Вы находитесь на странице: 1из 9

Perbandingan Metode Titrasi Volhard dan Potensiometri

pada Analisis Klorida


Bram Umar Zulfiqar, Dr. Sutanto, M.Si dan Nana Suryana, M.Sc.
Program Studi Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Pakuan Bogor

SUMMARY

Analysis of chloride content in cement industry by means of instrument


that apply potentiometric method has several disadvantages which are considered
to be technical difficulties in operation. The instrument used in analyzing chloride
by potentiometric methode is TOX (Total Organic X-halide). This instrument has
several weaknesses, which are unstable, conditioning requires take a several time,
easily saturated electrolyte electrolyte solution so that should be repeated
replacement, and less representative samples tested. Therefore, the chosen method
of volumetric (Volhard) as an alternative method. The purpose of this study was
to compare the two methods. From this comparison, it is expected volumetric
method was not significantly different with the potentiometric method in
analyzing chloride. TOX apply pyrolysis system at temperatures of 1000oC to
liberate chlorine gas that flowed into the titration cell, then there is a process of
electrolysis to Ag electrode which reacts with chloride so that the precipitation of
silver chloride. Potential changes to Ag electrode is similar to concentration of
chloride in the sample. Volhard titration while applying a back titration system,
residual of silver nitrate is added excess reacted with thiocyanate solution of
known concentration. Standards and CRM measured by both methods.
Measurements carried out at least 7 times on each method. From the data
obtained, then the calculated value of linearity, accuracy, precision, and the
detection limit of each method. Validation data results are then compared
statistically by F-test. Through the comparison of statistical data, it can be
determinated whether the volumetric method with potentiometric method are
significantly different or not.

Keywords: Volumetric, Volhard Titration, Potentiometric, Chloride, Method

PENDAHULUAN sehingga panas yang dibutukan untuk


kelancaran proses pembuatan semen
Klorida yang terdapat pada
menjadi lebih tinggi, selain itu klorida
batuan yang menjadi bahan baku
juga dapat memberikan gangguan
dalam pembuatan semen dapat
lainnya, seperti gangguan korosi di
memberikan beberapa dampak dalam
bagian cyclone preheate dan kiln.
proses pembuatan semen meskipun
Untuk menjaga performance
dalam konsentrasi yang rendah.
dalam proses pembuatan semen, maka
Kesetimbangan di dalam proses
diperlukan kontrol untuk memantau
seringkali terjadi gangguan pada input
kandungan klorida selama proses
Alkali-Cl-S balance, dan juga dapat
berlangsung. Pengukuran klorida ini
memicu terjadinya plug up, yaitu
memerlukan metode yang cocok dan
penempelan material pada cyclone
efektif untuk material batuan seperti
akibat reaksi kimia Alkali-Cl-S
limestone, shale, silica, dan iron sand.
Bahkan untuk pengukuran material waktu, dan penghematan biaya
campuran seperti kiln feed, raw meal, analisis.
dll. Sejauh ini, instrumen analisis
yang digunakan untuk memantau METODE PENELITIAN
kandungan klorida dalam proses
Alat
pembuatan semen adalah Total Alat-alat yang digunakan adalah
Organik Halida (TOX). Alat ini rangkaian alat Total Organik Halida
menggunakan metode potensiometri (TOX), komputer yang sudah di
yang berfungsi untuk mengukur syncronized dengan TOX, neraca
kandungan halida seperti klorida. analitik, alat pendingin (refrigator),
TOX dapat mengukur kadar pipet tetes, piala gelas, erlenmeyer,
halida (klorida) hingga satuan ppm, buret, kaca arloji, pipet volumetri,
namun pada implementasinya alat ini pemanas teklu, kaki tiga, corong,
memiliki beberapa kelemahan, yaitu kertas saring, statif, dan pengaduk.
kurang stabil, memerlukan waktu
Bahan
pemanasan dan pendinginan yang Bahan-bahan yang digunakan
cukup lama, sangat bergantung pada antara lain: asam asetat glassial,
larutan elektrolit yang mudah jenuh larutan inner outer, aquadest, asam
(perlu dilakukan penggantian larutan nitrat, perak nitrat, ammonium feri
berkali kali), dan bobot sampel yang sulfat, dan ammonium tiosianat.
digunakan kurang representatif (5 s/d
10 mg). Selain itu, karena alat ini METODE KERJA
merupakan alat analisis yang jarang Penelitian perbandingan metode
ditemui, maka tidak heran jika alat ini antara metode titrasi Volhard dengan
menghabiskan biaya yang besar untuk metode potensiometri Total Organik
kebutuhan maintenance service, Halida (TOX) ini meliputi persiapan
kalibrasi berkala, spare part alat, gas sampel, persiapan CRM, analisis
yang digunakan, dan perawatan kadar klorida dengan metode titrasi
lainnya. terhadap CRM, analisis kadar klorida
Dari poin-poin tersebut, metode dengan metode Total Organik Halida
alternatif yang memiliki akurasi (TOX) terhadap CRM, validasi
pengukuran yang cukup baik, stabil, metode analisis, dan perbandingan
dan tidak memerlukan biaya hasil analisis yang meliputi linearitas,
operasional yang besar dalam akurasi, presisi, dan limit deteksi.
pelaksanaan analisisnya adalah
metode titrasi argentometri cara Persiapan Sampel
Volhard. Metode ini diadopsi dari Sampel yang diuji dalam
Methods of Testing Cement dari perbandingan metode ini berjumlah 3
British Standard (BS EN 196- sampel, yaitu: Sampel A (Sampel
2:2005). Metode titrasi ini memang yang dijadikan standar pengecekan
tidak dapat mengukur kadar analit antara, yang diambil dari titik
dalam konsentrasi yang sangat kecil sampling point di silo Raw meal),
layaknya alat TOX, namun Sampel B (Sampel yang dijadikan
diharapkan bisa menjadi metode yang standar pengecekan antara, yang
lebih efektif daripada metode diambil dari titik sampling point di
potensiometri (alat TOX) dari sisi silo Kiln Feed NR 2), dan Sampel C
kestabilan, akurasi yang baik, hasil (Certified Reference Material NCS
yang maksimal, tidak membuang DC 70308).

