Вы находитесь на странице: 1из 9

Kerajaan Majapahit

Majapahit merupakan salah satu kerajaan terbesar didalam sejarah Indonesia. Kerajaan ini
memiliki daerah kekuasaan yang terpampang luas dari ujung timur hingga ujung barat dan
juga sampai ke daerah negara tetangga.

Dimasa kejayaan kerajaan majapahit, majapahit mempunyai keinginan yang begitu besar
yaitu ingin menyatukan nusantara melewati dari sumpah Gajah Mada. Tetapi bagaimana sih
kisah sebenarnya tentang sejarah dari kerajaan majapahit ini? Berikut ini ialah akan ada
pembahasan tentang sejarah dari majapahit.

Sejarah Kerajaan Majapahit

Kerajaan Majapahit adalah salah satu kerajaan Agama hindu dan budha yang berada di
daerah Negara Indonesia. Kerajaan ini kurang lebih berdiri sekitar pada tahun 1293 sampai
tahun 1500 Masehi dan dimasa awal kejayaan Majapahit, Kerajaan ini dipimpin oleh seorang
raja yang bernama Raden Wijaya.

Raden Wijaya memimpin Majapahit ini kurang lebih sekitar pada tahun 1293 hingga pada
tahun 1309. Selepas itu Kerajaan tersebut dikuasai oleh Jayanegara yang jahat dan
Jayanegara ini sempat menguasai Kerajaan Majapahit pada tahun 1309 hingga tahun 1328
Masehi.

Selepas Jayanegara dibunuh, maka kekuasan Majapahit ini diganti oleh Tribhuwana Tungga
Dewi yang mana beliaulah yang mengakibatkan Kerajaan Majapahit kembali kepada masa-
masa kejayaannya selama berdaulat pada tahun 1328 hingga pada tahun 1305 Masehi.

Kejayaan Majapahit

Kerajaan Majapahit menggapai pada puncak kejayaannya ketika di masa kekuasaan Hayam
Wuruk. Ketika Hayam Wuruk berkuasa di tahun 1350 sampai tahun 1389 M. Selama Hayam
Wuruk berkuasa, Majapahit sukses menguasai atau merajai Borneo, Sumatra, Bali,
Semenanjung Malaya bahkan hingga masuk ke Negara Filipina.

Ketika pada masa itu Majapahit dapat dibilang sebagai negara terbesar yang pernah ada
didalam sejarah Indonesia. Bersama dengan perdana mentri Gajah Mada, Majapahit memiliki
misi-misi besar yaitu misi-misi besar tersebut ialah mempersatukan nusantara.

Saking seriusnya ingin mempersatukan nusantara, Gajah Mada hingga melontarkan sumpah
yan mana sumpah tersebut diberi nama dengan sumpah palapa dan arti dari sumpah palapa
tersebut ialah “tidak akan mundur dari masa jabatannya sebelum berhasil dalam
mempersatukan nusantara”.

Majunya Ekonomi Kerajaan Majapahit

Ketika dahulu di jaman Kerajaan Majapahit memakai sistem perekonomian yang sangat maju
perkembangannya. Walupun rata-rata masyarakat dari Kerajaan Majapahit ini bekerja sebagai
petani, akan tetapi ada juga masyarakat dari Kerajaan Majapahit ini yang tidak bertani, dan
dia bekerja sebagai pedagang.

Saking majunya perdaganan di Kerajaan Majapahit ini hingga dijadikan sebagai pusat
pertemuan-pertemuan para saudagar- saudagar kaya yang berasal dari Negara India dan
Negara China. Pada jaman itu Majapahit meng-ekspor hasil bumi keluar negeri yang berasal
dari Jawa yaitu garam, lada, kain-kain dan juga rempah-rempah lainnya.

Pada masa itu Majapahit telah mencetak uang logamnya dari berbagai macam campuran
bahan seperti tembaga dan perak untuk dijadikan sebagai sarana transaksi.

