Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
Mendapatkan pekerjaan dan bekerja pada suatu perusahaan atau organisasi saat ini
telah menjadi suatu kebutuhan utama bagi individu berdasarkan minat serta bidang
keahlian masing-masing. Pekerjaan memiliki makna yang berbeda bagi setiap individu,
diantaranya yaitu sebagai sarana pemenuhan kebutuhan fisik, sosial, dan psikologis.
Pekerjaan memiliki arti, salah satunya adalah sesuatu yang dikerjakan pada bidang atau
posisi tertentu dan mendapatkan pembayaran secara rutin sebagai hasil dari apa yang
disimpulkan bahwa pekerjaan merupakan hak setiap individu dan pekerjaan merupakan
salah satu kebutuhan bagi individu. Ketika indivdu tersebut sudah mendapatkan pekerjaan,
maka individu tersebut sudah bisa dikatakan sebagai karyawan atau tenaga kerja. Menurut
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 2, karyawan atau tenaga kerja adalah
setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa, baik
Berbagai bidang pekerjaan yang ada, salah satunya adalah pekerjaan yang bergerak
sesuatu bagi orang lain (Tjiptono, 2012). Pelayanan dibagi menjadi tiga macam
berdasarkan tawaran, yaitu barang tidak tahan lama (non-durable goods), barang tahan
lama (durable goods), dan jasa (service). Jasa memiliki pengertian berupa aktivitas,
manfaat, atau kepuasan yang ditawarkan untuk dijual. Ketiga macam pelayanan tersebut,
peneliti fokus pada bidang jasa yang memiliki beberapa kategori, yaitu (1) produk hybrid,
(2) jasa utama yang didukung dengan barang minor, dan (3) jasa murni. Dalam hal ini,
peneliti hanya berfokus pada salah satu bidang yaitu jasa utama yang didukung dengan
barang minor. Jasa utama yang didukung barang minor memiliki arti berupa pelayanan
yang terdiri atas jasa pokok tertentu yang secara bersama-sama disertai dengan barang-
barang pendukung. Jasa utama yang didukung dengan barang minor terdiri dari dua tingkat
keterampilan pokok penyedia jasa, yaitu (1) professional service dan (2) non-professional
pendidikan formal tertentu dan keterampilan yang tinggi dalam proses operasinya
(Tjiptono, 2012).
Pekerjaan yang bergerak di bidang pelayanan jasa semakin berkembang dengan pesat
terutama karena perkembangan teknologi yang semakin maju, salah satunya adalah
layanan jasa penerbangan dengan mengantarkan penumpang dari suatu daerah ke daerah
lainnya, bahkan mampu mengantarkan dari suatu negara ke negara lainnya. Hal tersebut
dengan keunggulan pada kecepatan dan efisiensi waktu (Yulianto, 2010). Selain dilihat
dari segi kecepatan dan waktu, fasilitas yang canggih dipilih oleh masyarakat untuk
menjamin keselamatan, keamanan, dan kenyamanan dari jasa transportasi udara tersebut
dalam salah satu kategori dari jenis penawaran jasa, yaitu jasa utama yang didukung
dengan barang minor. Barang minor adalah barang yang disertai dengan jasa pada
penawarannya. Penawaran tersebut terdiri atas jasa pokok tertentu bersama-sama dengan
barang pendukung yang contoh nyatanya adalah jasa penerbangan. Jasa penerbangan yang
mengantarkan penumpang juga melibatkan unsur barang fisik atau pelengkap seperti
majalah, surat kabar, makanan, minuman, dan televisi (yang biasa ditemui pada jasa
penerbangan full-service). Meskipun terdapat unsur fisik, namun jasa penerbangan tetap
sebagai maskapai penerbangan. Penerbangan adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas
pemanfaatan wilayah udara, pesawat udara, bandar udara, angkatan udara, navigasi
penerbangan, keselamatan dan keamanan, lingkungan hidup, serta fasilitas penunjang dan
bekerja untuk dunia penerbangan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1998). Negara
Indonesia memiliki beberapa maskapai penerbangan, baik milik negara maupun milik
swasta dengan ciri khas masing-masing dan dengan pelayanan yang berbeda. Berbagai
satu keinginan tersebut adalah adanya transportasi udara atau pesawat yang canggih untuk
penerbangan atau maskapai yang ada di Indonesia saling bersaing mendapatkan minat dan
(Teknologi.Kompasiana.com, 2011).