2
Penentuan Kadar Klorida Dengan Keterangan:
Metode Titrasi Volhard m : Bobot sample (gram)
Vb : Volume penitar blanko (ml)
Sebanyak 5 gram sampel
Vs : Volume penitar sampel (ml)
ditimbang lalu ditempatkan ke dalam
piala gelas 400 ml, ditambahkan 50
ml air sambil diaduk. Kemudian Penentuan Kadar Klorida Dengan
ditambahkan 50 ml HNO3 1:2. Metode Potensiometri (TOX)
Larutan dipanaskan sampai mendidih Sampel yang telah ditimbang
(untuk sampel yang mengandung dengan bobot 5 – 10 mg dimasukkan
sulfida, lakukan pencampuran di dalam sample boat yang kemudian
dalam fume hood), diaduk sesekali masuk perlahan-lahan ke dalam
dan dididihkan selama 1 hingga 2 tabung pirolisis melalui port inlet
menit. Setelah mendidih, larutan sampel dalam aliran argon. Sampel
diangkat dari pemanasan, dan menguap pada suhu tinggi dan klorin
ditambahkan 5 ml larutan AgNO3 dikonversi menjadi hidrogen klorida.
0,05 M dengan pipet kedalam larutan
tersebut. Lalu kembali dididihkan X (Cl) HX (HCl >> Cl2)
selama tidak kurang dari 1 menit dan (Pembakaran dalam furnace)
tidak lebih dari 2 menit, disaring
dengan kertas saring kasar, dicuci Gas klor yang bebas didorong
dengan HNO3 1:100 kedalam ke dalam tabung pirolisis dengan gas
erlenmeyer 500 ml hingga volume pembawa argon dan kemudian masuk
sekitar 200 ml. Kemudian filtrat ke dalam sel titrasi. Gas klor berubah
didinginkan di bawah 25oC dalam menjadi ion klorida dalam larutan
cahaya tenang/dalam gelap. Setelah elektrolit, ion klorida bereaksi dengan
dingin, ditambahkan larutan indikator elektroda Ag membentuk endapan
sebanyak 5 ml dan dititrasi denngan perak nitrat. Terbentuknya endapan
ammonium tiosianat 0,05 M. Larutan perak nitrat mengakibatkan
dititrasi hingga titik akhir berwarna berkurangnya konsentrasi Ag pada
merah coklat yang stabil. Catat elektroda. Perubahan potensial yang
volume ammonium tiosianat yang terdeteksi karena pengurangan Ag
digunakan dalam titrasi. Jika volume sebanding dengan konsentrasi klorida
kurang dari 0,5 ml ulangi prosedur
dalam sampel.
dengan separuh bobot sampel.
Dilakukan prosedur yang sama tanpa
Validasi Metode Analisis
sampel dan catat volume titrasi
ammonium tiosianat sebagai blanko. 1. Linearitas
Setelah didapatkan volume Dibuat deret standar dengan
sampel dan volume blanko, kadar konsentrasi Klor 0 ; 0,01 ; 0,03 ; 0,05
klorida dihitung dengan persamaan ; 0,1 ; 0,3 ; 0,5 ; dan 1 % dalam labu
dari British Standard (EN 196- ukur 100 mL. Dibaca dengan metode
2:2005) berikut ini: kerja cara titrasi volhard dan cara
TOX. Kemudian dihitung slope,
intersep, dan koefisien korelasi (r).
Cl-
Perhitungan (Harmita, 2006):
Slope (b)

