Вы находитесь на странице: 1из 9

PT Vale Indonesia Tbk memproduksi nikel dalam matte, yang diproduksi pada

fasilitas-fasilitas penambangan dan pengolahan terpadu di Sorowako, Sulawesi


Selatan. Seluruh hasil produksi Vale dijual berdasarkan kontrak jangka panjang
dalam mata uang dollar Amerika Serikat ke pabrik pemurnian di Jepang.

detikFinance berkesempatan melihat secara langsung aktivitas penambangan dari


emiten tambang yang menyumbang 5% pasokan nikel dunia. Aktivitas
penambangan ini dilakukan dalam 3 shift, di mana masing-masing shiftnya
beroperasi selama 8 jam dengan jumlah 340 operator.

Foto: Eduardo Simorangkir


Tambang nikel PT Vale Indonesia Tbk di Soroako-Sulsel

Proses penambangan diawali dari data eksplorasi oleh geologis, yang kemudian
akan melakukan aktivitas pengeboran, untuk akhirnya digunakan oleh planner
menyusun rencana penambangan di suatu lokasi.

"Jadi per meter kita analisa, bahwa di kedalaman sekian, kita akan ketemu ore
(bahan mental) dan sebagainya. Itulah yang dipakai planner menyusun rencana
penambangan ini," kata salah seorang staf di main operation Vale, Risal Baslang,
saat dijumpai di area penambangan PT Vale Indonesia di Sorowako, Jumat
(16/12/2016).

Ada sekitar 6 unit ekskavator yang dioperasikan khusus untuk mengupas lahan areal
tambang. Tanah yang telah dikeruk ini kemudian akan dibuang ke area disposal.
Foto: Eduardo Simorangkir
Tambang nikel PT Vale Indonesia Tbk di Soroako-Sulsel

Jika area penambangan yang telah dieksploitasi telah dinyatakan habis kandungan
ore, maka area penambangan tersebut akan ditutup kembali oleh tanah yang telah
dibuang ke area disposal tadi.

"Setelah lokasi ini dinyatakan habis ore-nya oleh ahli geologis, akan diserahkan ke
disposal untuk ditimbun kembali. Setelah ditimbun jadi bukit lagi, nanti akan
direhabilitasi lagi," jelasnya.

Ore yang telah diangkut selanjutnya dibawa ke screening station. Namun sebelum
dibawa ke screening station, sebelumnya tanah ini telah dibawa ke laboratorium
untuk diketahui kadar mineralnya.
Foto: Eduardo Simorangkir
Tambang nikel PT Vale Indonesia Tbk di Soroako-Sulsel

Berapa kadar nikelnya, berapa kadar besinya. Setelah itu baru dilanjutkan kembali
penambangan orenya, yang kemudian akan dibawa ke screening station.

Vale mengaku, kendala terbesar dalam melakukan aktifitas penambangan adalah


adanya aktifitas perkebunan masyarakat di wilayah konsesi Vale. Area ini biasanya
ditanami pohon merica oleh masyarakat setempat.

Saat ini Vale memiliki batasan dari pemerintah, agar area bukaan tidak melebihi
batas dari 1.400 hektar.

"Jadi kami cuma bisa membuka 1.400 ha setiap hari. Tahun ini kami diizinkan 1.400
hektar, tahun depan 1.600 hektar," tutur dia.
Foto: Eduardo Simorangkir
Tambang nikel PT Vale Indonesia Tbk di Soroako-Sulsel

Mengatakan, efisiensi produksi yang dilakukan oleh Vale saat ini tidak berpengaruh
signifikan ke aktifitas eksploitasi. Efisiensi produksi biasanya dilakukan kepada
penundaan penggantian alat-alat yang harusnya sudah kita ganti.

"Jadi kita perpanjang lagi umurnya, misal caterpillar harusnya sudah ganti, tapi kita
usahakan masih bisa diperbaiki. Kalau di operasi tidak terlalu banyak, banyakan di
maintenance," ungkapnya.

Ore ini kemudian dibuang ke screening station. Tanah yang telah dibawa kemudian
disaring, material yang lebih besar dari 18 inci akan dibuang dan dibawa lagi ke
disposal.

