Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Oleh :
Aditya Iqbal Maulana
G0007028
Pembimbing:
Dyah Poerwohastuti, S.Farm., Apt
0
BAB I
ILUSTRASI KASUS
I. ANAMNESIS
A. IDENTITAS
Nama : An. D
Umur : 10 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Jl. Pucang Sawit No. 19, Jebres Solo
B. KELUHAN UTAMA
Nyeri pada telinga kanan
C. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan nyeri telinga
kanan. Sebelumnya pasien sering gelisah dan suka memegangi
telinganya yang sakit, sukar tidur .
3 hari sebelum datang ke rumah sakit pasien mengalami batuk
pilek yang saat ini sudah sembuh. Demam juga dirasakan naik turun.
D. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
- Riwayat penyakit serupa : disangkal
- Riwayat telinga dikorek : disangkal
- Riwayat alergi makanan : disangkal
- Riwayat alergi obat : disangkal
- Riwayat bersin-bersin di pagi hari : disangkal
- Riwayat mondok : disangkal
- Riwayat batuk + pilek berulang : (+)
E. RIWAYAT KELUARGA DAN LINGKUNGAN
Riwayat sakit serupa : disangkal
Riwayat asma : disangkal
Riwayat alergi : disangkal
1
II. PEMERIKSAAN FISIK
A. STATUS GENERALIS
Keadaan umum : baik, compos mentis, gizi kesan cukup
Tanda vital : Tensi : 110/60 mmHg BB: 38 kg
Nadi : 80x/menit TB: 125 cm
RR : 20x/menit BMI: 24,32
Suhu : 380C
Kepala : mesochepal
Leher : KGB tidak membesar
Mata : dalam batas normal
THT : lihat status THT
Mulut : dalam batas normal
Dada : dalam batas normal
Abdomen : dalam batas normal
Urogenetalia : dalam batas normal
Extremitas : dalam batas normal
B. PEMERIKSAAN THT
Hidung
PEMERIKSAAN KANAN KIRI
Cavum nasi Lapang Lapang
Discharge Tidak ada Tidak ada
Chonca inferior Eutrophia Eutrophia
Chonca medius Eutrophia Eutrophia
Septum nasi Deviasi Normal
Nyeri sinus Tidak ada Tidak ada
Telinga
PEMERIKSAAN KANAN KIRI
Daun telinga Normotia Normotia
2
Canalis auricularis Sempit, Serumen
hiperemis
Membran timpani Ortorhea, Intak
hiperemis
Tragus pain Nyeri Tidak nyeri
Hearing Loss Tidak ada Tidak ada
Discharge Minimal Tidak ada
Tes Pendengaran
PEMERIKSAAN KANAN KIRI
Rinne + +
Weber Lateralisasi (-) Lateralisasi (-)
Scwabach Sama dengan pemeriksa Sama dengan pemeriksa
Mulut
- Bibir : dalam batas normal
- Ginggiva : dalam batas normal
- Gigi : dalam batas normal
- Lidah : dalam batas normal
Tenggorok
- Tonsil : T3-T3, kripte melebar
- Faring : tenang
- Adenoid : tenang
3
2. Otitis eksterna sircumkripta auricular dextra
Tampak canalis auricularis dextra hiperemis, membran timpani
auricular dextra normal, nyeri telinga bila ditekan di daerah tragus,
maupun waktu membuka mulut.
3. Otitis media efusi auricular dextra.
Tampak canalis auricularis dextra hiperemis, membran timpani
auricular dextra tidak menggembung, gerakan membran timpani
berkurang, tampak efusi auricular dextra, pendengaran berkurang,
nyeri (-), demam (-).
