Вы находитесь на странице: 1из 26

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian

ISK adalah infeksi akibat berkembang biaknya mikroorganisme dedalam

saluran kemih, yang dalam keadaan normal air kemih tidak mengandung bakteri,

virus, mikroorganisme lain. (Nanda Nic- Noc, 2012).

ISK adalah invasi mikroorganisme pada salah satu atau beberapa bagian

saluran kemih. (Adhie Djohan Utama, 2006).

Infeksi Saluran Kemih (ISK) atau Urinarius Tractus Infection (UTI)

adalah suatu keadaan adanya infasi mikroorganisme pada saluran kemih. (Agus

Tessy, 2001 hal. 112).

Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu keadaan adanya infeksi bakteri

pada saluran kemih. (Enggram, Barbara, 1998).

2.2 Jenis Infeksi Saluran Kemih

Menurut M. Clevo Rendy dan Margareth TH ( 2012, hal 220), jenis

infeksi kandung kemih dapat diklasifikasikan:

Berdasarkan letak peradangan yaitu :

1. Kandung kemih (sistitis)

Sistitis (inflamasi kandung kemih) yang paling sering disebabkan oleh

menyebarnya infeksi dari uretra. Hal ini dapat disebabkan oleh aliran balik urin

dari uretra kedalam kandung kemih (refluks urtovesikal), kontaminasi fekal,

pemakaian kateter atau sistoskop.

2. Uretra (uretritis)

4
5

Uretritis adalah suatu infeksi yang menyebar naik yang di golongkan sebagai

gonoreal atau non gonoreal. Uretritis gonoreal disebabkan oleh niesseria

gonorhoeae dan ditularkan melalui kontak seksual. Uretritis non gonoreal adalah

uretritis yang tidak berhubungan dengan niesseria gonorhoeae biasanya

disebabkan oleh klamidia frakomatik atau urea plasma urelytikum.

3. Prostat (prostatitis)

4. Ginjal (pielonefritis)

Pielonefritis infeksi traktus urinarius atas merupakan infeksi bakteri pada

ginjal,tubulus dan jaringan intertisial dari salah satu atau kedua ginjal.

Infeksi saluran kemih pada usia lanjut dibedakan menjadi :

1. Infeksi Saluran Kemih Uncomplicated ( Simple )

Infeksi saluran kemih sederhana yang terjadi pada penderita dengan

saluran kencing baik, anatomik maupun fungsional normal. Infeksi saluran

kemih ini pada usia lanjut terutama mengenai penderita wanita dan infeksi hanya

mengenai mukosa superficial kandung kemih.

2. Infeksi Saluran Kemih Complicated

Sering menimbulkan banyak masalah karena sering kali kuman penyebab

sulit diberantas , kuman penyebab sering resisten terhadap beberapa macam

antibiotika , sering terjadi bakterimia, sepsis dan shock. Infeksi saluran kemih ini

terjadi bila terdapat keadaan-keadaan sebagai berikut :

Kelainan abnormal saluran kencing, misalnya batu, reflex vesiko uretral

obstruksi, atoni kandung kemih, paraplegia, kateter kandung kemih menetap

dan prostatitis.

Kelainan faal ginjal : gagal ginjal akut maupun gagal ginjal kronik.
6

Gangguan daya tahan tubuh.

Infeksi yang disebabkan karena organisme virulen seperti prosteus yang

memproduksi urease.

2.3 Etiologi

1. Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara lain:

a. Escherichia Coli: 90 % penyebab ISK uncomplicated (simple)

b. Pseudomonas, Proteus, Klebsiella : penyebab ISK complicated

c. Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci, dan-lain-

lain.

2. Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain:

a. Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat

pengosongan kandung kemih yang kurang efektif

b. Mobilitas menurun

c. Nutrisi yang sering kurang baik

d. Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral

e. Adanya hambatan pada aliran urin

f. Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat

2.4 Anatomi Fisiologi Telinga

1. Ginjal

Ginjal merupakan salah satu organ utama dari sistem urinaria.

