Вы находитесь на странице: 1из 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Luas minimum adalah luas terkecil yang dapat mewakili karakteristik


komunitas tumbuhan atau vegetasi secara keseluruhan. Luas minimum dan
jumlah minimum dapat digabung dengan menentukan luas total dari jumlah
minimum yang sesuai dengan luas minimum yang sudah dapat didapat terlebih
dahulu. Penyebaran individu suatu populasi mempunyai 3 kemungkinan yakni
penyebaran acak, Penyebaran secara merata, Penyebaran secara kelompok,
untuk mengetahui apakah penyebaran individu suatu polpulasi secara merata
atau kelompok maka penentuan letak percontoh dalam analisis vegetasi dapat
dibedakan dengan cara pendekatan yakni penyebaran percontohan secara acak,
penyebaran percontohan secara sistematik, penyebaran secara semi acak dan
semi sistematik (Rahadjanto, 2001).

Komunitas adalah seluruh populasi makhlik hidup yang hidup di suatu


daerah tertentu. Populasi merupakan kumpulan individu sejenis yang
menempati suatu daerah tertentu (Saktiyono, 2004).

Berdasarkan uraian di atas yang melatarbelakangi dilakukannya


praktikum ini adalah untuk menentukan luas petak minimum yang
representative dengan komunitas tumbuhan yang dianalisis.

B. Tujuan

Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah menentukan luas petak


minimum yang representative dengan komunitas tumbuhan yang dianalisis.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Ekologi (Oikos dan logos) sedang ekonomi (Oikos dan nomos) sehingga
kedua ilmu itu banyak persamaannya. Namun dalam ekologi, mata uang yang
dipakai dalam transaksi bukan rupiah atau dolar, melainkan materi, energi, dan
informasi. Arus materi, energi, dan informasi dalam suatu komunitas atau
beberapa komunitas mendapat perhatian utama dalam ekologi, seperti uang dalam
ekonomi. Oleh karena itu transaksi dalam ekologi berbentuk materi, energi, dan
informasi (Riberu, 2002).

Ekosistem adalah suatu sistem di alam dimana di dalamnya terjadi


hubungan timbal balik antara organisme dengan organisme yang lainnya, serta
kondisi lingkungannya. Ekosistem sifatnya tidak tergantung kepada ukuran, tetapi
lebih ditekankan kepada kelengkapan komponennya. Ekosistem lengkap terdiri
atas komponen abiotik dan biotik. (Joko Waluyo, 2013). Komunitas adalah
seluruh populasi makhlik hidup yang hidup di suatu daerah tertentu. Populasi
merupakan kumpulan individu sejenis yang menempati suatu daerah tertentu
(Saktiyono, 2004).

Vegetasi menggambarkan perpaduan berbagai jenis tumbuhan di suatu


wilayah atau daerah. Suatu tipe vegetasi menggambarkan suatu daerah dari segi
penyebaran tumbuhan yang ada, baik secara ruang maupun waktu. Rawa-rawa,
hutan, dan padang rumput dapat dijadikan contoh dari tipe vegetasi. Suatu tipe
vegetasi kadangkala dibagi lagi menjadi beberapa komunitas yang predominan
atau disebut asosiasi yaitu sekumpulan beberapa jenis tumbuhan yang tumbuh
bersama-sama di suatu lingkungan. Komunitas tumbuhan (asosiasi) sering kali
digunakan oleh para ahli ekologi untuk menjelaskan vegetasi. Sifat-sifat dasar
yang dimiliki oleh suatu komunitas tumbuhan adalah mempunyai komposisi
floristic yang tetap, fisiognomi (struktur, tinggi, penutupan, tajuk daun dan
sebagainya) yang relatif seragam dan mempunyai penyebaran yang karakteristik
dalam lingkungan atau habitat dengan ciri-ciri tertentu (Sastroutomo, 2009).

