Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
1.5 Manfaat
Adapun manfaat dari laporan ini adalah :
1. Masyarakat yang membutuhkan mesin ini dalam menunjang kegiatan usaha
dibidang pertanian khususnya pertanian ;
2. Para pembaca, khususnya yang ingin mengetahui dan mengembangkan hasil
kerja mesin pengering ;
3. Penulis sendiri, untuk menambah pengetahuan dan mengembangkan ilmu
yang didapat baik secara teori maupun secara praktik;
4. Waktu yang dibutuhkan untuk pengeringan lebih efisien;
Sumber : www.google.com/gambar-.
Gambar 1. Tanaman
2.2 Gabah
Suatu proses gabah menjadi beras memiliki beberapa tahapan, dimulai dari
pemanenan, perontokan, pengeringan dan penggilingan. Tiap-tiap tahapan ini sangatlah
berbeda penanganannya satu sama lain, pada saat pemanenan biasanya petani
menggunakan arit (sabit) dimana mereka bekerja sama dalam memanen sawah mereka
ataupun mengupahkannya kepada orang. Pada saat perontokan, petani pada saat ini sudah
mampu menggunakan mesin sebagai alat bantu, dimana sebelumnya petani merontokkan
gabah dengan cara memukul gabah ke kayu yang disusun sedemikian rupa, dengan
menggunakan mesin tentunya perontokan akan semakin mudah dan cepat, untuk
melakukan pengeringan gabah petani biasanya langsung menjemur gabah dipanas
matahari, dimana waktu pengeringan dengan cara seperti itu akan memakan waktu yang
relatif lama biasanya dua hari, pada tahap penggilingan mereka akan membawa gabah
yang sudah dikeringkan ke kilang .
Sumber : www.google.com/gambar-gabah
Gambar 2. Gabah
Jumlah kandungan air pada gabah disebut kadar air dan dinyatakan dengan persen
(%). Karena tingginya kandungan air gabah maka perlu dilakukan pengeringan, dimana
pada umumnya kadar air gabah mencapai 20% s.d 26% ini bergantung cuaca pada saat
pemanenan.
Pengeringan gabah adalah suatu perlakuan yang bertujuan menurunkan kadar air
sehingga gabah dapat disimpan lama, daya kecambah dapat dipertahankan, mutu gabah
dapat dijaga agar tetap baik (tidak kuning, tidak berkecambah dan tidak berjamur),
memudahkan proses penggilingan dan untuk meningkatkan rendemen serta menghasilkan
beras gilingan yang baik.
Pengeringan merupakan salah satu kegiatan pascapanen yang penting, dengan
tujuan agar kadar air gabah aman dari kemungkinan berkembangbiaknya serangga dan
mikroorganisme, seperti jamur dan bakteri. Pengeringan harus sesegera mungkin dimulai
sejak saat dipanen. Apabila pengeringan tidak dapat dilangsungkan, maka usahakan agar
gabah yang masih basah tidak ditumpuk tetapi ditebarkan untuk menghindarkan dari
kemungkinan terjadinya proses fermentasi. Pengeringan akan semakin cepat apabila ada
pemanasan, perluasan permukaan gabah dan aliran udara.
Adapun tujuan pengeringan disamping untuk menekan biaya transportasi juga
untuk menurunkan kadar air dari 23% s.d 26% menjadi 14% (Keputusan Bersama Kepala
Badan Bimas Ketahanan Pangan No. 04/SKB/BBKP/II/2002), agar dapat disimpan lebih
lama serta menghasikan beras yang berkualitas baik dan kadar air untuk pengilingan
adalah 12%. Proses pengeringan gabah sebaiknya dilakukan secara merata, perlahan-
lahan dengan suhu yang tidak terlalu tinggi yaitu 30oC s.d 40oC. Pengeringan yang
kurang merata, akan menyebabkan timbulnya retak-retak pada gabah dan sebaliknya
gabah yang terlalu kering akan mudah pecah saat digiling, sedangkan dalam kondisi yang
masih terlalu basah disamping sulit untuk digiling juga kurang baik ditinjau dari segi
penyimpanannya karena akan mudah terserang hama gudang, cendawan, dan jamur.
