Вы находитесь на странице: 1из 13

Artikel Pajak

A. Pengertian pajak dan landasan pajak

Pajak adalah iyuran wajib yang dipungut oleh pemerintah dari masyarakat (wajib pajak)
untuk menutupi pengeluaran rutin negara dan biaya pembangunan tanpa balas jasa yang
dapat ditunjuk secara langsung.

Pengetian pajak menurut bebetapa ahli :

1. Prof Dr Adriani

pajak adalah iuran kepada negara yang dapat dipaksakan, yang terutang oleh wajibpajak
membayarnya menurut peraturan derngan tidak mendapat imbalan kembali yang dapat
ditunjuk secara langsung.

1. Prof. DR. Rachmat Sumitro,SH

pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara (peralihan kekayaan dari kas rakyat ke sector
pemerintah berdasarkan undang-undang)(dapat dipaksakan dengan tiada mendapat jasa
timbal (tegen prestasi)yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membiayai
pengeluaran umum.

Lima unsur pokok dalam defenisi pajak

 Iuran / pungutan
 Pajak dipungut berdasarkan undang-undang
 Pajak dapat dipaksakan
 Tidak menerima kontra prestasi
 Untuk membiayai pengeluaran umun pemerintah

Karakteristik pokok dari pajak adalah: pemunngutanya harus berdasarkan undang-


undang. diperlukan perumusan macam pajak dan berat ringannya tariff pajak itu, untuk
itulah masyarakat ikut didalam menetapkan rumusannya.

Ketentuan mengenai penghasilan tidak kena pajak (PTKP)

1. untuk wajib pajak pertahun PTKP adalah Rp. 2.880.000;


2. untuk istri dan suami Rp. 1.440.000;
3. tambahan untu8k seorang istri Rp. 2.880.000; diberikan sapabila ada penghasilan
istri yang digabungkan dengan penghasilan suami dalam hal istri.
4. Rp. 1.440.000;tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah ,misalnya
(ayah,ibu atau anak kandung atau semenda) dalam garis keturunan lurus sertaanak
angkat yang menjadi tanggungan sepenuhnya paling banyak tiga orang untuk
ssetiap keluarga.
Enam undang-undang hasil tax reform tahun 2000

1. UU RI NO 16 tentang prubahan kedua atas uu no. 6 thn 1983 yaitu tentang


ketentuan umum dan tata cara perpajakan
2. UU RI NO 17 tahun 2000 tentang perubahan kedua atas uu no 7 thn 1983 tentang
pajak penghasilan
3. UU RI NO 18 tahun 2000 tentang perubahan kedua atas uu no 8 thn 1983 tentang
pajak pertambahan nilai barang dan jasa dan pajak penjualan atas barang mewah
4. UU RI NO 19 tahun 2000 tentang perubahan atas uu no 19 thn 1997 tentang
penghasilan pajak dengan surat paksa
5. UU RI NO 20 tahun 2000 tentang perubahan uu no 21 thn 1997 tentang peralihan
hak atas tanah dan bangunan . kelima uu ini diundangkan pada tanggal 2 agustus
2000 dan berlaku sejak 1 januari 2001
6. UU RI NO 34 tahun 2000 tentangperubahan atas undang-undang no 18 thn 1997
tentang pajak daerah dan retribusi daerah. Undang-undng ini diundangkan pada
tanggal 20 Desember 2000 dan berlaku saat diundangkan.

Satu undang-undang hasil tax reform tahun 1985

1. UU RI NO 17tahun 1985 tentang bea dan material

Satu undang undang hasil tax reform tahun 1994

1. UU RI NO 17 thun 1994 tentang perubahan atas uu no 12 thn 1985 tentang pajak


bumi dan bangunan

Satu undang-undang hasil tax reform thn 2002

1. UU RI NO 14 tahun 2002 tentang pengadiloan pajak sebagai penhganti uu no 17


thn 1997 tentang badan penyelesaian sengketa pajak .

Pasal 79 mencantumkan sunber pendapatan daerah terdiri dari:

1. PAD (pendapatan asli daerah )

· Hasil pajak daerah

· Hasil retribusi daerah

· Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan

· Dan lain-lain penghasilan daerah yang sah

1. dana perimbangan
2. pinjaman daerah
Pasal 80 ayat 1

Dana perimbangan sebagaimana dimaksut dalam pasal 79 terdiri atas

 bagian daerah dari penerimaan PBB, biaya perolehan hak atas tanah dan
bangunan dan penerimaan atas sda
 dana alokasi umum
 dana alokasi khusus

Ayat 2

Bagian dari PBB sector pedesaan perkotaan serta perkebunan serta biaya perolehan hak
atas tanah dan bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diterima langsung oleh
daeerah penghasil.

