Вы находитесь на странице: 1из 10

THE INFLUENCE OF DIFFERENT TIME KRETEK NON FILTER CIGARETTE SMOKE

EXPOSURE TO MENCIT (Mus musculus) LUNG HISTOPATOLOGY

Janet Edrina Ung1, I Nyoman Sasputra2, Debora S. Liana3


1
Medical Faculty of Nusa Cendana University (janetung270796@gmail.com)
2
Pathologic Anatomy Department, Medical Faculty of Nusa Cendana University
3
Pediatric Departement, Medical Faculty of Nusa Cendana University

ABSTRACT

Backgrounds : Kretek cigarettes are a type of cigarettes originating from Indonesia and being
favoured by Indonesia consumer. Kretek non filter cigarette smoke exposure contains many
free radical that damages lung tissue. The aims of this research is to know the influece of
different time kretek non filter cigarette smoke exposure to mencit (Mus musculus) lung
histopatology.
Methods : This research is an experimental laboratory study with post test only control group
design. Subjects of this research were 28 male mice who got treatment for 14 days. Mice were
devided into 4 groups treatment, K group is not exposed to kretek non filter cigarette smoke,
P1, P2 and P3 are exposed to kretek non filter cigarette smoke for 15 minutes, 30 minutes and
45 minutes. Mice were terminated at day 15th. Mice lung damage degree counted by Marianti
damage degree scoring. All data were analyzed statistically using ANOVA test.
Results : In this study the average of lung damage degree scoring K group is 3,7. Average of
lung damage degree scoring treatment group P1 is 5, P2 is 6 and P3 is 6,8. Statistic test showed
probabilty 0,000 (p < 0,05).
Conclusion : Different time of kretek non filter cigarette smoke exposure influences mencit
(Mus musculus) histopatological lung change.

Key words : kretek non filter cigarettes, lung tissue damage, Marianti scoring
PENGARUH PERBEDAAN WAKTU PAPARAN ASAP ROKOK KRETEK NON FILTER
TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI PARU MENCIT (Mus musculus)

Janet Edrina Ung1, I Nyoman Sasputra2, Debora S. Liana3


1
Fakultas Kedokteran Universitas Nusa Cendana. (janetung270796@gmail.com)
2
Departemen Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Nusa Cendana
3
Departemen Pediatrik Fakultas Kedokteran Universitas Nusa Cendana

ABSTRAK

Latar belakang : Rokok kretek merupakan rokok yang berasal dari Indonesia dan diminati
oleh berbagai konsumen. Paparan asap rokok kretek non filter mengandung berbagai radikal
bebas yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan paru. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh perbedaan waktu paparan asap rokok kretek non filter terhadap gambaran
histopatologi paru mencit (Mus musculus).
Metodologi : Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik dengan post test
only control group design. Subjek penelitian ini menggunakan 28 ekor mencit (Mus musculus)
yang diberi perlakuan selama 14 hari. Hewan uji dibagi menjadi 4 kelompok perlakuan yaitu
kelompok K yang tidak diberi paparan asap rokok kretek non filter, P1, P2, P3 merupakan
kelompok perlakuan yang diberi paparan asap rokok kretek non filter selama 15 menit, 30
menit, dan 45 menit. Tepat pada hari ke 15 hewan uji diterminasi. Derajat kerusakan jaringan
paru hewan uji dinilai menggunakan skoring derajat kerusakan Marianti. Semua data diuji
secara statistik menggunakan uji ANOVA.
Hasil : Pada penelitian ini diperoleh skoring rata-rata kerusakan jaringan paru kelompok K
yaitu 3,7. Pada kelompok perlakuan diperoleh skoring rata-rata kerusakan jaringan paru
kelompok P1 yaitu 5, P2 yaitu 6 dan P3 yaitu 6,8. Pada uji statistik diperoleh nilai probabilitas
0,000 (p< 0,05).
Kesimpulan: Terdapat pengaruh perbedaan waktu paparan asap rokok kretek non filter
terhadap gambaran histopatologi paru mencit (Mus musculus).