Kebudayaan Majapahit

Kebudayaan pada masyarakat Majapahit ialah kebudayaan Hindu yang telah masuk pada
Agama Budha. Sehingga ketika dimasa kepemerintahannya kerap diadakan sebuah acara
kebudayaan seperti acara sebuah pemujaan. Pemujaan-pemujaan yang dilakukan ialah
pemujaan Siwa dan Waisnawa kepada Dewa Wisnu.

Selain dari itu, raja yang memimpin kekuasan kerajaan Majapahit dianggap sebagai jelmaan
Budha. Biasanya perenan-peranan tersebut diadakan di Trowulan dan lokasinya di candi-
candi. Candi-candi tersebut diantaranya ialah Candi Bajangratu trowulan, Mojokerto dan
Candi Tikus.

Candi-candi itu telah menggunakan arsitektur yang bagus dengan dilengkapi bahan-bahan
bangunan seperti bata, perekat gula, dan menggunakan getah pohon.

Struktur Pemerintahan dan Wilayah Majapahit

Majapahit diadakan berdasarkan kepemerintahan yang berstruktur kerajaan. Adanya


penyelenggaraan kepemerintahan itu dibagikan kepada pejabat-pejabat yang memiliki tugas
untuk menyelenggarakan atau bisa disebut juga dengan mengadakan negara.

Diantaranya pejabat-pejabat tersebut ialah:

 Rkryan Mahamantri Kartini yang biasa dijabat putra-putra raja


 Rakryan Mantri Ri pakira-kiran adalah dewan menteri yang menjalankan
kepemerintahan.
 Dharmmadhyaksa adalah para pejabat hukum keagaamaan di wilayah Kerajaan
Majapahit.
 Dharmma Upapatti adalah para pejabat-pejabat keagamaan di Majapahit.

Para pejabat-pejabat itu memegang beberapa bagian wilayah dari Kerajaan Majapahit seperti
pada wilayah Kembang Jenar, Matahun Pajang, Singhapura, Kelinggapura, Wengker,
Jagaraga, Daha, Kabalan, Keling, dan pada wilayah Kahuripan.

Runtuhya Kerajaan Majapahit

Majapahit adalah salah satu kerajaan yang bertepatan lokasi didaerah Jawa Timur sejak dari
tahun 1293 sampai tahun 1500 an.
Penguasa-penguasa terbesar di Kerajaan Majapahit yaitu Hayam Wuruk, yang mana hayam
wuruk ini sudah memimpin kerajaan sejak tahun 1350 hingga pada tahun 1389 yang mana
tahun itu adalah puncak-puncak kejayaannya Majapahit.

Pada masa itu Majapahit sudah mendirikan kerajaan lain yang berada di wilayah selatan
Semenanjung Melayu, Sumatera, Bali, Kalimantan, Bali, Indonesia bagian tumur, dan di
Negara Filipina. Majapahit ini adalah kerajaan terakhir dari kerajaan-kerajaan hindu lainnya.

Majapahit ini selain menjadi kerajaan terakhir pada masanya, kerajaan ini telah dianggap
bahwa kerajaan tersebut sebagai salah satu negara terbesar didalam sejarah Indonesia. Pada
masa itu penduduk-penduduk majapahit sudah mengembangkan kecanggihan-kecanggihan
tingkat tinggi baik itu didalam kegiatan artistik ataupun komersial.

Pada saat itu modal yang sudah dimiliki oleh para penduduk-penduduk Majapahit
diantaranya ialah seni dan sastra yang mana sastra dan seni itu memiliki perkembangan yang
sangat pesat sekali. Bahkan Sistem-sistem perekonomian kontan atau tunai telah mulai
berkembang sedikit demi sedikit.

Berlandaskan dari bidudidaya perdagangan. selain dari itu, juga didukung dengan ber-
anekaragam profesi dan industri. Ketika pada tahun 1527 Majapahit ini adalah kerajaan yang
disebut dengan kerajaan paling besar di nusantara ini bertekuk lutuk kepada Kesultanan
Demak.

Sesudah kejadian itu Kerajaan Majapahit merupakan sebuah lambang kebesaran Indonesia
pada masanya, selain menjadi lambag, Majapahit ini sudah menimbulkan banyak sekali bena
polotik termasuk juga dengan kesultanan Ilsam Demak, Lalu panjang, Lau Mataram, dan
berbagai kerajaan-kerajaan lainnya yang terdapat di daerah Jawa Tengah.