Ayat3

Bagian daerah dari sector pertambangan dan kehutanan dan penerimaan SDA
sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diterima oleh daerah penghasil dan daerah linnya
untuk pemerataan sesuai dengan undang-undang

Ayat 4

Ketentuan lebih lanjut sebagaimana dimaksu pada ayat 1,2 dan 3 ditetapkan undang
undang.

Berdasarkan UU NO 34 THN 2000 tentang perubahan atas uu no 18b thn 1997 tentang
pajak daerah dan retribusi daerah maka jenis pajak untuk profinsi kabupaten, kota adalah
sebagai berikut:

1) Jenis pajak propinsi terdiri dari:

· Pajak kendraan bermotor dengan kendraan atas air, bbn kendraan bermotor dan
atas air

· Pajak bahan bakar kendraan bermotor

· Pajak pengeambilan dan pemanfaatan air bawh tanah dan permukaan

2) Jenis pajak kabupaten kota

· Pajak hotel, restoran, hiburan , pajak reklame, pajak penerangan jalan , pajak
pengambilan bahan galian golongan c , pajak parkir

Untuk lebih mendalami mata kuliah perpajakan secara garis besar kita harus mengetahui:
· Siapa yang dikenakan pajak( subjek pajak)

· Apa yang dikenakan pajak ( objek pajak)

· Berapa pajaknya (tariff pajak)

· Bagaimana melaksanakan hukum pajak?

Cara melaksanakan hukum pajak diantaranya sebagai barikut:

1. Pajak dapat dipaksakan

Undang-undang memberikan wewenang kepada fiskus untuk memaksa wp untuk


mematuhi dan melaksanakan kewajiban pajaknya. Sebab undang undang menurut sanksi-
sanksi pidana fiscal (pajak) sanksi administrative yang kususnya diatur oleh undang-
undang no 19 tahun 2000 termasuk wewenang dari perpajakan untuk mengadsakan
penyitaan terhadap harta bergerak/ tetap wajib pajak.

Dalam hokum pajak Indonesia dikenal lembaga sandera atau girling yaitu wajib pajak
yang pada dasarnya mampu membayar pajak namun selalu menghindari pembayaran
pajak dengan berbagai dalih, maka fiskus dapat menyandera wp dengan memasukkannya
kedalam penjara.

1. Pajak tidak menerima kontra prestasi

Ciri kas pajak dibandiong dengan jenis pungutan lainnya adalah wajib pajak (tax payer )
tidak menerima jasa timbal yang dapat ditunjuk secara langsung dari pemerintah namun
perlu dipahami bahwa sebenarnya subjek pajak ada menerima jasa timbal tetapi diterima
secara kolektif bersama dengan masyarakat lainnya.

1. Untuk membiayai biaya umum pemerintah

Pajak yang dipungut tidak pernah ditujukan untuk biaya khusus . dipandang dari segi
hokum maka pajak akan terutang apabila memenuhi syarat subjektif dan syaratobjektif .

Syarat objektif : ,yang berhubungan dengan objek pajak misalnmya adanya penghasilan
atau penyeerahan barang kena pajak . syarat subjektif adlah syarat yang berhubungan
dengan subjek pajak , apakah orang pribadi atau badan.

Struktur pajak di Indonesia berdasarkan urian diatas adalah sebagai berikut:

1. pajak penghasilan (PPh)


2. pajak pertambahan nilaio barang dan jasa dan penjualan atas baeang mewah
3. pajak bumi dan bangunan
4. pajak daerah dan retribbusi daerah
5. bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (BPHTB)
6. bea materai

Untuk mewujudkan pajak-pajak tersebut menjadi kenyataan, terdapat hokum pajak


formal yaitu UU RI NO 16 thn 2000 tentang perubahan kedua dari uu no 6 1983 tentang
ketentuan umum dan tata cara perpajakan.

Bagi wajib pajak yang menghindari pajak uu no 19 thn 2000 tentang penagihan pajak dan
surat paksa.