2. Komposisi Gizi
Beras merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi masyarakat Indonesia.
Beras sebagai bahan makanan mengandung nilai gizi cukup tinggi yaitu kandungan
karbohidrat sebesar 360 kalori, protein sebesar 6,8 gr, dan kandungan mineral seperti
kalsium dan zat besi masing-masing 6 dan 0,8 mg. Komposisi kimia beras berbeda-
beda bergantung pada varietas dan cara pengolahannya. Selain sebagai sumber
energi dan protein, beras juga mengandung berbagai unsur mineral dan vitamin
(Lihat Tabel 1). Sebagian besar karbohidrat beras adalah pati (85% s.d 90 %) dan
sebagian kecil adalah pentosa, selulosa, hemiselulosa, dan gula. Dengan demikian,
sifat fisikokimia beras ditentukan oleh sifat sifat fisikokimia patinya.
Tabel 2. Komposisi Gizi Beras Giling dan Nasi dari Beras Giling
(dalam 100 gr bahan)
No Komposisi Gizi Beras Nasi
Giling
1. Energi (Kal) 360 178
5. Kalsium (mg) 6 5
6. 140 22
fosfor (mg)
7. besi (mg) 0,8 0,5
8. Vitamin A (SI) 0 0
3. Kadar Air
Kadar air dalam beras yang ditimbun merupakan sifat yang paling dominan
mempengaruhi daya tahan beras untuk ditimbun tanpa menjadi rusak, busuk dan
diserang oleh hama gudang. Beras dengan kadar air kurang dari 14% akan lebih
aman disimpan, sedangkan beras dengan kadar air lebih dari 14% akan menyebabkan
metabolisme mikroba dan perkembangbiakan serangga berjalan cepat. Penyimpanan
pada suhu rendah akan lebih aman dibandingkan pada suhu tinggi. Beras giling akan
mengalami perubahan rasa dan aroma jika disimpan pada suhu 15oC selama 3 s.d 4
bulan. Beras yang dibungkus dengan kantung plastik dan disimpan pada suhu 8,5oC
s.d 13oC masih mempunyai aroma dan rasa yang baik setelah disimpan lebih dari 7
bulan.
q = kA dT/dx
keterangan
q = laju perpindahan panas
k = konduktivitas thermal
dt = perubahan suhu
dx = arah perpindahan panas / ketebalan benda
b) Perpindahan Panas Konveksi
Ialah perpindahanpanasyang terjadi antara suatu permukaan padat
dan fluida yang bergerak atau mengalir yang diakibatkan oleh adanya
perbedaan temperatur
Ialah jika aliran disebabkan oleh pengaruh atau dengan bantuan kipas atau
pompa maka metode ini dikenal sebagai konveksi paksa
2) Konveksi alami
Ialah apabila aliran ini disebabkan oleh perbedaan suhu pada aliran itu
sendiri , maka metode ini dikenal sebagai konveksi alami.
3) Konveksidenganperubahanfase
Yaitu proses perpindahan panas konveksi yang disertai berubahnya fase
fluida seperti pada proses pendidihan (boiling) dan pengembunan
(kondensasi).
Maka persamaan ditulis sebagai berikut :
qkonv = hA dT
Keterangan :
q = laju perpindahan panas konveksi (W)
h = koefisien konveksi suatu fluida (W/m2K)
dT = perbedaan suhu (K)
A = lus permukaan benda
q = εσA(T14-T2)
keterangan :
q = perpindahan panas radiasi
ε = emisivitas termal
σ = konstanta stevan boltzma
2.6 Bagian – bagian Utama Mesin
adapun bagian-bagian utama mesin pengering ini adalah :
1. Motor Listrik
Motor listrik merupakan sumber tenaga penggerak awal dari perancangan pada
mesin ini. Pada dasarnya mesin mesin pemarut ini dipergunakan untuk rumah tangga dan
pasar-pasar tradisional karena disamping efisien juga aman bagi pemakai.