V. DIAGNOSIS
Otitis Media Akut Stadium Hiperemis Auricula Dextra
VI. PENATALAKSANAAN
Tujuan :
1. Menghilangkan penyebab
2. Mengembalikan fungsi tuba eusthacius
3. Menghilangkan gejala penyerta
4. Mencegah komplikasi
Terapi :
1. Amoxicilin 3x250 mg dalam 7 hari
2. Paracetamol 3x250 mg tiap demam
3. Asam mefenamat 3x250 mg
4. Oksimetazolin hydrochloride 0,025%
4
PENULISAN RESEP
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. PENDAHULUAN
Otitis Media Akut (OMA) merupakan peradangan akut sebagian atau
seluruh bagian mukosa telinga tengah, tuba eusthacius, antrum mastoid dan
sel-sel mastoid yang berlangsung mendadak yang disebabkan oleh invasi
bakteri maupun virus ke dalam telinga tengah baik secara langsung maupun
secara tidak langsung sebagai akibat dari infeksi saluran napas atas yang
berulang.
Telinga tengah biasanya steril, meskipun terdapat mikroba di
nasofaring dan faring. Secara fisiologik terdapat mekanisme pencegahan
masuknya mikroba ke dalam telinga tengah oleh silia mukosa tuba Eustachius,
enzim dan antibodi.
Prevalensi kejadian OMA banyak diderita oleh anak-anak maupun
bayi dibandingkan pada orang dewasa tua maupun dewasa muda. Pada anak-
anak makin sering menderita infeksi saluran napas atas, maka makin besar
pula kemungkinan terjadinya OMA disamping oleh karena sistem imunitas
anak yang belum berkembang secara sempurna.
Tuba Eusthacius adalah saluran yang menghubungkan rongga telinga
tengah dengan nasofaring yang berfungsi sebagai ventilasi, drainase sekret dan
menghalangi masuknya sekret dari nasofaring ke telinga tengah.
Otitis media akut terjadi karena faktor pertahanan tubuh yang
terganggu, sumbatan dan obstruksi pada tuba Eusthacius merupakan faktor
penyebab utama dari otitis media. Karena fungsi tuba Eustachius terganggu,
pencegahan invasi kuman ke dalam telinga tengah juga terganggu, sehingga
kuman masuk ke dalam telinga tengah dan terjadi peradangan.
II. DEFINISI
Otitis media akut merupakan radang infeksi atau inflamasi akut pada
sebagian atau seluruh periosteum telinga tengah oleh bakteri atau virus
6
dengan gejala klinik nyeri telinga, demam, bahkan hingga hilangnya
pendengaran, tinnitus dan vertigo. Penyakit ini lebih sering terjadi pada anak-
anak dan umumnya berlangsung dalam waktu 3-6 minggu.
III. ETIOLOGI
Penyebab utama otitis media akut (OMA) adalah invasi bakteri
piogenik ke dalam telinga tengah yang normalnya adalah steril. Bakteri
tersering penyebab OMA diantaranya Streptokokus hemolitikus, Stafilokokus
aureus, Pnemokokus. Selain itu kadang-kadang ditemukan juga Haemofilus
influenza, Escherichia coli, Streptokokus anhemolitikus, Proteus vulgaris dan
Pseudomonas aurogenosa. Haemofilus influenza sering ditemukan pada anak
berusia dibawah 5 tahun. Infeksi saluran napas atas yang berulang dan
disfungsi tuba Eustachius juga menjadi penyebab terjadinya OAM pada anak
dan dewasa.
IV. INSIDENSI
Otitis media akut paling sering diderita oleh anak usia 3 bulan- 3
tahun. Tetapi tidak jarang juga mengenai orang dewasa. Anak-anak lebih
sering terkena OMA dikarenakan beberapa hal, diantaranya :
1. Sistem kekebalan tubuh anak yang belum sempurna
2. Tuba Eusthacius anak lebih pendek, lebar dan terletak agak
horizontal
3. Adenoid anak relatif lebih besar dan terletak berdekatan dengan
muara saluran tuba Eusthachius sehingga mengganggu pembukaan
tuba Eusthachius. Adenoid yang mudah terinfeksi menjadi jalur
penyebaran bakteri dan virus ke telinga tengah.