Pengamatan parameter vegetasi berdasarkan bentuk hidup pohon, perdu,


serta herba. Suatu ekosistem alamiah maupun binaan selalu terdiri dari dua
komponen utama yaitu komponen biotik dan abiotik. Vegetasi atau komunitas
tumbuhan merupakan salah satu komponen biotik yang menempati habitat
tertentu seperti hutan, padang ilalang, semak belukar dan lain-lain. Struktur dan
komposisi vegetasi pada suatu wilayah dipengaruhi oleh komponen ekosistem
lainnya yang saling berinteraksi, sehingga vegetasi yang tumbuh secara alami
pada wilayah tersebut sesungguhnya merupakan pencerminan hasil interaksi
berbagai faktor lingkungan dan dapat mengalami perubahan drastik karena
pengaruh anthropogenik (Setiadi, 1984; Sundarapandian dan Swamy, 2000).

Vegetasi dalam artian lain merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan


biasanya terdiri dari beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat.
Dalam mekanisme kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi yang erat baik
diantara sesama individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme
lainnya sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis.
Analisa vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komponen jenis) dan bentuk
(struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Hutan merupakan
komponen habitat terpenting bagi kehidupan oleh karenanya kondisi masyarakat
tumbuhan di dalam hutan baik komposisi jenis tumbuhan, dominansi spesies,
kerapatan nmaupun keadaan penutupan tajuknya perlu diukur (Natassa dkk,
2010).

Dalam ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai metode untuk


menganalisis suatu vegetasi yang sangat membantu dalam mendekripsikan suatu
vegetasi sesuai dengan tujuannya. Dalam hal ini suatu metodologi sangat
berkembang dengan pesat seiring dengan kemajuan dalam bidang-bidang
pengetahuan lainnya, tetapi tetap harus diperhitungkan berbagai kendala yang ada
(Syafei, 1990).
Luas minimum adalah luas terkecil yang dapat mewakili karakteristik
komunitas tumbuhan atau vegetasi secara keseluruhan. Luas minimum dan jumlah
minimum dapat digabung dengan menentukan luas total dari jumlah minimum
yang sesuai dengan luas minimum yang sudah dapat didapat terlebih dahulu.
Penyebaran individu suatu populasi mempunyai 3 kemungkinan yakni penyebaran
acak, Penyebaran secara merata, Penyebaran secara kelompok, untuk mengetahui
apakah penyebaran individu suatu polpulasi secara merata atau kelompok maka
penentuan letak percontoh dalam analisis vegetasi dapat dibedakan dengan cara
pendekatan yakni penyebaran percontohan secara acak, penyebaran percontohan
secara sistematik, penyebaran secara semi acak dan semi sistematik (Rahadjanto,
2001).

Suatu metode untuk menentukan luas minimal suatu daerah disebut luas
minimal. Metode ini dapat digunakan untuk mengetahui minimal jumlah petak
contoh. Sejumlah sampel dikatakan representive bila didalamnya terdapat semua
atau sebagian besar jenis tanaman pembentuk komunitas atau vegetasi tersebut
(Odum, 1993).

Bentuk luas minimum dapat berbentuk bujur sangkar, empat persegi


panjang dan dapat pula berbentuk lingkaran. Luas petak contoh minimum yang
mewakili vegetasi hasil luas minimum, akan dijadikan patokan dalam analisis
vegetasi dengan metode kuadrat (Guritno, 1995).