Bagi wajib pajak yang banding berdasarkan uu no 17 thn 1997 tentang badan
penyelesaian sengketa pajak BPSP tyelah disebutkan diatas telah diubah dan diganti
dengan uu no 14 thn 2002 tentang penaagihan pajak

B. Fungsi pajak

1. Fungsi budgetair

Fungsi budgeteir merupakan fungsi utama pajak dan fungsi fiscal yaitu suatu fungsi
dimana pajak dipergunakan sebagai alat untuk memasukkan dana secara optimal ke kas
negara berdasarkan undang-undang perepajakan yang berlaku “segala pajak untuk
keperkuan negara berdasarkan undang-undang.

Yang dimaksud dengan memasukkan kas secara optimal adalah sebagi berikut:

· jangan sampai ada wajib pajak/subjek pajak yang tidak membayar kewajiban
pajaknya.

· Jangan sampai wajib pajak tidak melaporkan objek pajak kepada fiskus

· Jangan sampai ada objek pajak dai pengamatan dan perhitungan fiskkus yang
terlepas

Dengan demikian maka optimalisasi pemasukan dana ke kas negara tercipta atas usaha
wajib pajak dan fiskus.

System pemungutan pajak suatu negara menganut dua system :

1. Self assessment system; menghitung pajak sendiri


2. official assessment system ;menghitung pajak adalah pihak fiscus.

Factor yang turut mempengaruhi optimalisasi pemasukan dana kekas negara adalah:

1) filsafat negara

Negara yang berideologi yang berorientasi kepada kesejahtraan rakyat banyak akan
mendapat dukungan dari rakyatnya dalam hal pembayaran pajak. Untuk itu rakyat diikut
sertakan dalam menentukanberat rinngannya pajak melalui penetapan undang-undang
perpajakan oleh DPR sebaliknya dinegara yang berorientasi kepada kepenmtingan
penguasa sangat sulit untuk mengharapkan partisipasi masyarakat untuk kewajiban
pajaknya.

1. Kejelasan undang-undang dan peraturan perpajakan

Yang jelas mudah dan sederhana serta pasti akan menimbulkan penafsiran yang baik
dipihak fiscus maupun dipihak wajib pajak

1. Tingkat pendidikan penduduk / wajib pajak

Secara umum dapat dikatakan bahwa semakin tinggi pendidikan wajib pajak maka makin
mudah bagi mereka untuk memahami peraturan perpajakan termasuk memahami sanksi
administrasi dan sanksi pidana fiscal.

1. Kualitas dan kuantitas petugas pajak setempat

Sangat menentukan efektifitas uu dan peraturan perpajakan . fiscus yang professional


akan akan berusaha secara konsisten untuk menggali objek pajak yang menurut ketentuan
pajak harus dikenakan pajak.

1. Strategi yang diterapkan organisasi yang mengadministrasikan pajak di Indonesia,


unit-unit untuk ini adalah:

· Kantor pelayanan pajak

· kantor pemeriksaan dan penyelidikan pajak yanmg dilakukan dirjen pajak

Perwujudan fungsi budgetair dalam kehidupan kenegaraan dapat terlihat dalam APBN
yang setiap tyahun disahkan dengan undang-undang. Penerimaan negara selalu
meningkat dari tahun ketahun khususnya setelah reformasi uu perpajakan thn 1983/1984.

1. Fungsi regulerend

Atau fungsi mengatur dan sebagainya juga fungsi pajak dipergunakan oleh pemerintah
sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu , dan sebagainya sebagai fungsi tambahan
karena fungsi ini hanya sebagai pelengkap dari fungsi utama pajak. Untuk mencapai
tujuan tersebut maka pajak dipakai sebagai alat kebijakan, mis : pajak atas minuman
keras ditinggikan untuk mengurangi konsumsi fasilitas perpajakan sehingga perwujudan
dari pajak regulerend yang terdapat dalam UU No I tahun 1967 tentang penanaman
modal asing. Contoh:

a) Bea materai modal

b) Bea masuk dan pajak penjualan


c) Bea balik nama

d) Pajak perseroan

e) Pajak devident

C. Yusdifikasi Pajak Dan Prinsip Pemungutan Pajak

Dalam hal ini akan dikemukakan asas-asas pemungutan pajak dan alas an-alasan yang
menjdi dasar pembenaran pemungutan pajak oleh fiskus negara, sehingga fiskus negara
merasa punya wewenang untuk memungut pajak dari penduduknya.