adalah maskapai yang memiliki posisi atau kualitas bagus dan istimewa dengan memiliki
Maskapai X memiliki pangsa pasar yang relatif tinggi dalam pertumbuhan pasar industri
transportasi udara yang juga relatif tinggi (Kuntjoroadi dan Safitri, 2009). Sebagai
perusahaan yang bergerak pada bidang pelayanan jasa, Maskapai X memiliki karyawan
yang menjadi andalan dalam memberikan pelayanan jasa untuk penumpang. Karyawan,
pekerja, atau orang yang bekerja untuk memberikan pelayanan jasa tersebut adalah
Pramugari Pramugara.
Pramugari Pramugara atau awak kabin atau flight attendant adalah orang yang
bekerja untuk melayani, membantu, dan menjaga penumpang yang berada didalam
yang disebut juga sebagai personel penerbangan adalah personel yang bersertifikat atau
berlisensi yang diberi tugas atau tanggung jawab dibidang penerbangan. Pramugari
Pramugara masuk ke dalam kategori professional service karena untuk menjadi Pramugari
Pramugara dibutuhkan tingkat pendidikan formal tertentu dan keterampilan yang tinggi
Pada dunia penerbangan, Pramugari Pramugara juga dikenal oleh masyarakat luas
dengan istilah “ujung tombak” dari maskapai penerbangan. Istilah tersebut memiliki arti
bahwa Pramugari Pramugara sebagai ciri khas suatu maskapai penerbangan yang bertugas
kepada penumpang, terutama dalam konteks penelitian ini yaitu Maskapai X. Menurut
untuk menjadi “tuan rumah” bagi penumpang pesawat yaitu untuk membimbing,
disediakan oleh maskapai penerbangan. Selain memiliki tugas utama dalam memberikan
maskapai, Pramugari Pramugara juga menjadi salah satu penentu kualitas suatu maskapai
sehingga Pramugari Pramugara memiliki tanggung jawab dan resiko yang besar terhadap
pekerjaannya. Menurut Prayag (2007), pelayanan jasa yang diberikan oleh kru pesawat
atau Pramugari Pramugara kepada penumpang merupakan salah satu hal terpenting yang
dibutuhkan oleh pelanggan dan dapat menjadi penentu kualitas maskapai penerbangan.
Karena itu, Pramugari Pramugara diharapkan tidak hanya meningkatkan kemampuan dan
menjalankan perilaku yang sesuai dengan deskripsi pekerjaan atau in-role, Pramugari
Pramugara juga diharapkan dapat memberikan perilaku diluar deskripsi pekerjaan atau
extra-role yang dapat memberikan kontribusi positif terhadap perusahaan. Extra-role yang
dimaksud adalah perilaku yang dapat secara sukarela menjalankan resiko pekerjaan,
menolong sesama rekan kerja ditempat kerja, melaksanakan tugas melebihi standar
perusahaan, menerima resiko tanpa adanya paksaan serta memiliki usaha lebih untuk selalu
menjaga citra perusahaan. Extra-role yang telah dipaparkan disebut sebagai Perilaku
Kewargaan Organisasi (Budihardjo, 2014). Pelayanan jasa yang diberikan oleh Pramugari
Pramugara termasuk dalam bidang pekerjaan yang berorientasi pada layanan (service-
oriented). Menurut Bettencourt, Gwinner, dan Meuter (2001), perilaku yang dapat
diantaranya adalah loyalitas, partisipasi sukarela, dan pelayanan yang dapat melebihi
standar perusahaan.