Kemunduran Kerajaan Majapahit

Sesudah kematiannya Hayam Wuruk pada tahun 1389, kedaulatan Majapahit memasuki
masa-masa kemunduran karena adanya masalah. Kemudian Hayam Wuruk digantikan oleh
seorang putri mahkota Kusumawardhani, yang mana pada masa itu putri mahkota tersebut
menikah dengan seorang kerabat dekatnya, yakni Pangeran Wikramawardana.

Hayam Wuruk juga memiliki seorang putra yang mana putra tersebut dihasilkan dari
pernikahan sebelumnya, yakni Pangeran Wirabhumi, yang juga ikut menyatakan tahta.

Adanya perang sipil seperti ini dan yang mana perang itu disebut sebagai Paregreg
diperkirakan telah terjadi kurang lebih sekitar pada tahun 1405 sampai 1406, dan adanya
peperangan itu menimbulkan Wikramawardhana sebagai pemenang yang memenangkan
peperangan tersebut, dan Wirabhumi ditangkan lalu dipenggal hidup-hidup.

Wikramawardana memimpin Kerajaan Majapahit sampai pada tahun 1426 lalu digantikan
dengan putrinya yang mana putrinya bernama Suhita, Putri Suhita memimpin kerajaan sejak
tahun 1426 sampai pada tahun 1447. Putri Suhita ini adalah anak kedua dari
Wikramawarddhana dari istri yang lainnya yang bernama Putri Wirabhumi.
Faktor Utama yang Mengakibatkan Kemunduran Majapahit

 Kerajaan Majapahit tidak mempunyai penggerak dari pusat kepemerintahan yang


memiliki kemampuan untuk mempertahankan sebuah kesatuan di daerahnya sesudah
dari Gajah Mada dan Hayam Wuruk meninggal.
 Lalu susunan-susunan dari kepemerintahan Majapahit yang memiliki kesaaan pada
sistem negara sekutu pada masa modern dan banyaknya kebebasan-kebebasan yang
memang diberi oleh kepemerintahan pada masa itu untuk bertujuan memuahkan
daerah-daerah yang menggambarkan jajahan untuk meluputkan diri sendiri begitu saja
sesudah mengetahui apabila pusat pemerintahan itu sedang terjadinya kekosongan
terhadap kekuasaan.
 Faktor-faktor utama yang menjadi penyebab kemunduran yang selanjutnya ialah
terjadinya peperangan antar saudara, hal ini menunjukkan bahwa yang menjadi suatu
permasalahan terbesar dari Kerajaan Majapahit ini adlah terjadinya peperangan antar
saudara, yang mana peperangan yang paling populer pada masa itu adalah Perang
Paregreg yang terjadi pada tahun 1401 sampai 1406.
 Yang terakhir ialah masuknya Agama Islam dari zaman Kerajaan yang berada di
daerah Kediri Jawa Timur yang mana kerajaan itu memperlihatkan kekuatan-kekuatan
baru yang berani melawan Majapahit. Hal ini merupakan kondisi terburuk yang
terjadi pada Kerajaan Majapahit. Kerajaan ini memang benar-benar sedang dalam
ancaman kehancuran sesudah seluruh kerajaan-kerajaan Islam bersatu dan menjadi
satu.

Peninggalan Kerajaan Majapahit

Majapahit, majapahit merupakan sebuah kerajaan yang begitu besar di Negara Indonesia.
Sudah tidak heran apabila ia meninggalkan peninggalan-peninggalan yang memiliki sejarah
besar dalam peninggalan tersebut. Apa saja sih yang telah ditinggalkan oleh Kerajaan
Majapahit ini?