Posisnya ada di daerah pinggang di bawah tulang rusuk. Memiliki bentuk

seperti biji kacang merah, ginjal terdapat 2 buah di kanan dan kiri tubuh

manusia. ginjal kiri akan lebih besar daripada ginjal sebelah kanan. Ginjal
7

pada orang dewasa memiliki berat kurang lebih 200 gram. Ukuran ginjal

pada laki-laki biasanya juga lebih panjang daripada wanita.

Ginjal memiliki fungsi untuk menyaring darah dari zat-zat sisa

metabolisme yang tidak lagi dibutuhkan. Selain itu, ginjal juga berperan

dalam mengatur keseimbangan kadar air dan garam dalam tubuh manusia.

Juga berperan dalam mengatur tekanan darah dan juga memicu produksi

sel darah merah. Sedangkan anatomi saluran kemih dari organ ginjal

antara lain berisi nefron.

Nefron adalah unit terkecil dari ginjal yang berisi vaskuler dan

tubuler. Bagian vaskuler berisi pembuluh darah atau yang lebih dikenal

sebagai glomelurus dan kapiler peritubuler. Sedangkan pada bagian

tubuler terdapat kapsula bowman dan sejumlah tubulus lainnya.

Kesemuanya bekerja sama dalam menyaring darah sehingga menciptakan

urine sekunder maupun urine primer. Jika bagian glomelurus terkena

gangguan, itulah yang dinamakan dengan Glomerulonephiritis.

2. Ureter

Bagian anatomi saluran kemih selain ginjal adalah ureter. Ureter

ini sendiri adalah sebuah saluran yang menghubungkan ginjal ke kandung

kemih. Saluran ini terdiri dari 2 saluran. Panjangnya hanya kurang lebih 25

sampai 30 cm saja dengan penampang sebesar 0,5 cm saja. Ureter ini

terdiri dari lapisan dinding luar jaringan ikat, lapisan tengah otot polos,

dan lapisan dalam lapisan mukosa.


8

Lapisan dinding ureter akan menciptakan gerakan peristaltik setiap

5 menit sekali. Gerakan inilah yang akan mendorong urine masuk ke

dalam kandung kemih. Gerakan ini mendorong urine dan akan

menyemprotkan cairan. Posisi ureter sendiri hampir vertikal. Jika

ada Penyakit Infeksi Saluran Kemih bagian atas, maka bisa jadi bagian

ureter ini juga terpengaruh.

3. Kandung Kemih

Kandung kemih disebut juga sebagai Vesikula Urania. Organ ini

juga merupakan salah satu bagian dari anatomi saluran kemih yang berada

di dalam rongga panggul. Kandung kemih bentuknya hampir kerucut.

Kandung kemih dikelilingi dengan otot yang kuat dan bisa mengembang

juga mengempis mengikuti jumlah urine di dalamnya. Bagian dari

kandung kemih antara lain:

 Fundus, yang merupakan bagian kandung kemih yang menghadap

belakang dan bawah. Bagian ini diisi oleh jaringan ikat.

 Korpus, yang merupakan bagian di antara fundus dan juga verteks.

 Verteks, yang merupakan bagian yang menghadap ke depan dan

berhubungan dengan ligamentum vesika umbilikalis.

Di kandung kemih inilah urine akan tersimpan sebelum dibuang. Di sini

juga ada proses miksi, atau rangsangan berkemih. Ketika urine sudah

mengisi kurang lebih 250 cc, maka proses miksi akan terjadi. Proses
9

inilah yang menyebabkan seseorang bisa memiliki rasa ingin buang air

kecil.

4. Uretra

Bagian lain dari anatomi saluran kemih adalah uretra. Uretra

adalah sebuah saluran sempit yang menghubungkan kandung kemih

dengan ruang luar. Di saluran inilah urine akan berjalan untuk dibuang.

Uretra laki-laki berkelok-kelok, sedangkan uretra pada wanita sedikit

miring.

Uretra pada laki-laki terdiri atas lapisan mukosa dan submukosa,

dan terbagi atas tiga bagian, yaitu uretra prostaria, uretra membranosa, dan

uretra kavernosa. Sedangkan panjangnya tentu lebih panjang dari uretra

wanita. Sedangkan uretra wanita terdiri dari lapisan tunika muskularis,

lapisan spongeosa, dan juga lapisan mukosa. Panjang uretra pada wanita

sangat pendek, yaitu hanya 3 sampai 4 cm saja.