Sementara yang kecil dari 18 inci akan masuk akan dipisahkan lagi hingga akhirnya
didapati material yang ukurannya lebih kecil dari 2 inci dan akan masuk ke tempat
penampungan. Adapun hasil dari ore yang ada di lapangan setelah discreen disebut
Screen Station Product (SSP).
Foto: Eduardo Simorangkir
Tambang nikel PT Vale Indonesia Tbk di Soroako-Sulsel

Hasil ini kemudian di bawa ke stockpile, diproses kembali dan dibawa ke proccess
plant di pabrik untuk dikeringkan. Di sinilah kemudian akan diproses hingga akhirnya
didapati produk nikel dalam bentuk matte yang kadarnya 78%.

Nikel sendiri biasanya digunakan sebagai pelapis barang-barang yang terbuat dari
besi, tembaga, dan baja, lalu untuk membuat stainless steel, membuat aliase seperti
monel yang digunakan untuk membuat instrumen listrik, nikrom yang digunakan
sebagai kawat pemanas, alinko yang digunakan untuk membuat magnet, dan nikel
berjenis palinit dan inver sebagai kawat listrik yang ditanam dalam kaca, seperti
bohlam lampu pijar.

https://finance.detik.com/energi/d-3373258/mengintip-tambang-nikel-pt-vale-indonesia-di-
sulawesi-selatan
Nikel mempunyai sifat tahan karat, Dalam keadaan murni, nikel bersifat lembek,
tetapi jika dipadukan dengan besi, krom, dan logam lainnya, dapat membentuk baja
tahan karat yang keras.

Perpaduan nikel, krom dan besi menghasilkan baja tahan karat (stainless steel)
yang banyak diaplikasikan pada peralatan dapur (sendok, dan peralatan memasak),
ornamen-ornamen rumah dan gedung, serta komponen industri.

Tahapan Proses Pemurnian Refinery Pengolahan Nikel


Nikel ditemukan oleh Cronstedt pada tahun 1751 dalam mineral yang disebutnya
kupfernickel (nikolit). Nikel adalah komponen yang ditemukan banyak dalam
meteorit dan menjadi ciri komponen yang membedakan meteorit dari mineral
lainnya. Meteorit besi atau siderit, dapat mengandung alloy besi dan nikel berkadar
5-25%. Nikel diperoleh secara komersial dari pentlandit dan pirotit di kawasan
Sudbury Ontario, sebuah daerah yang menghasilkan 30% kebutuhan dunia akan
nikel. Deposit nikel lainnya ditemukan di Kaledonia Baru, Australia, Cuba, dan
Indonesia.

Berdasarkan tahapan proses, pengolahan nikel dapat dilakukan dalam tiga tahapan
proses, yaitu Tahap Preparasi, Tahap Pemisahan, dan Tahap Dewatering. Kegiatan
pengolahan ini bertujuan untuk membebaskan dan memisahkan mineral berharga
dari mineral yang tidak berharga atau mineral pengotor sehingga setelah dilakukan
proses pengolahan dihasilkan konsentrat yang bernilai tinggi dan tailing yang tidak
berharga. Metode yang dipakai bermacam-macam tergantung dari sifat kimia, sifat
fisika, sifat mekanik dari mineral itu sendiri. Nikel merupakan logam berwarna putih
keperak – perakan, ringan, kuat antin karat, bersifat keras, mudah ditempa, sedikit
ferromagnetis, dan merupakan konduktor yang agak baik terhadap panas dan listrik.
Nikel tergolong dalam grup logam besi-kobal, yang dapat menghasilkan alloy yang
sangat berharga. Spesifik gravitynya 8,902 dengan titik lebur 14530C dan titik didih
27320C, resisten terhadap oksidasi, mudah ditarik oleh magnet, larut dalam asam
nitrit, tidak larut dalam air dan amoniak, sedikit larut dalam hidrokhlorik dan asam
belerang. Memiliki berat jenis 8,8 untuk logam padat dan 9,04 untuk kristal tunggal.