lain yang dapat mendukung perusahaan dalam konteks sosial dan psikologis (McShane dan
Von Glinow dalam Budihardjo, 2014). Menurut Organ (1997), Perilaku Kewargaan
Organisasi merupakan perilaku sukarela pada individu dalam suatu keanggotaan didalam
Budihardjo, 2014) yaitu perilaku sukarela yang termasuk dalam extra-role behavior yang
tidak termasuk dalam uraian jabatan, perilaku spontan, perilaku mudah menolong, serta
perilaku yang tidak mudah terlihat tetapi dapat dinilai melalui evaluasi kerja.
menjalankan tanggung jawab dan menanggung resiko yang tinggi, terutama terhadap
keseluruhan pelayanan yang diberikan kepada penumpang yang menjadi tanggung jawab
dan kewajiban Pramugari Pramugara. Berbagai tanggung jawab dan tugas yang harus
dikerjakan, Pramugari Pramugara dalam perannya diharapkan dapat menjalankan tugas dan
tanggung jawab yang besar secara sukarela terhadap perusahaannya. Selain harus
mengikuti deskripsi pekerjaan yang menjadi in-role atau perilaku yang wajib ditunjukan
saat bekerja pada suatu perusahaan, Pramugari Pramugara juga sebaiknya perlu melakukan
perilaku diluar kewajiban dan tugas perusahaan atau extra-role yang diberikan secara
sukarela karena dapat memberikan kontribusi positif serta dapat memberikan pengaruh
Pramugari Pramugara menjadi penting karena perilaku sukarela tersebut dapat memberikan
pengaruh yang kuat pada diri Pramugari Pramugara untuk memberikan pelayanan jasa
yang semakin baik terhadap penumpang, menolong rekan kerja, serta menjaga loyalitas
terhadap penumpang, dan perusahaan (Tsai dan Su, 2011) yang dalam hal ini adalah
Maskapai X.
Perilaku Kewargaan Organisasi dapat muncul ketika ada faktor lain. Peneliti
berasumsi bahwa faktor lain yang berperan tersebut yaitu adanya keyakinan pada diri
akan kemampuannya untuk mengatur dan melaksanakan tindakan yang diperlukan untuk
menghasilkan pencapaian disebut juga dengan Efikasi Diri atau self-efficacy. Efikasi Diri
juga dapat dikaitkan dengan kepercayaan yang dimiliki oleh diri individu, dimana individu
dengan rasa percaya bahwa dirinya mampu menghasilkan suatu hal, akan berusaha untuk
mewujudkan hal tersebut menjadi nyata. Selain itu, Efikasi Diri juga mengacu pada
pembentukan perilaku yang tepat, menghadapi rasa takut dan keyakinan akan mampu
menghadapi halangan yang ada (Bandura, 1997). Efikasi Diri dapat menjadi dasar dan
Organisasi sehingga tanggung jawab, resiko, perilaku menolong dengan sesama rekan
kerja, dan melakukan pekerjaan dapat secara sukarela dilakukan oleh Pramugari
Pramugara. Peneliti berasumsi bahwa Efikasi Diri menunjukan kemampuan diri melakukan
sesuatu dengan baik yang dapat memunculkan Perilaku Kewargaan Organisasi pada
Selain keyakinan akan kemampuan diri untuk dapat menyelesaikan tugas dan
mengendalikan emosi dalam menghadapi berbagai situasi kerja dan agar dapat
emosi dapat membawa Pramugari Pramugara dapat memposisikan diri dengan tepat pada
berbagai macam situasi di tempat kerja, misalnya dengan tanggung jawab terhadap
pekerjaan atau tugas yang besar. Pramugari Pramugara dapat memotivasi diri untuk
mengerjakan dan menyelesaikan tugas dengan baik serta memiliki ketahanan diri saat
menghadapi masalah. Contoh lainnya adalah ketika ada rekan kerja yang membutuhkan
bantuan, Pramugari Pramugara secara sukarela menolong rekan kerja sebagai bentuk
perwujudan untuk selalu membina hubungan baik dengan rekan kerja. Perilaku yang telah
disebutkan diatas juga memiliki kesamaan dengan extra-role yang dipaparkan oleh
Bettencourt, Gwinner, dan Meuter (2001) yaitu loyalitas terhadap rekan kerja dan
partisipasi sukarela yang dapat berbentuk perilaku membantu rekan kerja. Kemampuan
untuk mengendalikan emosi yang meliputi pengendalian diri, mampu memotivasi diri
dalam melakukan tugas, dan selalu membina hubungan baik dengan rekan kerja
merupakan pengertian dari Kecerdasan emosonal. Menurut Goleman (2001), Kecerdasan
Emosional merupakan kemampuan untuk mengendalikan diri, memiliki daya tahan ketika
menghadapi suatu masalah, memotivasi diri, mampu mengatur suasana hati, mengelola
emosi, dan kemampuan untuk membina hubungan yang baik dengan orang lain.