2.5 PATOFISIOLOGI

Infeksi saluran kemih bagian bawah paling banyak disebabkan oleh

mikroorganisme terutama bakteri gram negatif yaitu Escherichia Coli yang

mencapai kurang lebih 90 persen kejadian, disertai dengan pseudomonas,

enterobakter, Bakteri gram positif : streptococcus, S. Saprofit. Secara normal

mikroorganisme tersebut terdapat pada saluran intestinal, tetapi bila terjadi infeksi

pada saluran intestinal maka terjadi respon tubuh terhadap infeksi sehingga timbul

demam, anoreksia, mual, muntah, menggigil, diare. Apalagi jarak anatomi


10

intestinal dan vesika urinaria yang dekat sehingga memudahkan mikroorganisme

masuk melalui urethra secara asenden. Masuknya mikroorganisme ini dapat

disebabkan karena hubungan sex yang terlalu berlebihan, yang biasanya banyak

terjadi pada wanita muda, dimana jarak antara vagina dan vesika urinaria dekat

sehingga dapat membawa kuman ke vesika urinaria melalui sperma, sperma dapat

membuat pH vagina menjadi meningkat hingga tidak dapat membunuh kuman

yang masuk pada vesika urinaria. Apalagi bila setelah itu tidak mengosongkan

kandung kemih maka mikroorganisme akan berkolonisasi di dalam vesika

urinaria.

Pemasangan alat pada traktur urinarius misal ; penggunaan kateter dan

sistoscopy merupakan faktor utama terjadinya infeksi saluran kemih karena saat

membuka uretra kuman pada daerah uretra tersebut dapat masuk bersamaan

dengan alat yang dimasukkan dan penggunaan alat yang lama dapat menyebabkan

mikroorganisme berkembang dan berkolonisasi pada vesika urinaria dan

menyebar ke seluruh sistem urinarius. Intake minum yang kurang, menyebabkan

urine sedikit keluar, yang seharusnya jumlah urine normal untuk membawa sisa

metabolisme adalah 1400 – 1900 ml. Minum yang kurang menyebabkan bakteri

yang ada pada vesika urinaria tidak dapat di bawa keluar.

Pada penyakit DM kelebihan insulin di dalam tubuh sehingga urine

mengandung glukosa dan adanya gangguan aliran urine misal : Nefropati dan

Angiopati ( kelainan pembuluh darah ) di ginjal sehingga air kemih mengandung

glukosa yang lebih dari normal sehingga kuman menjadi lebih mudah

berkembang.
11

Hal-hal yang terjadi di atas dapat menimbulkan penyebaran

mikroorganisme ke seluruh saluran kemih sehingga dapat terjadi statis urine yang

menyebabkan infeksi sehingga timbul keluhan disuria, sering berkemih,

ketidaknyamanan suprapubik, urgency, peningkatan suhu. Urine statis ini

memungkinkan terjadinya Reflux ke ureter yang telah terkontaminasi dengan

urine ke pelvis ginjal.

Secara normal mikroorganisme yang masuk dapat di lawan oleh kandung

kemih karena adanya lapisan kandung kemih yang memproduksi sel mukus

dimana dapat memelihara integritas lapisan vesika urinaria, sehingga sterilitas dari

pada urine dapat cepat kembali, karena mekanisme pertahanan vesika urinaria

dapat selama fase inflamasi akan memasukkan mikroorganisme ke dalam proses

fagositosis pada mukosa (epitel) vesika urinaria dan urine, dimana secara normal

mekanisme pertahanan memiliki kerja anti bakteri (pada selaput lendir urethra).

Bila sudah terjadi obstruksi pada saluran kemih akan memudahkan

berkembangnya kuman menjadi media yang alkali dan ini dapat terjadi juga bila

saluran kemih terjadi kerusakan. Obstruksi ini menyebabkan urine yang keluar

sedikit-sedikit, pengosongan kandung kemih yang tidak tuntas, spasme kandung

kemih, warna urine yang keruh, low back pain dan dapat terjadi hematuri terutama

pada keadaan trauma urethra. ( M. Clevo Rendy, Margareth TH, 2012 hal 218).