V. PATOGENESIS
Terjadi akibat terganggunya factor pertahanan tubuh yang bertugas
menjaga kesterilan telinga tengah. Faktor penyebab utama adalah sumbatan
tuba Eustachius sehingga pencegahan invasi kuman terganggu. Faktor
7
pencetusnya dapat didahului oleh terjadinya infeksi saluran pernapasan atas
yang berulang. Penyakit ini mudah terjadi pada bayi karena tuba
Eustachiusnya pendek, lebar, dan letaknya agak horizontal.
Ada 5 stadium otitis media akut (OMA) berdasarkan pada perubahan
mukosa telinga tengah sebagai akibat infeksi, yaitu :
1. Stadium Oklusi
Ditandai dengan gambaran retraksi membran timpani akibat
tekanan negatif telinga tengah. Kadang-kadang membran timpani
berwarna normal atau berwarna keruh pucat. Efusi tidak dapat dideteksi.
Sukar dibedakan dengan otitis media serosa akibat virus atau alergi.
2. Stadium Hiperemis (Presupurasi)
Tampak pembuluh darah yang melebar di sebagian atau seluruh
membran tampak hiperemis disertai edema. Sekret yang telah terbentuk
mungkin masih bersifat eksudat serosa sehingga sukar terlihat.
3. Stadium Supurasi
Membran timpani manonjol ke arah telinga luar akibat edema yang
hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel superficial,
serta terbentuknya eksudat purulen di kavum timpani. Gejala klinis pasien
tampak terasa sangat sakit, nadi dan suhu meningkat, serta rasa nyeri pada
telinga bertambah hebat. Apabila tekanan tidak berkurang, akan terjadi
iskemia, trmboflebitis, dan nekrosis mukosa serta submukosa. Nekrosis
ini terlihat sebagai daerah yang lebih lembek dan kekuningan pada
membran timpani. Di tempat ini akan terjadi ruptur.
4. Stadium Perforasi
Karena pemberian antibiotik yang terlambat atau virulensi kuman
yang tinggi, dapat terjadi ruptur membran timpani dan nanah keluar
mengalir dari telinga tengah ke telinga luar. Pasien yang semula gelisah
menjadi tenang, suhu badan turun, dan dapat tidur nyenyak.
5. Stadium Resolusi
Bila membran timpani tetap utuh, maka perlahan-lahan akan
normal kembali. Bila terjadi perforasi, maka secret akan berkurang dan
8
mongering. Bila daya tahan tubuh baik dan virulensi kuman rendah, maka
resolusi dapat terjadi tanpa pengobatan.
Keadaan-keadaan ini berdasarkan pada gambaran membran timpani
yang diamati melalui liang telinga luar.
VI. DIAGNOSIS
Diagnosis OMA harus memenuhi 3 hal berikut ini :
1. Penyakit ini onsetnya mendadak (akut)
2. Ditemukannya tanda efusi (efusi: pengumpulan cairan di suatu rongga
tubuh) di telinga tengah. Efusi dibuktikan dengan memperhatikan tanda
berikut:
a. Mengembangnya gendang telinga
b. Terbatas/tidak adanya gerakan gendang telinga
c. Adanya bayangan cairan di belakang gendang telinga
d. Cairan yang keluar dari telinga
3. Adanya tanda/gejala peradangan telinga tengah yang dibuktikan dengan
adanya salah satu diantara tanda berikut :
a. Kemerahan pada gendang telinga
b. Nyeri telinga yang mengganggu tidur dan aktivitas normal
Anak dengan OMA dapat mengalami nyeri telinga atau riwayat
menarik-narik daun telinga pada bayi, keluarnya cairan dari telinga,
berkurangnya pendengaran, demam, sulit makan, mual dan muntah serta
rewel. Namun gejala-gejala ini tidak spesifik untuk OMA sehingga diagnosis
OMA tidak dapat didasarkan pada riwayat semata.
Efusi telinga tengah diperiksa dengan otoskop untuk melihat dengan
jelas keadaan gendang telinga/membran timpani yang menggembung,
eritema bahkan kuning dan suram serta adanya cairan berwarna kekuningan
di liang telinga.