Yuk, langsung saja kita simak peninggalan apa saja yang telah ditinggalkan oleh kerajaan
tersebut dibawah ini:

1. Candi Cetho

Candi Cetho ialah candi yang dialokasi bagi orang yang beraga Hindu peninggalan masa-
masa akhir kepemerintahan Majapahit pada abad ke 15. Terdapat sebuah laporan ilmiah
pertama tentang candi cheto yang dibangun oleh Van de Vlies pada tahun 1842. A.J. Bernet
Kempers juga ikut melakukan penelitian tentangnya

Penggalian pertama kalinya yang dilakukan untuk kepentingan rekonstruksi pada tahun 1928
yang dipimpin oleh Dinas Purbakala dari Hindia Belana. Berlandaskan kondisinya ketika
terjadinya reruntuhan candi tersebut mulai di analisa, ternyata usia dari candi ini tidak
berbeda jauh dengan usia candi sukuh.

Keberadaan lokasi candi ini adalah bertepatan di Dusun Ceto, Kecamatan Jenawi, Desa
Gumeng, Kabupaten Karanganyar, yang mana lokasi dari candi tersebut berada pada
ketinggian 1400 MDPL (meter diatas permukaan laut).
2. Candi Sukuh

Candi sukuh adalah komplek dari candi-candi yang beragama Hindu yang berada di daerah
Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Candi Sukuh ini termasuk didalam kategori sebagai
candi yang beragama Hindu karena ditempat itu telah dijumpai obyek pujaan lingga dan yani
oleh orang-orang dahulu.

Candi Sukuh ini tergolong sebagai candi yang sangat polemis, karena bentuk dari candi
tersebut tidak biasa saja dan banyak juga obyek-obyek yoni dan lingga yang mewujudkan
seksualitas. Candi Sukuh ini sudah sejak lama untuk diusulkan ke UNESCO untuk dijadikan
salah satu situs warisan dunia dari tahun 1995.

3. Candi Pari

Candi Pari merupakan salah satu sebuah monumen peninggalan sejarah masa-masa klasik
negara Indonesia yang letaknya berada didaerah Desa Candi Pari, Kabupaten Sidoarjo,
Kecamatan Porong, Jawa Timur Indonesia. Keberadaan lokasi candi tersebut berada kurang
lebih di sekitar 2 KM kearah barat laut.

Ketika pada jaman dahulu kala, diatas gerbang candi itu terdapat sebuah batu serta angka
yang mewujudkan angka tahun 1293 (1371 M). Dan juga merupakan salah satu monumen
peninggalan dari jaman Kerajaan Majapahit yang mana waktu itu masih pada kepemerintahan
Prabu Hayam Wuruk pada tahun 1350 sampai 1389 Masehi.

4. Gapura Waringin Lawang Majapahit

Waringin Lawang ini adalah bahasa Jawa dan apabila Waringin Lawang ini diartikan
kedalam bahasa Indonesia ini artinya adalah ‘Pintu Beringin’. Gapura besar ini dibuat dari
bahan utama batu-bata merah dengan luas lahan 13 x 11 meter dan tinggi dari gapura tersebut
sekitar 15,5 meter.

Gapura ini diperkirakan dibangun kurang lebih pada abad ke-14. Gerbang dari bangunan ini
biasa disebut seperti candi bentar atau dengan jenis gerbang yang terbelah. Gaya bangunan
seperti ini disangka muncul ketika masih pada masa kepemimpinan Majapahit dan pada saat
ini banyaknya dijumpai dalam bangunan-bangunan Bali.

5. Candi Jabung Peninggalan Kuno Majapahit

Lokasi candi hindu terletak di daerah Desa Jabung, Kabupaten Probolinggo, Kecamatan
Paiton, Provinsi Jawa Timur. Bentuk bangunan pada candi tersebut dibuat dari bahan utama
batu-bata merah, meskipun candi itu dibuat dari bahan-bahan batu-bata merah tetapi usia
kekokohan pada candi tersebut mampu bertahan sampai ratusan tahun.

Menurut keyakinan, Agama Budaha didalam sebuah kitab yang mana nama dari kitab
tersebut adalah Nagarakertagama menjelaskan bahwa Candi Jabung ini merupakan sebuah
sebutan dengan nama Bajrajinaparamitapura.