2.6 Manifestasi Klinis

Umumnya 10 % penderita infeksi saluran kemih yang disebabkan oleh

bakteri yang mungkin dapat tidak menimbulkan gejala sehingga penderita tidak

menyadari adanya infeksi. Pada keadaan yang menimbulkan tanda dan gejala

biasanya :
12

1. Dysuria (rasa terbakar pada saat berkemih).

2. Frekuensi pengeluaran urine yang sedikit-sedikit dan sering.

3. Ketidakmampuan mengosongkan kandung kemih/pengosongan kandung

kemih yang tidak tuntas.

4. Nyeri suprapubik dan menyebar menjadi nyeri pinggang dan dapat terjadi

low back pain.

5. Spasme kandung kemih.

6. Warna urine yang keruh.

7. Hematuri pada keadaan lanjut.

8. Gangguan saluran intestinal : mual, muntah dan anoreksia.

Tanda dan gejala ISK pada bagian bawah (sistitis):

1. Nyeri yang sering dan rasa panas ketika berkemih

2. Spasame pada area kandung kemih dan suprapubis

3. Hematuria

4. Nyeri punggung dapat terjadi

Tanda dan gejala ISK bagian atas (pielonefritis)

1. Demam

2. Menggigil

3. Nyeri panggul dan pinggang

4. Nyeri ketika berkemih

5. Malaise

6. Pusing

7. Mual dan muntah


13

2.7 KOMPLIKASI

Komplikasi yang dapat terjadi pada infeksi saluran kemih ini adalah

karena adanya proses reflux atau mikroorganisme yang di dapat secara

asendens, yaitu menyebabkan :

1. Pyelonefritis

Infeksi yang naik dari ureter ke ginjal, tubulus reflux urethrovesikal dan

jaringan intestinal yang terjadi pada satu atau kedua ginjal.

2. Gagal Ginjal

Terjadi dalam waktu yang lama dan bila infeksi sering berulang atau tidak

diobati dengan tuntas sehingga menyebabkan kerusakan ginjal baik secara

akut dan kronik.

2.8 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan baik untuk penegakkan

diagnosa atau pengobatan antara lain adalah :

1. Laboratorium

a. Analisa urine : terdapat leukosit, eritrosit, crystal, pus, bakteri dan

pH meningkat.

b. Urine kultur :

Untuk menentukan jenis kuman atau penyebab infeksi

saluran kemih misalnya : streptococcus, E. Coli, dll

Untuk menentukan jenis antibiotik yang akan diberikan

c. Darah : terdapat peningkatan leukosit, ureum dan kreatinin.

2. Blass Nier Ophage – Intra Venous Pyelogram ( BNO – IVP )


14

a. Menunjukkan konfirmasi yang cepat tentang penyebab nyeri

abdominal, panggul.

b. Menunjukkan abnormalitas anatomi saluran perkemihan.

3. Cystoscopy : Mengetahui kerusakan dari serabut-serabut otot pada

kandung kemih.

2.9 Penatalaksanaan

Menurut M. Clevo Rendy dan Margareth TH (2012 : hal. 221), pengobatan

infeksi saluran kemih bertujuan untuk menghilangkan gejala dengan cepat,

membebaskan saluran kemih dari mikroorganisme dan mencegah infeksi

berulang, sehingga dapat menurunkan angka kecacatan serta angka kematian.

Tujuan tersebut dapat dicapai dengan dengan :

1. Perawatan dapat berupa :

a. Meningkatkan intake cairan 2 – 3 liter/hari bila tidak ada kontra

indikasi.

b. Perubahan pola hidup diantaranya :

Membersihkan perineum dari depan ke belakang

Pakaian dalam dari bahan katun

Menghindari kopi, alkohol

2. Obat-obatan

a. Antibiotik : Untuk menghilangkan bakteri.