Kata kunci : rokok kretek non filter,kerusakan jaringan paru , skoring Marianti
PENDAHULUAN mencegah terjadinya kerusakan akibat
enzim protease. Ketidakseimbangan
Rokok adalah salah satu produk protease dan anti-protease menyebabkan
tembakau yang dimaksudkan untuk remodelling jaringan paru karena destruksi
dibakar, dihisap dan atau dihirup asapnya matriks ekstraseluler(8).
yang dihasilkan dari tanaman nicotiana Derajat kerusakan jaringan paru
tabacum, nicotiana rustica, dan spesies bergantung pada lamanya paparan asap
lainnya(1). Produk rokok khas dari rokok. Paparan asap rokok akut dapat
Indonesia memberikan tambahan cengkeh dilakukan pada hewan uji dalam rentangan
untuk mendapatkan efek rasa dan aroma waktu 24 jam- 2 minggu. Paparan asap
tertentu. Ketika dibakar rokok ini akan rokok akut dapat menyebabkan destruksi
menghasilkan bunyi kerutuk sehingga matriks ekstrasel yang bersifat reversibel(9).
disebut rokok kretek(2). Degradasi matriks ekstrasel meyebabkan
Indonesia menempati urutan terjadinya perubahan secara mikroanatomi
keempat sebagai negara dengan konsumen pada paru hewan uji(10).
rokok terbanyak. Berdasarkan global adult Penelitian yang dilakukan oleh
tobacco survey (GATS) 2011 dilaporkan Marianti pada tahun 2009 menilai
jumlah perokok dewasa adalah 59,9 juta kerusakan jaringan paru mencit yang diberi
penduduk. (3). Nusa Tenggara Timur sendiri paparan asap rokok secara deskriptif
memiliki persentase perokok harian aktif kualitatif dan dibuat skor derajat kerusakan
sejumlah 19,7 %. Dengan kota Kupang dari membran alveolus, lumen alveolus,
memiliki peresentase perokok harian aktif dan hubungan antar alveolus. Paparan asap
sebesar 14,6 % (4). Persentase pilihan jenis rokok kretek dengan kandungan tar 39 mg
rokok terbanyak yaitu rokok kretek sebesar dan nikotin 2,3 mg selama 54 hari yang
67,4 %, disusul rokok linting tangan yaitu dilakukan oleh Marianti pada mencit
7,1 % dan rokok putih yaitu 7,1%(3). menunjukan rerata skor derajat kerusakan
Rokok mengandung lebih dari 4000 paru adalah 2,89 dibandingkan kelompok
bahan zat organik berupa gas maupun kontrol dengan rerata skor derajat
partikel yang telah diidentifikasi dari daun kerusakan jaringan paru sebesar 1,16(10).
tembakau maupun asap rokok. Bahan Dari hasil penelitian tersebut peneliti
tersebut umumnya bersifat toksik, tertarik untuk melakukan penelitian yang
karsinogenik, dan adiktif(5). Desain filter sama, namun dengan waktu pemaparan
pada pangkal rokok bertujuan untuk yang dilakukan secara lebih singkat yaitu
menyaring partikel asap rokok sebelum selama 14 hari.
dihisap perokok. Sehingga lebih sedikit Berdasarkan uraian di atas peneliti
partikel yang dihirup perokok dan efek tertarik melakukan penelitian mengenai
yang dapat ditimbulkan(6). Paparan asap pengaruh perbedaan waktu paparan asap