Secara umum, mineral bijih di alam ini dibagi dalam 2 (dua) jenis yaitu mineral
sulfida dan mineral oksida. Begitu pula dengan bijih nikel, ada sulfida dan ada
oksida. Masing-masing mempunyai karakteristik sendiri dan cara pengolahannya
pun juga tidak sama. Dalam bahasan kali ini akan dibatasi pengolahan bijih nikel
dari mineral oksida (Laterit).

Bijih nikel dari mineral oksida (Laterite) ada dua jenis yang umumnya ditemui yaitu
Saprolit dan Limonit dengan berbagai variasi kadar. Perbedaan menonjol dari 2 jenis
bijih in
i adalah kandungan Fe (Besi) dan Mg (Magnesium), bijih saprolit mempunyai
kandungan Fe rendah dan Mg tinggi sedangkan limonit sebaliknya. Bijih Saprolit dua
dibagi dalam 2 jenis berdasarkan kadarnya yaitu HGSO (High Grade Saprolit Ore)
dan LGSO (Low Grade Saprolit Ore), biasanya HGSO mempunyai kadar Ni ≥ 2%
sedangkan LGSO mempunyai kadar Ni. Adapun tahap-tahap yang dilakukan untuk
melakukan proses pengelolahan nikel melalui beberapa tahap utama yaitu, crushing,
Pengering, Pereduksi, peleburan, Pemurni, dan Granulasi dan Pengemasan.
PT Vale Indonesia Tbk menjadi salah satu perusahaan produsen nikel terbesar di Indonesia.
Perusahaan ini memiliki pabrik pemurnian mineral (smelter) yang mampu memproduksi 240
ton nikel setiap hari.

Melalui kegiatan media visit, detikFinance berkesempatan melihat proses pemurnian nikel
dengan menggunakan smelter di Vale, Kabupaten Luwu Timur, Sorowako, Sulawesi
Selatan, Rabu (27/5/2015). Perusahaan yang beroperasi sejak 1968 itu, memiliki
satu smelter yang dilengkapi dengan 4 unit furnise.

Manager Process Plant Vale Indonesia, Mappaselle menjelaskan, setiap jamnya mereka
mengelola 1.200 ton tanah kering. Dari lump cutter, tanah yang mengandung kadar air 34%,
diolah menggunakan tanur pengeringan hingga kadar yang tersisa sebesar 20%.

"Jadi produk dari sini berupa tanah kering kadar air 34%, keluar untuk masuk ke gudang jadi
20% kadar airnya, lalu terakhir nikelnya 2%. Fungsi tanur pengeringan mengeluarkan
sebagian air. Total yang masuk 1.200 ton per jam," terang Mappaselle.

Selanjutnya, tanah tersebut diolah lagi dengan tanur reduksi (kilen) menggunakan tenaga
dari Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) sampai kadar airnya hilang. Dalam proses ini,
terjadi pula pengolahan nikel oksida menjadi nikel metal.

"(Dari) tanur reduksi (kilen) air yang 20 persen hilang sama sekali di sini. Setelah airnya
hilang, perlahan direduksi hasilnya terbentuk kalsain 700 derajat celcius. Di kalsain sebagian
nikel berbentuk nikel metal. Asalnya dari bumi nikel oksida. Ini masih pakai energi minyak,"
sambungnya.

Tahap akhir dari semuanya adalah furnise dengan hasil berbentuk seperti lava panas.
Ditampung dalam satu wadah besar. Nikel matte itu nantinya dimurnikan hingga mencapai
kadar 78% melalui proses konversi. Di dalam granulasi area, converter, and packaging area,
Vale memiliki 4 unit furnise untuk mengeluarkan nikel matte menggunakan oksigen dan besi
panjang.

"Dari peleburan jadinya nikel matte kadarnya 25 persen. Dimurnikan lagi dikonverter jadi 78
persen. Smelter itu dilebur sambil direduksi," kata Mappaselle.

Setelah itu, nikel matte berbentuk pasir hitam siap dimasukkan ke dalam setiap karung
seberat 2.970 kilogram, untuk kemudian diekspor ke perusahaan Jepang, Sumitomo.

"Dalam sebulan itu 2 kali pengiriman (ke Jepang)," pungkasnya

Вам также может понравиться