Didalam kitab Nagarakertagama menuliskan bahwa Candi Jabung ini sudah kunjungi oleh
Raja Hayam Wuruk pada kunjungan ketika beliau sedang keliling ke daerah Jawa Timur pada
tahun 1359 M.
Namun disebutkan didalam Kitab Pararaton bahwa Sajabung itu ialah merupakan sebuah
tempat pemakaman salah seorang anggota keluarga raja. Bentuk bangunan candi ini hampir
sama dengan bentuknya Candi Bahal yang ada didaerah Bahal, Provinsi Sumatera Utara.

6. Candi Brahu Mojokerto

Letak Candi Brahu itu didaerah Dukuh Jambu Mente, Kecamatan Trowulan, Desa Bejijong,
Kabupaten Mojokerto. Letak lokasi Candi Brahu ini bertepatan dengan kantor suaka
peninggalan purbakala dan sejarah Jawa Timur. Sebagian dari orang memiliki pendapat
masing-masing bahwa umur Candi Brahu ini lebih tua apabila dibandingkan dengan candi-
candi lainnya di Trowulan.

Penanaman Brahu ini dikaitkan dengan kata-kata Warahu atau Wanaru yang mana bangunan-
bangunan suci yang terdapat di prasasti tembaga yang dapat ditemukan kurang lebih sekitar
45 m dari lokasi Candi Brahu.

Batu tulis ini dibuat kurang lebih pada tahun 939 Masehi atau 861 Saka diatas perintah dari
sang raja Mpu Sindok yang berasal dari Kerajaan Kahuripan. Konon katanya candi inilah
dijadikan sebagai tempat pembakaran raja-raja Brawijaya.

Akan tetapi, menurut analisa seseorang yang dikerjakan oleh para ahli tidak menjumpai hasil
adanya bekas abu-abu pembakaran jenazah atau mayat, lantaran tembok atau dinding pada
candi sekarang ada pada keadaan kosong.

Sastra Majapahit

Di jaman Majapahit aspek sastra memuai dengan sangat cepat sekali. Berbagai macam karya-
karya sastra dibuat dan hasil dari karya sastra tersbut dapat dibagi menjadi dua bagian, yakni
bagian jaman Majapahit awal dan jaman Majapahit Akhir.

Karya Sastra Majapahit Awal

Karya sastra majapahit awal yang mana karya sastra tersebut dibuat diawal kerajaan
Majapahit, berikut inilah karya-karya sastra peninggalan Majapahit awal.

Kitab Negara Kertagama

Kitab Negara Kertagama ini adalah sebuah kitab yang dikarang oleh Empu Prapanca. Isi dari
kitab ini adalah menceritakan tentang kondisi kota Majapahit, perjalanan-perjalanan dan
wilayah-wilayah jajahan Hayam Wuruk yang memutari daerah kekuasaannya.

Bukan hanya itu saja, didalam sebuah kitab mengatakan bahwa adanya upacara Sradda untuk
Putri Gayatri, menyinggung dengan kehidupan, kegamaan, dan kepemerintahan ketika di
zaman Majapahit. Sebenarnya Kitab Negara Kertagama ini lebih memiliki nilai yaitu sebagai
sumber sejarah budaya daripada menjadi sumber sejarah politik.

Karena, tentang raja-raja yang berkuasa dimasa itu hanya dikatakan dengan cara singkat,
terutama para raja-raja di Singasari dan Majapahit lengak dengan tahun-tahunnya.
Kitab Arjuna Wijaya

Kitab Arjuna Wijaya ini juga masih termasuk didalam kategori kitab yang di karang oleh
Empu Tantular. Isi dari kitab ini adalah menceritakan mengenai seseorang raksasa
Kunjarakarna yang mana seorang raksasa itu ingin sekali menjadi manusia.

Lalu dia pun menghadap kepada Wairocana dan diizinkan untuk melihat neraka. Karena dia
sangat taat atau patuh kepada ajaran-ajaran yang telah diajarkan oleh agama Buddha, dan
pada akhirnya apa yang dia inginkan itu pun terkabul.

