Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
ABSTRACT
Backgrounds : Kretek cigarettes are a type of cigarettes originating from Indonesia and being
favoured by Indonesia consumer. Kretek non filter cigarette smoke exposure contains many
free radical that damages lung tissue. The aims of this research is to know the influece of
different time kretek non filter cigarette smoke exposure to mencit (Mus musculus) lung
histopatology.
Methods : This research is an experimental laboratory study with post test only control group
design. Subjects of this research were 28 male mice who got treatment for 14 days. Mice were
devided into 4 groups treatment, K group is not exposed to kretek non filter cigarette smoke,
P1, P2 and P3 are exposed to kretek non filter cigarette smoke for 15 minutes, 30 minutes and
45 minutes. Mice were terminated at day 15th. Mice lung damage degree counted by Marianti
damage degree scoring. All data were analyzed statistically using ANOVA test.
Results : In this study the average of lung damage degree scoring K group is 3,7. Average of
lung damage degree scoring treatment group P1 is 5, P2 is 6 and P3 is 6,8. Statistic test showed
probabilty 0,000 (p < 0,05).
Conclusion : Different time of kretek non filter cigarette smoke exposure influences mencit
(Mus musculus) histopatological lung change.
Key words : kretek non filter cigarettes, lung tissue damage, Marianti scoring
PENGARUH PERBEDAAN WAKTU PAPARAN ASAP ROKOK KRETEK NON FILTER
TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI PARU MENCIT (Mus musculus)
ABSTRAK
Latar belakang : Rokok kretek merupakan rokok yang berasal dari Indonesia dan diminati
oleh berbagai konsumen. Paparan asap rokok kretek non filter mengandung berbagai radikal
bebas yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan paru. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh perbedaan waktu paparan asap rokok kretek non filter terhadap gambaran
histopatologi paru mencit (Mus musculus).
Metodologi : Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik dengan post test
only control group design. Subjek penelitian ini menggunakan 28 ekor mencit (Mus musculus)
yang diberi perlakuan selama 14 hari. Hewan uji dibagi menjadi 4 kelompok perlakuan yaitu
kelompok K yang tidak diberi paparan asap rokok kretek non filter, P1, P2, P3 merupakan
kelompok perlakuan yang diberi paparan asap rokok kretek non filter selama 15 menit, 30
menit, dan 45 menit. Tepat pada hari ke 15 hewan uji diterminasi. Derajat kerusakan jaringan
paru hewan uji dinilai menggunakan skoring derajat kerusakan Marianti. Semua data diuji
secara statistik menggunakan uji ANOVA.
Hasil : Pada penelitian ini diperoleh skoring rata-rata kerusakan jaringan paru kelompok K
yaitu 3,7. Pada kelompok perlakuan diperoleh skoring rata-rata kerusakan jaringan paru
kelompok P1 yaitu 5, P2 yaitu 6 dan P3 yaitu 6,8. Pada uji statistik diperoleh nilai probabilitas
0,000 (p< 0,05).
Kesimpulan: Terdapat pengaruh perbedaan waktu paparan asap rokok kretek non filter
terhadap gambaran histopatologi paru mencit (Mus musculus).
Kata kunci : rokok kretek non filter,kerusakan jaringan paru , skoring Marianti
PENDAHULUAN mencegah terjadinya kerusakan akibat
enzim protease. Ketidakseimbangan
Rokok adalah salah satu produk protease dan anti-protease menyebabkan
tembakau yang dimaksudkan untuk remodelling jaringan paru karena destruksi
dibakar, dihisap dan atau dihirup asapnya matriks ekstraseluler(8).
yang dihasilkan dari tanaman nicotiana Derajat kerusakan jaringan paru
tabacum, nicotiana rustica, dan spesies bergantung pada lamanya paparan asap
lainnya(1). Produk rokok khas dari rokok. Paparan asap rokok akut dapat
Indonesia memberikan tambahan cengkeh dilakukan pada hewan uji dalam rentangan
untuk mendapatkan efek rasa dan aroma waktu 24 jam- 2 minggu. Paparan asap
tertentu. Ketika dibakar rokok ini akan rokok akut dapat menyebabkan destruksi
menghasilkan bunyi kerutuk sehingga matriks ekstrasel yang bersifat reversibel(9).
disebut rokok kretek(2). Degradasi matriks ekstrasel meyebabkan
Indonesia menempati urutan terjadinya perubahan secara mikroanatomi
keempat sebagai negara dengan konsumen pada paru hewan uji(10).
rokok terbanyak. Berdasarkan global adult Penelitian yang dilakukan oleh
tobacco survey (GATS) 2011 dilaporkan Marianti pada tahun 2009 menilai
jumlah perokok dewasa adalah 59,9 juta kerusakan jaringan paru mencit yang diberi
penduduk. (3). Nusa Tenggara Timur sendiri paparan asap rokok secara deskriptif
memiliki persentase perokok harian aktif kualitatif dan dibuat skor derajat kerusakan
sejumlah 19,7 %. Dengan kota Kupang dari membran alveolus, lumen alveolus,
memiliki peresentase perokok harian aktif dan hubungan antar alveolus. Paparan asap
sebesar 14,6 % (4). Persentase pilihan jenis rokok kretek dengan kandungan tar 39 mg
rokok terbanyak yaitu rokok kretek sebesar dan nikotin 2,3 mg selama 54 hari yang
67,4 %, disusul rokok linting tangan yaitu dilakukan oleh Marianti pada mencit
7,1 % dan rokok putih yaitu 7,1%(3). menunjukan rerata skor derajat kerusakan
Rokok mengandung lebih dari 4000 paru adalah 2,89 dibandingkan kelompok
bahan zat organik berupa gas maupun kontrol dengan rerata skor derajat
partikel yang telah diidentifikasi dari daun kerusakan jaringan paru sebesar 1,16(10).
