : belum dilakukan pemeriksaan
Perkusi : Reflek lutut kiri dan kanan positif
3. Pemeriksaan penunjang
Hasil Pemeriksaan gula darah : 220 mg/dl
HB 9 %
Lila 30 cm
Interpretasi Data

A. Diagnosa Kebidanan
Ibu Ny. F umur 45 tahun, G5 P4 A0 ,UK : 19 - 20 minggu dengan DM pragestasi grade II.

Data Dasar
Data Subjektif :
Ibu mengatakan berumur 45 tahun
Ibu mengatakan kehamilan kelima dan belum pernah abortus
Ibu mengatakan HPHT : lupa tanggal bulan februari 2016
Ibu mengatakan memiliki riwayat Diabetes Melitus sebelum hamil
Data Objektif :
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Status emosional : Stabil
Tanda vital sign
Tekanan darah : 140/80 Nadi : 65x /menit
Pernafasan : 21x/menit Suhu : 36,5oC
Berat badan : 55 kg Tinggi badan : 150 cm
Lila : 30 cm

B. Diagnosa Masalah : Ibu Ny. F hamil TM 2 dengan DM pragestasi Gr 2


Data Dasar
Data Subjektif :
Ibu mengatakan memiliki riwat diabetes mellitus sebelum hamil
Data Objektif :
Hasil Pemeriksaan gula darah : 220 mg/dl

Diagonosa potensial

Hipertensi, preklampsia, makrosomia

Tindakan Segera

Diet ketat, rendah karbohidrat, rendah lemak dan tinggi protein. Perencanaan
1. Beritahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan
2. Beritahu ibu sebab dan cara mengatasi keluhannya
3. Beritahu ibu konseling diet gizi seimbang bagi penderita DM
4. Beritahu ibu tentang tanda bahaya TM 2
5. Dilakukan kolaborasi dengan ahli gizi
6. Dilakukan kolaborasi dengan dokter Sp OG
6. Anjurkan ibu untuk banyak beristirahat dan tidak bekerja berat serta menghindari
terjadinya resiko infeksi
7. Anjurkan ibu untuk rutin mengecek gula darah
8. Berikan ibu terapi
9. Anjurkan ibu untuk kunjungan ulang
10.Lakukan dokumentasi

Pelaksanaan

1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan, yaitu :


Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Status emosional : Stabil
Tanda vital sign
Tekanan darah : 140/80 Nadi : 65x /menit
Pernafasan : 21x/menit Suhu : 36,5oC
Berat badan : 55 kg Tinggi badan : 150 cm
Hasil Pemeriksaan gula darah : 220 mg/dl
Memberitahu ibu bahwa keadaan ibu keseluruhan baik , akan tetapi mengingat ibu memiliki
riwayat diabetes melitus sebelumnya dan terdapat indikasi bahwa ibu masih menderita penyakit
tersebut maka ibu harus mendapat perawatan yang intensif atau khusus.
2. Memberitahu ibu konseling diet gizi seimbang bagi penderita DM yaitu, seorang penderita DM
wajib untuk selalu memperhatikan status gizinya. Sebaiknya ibu mengkonsumsi makanan yang
rendah karbohidrat seperti ibu bisa makan 2 butir kentang sebagai pengganti nasi , kemudian
makanan rendah lemak dan tinggi protein seperti sayur-sayuran, kacang-kacangan dan minum
susu rendah lemak .
3. Memberitahu ibu tentang tanda bahaya TM 2 yaitu apabila muncul odema/bengkak pada kaki,
tangan, wajah ibu, keluar darah dari jalan lahir, nyeri perut hebat, ganguan visual seperti
penglihatan kabur , pusing yang hebat . dan apabila ibu merasakan pegal-pegal yang berlebihan
serta menurunya berat badan ibu. Apabila menemui hal tersebut, ibu harus segera menemui
tenaga kesehatan terdekat.
4. Melakukan kolaborasi dengan ahli gizi untuk mengontrol gula darah ibu melalui diet yang ibu
butuhkan dan
5. kolaborasi dengan dokter Sp.OG untuk memantau keadaan ibu dan janin serta tanggap terhadap
berbagai resiko yang dapat terjadi pada ibu penderita diabetes miletus.
6. Menganjurkan ibu untuk banyak beristirahat dan tidak bekerja berat serta menghindari
terjadinya resiko infeksi.
7. Mengnjurkan ibu untuk rutin mengecek gula darah dan gula dalam urine.
8. Memberikan ibu terapi tablet fe dan kalk.
9. Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang minimal 2 minggu sekali.
10. Melakukukan pendokumentasian
Evaluasi

1. Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaanya


2. Ibu sudah mengetahui penyebab dan cara mengatasi keluhanya
3. Ibu sudah mengetahui diet gizi seimbang untuk penderita diabetes miletus
4. Ibu bersedia kalaborasi dengan dokter Sp OG
5. Ibu sudah menetahui tentang tanda bahaya TM 2
6. Ibu mengatakan akan beristirahat yang cukup dan mengurangi pekerjaan yang terlalu berat
7. Ibu sudah mengetahui dan berjanji akan rutin mengecek gula darah
8. Ibu sudah diberikan terapi
9. Ibu mengatakan akan melakukan kunjungan ulang 2 minggu lagi yaitu pada tanggal 30 juli 2016
10. Sudah dilakukan pendokumentasian

Вам также может понравиться