rokok secara terus menerus dapat rokok kretek non filter terhadap gambaran
meningkatkan angka kejadian penyakit histopatologi paru mencit (Mus musculus).
paru obstruksi kronis (PPOK), kanker paru, Tujuan dari penelitian ini adalah
dan kanker laring. Selain ini juga dapat untuk mengetahui pengaruh perbedaan
menyebabkan atherosclerosis yang pada waktu paparan asap rokok kretek non filter
tahap lanjut dapat bermanifestasi menjadi terhadap gambaran histopatologi paru
penyakit jantung koroner(5)(7). mencit (Mus musculus).
Paparan asap menyebabkan
terjadinya aktivasi mediator inflamasi pada METODE PENELITIAN
saluran pernapasan. Lebih lanjut paparan
asap rokok secara terus menerus dapat Penelitian ini merupakan penelitian
menyebabkan inaktivasi enzim anti eksperimental laboratorik yang dilakukan
protease suatu enzim protektif paru yang di Laboratorium hewan Fakultas
Kedokteran Universitas Nusa Cendana pemaparan asap rokok, setiap kelompok
Kupang. Penelitian ini menggunakan 28 perlakuan dimasukan ke dalam kotak
ekor mencit (Mus musculus). isolasi yang berbeda.
Subjek penelitian ini menggunakan Pemaparan hewan uji menggunakan
28 ekor mencit (Mus musculus). yang rokok kretek non filter dengan kandungan
dibagi menjadi 4 kelompok perlakuan. 39 mg tar dan 2,3 mg nikotin. Rokok yang
Masing-masing kelompok terdiri dari 7 telah dibakar kemudian dihisap asapnya
ekor tikus. Kelompok kontrol merupakan menggunakan spuit 50 ml sebanyak 30 ml
kelompok yang tidak diberi paparan asap per menit.
rokok, kelompok pertama merupakan Tepat pada hari ke 15 perlakuan
kelompok perlakuan yang diberi paparan hewan uji diterminasi. Kemudian dilakukan
asap rokok kretek non filter selama 15 bedah thoraks untuk mengambil paru
menit, kelompok kedua merupakan hewan uji. Sampel paru difiksasi
kelompok perlakuan yang diberi paparan menggunakan formalin 10% dan dibuat
asap rokok kretek non filter selama 30 sediaan hematoksilin eosin. Gambaran
menit, dan kelompok tiga merupakan mikroskopis jaringan paru dilihat dengan
kelompok perlakuan yang diberi paparan pembesaran 400x dalam 5 lapangan pandan
asap rokok kretek non filter selama 45 yang dipilih secaar acak. Derajat kerusakan
menit. jaringan paru hewan uji dinilai
Hewan coba diadaptasi selama tujuh menggunakan skoring derajat kerusakan
hari untuk mengamati kondisi umum jaringan paru oleh Marianti. Setelah data
mencit dan menjaga berat badan mencit terkumpul, data diuji secara statistik
agar tetap stabil. Setelah masa adapatasi menggunakan uji parametric one way
terlewati, peneliti melakukan pemaparan anova. Apabila data tidak terdistribusi
asap rokok kretek non filter kepada hewan dengan normal maka dilakukan uji
uji selama 2 minggu. Lama pemaparan ini alternatif nonparametrik yaitu Kruskall-
berbeda terhadap setiap kelompok Wallis.
perlakuannya. Pada saat akan dilakukan