Antibiotik jangka pendek dalam waktu 1 –2 minggu

Antibiotik jangka panjang ( baik dengan obat yang sama atau di

ganti ) dalam jangka waktu 3 – 4 minggu


15

Pengobatan profilaktik dengan dosis rendah satu kali sehari

sebelum tidur dalam waktu 3 – 6 bulan atau lebih ini merupakan

pengobatan lanjut bila ada komplikasi lebih lanjut.

b. Analgetik dan Anti spasmodik

Untuk mengurangi rasa nyeri yang dirasakan oleh penderita Obat

golongan Venozopyridine : Pyridium, untuk meredakan gejala iritasi

pada saluran kemih


16

2.10 Konsep Keperawatan

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

DENGAN INFEKSI SALURAN KEMIH

1. PENGKAJIAN

Tanggal/jam : Untuk mengetahui kapan mulai dilakukan pengkajian

pada klien

Tempat : Untuk mengetahui dimana dilakukan pengkajian

pada klien

Pengkaji : Untuk mengetahui nama pengkaji

A. Data Subyektif

1) Biodata

a. Nama : nama Klien untuk mengenal, memanggil, dan

menghindari terjadinya kekeliruan.

b. Umur : mengetahui usia Klien

c. Agama :ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan pengaruhnya

terhadap kebiasaan kesehatan pasien / klien. Dengan

diketahuinya agama pasien, akan memudahkan melakukan

pendekatan di dalam melaksanakan asuhan keperawatan.

d. Suku : untuk mengetahui dari suku mana Klien berasal dan

menentukan cara pendekatan serta pemberian asuhan.

e.Pendidikan : untuk mengetahui tingkat pengetahuan sebagai dasar

dalam memberikan asuhan.


17

f. Pekerjaan : untuk mengetahui bagaimana taraf hidup dan sosial

ekonomi klien

g. Alamat : untuk mengetahui tempat tinggal klien dan menilai

apakah lingkungan cukup aman bagi kesehatannya

2). Keluhan Utama

Merupakan riwayat kesehatan klien saat ini yang meliputi keluhan

pasien, biasanya jika klien mengalami ISK bagian bawah keluhan klien

biasanya berupa rasa sakit atau rasa panas di uretra sewaktu kencing

dengan air kemih sedikit- sedikit serta rasa sakit tidak enak di

suprapubik. Dan biasanya jika klien mengalami ISK bagian atas keluhan

klien biasanya sakit kepala, malaise, mual, muntah, demam, menggigil,

rasa tidak enak atau nyeri pinggang.

3). Riwayat kesehatan sekarang

Merupakan riwayat kesehatan klien saat ini yang meliputi keluhan

pasien, biasanya jika klien mengalami ISK bagian bawah keluhan klien

biasanya berupa rasa sakit atau rasa panas di uretra sewaktu kencing

dengan air kemih sedikit- sedikit serta rasa sakit tidak enak di

suprapubik. Dan biasanya jika klien mengalami ISK bagian atas

keluhan klien biasanya sakit kepala, malaise, mual, muntah, demam,

menggigil, rasa tidak enak atau nyeri pinggang.

4). Riwayat kesehatan dahulu


18

Pada pengkajian biasanya ditemukan kemungkinan penyebab

infeksi saluran kemih dan memberi petunjuk berapa lama infeksi sudah

di alami klien. Biasanya klien dengan ISK pada waktu dulu pernah

mengalami penyankit infeksi saluran kemih sebelumnya atau penyakit

ginjal polikistik atau batu saluran kemih, atau memiliki riwayat

penyakit DM dan pemakaian obat analgetik atau estrogen, atau pernah

di rawat di rumah sakit dengan dipasangkan kateter.

5). Riwayat kesehatan keluarga

Merupakan riwayat kesehatan keluarga yang biasanya dapat

meperburuk keadaan klien akibat adanya gen yang membawa penyakit

turunan seperti DM, hipertensi dll. ISK bukanlah penyakit turunan

karena penyakit ini lebih disebabkan dari anatomi reproduksi, higiene

seseorang dan gaya hidup seseorang, namun jika ada penyakit turunan

di curigai dapat memperburuk atau memperparah keadan klien.