Jika konfirmasi diperlukan, umumnya dilakukan dengan otoskopi
pneumatic (alat untuk melihat gendang telinga yang dilengkapi dengan
pompa udara kecil untuk menilai respon gendang telinga terhadap perubahan
9
tekanan udara). Gerakan gendang telinga yang kurang dapat dilihat dengan
pemeriksaan ini. Pemeriksaan ini dapat digunakan sebagai pemeriksaan
tambahan untuk memperkuat diagnosis OMA. Namun umunya OMA sudah
dapat ditegakkan dengan pemeriksaan otoskop biasa.
Efusi telinga tengah juga dapat dibuktikan dengan timpanosentesis
(penusukan terhadap gendang telinga). Namun pemeriksaan ini tidak
dilakukan pada sembarang anak. Indikasi perlunya timpanosentesis anatara
lain OMA pada bayi berumur di bawah 6 minggu dengan riwayat perawatan
intensif di rumah sakit, anak dengan gangguan kekebalan tubuh, anak yang
tidak memberi respon pada beberapa pemberian antibiotik atau dengan gejala
sangat berat dan komplikasi.
VII. PENATALAKSANAAN
Pengobatan OMA tergantung pada stadium penyakitnya. Terapi
medikamentosa:
1. Stadium Oklusi
Bertujuan untuk membuka kembali tuba Eustachius, sehingga
tekanan negatif di telinga tengah hilang. Untuk ini diberikan obat tetes
hidung. HCl efedrin 0,5 % dalam larutan fisiologis (anak < 12 tahun) atau
HCl efedrin 1 % dalam larutan fisiologis untuk yang berumur diatas 12
tahun dan pada orang dewasa. Diberikan antibiotik jika penyebab atau
sumber infeksi diketahui berupa kuman dan bukan berupa virus atau
alergi.
2. Stadium Presupurasi
Antibiotika, obat tetes hidung, dan analgetika. Antibiotika yang
dianjurkan ialah dari golongan penisilin atau ampisilin. Terapi awal
diberikan penisilin intramuskular agar didapatkan konsentrasi yang
adekuat di dalam darah, sehingga tidak terjadi mastoiditis yang
terselubung, gangguan pendengaran sebagai gejala sisa, dan kekambuhan.
Pemberian antibiotika dianjurkan minimal selama 7 hari. Bila pasien
alergi terhadap penisilin, maka diberikan eritromisin.
10
Pada anak, ampisilin diberikan dengan dosis 50-100 mg/kg BB per
hari, dibagi dalam 4 dosis, atau amoksisilin 40 mg/kg BB per hari dibagi
dalam 3 dosis, atau erotromisin 40 mg/kg BB per hari.
3. Stadium Supurasi
Selain diberikan antibiotika, idealnya harus disertai dengan
miringotomi, bila membran timpani masih utuh. Dengan miringotomi
gejala-gejala klinis lebih cepat hilang dan ruptur dapat dihindari.
4. Stadium Perforasi
Sering terlihat sekret banyak keluar dan kadang terlihat sekret
keluar secara berdenyut (pulsasi). Pengobatan yang diberikan adalah obat
cuci telinga H2O2 3% selama 3-5 hari serta antibiotika yang adekuat.
Biasanya sekret akan hilang dan perforasi dapat menutup kembali dalam
waktu 7-10 hari.
5. Stadium Resolusi
Lanjutkan pemberian antibiotika sampai 3 minggu bila tidak terjadi
resolusi. Tidak terjadinya resolusi dapat disebabkan berlanjutnya edema
mukosa telinga tengah. Curigai telah terjadi mastoiditis jika sekret masih
banyak setelah kita berikan antibiotik selama 3 minggu. Bila OMA
berlanjut dengan keluarnya secret dari telinga tengah lebih dari 3 minggu,
maka keadaan ini disebut otitis media supuratif subakut.