Tabel 1. Derajat kerusakan jaringan paru oleh Marianti

Gambaran Skor
Histologis 1 2 3
Membran Membran alveolus Membran alveolus Membran alveolus
alveolus utuh, berinti dan utuh, berinti dan utuh, berinti dan
lengkap dengan sel lengkap dengan sel lengkap dengan sel
endotelium > 75 % endotelium 75-25% endotelium < 25%

Lumen Membulat ukuran Membulat ukuran Membulat ukuran


alveolus proposional > 75% proposional 75 - 25% proposional < 25%

Hubungan Rapat > 75 % Rapat 75 - 25 % Rapat < 25 %


antar
alveolus
HASIL DAN PEMBAHASAN Dari tabel tentang masa adaptasi
mencit dapat disimpulkan bahwa rata-rata
Hasil pengukuran berat badan berat badan mencit saat masa adaptasi
tikus selama masa adaptasi berada pada kisaran 22 gram sampai 32
gram. Tidak terjadi penurunan berat badan
Pengukuran berat badan tikus putih yang disebabkan karena mencit stress
selama masa adaptasi dilakukan setiap dua selama masa adaptasi melebihi 10% pada
hari sekali guna menghidari terjadinya hari terakhir masa adaptasi, sehingga dapat
stress pada hewan uji. Dalam proses disimpulkan bahwa tidak ada sampel yang
adaptasi ini, peneliti juga melakukan dieksklusikan selama masa adaptasi.
pengamatan kondisi umum mecit dan
pengukuran berat badan mencit setiap dua Hasil pengamatan mikroskopik
hari sekali guna menghidari terjadinya paru mencit
stress pada hewan uji. Berdasarkan hasil
pengamatan kondisi umum mencit selama 7 Preparat jaringan paru dinilai tingkat
hari tidak didapatkan adanya penampakan kerusakannya menggunakan skor derajat
rambut kusam, rambut rontok, aktivitas kerusakan paru oleh Marianti. Dilakukan
kurang, serta eksudat yang abnormal dari interpretasi dari derajat kerusakan
mata, mulut, anus dan genital. Hal ini membran alveolus, lumen alveolus dan
menegaskan bahwa sampel memiliki hubungan antar alveolus kemudian
kondisi umum yang baik selama proses dilakukan penjumlahan skoring untuk
adaptasi. Berat badan mencit selama masa setiap sampel dalam suatu kelompok
adaptasi untuk kelompok control, perlakuan.
kelompok perlakuan satu, kelompok kelompok yang tidak diberi paparan
perlakuan dua dan kelompok perlakuan tiga asap rokok yaitu kelompok kontrol
dapat dilihat pada tabel 2 dibawah ini. menunjukan struktur yang normal ditandai
dengan sel-sel epitelium penyusun
Tabel 2. Berat badan mencit selama membran alveolus masih normal dengan sel
masa adaptasi endoteliumnya tampak jelas di seputar
alveolus, hubungan antar alveolus rapat,
dan lumen alveolusnya relatif membulat.
Dari interpretasi gambaran mikroskopis
paru kelompok kontrol didapatkan skoring
rata-rata derajat kerusakan paru yaitu 3,7.
Gambaran mikroskopis kelompok kontrol
dapat dilihat pada gambar 1 di bawah ini.

Gambar 1. Gambaran mikroskopis


jaringan paru kelompok kontrol
Pada kelompok yang diberi paparan Pada kelompok yang diberi paparan
asap rokok selama 15 menit per hari yaitu asap rokok selama 45 menit per hari yaitu
kelompok perlakuan 1 menunjukan struktur kelompok perlakuan 3 menunjukan
paru dengan membran alveolus masih perubahan terbesar ditandai dengan
normal dengan sel endotelium tampak jelas membran alveolus mengalami perubahan
di seputar alveolus, hubungan antar struktur dengan sel endoteliumnya di
alveolus relatif rapat, lumen alveolusnya seputar alveolus berkurang, hubungan antar
mulai melebar. Dari interpretasi gambaran alveolus merenggang, lumen alveolusnya
mikroskopis paru kelompok perlakuan 1 berbentuk tidak beraturan. Dari interpretasi
didapatkan skoring rata-rata derajat gambaran mikroskopis paru kelompok
kerusakan paru yaitu 5 . Gambaran perlakuan 3 didapatkan skoring rata-rata
mikroskopis kelompok perlakuan 1 dapat derajat kerusakan paru yaitu 6,8. Gambaran
dilihat pada gambar 2 di bawah ini. mikroskopis kelompok perlakuan 3 dapat
dilihat pada gambar 4 di bawah ini.

Gambar 2. Gambaran mikroskopis


kelompok perlakuan 1 Gambar 3. Gambaran mikroskopis
kelompok perlakuan 3
Pada kelompok yang diberi paparan
asap rokok selama 30 menit per hari yaitu Uji hipotesis yang digunakan untuk
kelompok perlakuan 2 menunjukan struktur menilai kemaknaan perubahan
paru dengan membran alveolus mulai histopatologi jaringan paru adalah One way
mengalami perubahan struktur dengan sel anova. Nilai probabilitas yang didapatkan
endoteliumnya di seputar alveolus agak dari uji ini adalah 0,000 (p < 0,5), sehingga
berkurang, hubungan antar alveolus H0 ditolak dan dapat disimpulkan terdapat
merenggang, lumen alveolusnya melebar. pengaruh paparan asap rokok kretek non
Dari interpretasi gambaran mikroskopis filter terhadap gambaran histopatologi paru
paru kelompok perlakuan 2 didapatkan mencit (Mus musculus). Kemudian
skoring rata-rata derajat kerusakan paru dilakukan analisis menggunakan Post hoc
yaitu 6. Gambaran mikroskopis kelompok test, untuk mengetahui variabel mana yang
perlakuan 2 dapat dilihat pada gambar 3. memiliki perbedaan signifikan. Hasil uji
Post hoc test dapat dilihat pada tabel 3.
Berdasarkan hasil uji Post hoc tersebut,
didapatkan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan antara kelompok perlakuan 2
dengan kelompok perlakuan 3.