Kitab Parthayajna

Kitab Prthayajna ialah sebuah kitab yang mana kitab tersebut sampai saat ini belum ada yang
mengetahui siapa pengarang atau pencipta kitab tersebut. Isi dari kitab ini ialah mengenai
keadaan Pandawa sesudah kalah ketika sedang bermain dadu, dan pada akhir cerita mereka
melakukan kegiatan seperti mengembara di hutan-hutan.

Kitab Sotasoma

Kitab Sotasoma ialah sebuah kitab yang juga dikarang oleh Empu Tantular. Kitab ini
menceritakan mengenai riwayat hidup Sotasoma, dimana seorang anak raja menjadi pendeta
Buddha pada masa itu. Dia siap atau bersedia untuk berkorban atau mengorbankan dirinya
untuk mementingkan kepentingan seluruh umat manusia yang mana seorang manusia itu
sedang berada didalam kesulitan.

Maka dari itu, banyak manusia-manusia yang tertolong karena jasa beliau yang telah
mengorbankan dirinya. Didalam kitab ini selain membahas riwayat terdapat juga sebuah
ungkapan-ungkapan kata yang berbunyi “Bhinneka Tuggal Ika, TanHana Dharma
Mangrawa”, lalu digunakan sebagai motto Negara Indonesia hingga saat ini.

Karya Sastra Majapahit Akhir

Karya Sastra pada saat jaman Majapahit Akhir, Kitab tersebut ditulis didalam buku yang
mana tulisan kitab tersebut ditulis dengan menggunakan aksara bahasa Jawa Tengah.
Diantara dari banyaknya karya-karya yang diciptakan pada zaman ini diantaranya ditulis
dalam sebuah bentuk tembang, dan ada juga karya yang berbentuk seperti gancaran.

Berikut dibawah ini adalah peninggalan-peninggalan sastra karya Majapahit akhir, yuk
langsung saja kita simak pembahasannya.

Kitab Pararaton

Kitab Pararaton alah kitab yang isinya menceritakan kisah-kisah hidunya seorang raja
Majapahit dan seorang raja Singasari. Selain dari itu, didalam kitab Pararaton ini
menceritakan mengenai pemberontakan Sora dan Ranggalawe, Jayanegara dan menceitakan
peristiwa Bubat.
Kitab Sorandakan

Kitab Sorangakan adalah kitab yang ditulis dalam bentuk kidung, kitab Sorandakan ini
menceritakan mengenai pemberonkan Sora kepada Raja Jayanegara yang berada didaerah
Lumajang.

Kitab Sudayana

Isi dari kitab sudayana ini adalah menceritakan tentang Peristiwa Bubat, yaitu sebuah agenda
penikahan yang lalu berubah menjadi sebuah pertempuran antara Kerajaan Majapahit dan
Kerajaan Pajajaran dibawah kepemimpinan seorang raja yang bernama Gajah Mada.

Didalam pertempuran tersebut raja yang berasal dari tanah suda ini dengan para pembesar-
pembesarnya terbunuh, sedangkan Dyah Pitaloka meinggal dengan cara melakukan bunuh
diri.

Kitab Ranggalawe

Mungkin telinga kalian sudah tidak asing lagi ketika mendengar kitab ini. Kitab ini adalah
Kitab Ranggalawe, yang mana Kitab Ranggalawe ditulis dalam bentuk kidung dan
mencerutakan mengenai pemberontakan Tanggalawe dari Tuban kepada Jayanegara.

Tantu Panggelaran

Tantu Panggelaran dalah sebuah kitab yang mengisahkan tentang pemindahan Gunung
Mahameru ke Pulau yang dipindah oleh Dewa Brahma. Dewa Siswa dan Dewa Wisnu.
Runtuhan-runtuhan Gunung Semeru yang berada di sepanjang pulau Jawa sudah menjadi
Gunung-Gunung di Pulau Jawa.

Kitab Calon Arang

Kitab Calon Arang ini kitab yang didalamnya menceritakan tentang seorang tukang tenun
yang mana tukang tenunng itu bernama Calon Arang yang ketika itu beliau hidup di masa
kepemerintahan Airlangga. Beliau mempunyai seorang anak yang sangat cantik dan
menawan, tetapi tidak ada seseorang pun yang berani mendekatinya.