tembakau maupun asap rokok. Bahan Dari hasil penelitian tersebut peneliti
tersebut umumnya bersifat toksik, tertarik untuk melakukan penelitian yang
karsinogenik, dan adiktif(5). Desain filter sama, namun dengan waktu pemaparan
pada pangkal rokok bertujuan untuk yang dilakukan secara lebih singkat yaitu
menyaring partikel asap rokok sebelum selama 14 hari.
dihisap perokok. Sehingga lebih sedikit Berdasarkan uraian di atas peneliti
partikel yang dihirup perokok dan efek tertarik melakukan penelitian mengenai
yang dapat ditimbulkan(6). Paparan asap pengaruh perbedaan waktu paparan asap
rokok secara terus menerus dapat rokok kretek non filter terhadap gambaran
meningkatkan angka kejadian penyakit histopatologi paru mencit (Mus musculus).
paru obstruksi kronis (PPOK), kanker paru, Tujuan dari penelitian ini adalah
dan kanker laring. Selain ini juga dapat untuk mengetahui pengaruh perbedaan
menyebabkan atherosclerosis yang pada waktu paparan asap rokok kretek non filter
tahap lanjut dapat bermanifestasi menjadi terhadap gambaran histopatologi paru
penyakit jantung koroner(5)(7). mencit (Mus musculus).
Paparan asap menyebabkan
terjadinya aktivasi mediator inflamasi pada METODE PENELITIAN
saluran pernapasan. Lebih lanjut paparan
asap rokok secara terus menerus dapat Penelitian ini merupakan penelitian
menyebabkan inaktivasi enzim anti eksperimental laboratorik yang dilakukan
protease suatu enzim protektif paru yang di Laboratorium hewan Fakultas
Kedokteran Universitas Nusa Cendana pemaparan asap rokok, setiap kelompok
Kupang. Penelitian ini menggunakan 28 perlakuan dimasukan ke dalam kotak
ekor mencit (Mus musculus). isolasi yang berbeda.
Subjek penelitian ini menggunakan Pemaparan hewan uji menggunakan
28 ekor mencit (Mus musculus). yang rokok kretek non filter dengan kandungan
dibagi menjadi 4 kelompok perlakuan. 39 mg tar dan 2,3 mg nikotin. Rokok yang
Masing-masing kelompok terdiri dari 7 telah dibakar kemudian dihisap asapnya
ekor tikus. Kelompok kontrol merupakan menggunakan spuit 50 ml sebanyak 30 ml
kelompok yang tidak diberi paparan asap per menit.
rokok, kelompok pertama merupakan Tepat pada hari ke 15 perlakuan
kelompok perlakuan yang diberi paparan hewan uji diterminasi. Kemudian dilakukan
asap rokok kretek non filter selama 15 bedah thoraks untuk mengambil paru
menit, kelompok kedua merupakan hewan uji. Sampel paru difiksasi
kelompok perlakuan yang diberi paparan menggunakan formalin 10% dan dibuat
asap rokok kretek non filter selama 30 sediaan hematoksilin eosin. Gambaran
menit, dan kelompok tiga merupakan mikroskopis jaringan paru dilihat dengan
kelompok perlakuan yang diberi paparan pembesaran 400x dalam 5 lapangan pandan
asap rokok kretek non filter selama 45 yang dipilih secaar acak. Derajat kerusakan
menit. jaringan paru hewan uji dinilai
Hewan coba diadaptasi selama tujuh menggunakan skoring derajat kerusakan
hari untuk mengamati kondisi umum jaringan paru oleh Marianti. Setelah data
mencit dan menjaga berat badan mencit terkumpul, data diuji secara statistik
agar tetap stabil. Setelah masa adapatasi menggunakan uji parametric one way
terlewati, peneliti melakukan pemaparan anova. Apabila data tidak terdistribusi
asap rokok kretek non filter kepada hewan dengan normal maka dilakukan uji
uji selama 2 minggu. Lama pemaparan ini alternatif nonparametrik yaitu Kruskall-
berbeda terhadap setiap kelompok Wallis.
perlakuannya. Pada saat akan dilakukan
Gambaran Skor
Histologis 1 2 3
Membran Membran alveolus Membran alveolus Membran alveolus
alveolus utuh, berinti dan utuh, berinti dan utuh, berinti dan
lengkap dengan sel lengkap dengan sel lengkap dengan sel
endotelium > 75 % endotelium 75-25% endotelium < 25%
Sig.
Kontrol Perlakuan 1 ,000
Perlakuan 2 ,000
Perlakuan 3 ,000
Perlakuan 1 Kontrol ,000
Perlakuan 2 ,000
Perlakuan 3 ,000
Perlakuan 2 Kontrol ,000
Perlakuan 1 ,000
Perlakuan 3 ,001
Perlakuan 3 Kontrol ,000
Perlakuan 1 ,000
Perlakuan 2 ,001