Gambar 3. Gambaran mikroskopis


kelompok perlakuan 2
Tabel 3. Post hoc test kerusakan jaringan paru

Sig.
Kontrol Perlakuan 1 ,000
Perlakuan 2 ,000
Perlakuan 3 ,000
Perlakuan 1 Kontrol ,000
Perlakuan 2 ,000
Perlakuan 3 ,000
Perlakuan 2 Kontrol ,000
Perlakuan 1 ,000
Perlakuan 3 ,001
Perlakuan 3 Kontrol ,000
Perlakuan 1 ,000
Perlakuan 2 ,001

Pembahasan test tersebut dapat dilihat pada tabel 3


diatas.
Berdasarkan penelitan yang Asap rokok terdiri dari fase partikel
dilakukan Marianti pada tahun 2009 dan fase gas. Pada rokok kretek yang
hubungan antar alveolus yang rapat pada digunakan dalam penelitian ini tidak
kelompok yang tidak diberi paparan asap terdapat filter pada ujung rokok yang
rokok menunjukan bahwa matriks ekstra berfungsi menyaring partikel asap rokok.
seluler yang tersusun dari serabut elastin Sehingga asap rokok yang dihirup oleh
dan kolagen masih utuh. Lumen alveolus hewan uji memilki kandungan partikel yang
nampak normal tidak membesar . Hal ini lebih banyak(6). Partikel asap rokok yang
disebabkan paru-paru tersebut tidak masuk ke paru akan difagositosis oleh
terpapar dengan toksikan yang terkandung makrofag alveolar. Ikatan yang terbentuk
dalam asap rokok, sehingga sel-selnya tidak antara reseptor pada permukaan makrofag
mengalami kerusakan(10). dengan partikel asap rokok akan
Hasil interpretasi dari derajat mengaktivasi pelepasan mediator
kerusakan jaringan paru kemudian inflamasi. Pelepasan mediator inflamasi
dianalisis menggunakan uji One way akan menyebabkan migrasi PMN seperti
anova. Berdasarkan hasil analisis tersebut neutrofil dan monosit perifer ke alveolar
didapatkan nilai probabilitas 0,000 (p< dan septum alveolar. Makrofag dan
0,05). Sehingga dapat disimpulkan terdapat neutrofil akan menghasilkan enzim
perbedaan signifikan antara keempat protease dan radikal bebas yang dapat
kelompok perlakuan dalam penelitian ini. menyebabkan kerusakan jaringan paru(11).
Analisis dilanjutkan menggunakan Post Di dalam tubuh terdapat enzim
hoc test, untuk mengetahui variabel mana alfa1-antiproteinase yang dapat mencegah
yang memiliki perbedaan signifikan. terjadinya kerusakan paru melalui
Berdasarkan hasil uji Post hoc tersebut, penghambatan aktivitas enzim protease.
didapatkan perbedaan yang paling Namun pemaparan asap rokok secara terus
signifikan antara kelompok kontrol dengan menerus dapat menyebabkan
kelompok perlakuan 3. Hasil uji Post hoc ketidakseimbangan antara jumlah protease
dan anti protease di dalam paru hewan uji. 3. Perlu dilakukan penelitian
Sehingga terjadi kerusakan matriks mengenai dosis asap rokok yang
ekstraseluler dan destruksi dinding dapat menyebabkan kerusakan
alveolus. Matriks ekstraseluler paru jaringan paru.
terutama elastin merupakan komponen 4. Perlu dilakukan paparan asap rokok
utama yang menjaga keutuhan membran pada hewan uji secara kronis.
alveolus. Akibatnya terjadi kerusakan pada
membran alveolus sehingga turut DAFTAR PUSTAKA
mempengaruhi ukuran dari lumen alveolus
menjadi tidak membulat proposional, serta
1. Kementrian Kesehatan Republik
hubungan antar alveolus menjadi
Indonesia. Peraturan Menteri