2. Sabuk dan Puli
3. Poros.
4. Blower
5. Pipa
6. Pengaduk
7. Elemen pemanas
Elemen pemanas merupakan piranti yang mengubah energi listrik menjadi energi
panas melalui proses Joule Heating. Prinsip kerja elemen panas adalah arus listrik
yang mengalir pada elemen menjumpai resistansinya, sehingga menghasilkan panas
pada elemen.
Laju perubahan suhu dinyatakan dalam:
dT T2 T1
dt t 2 t1
Jika putaran puli penggerak dan yang digerakan berturut-turut adalah n1 (rpm) dan
n2 (rpm), dan diameter nominal masing-masing adalah d1 (mm) dan D2 (mm). Karena
sabuk-V biasanya dipakai untuk menurunkan putaran, maka perbandingan yang umum
dipakai ialah perbandingan reduksi i (i > 1), dimana :
𝑛1 𝐷1
=
𝑛2 𝐷2
Kecepatan linier (v) sabuk-V (m/s) adalah :
𝜋𝐷𝑛
𝑣=
60.000
Jarak suatu poros rencana (C)adalah 1,5 sampai 2 kali diameter puli besar
Gambar 2.3 : Panjang Keliling Sabuk
- Menghitung Panjang Sabuk Rencana (L)
Panjang sabuk rencana (L) adalah :
𝜋
L = 2C + (D1 + d2) + 1/4C (D2 - d1)2 (Sularso;Elemen Mesin; Hal 170)
2
Dimana :
b = 2L – 3.14 (D2 + d1)
1997;7)
Poros merupakan salah satu bagian terpenting dari setiap mesin. Hampir semua
mesin meneruskan tenaga bersama-sama dengan putaran. Pada perencanaan ini, saya
memilih bahan poros AISI 1050, dengan kekuatan tarik (𝜎B) = 690000 psi = 70,4
kg/mm2 , Sf1 = 6, Sf2 = 2 (dengan alur pasak) Kt = 1,5 (untuk beban kejutan dan
tumbukan), Cb = 2 (untuk beban lenturan).
Tegangan izin dapat dihitung sebagai berikut :
𝜎B
𝜏A = (Sularso dan Kiyokatsu Suga,
𝑆𝑓1 .𝑆𝑓1
1997;8)
Dimana : τ B = Kekuatan tarik bahan (kg/mm2
Sf1 = Faktor keamanan bahan, untuk bahan
Sf2 = Faktor keamanan akibat alur pasak (1,3 ÷ 3,0)
Dalam perencanaan diameter poros, ada faktor-faktor lain seperti faktor koreksi
akibat
momen puntir (Kt) dan faktor akibat beban lenturan (Cb), maka persamaan menjadi :
1
5,1 3
ds = [ . 𝐾𝑡 . 𝐶𝑏 𝑇] (Sularso dan Kiyokatsu Suga,
𝜏𝑎
1997;8)
Dimana harga Kt = 1,0 (jika beban halus)
1,0÷ 1,5 (Jika terjadi sedikit kejutan atau tumbukan)
1,5÷ 3,0 (Jika beban dikenakan dengan kejutan)
Cb = 1,2÷2,3(jika tidak ada beban lentur maka Cb = 1)
Menghitung sudut kontak (𝜃)
57 (𝐷2 −𝑑1 )
𝜃 = 1800 − C= Jarak Sumbu Poros
𝐶
b. Menghitung n (terpasang)
n(terpasang) = putaran . dp/Dp
c.. Cek torsi terpasang (Tterpasang)
2.𝜋.𝑛 .𝑇
P=
60 .1000
𝑃.60000
Tpasang =
2.𝜋.𝑛
d.. Kapasitas daya transmisi satu sabuk (Po) =
Po = C𝜃 .CL. Pd
Dimana =
Po = Kapasitas daya satu sabuk
C𝜃 = faktor koreksi untuk sudut kontak
CL = faktor koreksi untuk panjang sabuk
2.8 Diameter Poros
Beban bekerja pada poros, umumnya adalah beban berulang. Berdasarkan macam
beban serta sifatnya, maka dipakai satu rumus dengan memasukkan pengaruh skelelahan