6). Pola aktivitas sehari-hari

Yang perlu dikaji pada kegiatan sehari-hari adalah sebagai berikut :

a. Nutrisi dan cairan

Apakah ada perubahan dengan pola makan, frekuensi makan, apakah

intake dan output cairan seimbang, jenis makanan. Biasanya pada

sebagian klien infeksi saluran kemih mengalami anoreksia, mual dan

muntah.

b. Eliminasi
19

Meliputi frekuensi, warna, bau, konsistensinya serta kesulitan BAB

dan BAK, apakah ada perubahan selama sakit atau tidak

c. Istirahat dan Tidur

Meliputi kualitas dan kuantitas tidur, kebiasaan dan masalah yang

menggangu tidur, serta ada perubahan selama sakit atau tidak. Tidur

mungkin terganggu akibat nyeri yang dirasakan.

d. Aktivitas sehari-hari

Meliputi kegiatan sehari-hari yang biasanya dilakukan oleh pasien

sebelum dan saat sakit. Biasanya klien dengan infeksi saluran kemih

mengalami gangguan dalam beraktifitas karena nyeri yang

dirasakan.

e. Personal hygine

Meliputi frekuensi mandi, gosok gigi, keramas. Kemampuan klien

dalam melakukan ADL apakah ada perubahan selama sakit atau

tidak.

7). Data Psikologis

Biasanya klien dengan infeksi saluran kemih mengalami cemas dan takut

terhadap penyakitnya.

8). Data Sosial

Biasanya klien akan merasa harga diri rendah, minder, dan menjauh dari

lingkungan karena malu akibat bau busuk pada cairan yang keluar dari

telinganya. Keluarga berperan membantu klien dalam pemenuhan

kebutuhannya, memotivasi klien dan juga membantu aktivitas sosial

antara klien dengan keluarga dan lingkungan sekitar.


20

9). Data Spiritual

Pada umumnya kepercayaan klien tidak terganggu dalam menjalani

ibadahnya dan semakin mendekatkan diri pada Tuhan untuk kesembuhan

penyakitnya.

B. Data Obyektif

1. Pemeriksaan Umum

a. Keadaan umum.

 Pasien tampak lemah/cukup baik

 Kesadaran penderita kompos mentis, apatis, somnolens, sopor,

soporokoma dan coma

b. tanda-tanda Vital

 Tekanan darah, Pernapasan, Nadi, Temperatur

2. Pemerikasaan fisik

a. Kulit, rambut, dan kuku

 Inspeksi warna kulit, jaringan parut, lesi dan vaskularisasi

 Inspeksi dan palpasi kuku tentang warna, bentuk, dan catat adanya

abnormalitas

 Palasi kulit untuk mengetahui suhu, turgor, tekstur

(halus/kasar)edema, dan massa

b. Kepala:

 Inspeksi kesimetrisan muka, tengkorak, kulit kepala (lesi, massa)

 Palpasi dengan cara merotasi dengan lembut ujung jari ke bawah

dari tengah garis kepala ke samping. Untuk mengetahui adanya


21

bentuk kepala, pembengkakan, massa, dan nyeri tekan, kekuatan

akar rambut.

c. Mata

 Inspeksi kelopak mata, perhatikan bentuk dan kesimetrisannya

Inspeksi daerah orbital adanya edema, kemerahan, atau jaringan

lunak dibawah bidang orbital.

 Inspeksi konjungtiva dan sklera dengan menarik/ membuka

kelopak mata. Perhatikan warna, edema, dan lesi.

 Inspeksi kornea (kejernihan dan tekstur kornea) dengan berdiri

disamping klien dengan menggunakan sinar cahaya tidak langsung.

d. Hidung

 Inspeksi hidung eksterna dengan melihat bentuk, kesimetrisan,

adanya deformitas atau lesi, dan cairan yang keluar.

 Palpasi lembut batang dan jaringan lunak hudung adanya nyeri,

massa dan nyeri, massa dan penyipangan bentuk, serta palpasi

sinus-sinus hidung.

 Periksa patensi neres dengan meletakkan jari di depan lubang

hidung dan minta pasien bernapas melalui hidung. Bandingkan

antara neres kanan dan kiri, kaji kemampuan pasien membau

(nervus olfaktorius).

 Masukkan spekulum hidung dengan minta pasien mengangkat

kepala kebelakang. Dengan bantuan penlight amati warna, lesi,

cairan, massa, dan pembengkakan.

e. Telinga
22

 Inspeksi kesimetrisan dan letak telinga

 Inspeksi telinga luar, ukuran, bentuk, warna, dan adanya lesi.