Non medikamentosa :
1. Menjaga kebersihan telinga
2. Istirahat yang cukup
3. Makan dan olahraga yang teratur untuk menjaga dan
mempertahankan kekebalan tubuh optimal.
VIII. KOMPLIKASI
Sebelum ada antibiotika, OMA dapat menimbulkan komplikasi, yaitu
abses sub-periosteal sampai komplikasi yang berat (meningitis dan abses
otak). Sekarang setelah ada antibiotika, semua jenis komplikasi itu biasanya
didaptkan sebagai komplikasi dari OMSK (otitis media supuratif kronis).
11
PEMBAHASAN OBAT
AMOXICILIN
Merupakan derivate hidroksi dan obat antibiotik golongan penicillin yang
bersifat bakterisida dengan menghambat sintesa dinding bakteri. Amoxicilin
sering digunakan untuk terapi infeksi oleh gram positif yang tidak memproduksi
penisilinase.
Indikasi : - infeksi telinga, hidung dan tenggorok yang disebabkan oleh
S.pnemonia yang tidak memproduksi penisilinase dan
Haemophilus influenza
- Infeksi saluran kemih oleh E.coli, Proteus mirabilis, S.faecalis
- Infeksi kulit oleh Streptococcus, Stafilococcus dan E.coli
- Gonorhea oleh Nisseria gonorhoeae
- Profilaksis endokarditis pada tindakan untuk gigi
Efek samping : mual, muntah, diare,hipersensitif utrikaria, nyeri sendi, demam,
edema, angioneurotik, syock anafilaktik, konvulsi
PARACETAMOL
Merupakan derivate p-aminofenol yang mempunyai sifat antipiretik dan
analgesik. Pada penggunaan per oral dapat diserap dengan cepat melalui saluran
cerna. Kadar maksimum dalam plasma dapat dicapai dalam waktu 30 – 60 menit
setelah pemberian. Dieksresikan melalui ginjal kurang dari 5% tanpa mengalami
perubahan dan sebagian dalam bentuk terkonjugasi.
Indikasi : - sebagai antipiretik dan analgetik termasuk bagi pasien yang tidak
tahan terhadap asetosal
- sebagai analgesik misalnya untuk mengurangi rasa nyeri pada sakit
kepala, sakit gigi, sakit waktu haid, sakit pada otot
- Menurunkan demam pada influenza dan setelah vaksinasi
Efek samping : dosis besar dapat menyebabkan kerusakan ginjal dan hati
12
ASAM MEFENAMAT
Merupakan kelompok antiinflamasi non steroid, bekerja dengan cara
menghambat sintesa prostaglandin dalam jaringan tubuh saat terjadi inflamasi
dengan menghambat enzim siklooksigenase sehingga mempunyai efek analgesik,
antiinflamasi dan antipiretik.
Indikasi : meredakan nyeri ringan sampai sedang
Efek samping : mual, muntah, diare dan rasa sakit pada abdominal, leucopenia,
trombositopenia, eosenofilia, agranulocytopenia, mengantuk,
pusing, penglihatan kabur dan insomnia
13
DAFTAR PUSTAKA
Glasziou PP, Del Mar CB, Sanders SL, Hayem M. 2005. Antibiotiks for Acute
Otitis Media in Children (Cochrane Review).
http://www.cochrane.org/cochrane/revabstr/AB000219.htm (24 Juni 2011).
Little P, et al. 2002. Predictors of poor outcome and benefits from antibiotics in
children with acute otitis media: pragmatic randomized trial. BMJ. 22:325.
Mansjoer A., dkk. 2007. Otitis Media Akut. Dalam: Triyanti K., dkk (eds). Kapita
Selekta Kedokteran. Jilid I. 3rd ed. Jakarta: Media Aesculapius Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, p: 79-81.
Restuti R.D., Helmi, Djaafar Z.A. 2008. Kelainan Telinga Tengah. Dalam:
Soepardi E.A., dkk (eds). Buku Ajar Telinga Hidung Tenggorok Kepala &
Leher. 6th ed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, p: 69.
14