Kecerdasan Emosional dapat berlaku dimana saja dengan situasi apapun termasuk didalam
dunia kerja. Kecerdasan Emosional dapat menjadikan karyawan untuk mampu mengelola
menghadapi stres, dan membina hubungan antara sesama rekan kerja dengan baik. Karena
itu, Kecerdasan Emosional juga dibutuhkan sebagai dasar untuk mengerjakan tugas-tugas
diluar tugas utama yang dapat dikategorikan sebagai tugas extra-role yang berat dan
dilakukan oleh Pramugari Pramugara, dimana peneliti berasumsi bahwa perilaku tersebut
merupakan bagian dari Perilaku Kewargaan Organisasi. Menurut Goleman (2001) bagi
perilaku ekstra yang positif secara tulis bagi lingkungan kerja maupun lingkungan
hidupnya. Selain itu, karyawan yang memiliki Kecerdasan Emosional yang baik
mempunyai kemampuan untuk memotivasi diri untuk mengerjakan tugas dengan baik.
Karyawan dapat lebih kooperatif dalam bekerja dan empati untuk cenderung membantu
rekan kerja dengan sukarela karena karyawan tersebut akan merasakan emosi yang positif
dan menyenangkan (aktif, bersemangat, dan percaya diri) untuk membantu rekan kerja
(Sumiyarsih, Mujiasih, dan Ariati, 2012). Memiliki Kecerdasan Emosional pada Pramugari
Efikasi Diri merupakan keyakinan dalam diri untuk dapat melakukan sesuatu dengan
baik demi tercapainya hasil yang diinginkan dan Kecerdasan Emosional merupakan
kemampuan yang dimiliki oleh manusia untuk mengendalikan emosi serta mengelola
keadaan diri maupun lingkungan serta mengatur suasana hati yang dapat menjadikan
karyawan mampu mengelola tugas-tugas, situasi kerja, dan hubungan yang baik dengan
rekan kerja. Efikasi Diri dan Kecerdasan Emosional diasumsikan secara bersama dapat
Maskapai X yang memiliki tanggung jawab yang tinggi akan pelayanan jasa dan
penjelasan diatas, maka peneliti ingin meneliti hubungan antara Efikasi Diri dan
Maskapai X.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara Efikasi Diri
Pramugara Maskapai X.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara Efikasi Diri dan
Maskapai X.
D. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis:
industri dan organisasi mengenai Efikasi Diri, Kecerdasan Emosional, dan Perilaku
Kewargaan Organisasi.
3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi peneliti lainnya yang
b. Manfaat Praktis:
1. Bagi Maskapai X
bisa terlaksana dengan baik, dan dapat memberikan kontribusi positif bagi atasan,
Penelitian yang dilakukan terkait dengan hubungan antara Efikasi Diri dan
Maskapai X sepengetahuan peneliti belum pernah dilakukan oleh peneliti lainnya. Namun,
terdapat beberapa penelitian yang memiliki kemiripan yang sudah pernah dilakukan
sebelumnya.