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi jumlah spesies di dalam suatu


daerah adalah iklim, keragaman habitat, ukuran. Fluktuasi iklim yang musiman
merupakan faktor penting dalam membagi keragaman spesies. Suhu maksimum
yang ekstrim, persediaan air, dan sebagainya yang menimbulkan kemacetan
ekologis (bottleck) yang membatasi jumlah spesies yang dapat hidup secara tetap
di suatu daerah. Habitat dengan daerah yang beragam dapat menampung spesies
yang keragamannya lebih besar di bandingkan habitat yang lebih seragam. Daerah
yang luas dapat menampung lebih besar spesies dibandingkan dengan daerah yang
sempit. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa hubungan antara luas dan
keragaman spesies secara kasaradalah kuantitatif. Rumus umumnya adalah jika
luas daerah 10 x lebih besar dari daerah lain maka daerah itu akan mempunyai
spesies yang dua kali lebih besar (Harun, 1993).

variasi struktur dan komposisi umbuhan dalam suatu komunitas dipengaruhi


antara lain oleh fenologi, dispersal, dan natalitas. Keberhasilannya menjadi
individu baru dipengaruhi oleh vertilitas dan ekunditas yang berbeda setiap
spesies sehingga terdapat perbedaan struktur dan komposisi masing-masing
spesies (Kimmins, 1987).

Kerapatan suatu spesies menunjukkan jumlah individu spesies dengan


satuan luas tertentu, maka nilai kerapatan merupakan gambaran mengenai jumlah
spesies tersebut pada lokasi pengamatan. Nilai kerapatan belum dapat
memberikan gambaran tentang bagaimana distribusi dan pola penyebarannya.
Gambaran mengenai distribusi individu pada suatu jenis tertentu dapat dilihat dari
nilai frekwensinya sedangkan pola penyebaran dapat ditentukan dengan
membandingkan nilai tengah spesies tertentu dengan varians populasi secara
keseluruhan (Arrijani, 2006).
BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Waktu dan tempat dilakukannya praktikum ini sebagai berikut :


Hari/Tanggal : Rabu, 28 Maret 2018
Waktu : Pukul 08.00 - selesai
Tempat : Halaman Depan Jurusan Biologi Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Tadulako.

B. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum sebagai berikut :


1. Tali rafiah
2. Mistar
3. Patok kayu
4. Alat tulis

C. Prosedur Kerja

Prosedur kerja yang dilakukan dalam praktikum ini adalah :


1. Dipilih satu tipe vegetasi yang dapat dipakai sebagai contoh dan
menentukan batas-batasnya.
2. Di bagian tengah komunitas tersebut ditentukan petak contoh. Luas
petak contoh tersebut tergantung dari luas areal atau jenis
keanekaragaman jenisnya. Luas petak contoh yang lazim digunakan
adalah 1 x 1 m.
3. Dicatat jumlah jenis yang terdapat pada petak contoh 1 kemudian luas
petak contoh diperluas menjadi dua kali lipat serta dicatat penambahan
jenis yang terdapat pada petak contoh tersebut.
4. Penambahan petak contoh dihentikan apabila tidak ada kenaikan
jumlah jenis.
5. Ukuran plot yang digunakan adalah 1 x 1 m, 2 x 1 m, 2 x 2 m dan 4 x 4
m.
BAB IV

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Hasil pengamatan pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut :

Jumlah Jenis
No. Petak Luas Petak Keterangan
Tumbuhan

6 jenis Yaitu Sp A, Sp B, Sp
01 (1 x 1) m
C, Sp D, Sp E, Sp F
1 m2
dan Sp G

Yaitu Sp A, Sp B, Sp
02 (1 x 1) m 6 jenis
C, Sp D, Sp F dan Sp
1 m2
G

Yaitu Sp A, Sp C, Sp
03 (2 x 1) m 6 jenis
D, Sp E, Sp F dan Sp
2 m2
H

Yaitu Sp A, Sp B, Sp
04 (2 x 2) m 8 jenis
C, Sp D, Sp E, Sp F
4 m2
dan Sp G
B. Pembahasan

Praktikum ini dilakukan dengan menentukan lokasi yang akan dijadikan


sebagai tempat pengamatan (petak contoh) kemudian membuat plot
menggunakan tal rafiah yang telah diukur menggunakan mistar engan ukuran
yang telah ditentukan. Dalam pengamatan ini dilakukan perluasan areal
pengamatan menjadi dua kali lipat untuk untuk mengetahui penambahan jenis
keanekaragaman spesiesnya. Perluasan areal pengamatan dihentikan ketika
tidak terdapat lagi penambahan jenis spesies dalam plot tersebut.