Dengan sendirinya Calon Arang pun terasa terhina dan menyebarluaskan penyakit di seluruh
negeri. Atas perintah dari Airlangga beliau bisa dibunuh oleh Empu Bharada.

Kitab Panji Wijayakrama

Kitab Panji Wijayakrama ini ditulis dalam bentuk kidung sama dengan kitab-kitab lainnya, isi
dari tulisan di kitab ini yaitu menceritakan sebuah kisah riwayat hidup Raden Wijaya sampai
beliau menjadi Raja Majapahit.

Kitab Usana Jawa

Kitab ini adalah kitab yang ditulis dalam bentuk kidung juga, isi dari kitab ini adalah
menceritakan tentang penaklukan Pulai Bali oleh Gajah Mada.
Patih Gajah Mada Majapahit

Apabila membicarakan mengenai sejarah Kerajaan Majapahit tentu saja tidak dapat lepas dari
satu tokoh, yakni Gajah Mada. Ia adalah merupakan sesosok patih yang sangat terkenal
didalam sejarah kerajaan di Negara Indonesia.

Tidak begitu banyak informasi-informasi yang tersedia tentang cerita masa kecil Gajah mada.
Hanya terdapat beberapa tulisan menerangkan bahwa Gajah Mada ketika masih kecil berasal
dari kalangan rakyat-rakyat jelata.

Tokoh utama dalam kerajaan Majapahit ini mengalami peningkatan karir yang mana
peningkatan karir tersebut sangat cepat sekali sesudah beliau berhasil menyelamatkan raja
kedua Majapahit, Jayanegara dari kisah pemberontakan yang di selenggarakan oleh Ra Kuti
kurang lebih sekitar tahun 1319.

Sesudah kejadian itu, kemudian Gajah Mada langsung diangkat menjadi seorang patih di
Kerajaan Majapahit.

Ketika Gajah Mada sudah menjabat sebagai patih di kerajaan Majapahit, Gajah Mada sangat
sibuk karena terjadinya pemberontakan yang sudah terjadi dimana-mana terutama sesudah
meninggalnya Raden Wijaya. Pemberontakan terjadi karena orang-orang bekas istana
kerajaan mempunyai keinginan untuk mengambilh alih kekuasaan, ada juga wilayah-wilayah
lainnya yang ingin melepaskan diri dari wilayah kekuasaan Majapahit.

Karena prestasinya yang bagus Gajah Mada sempat diangkat menjadi Patih Kahuripan dan
menjadi Patih Doha. Karir militernya semakin menaik dan meninggi ketika masa
pemerintahan Trubhuwana Wijayatunggadewi. Beliau diangkat menjadi Patih Majahait
sesudah berhasil menyelesaikan pemberontakan di wilayah Sadeng dan Keta.

Ketika menjadi sebagai Mahapatih, Gajah Mada melakukan ekspansi besar-besaran ke


seluruh penjuru Nusantara dalam rangka untuk memperluas wilayah kekuasaan Kerajaan
Majapahit. Hasil ekspansi tersebut pun berjalan dengan sempurna dan tidak sia-sia.

Gajah Mada mampu mengambil alih kerajaan penting seperti halnya Kerajaan Pejeng di
daerah Bali, dan sisa-sisa Kerajaan Sriwijaya dan Malayu.

Puncak-puncaknya karir Gajah Mada terjadi ketika sedang berada di pemerintahan Hayam
Wuruk. Beliau diangkat menjadi Patih Amangkubumi. Sosok Gajah Mada di Kerajaan
Majapahit ini seolah-olah tidak akan bisa digantikan lagi oleh siapapun.

Mengingat peran dari Gajah Mada yang begitu esensial dalam sistem-sistem pemerintahan.
Pada masa ini juga sebuah janji yang sakral mulai dikenal oleh masyarakat-masyarakat, yakni
Sumpah Palapa.

Sumpah Palapa dinyatakan pada tahun 1336 Masehi atau kurang lebih pada tahun 1258 Saka,
tepat sesudah beliau diangkat menjadi Patih Amangkubumi.

Вам также может понравиться