Teori asas pemungutan pajak:

a) Teori ansuransi

Negara berhak memungut pajak dari penduduk karena menurut teori ini negara
melindungi semua rakyat dan rakyat membayar premi pada negara.

b) Teori kepentingan

Bahwa negara berhak memungut pajak karena penduduk negara tersebut mempunyai
kepentingan pada negara, makin besar kepentingan penduduk kepada negara maka makin
besar pula pajak yang harus dibayarnya kepada negara.

c) Teori bakti

Mengajarkan bahwa pwnduduk adalah bagian dari suatu negara oleh karena itu penduduk
terikat pada negara dan wajib membayar pajak pada negara dalam arti berbakti pada
negara.

d) Teori gaya pikul

Teori ini megusulkan supaya didalam hal pemungutan pajak pemerintah memperhatikan
gaya pikul wajib pajak.

e) Teori gaya beli

Menurut teori ini yustifikasi pemungutan pajak terletak pada akibat pemungutan pajak.
Misalnya tersedianya dana yang cukup untuk mrmbiayai pengeluaran umum negara,
karena akibat baik dari perhatian negara pada masyarakat maka pemuingutan pajak
adalah juga baik.

f) Teori pembangunan
Untuk Indonesia yustifikasi pemungutan pajak yang paling tepat adalah pembangunan
dalam arti masyarakat yang adil dan makmur

Disamping itu terdapat juga asas-asas pemungutan pejak seperti:

 Asas yuridis yang mengemukakan supaya pemungutan pajak didasarkan pada


undang-undang
 Asas ekonomis yang menekankan supaya pemungutan pajak jangan sampai
menghalangi produksi dan perekonomian rakyat
 Asas finansial menekankan supaya pengeluaran-pengeluaran untuk memungut
pajak harus lebih rendah dari jumlah pajak yang dipungut.

Prisip-prinsip pemungutan pajak:

Menurut Era Saligman ada empat Prisip pemungutan pajak:

 Prisip fiscal
 Prinsip Administrative

 Prinsip ekonomi
 Prinsip Etika

D. Hukum Pajak

Adalah: Keseluruhan dari peraturan-peraturan yang meliputi wewenang pemerinth untuk


mengambil kekayaan seseorang dan menyerahkannya kembali kepada masyarakat
melalui kas negara. Sehingga hukum pajak tersebut merupakan hukum publik yang
mengatur hubungan negara dan orang-orang atau badan-badan hukum yang berkewajiban
membayar pajak.

Hukum pajak dibedakan atas:

1. Hukum pajak material

Yaitu: memuat ketentuan-ketentuan tentang siapa yang dikenakan pajak dan siapa-siapa
yang dikecualikan dengan pajak dan berapa harus dibayar.

1. Hukum pajak formal

Yaitu: memuat ketentuan-ketentuan bagaiman mewujudkan hukum pajak material


menjadi kenyataan.

Kutipan beberapa definisi Pajak dari para pakar. Prof. Erwin R.A. Seligman dalam buku
Esay in Taxation yang diterbitkan di Amerika menyatakan: “Tax is compulsory
Contribution from the person, to Government to depray the expenses incurred in the
common interest of all, without reference to special benefit conperred” Secara garis besar
terlihat adanya kontribusi seseorang yang ditujukan kepada Negara tanpa adanya manfaat
yang ditujukan khusus pada seseorang, bagaimanapun pajak itu ditujukan manfaatnya
kepada masyarakat.

Mr. Dr. N.J. Feldmann dalam bukunya De over heidsmiddelen Van Indonesia
(terjemahan): Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada
pengusaha (menurut norma-norma yang ditetapkan secara umum), tanpa adanya kontra
prestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umum.

Menurut Nurmatu (2003) Pajak memiliki dua fungsi yaitu fungsi penerimaan (budgeter)
dan fungsi mengatur (regular). Fungsi budgeter merupakan fungsi pajak sebagai sumber
dana yang diperuntukan bagi pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah. Contoh:
dimasukannya pajak dalam APBN sebagai penerimaan dalam negeri. Sedangkan fungsi
regular merupakan fungsi pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan
kebijakan pemerintah di bidang ekonomi dan social. Sebagai contoh yaitu dikenakan
pajak yang lebih tinggi terhadap minuman keras sehingga konsumsi minuman keras dapat
ditekan.