3
Intersep (a) 4. Limit Deteksi
Koefisien Limit Deteksi Instrumen (LDI)
korelasi menggunakan Larutan Blanko

2. Akurasi Menurut Harmita (2006), dibuat


blanko lalu dibaca dengan kedua
Uji akurasi dilakukan dengan metode dan dilakukan pengulangan
menggunakan contoh spike pada satu sebanyak 7 kali. Dihitung konsentrasi
konsentrasi. Kemudian ditetapkan dan standar deviasi dari respon blanko
kandungan klor dalam sampel yang tersebut. Limit deteksi instrumen
telah di spike dengan metode kerja yaitu rata-rata konsentrasi ditambah 3
cara titrasi volhard dan cara TOX. kali standar deviasi.
Dilakukan 7 kali analisis dan dihitung Perhitungan :
% perolehan kembali sampel yang
didapat. SD
Perhitungan (Harmita, 2006): LDI = rerata konsentrasi + (3 x SD)
%R
Keterangan: Limit Kuantitasi menggunakan
%R = % recovery Larutan Blanko
Xa = konsentrasi contoh setelah
ditambah standar (%) Menurut Harmita (2006),
Xb = konsentrasi contoh tanpa dibuat larutan blanko lalu dibaca
standar (%) dengan kedua metode dan dilakukan
Xc = konsentrasi standar yang pengulangan sebanyak 7 kali.
ditambahkan (%) Dihitung konsentrasi dan standar
deviasi dari respon blanko tersebut.
3. Presisi Limit kuantitasi yaitu rata-rata
Uji Keterulangan (Repitabilitas) konsentrasi ditambah 10 kali standar
deviasi.
Dilakukan analisis sampel
Perhitungan :
sebanyak 7 kali, kemudian sari hasil
analisis dicari standar deviasi dan SD
standar deviasi relatif. RSD yang
didapat dibandingkan dengan RSD LDI = konsentrasi rata-rata + (10 x
Horwitz sebagai standar. SD)
Perhitungan (Harmita, 2006): Perbandingan Metode Analisis
SD Data yang diperoleh dari kedua
metode dilakukan uji F-test untuk
RSD mengetahui perbandingan dari kedua
RSD Horwitz metode tersebut. Berdasarkan hasil
tersebut kita dapat mengambil
Keterangan:
kesimpulan apakah metode titrasi cara
SD = standar deviasi
Volhard ini dapat dijadikan metode
RSD = standar deviasi relatif
alternatif pengganti metode
xi = nilai yang diperoleh dari setiap
potensiometri (alat TOX) atau tidak.
pengulangan

4
HASIL DAN PEMBAHASAN dibandingkan dengan syarat
keberterimaannya maka metode titrasi
Perbandingan metode analisis
masuk syarat keberterimaan karena
antara volumetri dan potensiometri ini
nilai regresinya sebesar 0,99974.
lebih dititikberatkan pada per-
bandingan secara statistik dari hasil
validasi metode pada pengukuran 0,12
Kurva Linearitas Titrasi Volhard
beberapa macam standar dari kedua 0,1