Pada praktikum ini diperoleh hasil pengamatan pada petak no.1 dengan
luas (1 x1) m atau satu meter persegi diperoleh 6 jenis spesies yakni Sp A, Sp
B, Sp C, Sp D, Sp E dan Sp F. Selanjutnya pada petak no.2 dengan luas (1 x1)
m atau satu meter persegi diperoleh 6 jenis spesies Yaitu Sp A, Sp B, Sp C, Sp
D, Sp F dan Sp G. Kemudian pada petak no.3 dengan luas (2 x1) m atau dua
meter persegi diperoleh 6 jenis spesies yaitu Sp A, Sp C, Sp D, Sp E, Sp F dan
Sp H. Pada petak no.4 dengan luas (2 x2) m atau empat meter persegi diperoleh
8 jenis spesies yaitu Sp A, Sp B, Sp C, Sp D, Sp E, Sp F dan Sp G.

Praktikum ini dilakukan dengan tujuan untuk menentukan tingkat


keanekaragaman jenis suatu komunitas dalam suatu area tertentu dengan
menggunakan metode luas minimum. Setelah melakukan percobaan diperoleh
hasil bahwa semakin luas daerah pengamatan maka semakin tinggi pula
keanekaragaman jenisnya dan pada setiap penambahan luas areal pngamatan
terdapat jenis tumbuhan yang baru dengan jenis tumbuhan pada masing-masing
plot relatif sama.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh Kartawinata (2006), ia


memperoleh hasil bahwa hubungan antara luas petak pengamatan dengan
jumlah jenis atau kurva area jenis terlihat dari grafik penambahan jenis yang
meningkat secara relatif konstan sampai dengan ukuran petak 1 ha. Hal ini
mengindikasikan bahwa hutan hujan dataran rendah di lokasi penelitian adalah
areal hutanyang memiliki angka keragaman jenis pohon tinggi. Kasus di
Samboja, Kalimantan Timur menunjukkan kurva area jenis pada plot 1ha yang
tidak memperlihatkan tanda-tanda grafik yang membelok bahkan pada plot
dengan luas 4 ha.
BAB V

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh setelah melakukan praktikum ini adalah


sebagai berikut :
1. Luas minimum adalah luas terkecil yang dapat mewakili karakteristik
komunitas tumbuhan atau vegetasi secara keseluruhan. Luas minimum dan
jumlah minimum dapat digabung dengan menentukan luas total dari jumlah
minimum yang sesuai dengan luas minimum yang sudah dapat didapat
terlebih dahulu
2. Petak no.1 dengan luas (1 x1) m atau satu meter persegi diperoleh 6 jenis
spesies yakni Sp A, Sp B, Sp C, Sp D, Sp E dan Sp F. Petak no.2 dengan
luas (1 x1) m atau satu meter persegi diperoleh 6 jenis spesies Yaitu Sp A,
Sp B, Sp C, Sp D, Sp F dan Sp G. Petak no.3 dengan luas (2 x1) m atau dua
meter persegi diperoleh 6 jenis spesies yaitu Sp A, Sp C, Sp D, Sp E, Sp F
dan Sp H. Petak no.4 dengan luas (2 x2) m atau empat meter persegi
diperoleh 8 jenis spesies yaitu Sp A, Sp B, Sp C, Sp D, Sp E, Sp F dan Sp
G.

B. Saran
Kesimpulan yang dapat diberikan dalam praktikum ini adalah sebaiknya
disediakan meteran untuk tali rafiah agar luas plot yang dibuat lebih akurat.

Вам также может понравиться