Ciri yang melekat pada pengertian pajak adalah sebagai berikut:

1. Pajak dipungut berdasarkan Undang-undang serta aturan pelaksanaannya yang


sifatnya dapat dipaksakan

2. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukan adanya kontraprestasi individual


oleh masyarakat

3. Pajak dipungut oleh Negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah

4. Pajak diperuntukan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang bila dari


pemasukannya masih terdapat surplus, dipergunakan untuk membiayai public investment.

5. Pajak dapat pula pula mempunyai tujuan selain budgeter, yaitu mengatur.

6. Retribusi

7. Sumbangan

E. Perbedaan Pajak Dan Jenis Pungutan Lainnya Pebedaan Hukum Pajak


Materiil Dan Hukum Pajak Formal

Hukum pajak mengatur hubungan antara pemerintah (fiskus) selaku pemungut pajak
dengan Wajib Pajak. Apabila memperhatikan materinya Hukum Pajak diedakan menjadi:

1. Hukum Pajak Materiil


Memuat norma-norma yang menerangkan keadaan, perbuatan , peristiwa hukum yang
dikenakan pajak (objek-objek), siapa yang dikenakan pajak (subjek), berapa besar pajak
yang dikenakan, segala sesuatu tentang timbul dan hapusnya utang pajak, dan hubungan
hokum antara pemerintah dan wajib pajak sebagai contoh : Undang-undang penghasilan

1. Hukum Pajak Formal

Memuat bentuk/ tata cara untuk mewujudkan hokum materiil menjadi kenyataan, hokum
pajak formal ini memuat antara lain

1. Tatacara penetapan utang pajak.


2. Hak-hak fiskus untuk mengawasi wajib pajak mengenai keadaan, perbuatan, dan
peristiwa yang menimbulkan utang pajak.
3. Kewajiban Wajib Pajak sebagai contoh menyelenggarakan pembukuan /
pencatatan dan hak-hak wajob pajak mengajukan keberatan dan banding.

Contoh : Undang-undang No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tatacara
Perpajakan.

F. Pembagian Pajak Menurut Golongan, Sifat, Dan Pemungutannya

1. Menurut Golongan

a. Pajak Langsung

Pajak yang pembebanannya tidak dapat dilimpahkan pihak lain, tetapi harus menjadi
beban langsung Wajib Pajak yang bersangkutan. Sebagai contoh Pajak Penghasilan.

b. Pajak Tidak Langsung

Pajak yang pembebannya dapat dilimpahkan ke pihak lain. Sebagai contoh Pajak
Pertambahan Nilai (PPN)

1. Menurut Sifat

a. Pajak Subjektif

Pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya yang selanjutnya dicari syarat
objektifnya, dalam arti memperhatikan keadaan wajib pajak.

Contoh : Pajak Penghasilan

b. Pajak Objektif

Pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada objeknya, tanpa memperhatikan keadaan
diri Wajib Pajak.
Contoh: PPN dan PPn BM.

1. Menurut Pungutan

a. Pajak Pusat

Pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah
tangga Negara.

Contoh: Pajak Penghasilan (PPh), Pajak pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan
atas Barang Mewah (PPn BM) Pajak Bumi dan Bangunan, dan Bea Materai.

b. Pajak Daerah

Pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk membiayai rumah
tangga daerah.

Contoh: Pajak reklame, dan pajak hiburan.

G. Perbedaan Antara Penghindaran Pajak (Tax Avoidance), Penyelendupan


Pajak (Tax Evasion) Dan Penghematan Pajak (Tax Saving)

Suatu perencanaan pajak atau disebut juga sebagai perbuatan penghindaran pajak yang
sukses, haruslah dibedakan secara jelas dengan perbuatan penyelundupan pajak.
Pembahasan mengenai penghindaran pajak dan penyelundupan pajak telah banyak
dilakukan dalam beberapa literature, namun hingga saat ini tidak ada satu pun yang
memberikan indikasi dan rincian yang tegas tentang perbedaan dimaksud.