 Palpasi kartilago telinga untuk mengetahui jaringan lunak. Tekan

tragus kedalam dan tulang telinga ke bawah daun telinga (bila

peradangan akan nyeri).

 Palpasi tulang telinga (prosesus mastoideus)

f. Mulut dan faring

 Inspeksi warna dan mukosa bibir, lesi, dan kelainan koninetal

 Melakukan pemeriksaan pembedaan rasa pada ujung lidah (nervus)

 Menguji sensasi faring (berkata ”ah”). (nervus vagus).

g. Leher

 Inspeksi bentuk leher, kesimetrisan, warna kulit, adanya

pembengkakakan, jaringan parut atau massa (muskulus

sternokleidomastoideus)

 Inspeksi gerakan leher ke kanan dan ke kiri (nervus aksesorius)

 Inspeksi kelenjar tiroid dengan minta pasien menelan dan amati

gerakan kelenjar tiroid pada takik suprasternal (normalnya tidak

dapat dilihat)

 Palpasi kelenjar limfe/kelenjar getah bening

 Palpasi kelenjar tiroid

h. Thorak

 Inspeksi kelainan bentuk thorak (barrel chest, pigeon chest, funnel

chest).

 Palpasi adanya krepitus pada kosta


23

 Khusus pasien wanita dilakukan pemeriksaan inspeksi payudara:

bentuk, ukuran.

i. Paru

 Inspeksi kesimetrisan paru

 Palpasi (taktil fremitus) dengan meminta pasien menebutkan angka

atau huruf yang bergetar (contoh 777). Bandingkan paru kanan dan

kiri.

 Perkusi dari puncak paru ke bawah (supraskapularis/3-4 jari dari

pundak sampai dengan torakal 10). Catat suara perkusi:

sonor/hipersonor/redup.

Auskultasi bunyi paru saat inspirasi dan akspirasi (vesikuler,

bronhovesikuler, bronchial, tracheal; suara abnormal: whezzing,

ronchi, krekles.

j. Jantung dan pembuluh darah

 Inspeksi titik impuls maksimal, denyutan apical.

 Palpasi area aorta pada interkosta ke-2 kanan, pulmonal pada

interkosta ke-2 kiri, dan pindah jari-jari ke interkosta 3, dan 4 kiri

daerah trikuspidalis, dan mitral pada interkosta 5 kiri.

 Perkusi untuk mengetahui batas jantung (atas-bawah, kanan-kiri).

 Auskultasi bunyi jantung I dan II pada 4 titik (tiap katup jantung),

dan adanya bunyi jantung tambahan.

 Periksa vaskularisasi perifer dengan meraba kekuatan denyut nadi.

k. Abdomen
24

 Inspeksi dari depan dan samping pasien (adanya pembesaran, datar,

cekung, kebersihan umbilikus)

 Auskultasi 4 kuadran (peristaltik usus diukur dalam 1 menit, bising

usus)

 Palpasi: epigastrium, lien, hepar, ginjal, dan suprapubik.

 Perkusi: 4 kuadran (timpani, hipertimpani, pekak)

 Melakukan pemeriksaan turgor kulit abdomen

l. Genitourinari

 Inspeksi anus (kebersihan, lesi,massa,perdarahan) dan lakukan

tindakan rectal touche (khusus laki-laki untuk mengetahui

pembesaran prostat).

 Inspeksi alat kelamin/genitalia wanita: kebersihan, lesi,massa,

keputihan, perdarahan, ciran, bau, pertumbuhan rambut.

m. Ekstremitas

 Inspeksi ekstremitas atas dan bawah: kesimetrisan, lesi, massa

 Palpasi: tonus otot, kekuatan otot

 Kaji sirkulasi: akral hangat/dingin, warna, capillary reffil time,

danedema

 Kaji kemampuan pergerakan sendi

3. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan baik untuk penegakkan

diagnosa atau pengobatan antara lain adalah :

1. Laboratorium
25

a. Analisa urine : terdapat leukosit, eritrosit, crystal, pus, bakteri

dan pH meningkat.

b. Urine kultur :

· Untuk menentukan jenis kuman atau penyebab infeksi

saluran kemih misalnya : streptococcus, E. Coli, dll

· Untuk menentukan jenis antibiotik yang akan diberikan

c. Darah : terdapat peningkatan leukosit, ureum dan kreatinin.