Hasil Pengukuran
metode dan uji F (F-test). Parameter 0,08
0,06 y = 1,04197x + 0,00096
yang dibandingkan dalam per- R² = 0,99949
0,04
bandingan metode ini adalah
0,02
linearitas, akurasi, presisi, dan limit
0
deteksi. Sampel yang diuji dalam 0 0,02 0,04 0,06 0,08 0,1 0,12
perbandingan metode ini berjumlah 3 Konsentrasi deret standar (%)
sampel, yaitu:
 Sampel A (Sampel yang Gambar 1. Kurva Linearitas Titrasi
dijadikan standar pengecekan Volhard
antara, yang diambil dari titik
sampling point di silo Raw Tabel 2. Linearitas Metode Volumetri
meal) Titrasi Volhard
 Sampel B (Sampel yang % Hasil
dijadikan standar pengecekan 0 0,0017
antara, yang diambil dari titik 0,01 0,0119
sampling point di silo Kiln 0,03 0,0307
Feed NR 2) 0,05 0,0528
 Sampel C (Certified Reference 0,1 0,1057
Material yang memiliki kode
NCS DC 70308). Slope 1,041975
Untuk metode volumetri Intersep 0,00091
menggunakan cara titrasi volhard, dan r 0,999744
untuk metode potensiometri Untuk metode volumetri
menggunakan alat instrumen TOX didapatkan slope sebesar 1,041975
(Total Organik X-halida). dan memiliki persamaan garis y =
1,04197x + 0,00096. Metode
1. Linearitas potensiometri pun masuk syarat
Linearitas adalah kemampuan keberterimaan, yaitu nilai regresinya
metode analisis memberikan respon sebesar 0,99798.
proporsional terhadap konsentrasi
Kurva Linearitas Potensiometri
analit dalam sampel. Koefisien
1200
korelasi (r) menunjukkan tingkat
Hasil Pengukuran

1000
lineritas antara dua variabel. 800
600
Tabel 1. Hasil Uji Linearitas
400 y = 0,94595x + 30,90003
200 R² = 0,99597
Titrasi Potensiometri
Syarat 0
(r) (r) 0 200 400 600 800 1000 1200
r≥ 0,995 0,99974 0,99798 Konsentrasi deret standar (ppm)
Berdasarkan perhitungan Gambar 2. Kurva Linearitas
linearitas yang diperoleh, jika Potensiometri

5
Tabel 2. Linearitas Metode Recovery bertujuan untuk
Potensiometri melihat berapakah nilai perolehan
kembali dari nilai benarnya. Recovery
Potensiometri diperoleh dari rata-tara hasil
Ppm Hasil pengukuran dibagi dengan nilai
0 0,22 benarnya kemudian dikalikan 100
100 136,53
persen. Persen recovery dikatakan
300 324,16
memenuhi syarat apabila hasil
500 532,11
1000 958,79
perhitungan berada di angka 80 – 120
%. Berikut ini adalah tabel hasil
Slope 0,945953 perbandingan recovery dari metode
Intersep 30,90003 titrasi :
r 0,997981 Tabel 3. Hasil Uji Recovery
Dari kedua hasil yang Syarat Titrasi Potensiometri
diperoleh ini, maka dapat disimpulkan Sampel
(%) (%) (%)
bahwa dari segi linearitas, kedua A 103,8 100,6
metode ini berada dalam performa B
80 -
104,3 102,5
yang baik. 120
C 94,9 100,3
2. Akurasi
Nilai akurasi dan persen
Akurasi bertujuan untuk melihat recovery metode titrasi pada
seberapa besar selisih dari hasil pengukuran 3 sampel yang berbeda
analisa dengan nilai benarnya. kadar analitnya menunjukkan hasil
Menurut Harmita (2006), penentuan yang baik. Hal tersebut menunjukkan
nilai akurasi dilakukan dengan cara bahwa parameter recovery pada
menambahkan analit yang diketahui metode titrasi masuk dalam syarat
kadar analitnya (spike). Sehingga keberterimaan.
dapat diketahui apakah penambahan
3. Presisi
analit dapat terdeteksi kadarnya atau
tidak. Sampel yang digunakan dalam Presisi menunjukkan seberapa
penentuan akurasi pada kedua metode jauh kesesuaian antara hasil
ini menggunakan standar yang sudah pengukuran seseorang pada sampel
diketahui kadar analitnya, sehingga secara berulang-ulang. Presisi
tidak membutuhkan teknik spiking dihitung sebagai simpangan baku atau
dalam aplikasinya. Persen akurasi simpangan baku relatif (koefisien
diperoleh dari selisih antara nilai variasi) dari hasil pengulangan
standar dengan rata-rata hasil pengukuran sampel yang dinyatakan
pengukuran, kemudian nilai tersebut dengan parameter repeatability
dibagi dengan nilai standar yang (keterulangan) atau reproducibility
digunakan. Berikut ini adalah tabel (ketertiruan). Jika repeatability
hasil perhitungan akurasi pada kedua dilakukan oleh seorang analis, maka
metode. reproducibility dilakukan oleh analis
yang berbeda.