Semua ahli sependapat bahwa sesungguhnya antara penghindara pajak dan


penyelundupan pajak terdapat perbedaan yang fundamental, akan tetapi kemudian
ternyata bahwa perbedaan tersebut menjadi kabur, baik secara teori maupun aplikasinya.
Secara konseptual. Justru dalam menentukan perbedaan antara penghindaran pajak dan
penyelundupan pajak. Kesulitanya terletak pada penentuan perbedaanya, akan tetapi
berdasarkan konsep perundang-undangan, garis pemisahnya antar melanggar undang-
undang (unlawful) dan tidak melanggar undang-undang (lawful).

Penghindaran pajak yang juga disebut tax planning, adalah proses pengendalian tindakan
agar terhindar dari konsekwensi pengenaan pajak yang tidak dikehendaki. Penghindaran
pajak adalah suatu tindakan yang benar-benar legal. Seperti halnya suatu pengadilan
yang tidak enghukum seseorang karena perbuatannya tidak melanggar hokum atau tidak
termasuk dalam kategori pelanggaran atau kejahatan, begitu pula mengenai pajak yang
tidak dipajaki, apabila tidak ada tindakan tindakan/transaksi yang dapat dipajaki. Dalam
hal ini sama sekali tidak ada suatu pelanggaran hokum yang dilakukan dan malahan
sebaliknya diperoleh penghematan (tax saving) dengan cara mengatur tindakan yang
menghindarkan aplikasi pengenaan pajak melalui pengendalian fakta-fakta sedemikian
rupa, sehingga terhindar dari pengenaan pajak yang lebih besar atau sama sekali tidak
kena pajak.

Walaupun pada dasarnya antar penghindaran pajak dan penyelundupan pajak mempunyai
sasaran yang sama, yaitu mengurangi beban pajak, akan tetapi cara penyelundupan pajak
jelas-jelas merupakan illegal dalam usaha mengurangi beban pajak tersebut. Beberapa
definisi tentang penghindaran pajak dan penyelundupan pajak sebagaimana dibawah ini:

1. Menurut Harry Graham Balter

Penyelundupan pajak mengandung arti sebagai usaha yang dilakukan oleh wajib pajak
apakah berhasil atau tidak untuk mengurangi atau sama sekali menghapus hutang pajak
yang berdasarkan ketentuan yang berlaku sebagai pelanggaran terhadap perundang-
undangan perpajakan, sedangkan Penghindaran pajak merupakan usaha yang sama,
yang tidak melanggar ketentuan perundang-undangan perpajakan.

1. Menurut Ernest R mortenson

Penyelundupan pajak adalah usaha yang tidak dapat dibenarkan berkenaan dengan
kegiatan wajib pajak untuk lari atau menghindarkan diri dari pengenaan pajak, sedang

Penghindaran pajak berkenaan dengan pengaturan suatu peristiwa sedemikian rupa untuk
meminimkan atau menghilangkan beban pajak dengan memperhatikan ada atau tidaknya
akibat-akibat pajak yang ditimbulkan. Oleh karena itu penghindaran pajak tidak
merupakan pelanggaran atas perundang-undangan perpajakan atau secara etik tidak
dianggap salah dalam rangka usaha wajib pajak untuk mengurangi, menghindari,
meminimkan atau meringankan beban pajak dengan cara yang memungkinkan oleh
perundang-undangan pajak

1. Menurut Robert H. Anderson

Penyelundupan pajak adalah penyelundupan pajak yang melanggar undang-undang pajak,


sedangkan

Penghindaran pajak adalah cara mengurangi pajak yang masih dalam batas ketentuan
perundang-undangan perpajakan dan dapat dibenarkan, terutama perencanaan pajak.

Selanjutnya dikemukakan bahwa suatu hal yang wajar apabila seseorang wajib pajak
membayar pajaknya tidak melebihi apa yang menjadi kewajibannya sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku dengan mengingat asumsi yang
dbuat pada waktu merencankan undang-undang pajak tersebut bahwa wajib pajak akan
melaporkan semua penghasilannya dengan benar dan mengklaim semua potongan-
potongan yang diperkenankan oleh undang-undang perpajakan, sehingga secara moral
pun tianggap tidak salah, apabila pengurangan beban pajak melalui penghindaran pajak
tersebut dianggap masih dalam batas ketentuan perundang-undangan perpajakan yang
berlaku.
https://widiatriyulyanti.wordpress.com/2014/12/29/artikel-pajak/

RISKA TRIA KUSUMAWATI


020313441
TUGAS 1 HUKUM PAJAK
UPBJJ POKJAR KL

Вам также может понравиться