merenggang(8).
Kesehatan Republik Indonesia
Durasi pemaparan asap rokok akan
Nomor 28 Tahun 2013 Tentang
mempengaruhi banyaknya konsentrasi asap
Pencantuman Peringatan Kesehatan
rokok yang dihirup oleh hewan uji.
dan Informasi Kesehatan Pada
Semakin banyak konsentrasi asap rokok
Kemasan Produk Tembakau.
yang dihirup akan mempengaruhi
Indonesia; 2013 p. 5.
banyaknya enzim protease dan radikal
bebas yang terdapat dalam paru hewan uji.
2. Roemer E, Dempsey R, Schorp
Kelompok perlakuan dengan waktu
MK. Toxicological assesment of
pemaparan asap rokok terlama akan
kretek cigarettes : Part 1 :
memilki kerusakan jaringan paru lebih
Background, assesment approach,
berat(12).
and summary of findings. Regul
Toxicol Pharmacol 2014;70:1-14.
Kesimpulan
3. WHO. Global adult tobacco survey:
Berdasarkan hasil penelitian Indonesia report 2011. Jakarta:
pengaruh perbedaan waktu paparan asap WHO; 2012.
rokok kretek non filter terhadap gambaran
histopatologi paru mencit (Mus musculus), 4. Badan Penelitian dan
dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat Pengembangan Kesehatan
pengaruh terhadap perbedaan waktu Kementerian Kesehatan RI. Riset
paparan asap rokok kretek non filter kesehatan dasar dalam angka
terhadap gambaran histopatologi paru Provinsi Nusa Tenggara Timur.
mencit (Mus musculus). Jakarta; 2013.
Saran 5. U.S. Department of Health and
Human Services. How tobacco
Adapun saran untuk penelitian lebih lanjut
smoke causes disease: The biology
:
and behavioral basis for smoking-
1. Perlu dilakukan analisa kandungan
attributable disease: A report of the
zat yang terdapat dalam rokok
surgeon general. Atlanta, GA: U.S.
kretek non filter yang digunakan.
Department of Health and Human
2. Perlu dilakukan penelitian
Services, Centers for Disease
mengenai perbandingan paparan
Control and Prevention, National
asap rokok pada hewan uji
Center for Chronic Disease
menggunakan rokok kretek dengan
Prevention and Health Promotion,
kandungan tar dan nikotin yang
Office on Smoking and
berbeda.
Health;2010.
6. Church DF, Pryor WA. Free-radical
chemistry of cigarette smoke and its
toxicological implications. Environ
Health Perspect 1985;64:11-26.

7. March T, wilder J, Esparza D.


Modulators of cigarette smoke-
induced pulmonary emphysema in
A/J mice. Toxicol sci.
2006;92(2):545-59.
8. Nasar IM, Himawan S, Marwanto
W. Buku Ajar Patologi II (Khusus).
Edisi pertama. Jakarta: CV. Sagung
Seto; 2010: h. 116-8.

9. Laberl M, Kratzer A, Taraseviciene-


Stewart L. Tobacco smoke induced
COPD / emphysema in the animal
model: are we all in the same page.
Frontier in physiology 2013;4:1-23.

10. Aditya M. Aktivitas antioksidan jus


tomat pada pencegahan kerusakan
jaringan paru-paru mencit yang
dipapar asap rokok. Biosaintifika J
Biol Biol Educ 2009;1:1-7.

11. Church DF, Pryor WA. Free-radical


chemistry of cigarette smoke and its
toxicological implications. Environ
Health Perspect 1985;64:11-26.

12. March T, wilder J, Esparza D.


Modulators of cigarette smoke-
induced pulmonary emphysema in
A/J mice. Toxicol sci.
2006;92(2):545-59.

Вам также может понравиться