6
Tabel 4. Hasil Uji Repeatability
Repeatability
Titrasi Volhard Potensiometri
Sampel Syarat %RSD %RSD
%RSD %RSD
Horwitz Horwitz
A %RSD 7,21 4,16 3,57 4,18
B < 5,42 4,62 4,76 4,63
%RSD
C Horwitz 9,6 5,38 14,32 5,33

Hasil yang didapat dari 4. Limit deteksi / Limit


perhitungan statistik pada parameter Kuantifikasi
repeatability, untuk sampel A pada Limit deteksi adalah jumlah
metode titrasi Volhard didapatkan terkecil analit dalam sampel yang
nilai % RSD nya sebesar 7,21 dan dapat dideteksi yang masih
%RSD Horwitz nya sebesar 4,16. memberikan respon signifikan
Sedangkan pada metode dibandingkan dengan blanko. Limit
potensiometri didapatkan nilai deteksi merupakan parameter uji
%RSDnya sebesar 3,57 dan %RSD batas. Limit kuantitasi merupakan
Horwitz nya sebesar 4,18. Untuk parameter pada analisis renik dan
sampel B, pada metode titrasi diartikan sebagai kuantitas terkecil
Volhard didapatkan nilai %RSD nya analit dalam sampel yang masih dapat
sebesar 5,42 dan %RSD Horwitz nya memenuhi kriteria cermat dan
sebesar 4,62. Sedangkan pada metode seksama (Harmita, 2006).
potensiometri didapatkan nilai %RSD Tabel 5. Hasil Uji Limit Deteksi dan
nya sebesar 4,76 dan %RSD Horwitz Limit Kuantifikasi
nya sebesar 4,63. Untuk sampel C ,
pada metode titrasi Volhard Titrasi
Potensiometri
didapatkan nilai %RSD nya sebesar Sampel Volhard
(ppm)
(ppm)
9,6 dan %RSD Horwitz nya sebesar
5,38. Sedangkan pada metode 34 0,0700
potensiometri didapatkan nilai %RSD 17 0,0900
nya sebesar 14,32 dan %RSD 34 0,1000
Horwitz nya sebesar 5,33. Blanko 17 0,1100
Berdasarkan hasil yang didapatkan, 34 0,1000
untuk parameter repeatability ini 34 0,1400
metode titrasi Volhard tidak masuk 17 0,1100
syarat keberterimaan dimana nilai Rerata 26,79 0,10
%RSD nya harus lebih kecil daripada SD 9,11 0,02
nilai %RSD Horwitz nya. Pada LOD 54,13 0,17
metode potensiometri parameter 117,9
repeatability masuk syarat LOQ 2 0,32
keberterimaan, namun hanya untuk Berdasarkan hasil percobaan
sampel A yang memiliki konsentrasi untuk parameter limit deteksi dan
sebesar 500 ppm. limit kuantifikasi terhadap metode
titrasi dan metode potensiometri, limit
deteksi dari metode potensiometri