2. Blass Nier Ophage – Intra Venous Pyelogram ( BNO – IVP )

a. Menunjukkan konfirmasi yang cepat tentang penyebab nyeri

abdominal, panggul.

b. Menunjukkan abnormalitas anatomi saluran perkemihan.

3. Cystoscopy : Mengetahui kerusakan dari serabut-serabut otot pada

kandung kemih.

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri berhubungan dengan Inflamasi dan peningkatan aktivitas

penyakit

2. Gangguan eliminasi berhubungan dengan

Nyeri saat BAK dan kurang menjaga kebersihan organ bawah

3. Hipertermi berhubungan dengan Peningkatan metabolisme akibat

bakteri berkembang pada kandung kemih

III. INTERVENSI DAN RASIONAL


26

No. Diagnosa Tujuan dan Intervensi Aktivitas (NIC)

Keperawatan Kiteria Hasil

(NOC)

1. Nyeri berhubungan Tujuan : Setelah Manajemen nyeri:

dengan Inflamasi dilakukan tindakan1. penilaian nyeri secara

dan peningkatan keperawatan komprehensif dimulai dari

aktivitas penyakit. selama 24 jam lokasi, karakteristik, durasi,

diharapkan frekuensi, intensitas dan

nyerinya teratasi penyebab.

Kiteria hasil : 2. Kurangi faktor presipitasi

- Skala nyeri 0-3. nyeri(faktor infeksi)

- Wajah klien3. Pilih dan lakukan penanganan

tidak meringis. nyeri (farmakologi, non

- Klien tidak farmakologi dan inter

memegang daerah personal).

nyeri.

Pemberian analgesic:

1. Monitor vital sign sebelum

dan sesudah pemberian

analgesik pertama kali

2. Berikan analgesik tepat waktu

terutama saat nyeri hebat

3. Evaluasi efektivitas analgesik,

tanda dan gejala (efek


27

samping)

2. Gangguan Eliminasi Tujuan: setelah di


1. Monitor keadaan bladder

lakukan tindakan setiap 2 jam

perawatan selama
2. Hindari faktor pencetus

24 jam klien inkontinensia urine seperti

mampu BAK cemas

dengan normal 3. Kolaborasi dengan Dokter

Kiteria hasil : dalam pengobatan dan

· Klien dapat kateterisasi

mengontrol 4. Jelaskan tentang pengobatan,

pengeluaran urine Kateter, penyebab, dan

setiap 4 jam tindakan lain

· Tidak ada tanda-

tanda retensi dan

inkontinensia urine

· Klien berkemih

dalam keadaan

rileks

3. Hipertermi Tujuan: Setelah di Fever treatment

lakukan tindakan
1. Monitor suhu sesering

keperawatan mungkin

selama 24 jam
2. Monitor tekanan darah, nadi
28

diharapkan klien T dan RR

kembali normal 3. Monitor intake dan output

Kiteria hasil : 4. Kompres pasien pada lipat

- Suhu tubuh paha dan aksila

dalam rentang
5. Berikan pengobatan untuk

normal mencegah terjadinya

- Nadi dan RR menggigil

dalam rentang
6. Tingkatkan sirkulasi udara

normal

- Tidak ada Temperature regulation

perubahan warna
1. Monitor suhu minimal tiap 2

kulit dan tidak ada jam

pusing, merasa
2. Rencanakan monitoring suhu

nyaman secara kontinyu

3. Monitor TD, nadi, dan RR

4. Monitor warna dan suhu

kulit

5. Monitor tanda-tanda

hipertermi dan hipotermi

6. Tingkatkan intake cairan dan

nutrisi
29

IV. IMPLEMENTASI

Implementasi adalah tindakan yang dilakukan sesuai dengan

rencana asuhan keperawatan yang telah disusun atau ditentukan

sebelumnya berdasarkan rencana tindakan yang telah dibuat, dimana

tindakan yang dilakukan mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi

(Tarwoto & Wartonah, 2003)..

V. EVALUASI

 Nyeri teratasi

 Pasien berkemh dengan baik

 Pasien tidak mengalami infeksi

Вам также может понравиться