Teknik Universitas Negeri Manado, sedangkan penelitian kali ini berjudul Efikasi Diri dan
sedangkan penelitian kali ini menggunakan teknik purposive sampling. Subjek penelitian
Daud (2010) adalah mahasiswa jurusan pendidikan teknik bangunan Fakultas Teknik
Universitas Negeri Manado tahun ajaran 2009/2010, sedangkan subjek penelitian kali ini
adalah Pramugari Pramugara Maskapai X. Analisis yang dilakukan pada penelitian Daud
(2013) menggunakan korelasi ex-post facto, sedangkan analisis pada penelitian ini
Yang kedua adalah penelitian yang dilakukan oleh Saptoto (2010) yang meneliti
penelitian kali ini berjudul Efikasi Diri dan Kecerdasan Emosional dengan Perilaku
sedangkan pada penelitian kali ini mengambil subjek pada Pramugari Pramugara Maskapai
X. Analisis yang digunakan pada penelitian yang dilakukan oleh Saptoto (2010) adalah
analisis korelasi product moment, sedangkan pada penelitian yang dilakukan kali ini
Yang ketiga adalah penelitian yang dilakukan oleh Sumiyarsih, Mujiasih, dan
Organizational Citizenship Behavior (OCB) pada Karyawan CV. Aneka Ilmu Semarang,
sedangkan penelitian kali ini berjudul Efikasi Diri dan Kecerdasan Emosional dengan
dilakukan oleh Sumiyarsih, Mujiasih, dan Ariati (2012) menggunakan teknik proporsional
random sampling, sedangkan penelitian kali ini menggunakan teknik purposive sampling.
Penelitian Sumiyarsih, Mujiasih, dan Ariati (2012) mengambil subjek karyawan CV.
Aneka Ilmu Semarang, sedangkan pada penelitian yang dilakukan kali ini mengambil
subjek pada Pramugari Pramugara Maskapai X. Analisis yang dilakukan pada penelitian
Yang keempat adalah penelitian yang dilakukan oleh Ibrahim (2013) yang meneliti
dampaknya pada Kinerja Perawat Rumah Sakit Umum Anutapura dan Rumah Sakit
Undata Palu, sedangkan penelitian kali ini berjudul Efikasi Diri dan Kecerdasan Emosional
yang dilakukan oleh Ibrahim (2013) menggunakan teknik probability random sampling,
sedangkan penelitian kali ini menggunakan teknik purposive sampling. Penelitian Ibrahim
(2013) mengambil subjek perawat Rumah Sakit Umum Anutapura dan 101 perawat
Rumah Sakit Undata, sedangkan pada penelitian yang dilakukan kali ini mengambil subjek
pada Pramugari Pramugara Maskapai X. Analisis yang digunakan pada penelitian Ibrahim
(2013) menggunakan analisis Structural Equation Modelling (SEM), sedangkan analisis
Yang kelima adalah penelitian yang dilakukan oleh Artha dan Supriyadi (2013)
yang meneliti Hubungan Antara Kecerdasan Emosi dan Efikasi Diri dalam Pemecahan
Masalah Penyesuaian Diri Remaja Awal, sedangkan penelitian kali ini berjudul Efikasi
Diri dan Kecerdasan Emosional dengan Perilaku Kewargaan Organisasi pada Pramugari
Pramugara Maskapai X. Penelitian Artha dan Supriyadi (2013) kali ini menggunakan
teknik simple random sampling, sedangkan penelitian kali ini menggunakan teknik
purposive sampling. Penelitian Artha dan Supriyadi (2013) mengambil subjek siswa kelas
1 SMA Negeri Denpasar, sedangkan pada penelitian yang dilakukan kali ini mengambil