7
adalah sebesar 0,17 ppm, dan limit saja. Data analisis sampel yang saya
deteksi dari metode titrasi adalah gunakan untuk melakukan uji F-test
sebesar 54,13 ppm. Sedangkan limit adalah sampel A. Dikarenakan
kuantifikasi dari metode sampel A memiliki konsentrasi yang
potensiometri adalah sebesar 0,32 paling tinggi diantara yang lain.
ppm, dan limit kuantifikasi dari Nilai F hitung dibandingkan
metode titrasi adalah sebesar 117,92 dengan F tabel:
ppm.  Bila F hitung > F tabel, berarti
5. Perbandingan Kedua Metode perbedaan adalah benar
 Bila F hitung < F tabel, berarti
Berdasarkan parameter yang tidak ada perbedaan. (Nurhadi,
telah dihitung, dilakukan uji F-test 2015).
dari kedua metode. Uji F-test
dilakukan pada salah satu sampel
Tabel 6. Data Hasil Analisa Sampel A
Titrasi Volhard Potensiometri
No Sampel No Sampel
(ppm) (ppm)
1 511 1 523
2 496 2 486
3 499 3 516
4 Sampel A 516 4 Sampel A 493
5 474 5 513
6 469 6 515
7 473 7 476
Tabel 7. Uji F-Test Kedua Metode
Ulangan Kadar (ppm)
sampel Titrasi Volhard Potensiometri
1 511 523
2 496 486
3 499 516
4 516 493
5 474 513
6 469 515
7 473 476
Rata-rata 491,1429 503,1429
SD 19,1957 17,9391
%RSD 3,9084 3,5654
2
SD 368,4762 321,8095
F hitung 1,1450
F tabel 4,284
Kriteria kelayakan data F hitung ≤ F tabel
Hasil 1,1450 ≤ 4,284
KESIMPULAN DAN SARAN Titrasi Volhard dan Potensiometri
Untuk Analisis Klorida” ini adalah :
Kesimpulan
1. Berdasarkan uji F-Test,
Kesimpulan dari penelitian didapatkan hasil sebagai berikut :
yang berjudul “Perbandingan Metode

8
F hitung = 1,1450 Harjadi, W. 1993. Ilmu Kimia
F tabel = 4,284 Analitik Dasar. Gramedia :
Kriteria kelayakan data F hitung Jakarta.
≤ F tabel (masuk dalam kriteria Harmita, 2006. Petunjuk Pelaksanaan
keberterimaan) Validasi Metode dan Cara
2. Akan tetapi, pada parameter Perhitungannya. Penerbit
repeatability pada metode titrasi Universitas Indonesia : Jakarta.
Volhard tidak masuk syarat Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar
keberterimaan dikarenakan nilai Ilmu Kimia Analitik. Universitas
%RSD nya lebih besar dari nilai Indonesia : Jakarta.
%RSD Horwitz nya. Sehingga
metode titrasi Volhard tidak Mulyono, 2006. Kamus Kimia Edisi
dapat dikatakan sebagai metode Pertama. Bumi Aksara :
alternatif pengganti dari metode Jakarta.
potensiometri Nurhadi, A. 2008. Ketidakpastian
Saran Pengukuran dan Validasi
Metode Pengujian. Jakarta
Saran dari penelitian yang
berjudul “Perbandingan Metode Nurhadi, A. 2015. Validation of
Titrasi Volhard dan Potensiometri Verification Methods. Bogor.
Pada Analisis Klorida” ini yaitu Paramita, SK SNI 15-0302. 2004.
dibutuhkan ketelitian dalam Semen Portland Pozzolan.
melakukan analisis metode titrasi Departemen Pekerjaan Umum :
Volhard, terutama dalam penentuan Jakarta.
titik akhir titrasi.
Pinilih, Intiyas.2007. Argentometri.
DAFTAR PUSTAKA UNS : Surakarta.
Achmad, R. 2004. Kimia Lingkungan. Sutresna Nana,2008. Cerdas Belajar
Cetakan Pertama. Penerbit Andi Kimia. Grafindo Media Pratama
: Jakarta. : Jakarta.
Anonim. 2009. Farmakope Indonesia Underwood. A. L. Dan Day. R. A.
edisi IV. Departemen Kesehatan 1994. Analisa Kimia
Republik Indonesia : Jakarta. Kuantitatif. Edisi ke-4.
Erlangga : Jakarta.
Badan Standarisasi Nasional. 2004.
Semen Portland, SNI 15-2049-
2004. Departemen Pekerjaan
Umum :Jakarta.

Вам также может понравиться