karena beban berulang. Faktor tersebut adalah Kt untuk momen punter, sedangkan untuk
momen lentur yang tetap dipakai faktor Km
1
5,1 3
ds = [( ) . √(𝐾𝑚 . 𝑀)2 + (𝐾𝑡 . 𝑇)2 ]
𝜏𝑎
Dimana:
F = T/(ds/2)
- Tegangan geser
𝜎𝐵
𝜏A = 6 . 2 = 5,87 kg/mm2
Po = FrB
5. Menentukan gaya radial yang terjadi pada titik C sebesar Rc =
FrC = Rc
6. Menentukan beban ekuivalen dinamis (PR)
7. Menentukan beban ekuivalen statis (Po) :
Po = FrC
8. Menentukan beban rata-rata :
𝑃
Pm = √Pr 𝐵 𝑝 . 𝑎 + 𝑃𝑟𝐶 𝑝 . 𝑎 (Sularso dan Kiyokatsu Suga,
1997;138)
9. Menentukan faktor kecepatan (Fn) =
33,3 1/3
Fn = [ ] (Sularso dan Kiyokatsu Suga,
𝑛
1997;136)
10. Menentukan Faktor umum (Fh) =
𝐶
Fh = Fn (Sularso dan Kiyokatsu Suga,
𝑃𝑚
1997;136)
11. Menentukan umur bantalan (Lh) =
Lh = 500 (Fh)3 (Sularso dan Kiyokatsu Suga,
1997;136)
BAB III
METODE PERANCANGAN
Keterangan :
1. Wadah 1 (Padi) 4. Pengaduk 7. Wadah 2 (udara)
2. Elemen Pemanas 5. Poros Pengaduk 8. Rumah Blower
3. Blower 6. Pipa 9. Akselerator
10. Motor
11. Poros Motor
3.1 Kapasitas
Dalam perencanaan ini dimisalkan bahwa beban mesin ini mampu mengaduk 50kg
dengan panjang gabah gabah ideal kurang lebih 4cm dan tebal optimum gabah 40cm.. Maka
dimisalkan beban yang ada pada mesin in adalah 50 kg per jamnya.
Diketahui :
m = 50 kg /gabah
t = 60 menit (belum termasuk waktu jeda)
a. Umumnya panjang adalah ±400 mm dan memiliki tebal lapisan kulit ±40 𝑚𝑚 , maka :
𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑔𝑎𝑏𝑎ℎ 400 𝑚𝑚
= = 100
𝑡𝑒𝑏𝑎𝑙 𝑘𝑢𝑙𝑖𝑡 𝑝𝑎𝑑𝑖 40 𝑚𝑚
b. Jumlah putaran disk gabah per kg :
100 100
=
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑑𝑢𝑘 1
= 100 putaran/kg
e. Putaran pisau yang dibutuhkan untuk mengupas 50kg padi dalam 1 jam adalah =
= 5,11 kgm
= 5110 kgmm
Daya motor listrik minimal yang digunakan untuk memutar poros \ pada putaran 485
rpm dengan rumus sebagai berikut :
Pmin = 2 x 𝜋 x n x Tmotor
485
= 2 x 3,14 x x 5,11
60
Dari hasil diatas, daya motor minimal diperoleh sebesar 0,40 HP , namun dalam
penggunaan motor listrik untuk mesin pengupas kulit padi ini menggunakan motor
listrik dengan daya 0,5 HP karena memanfaatkan motor listrik yang sudah ada di
pasaran.
Tipe dan spesifikasi motor yang dimisalkan pada Bab II didapat dari data motor
FUJITA. Tipe motor yang saya ambil adalah tipe ML8024 seperti pada tabel dibawah ini
Dengan spesifikasi sebagai berikut :
P output motor : 0,5 HP
Putaran : 1400 rpm
Voltage/Arus : 220 V/ 2,81 A
Efisiensi : 65 %
Power factor : 0,92
b. Rasio kecepatan
Rasio kecepatan didapatkan dengan membandingkan kecepatan motor dengan
kecepatan yang diperlukan
485
Rasio = = 0,346 = 0,35
1400
Menghitung ukuran puli penggerak dengan menggunakan table pada buku Elemen Mesin
yang disusun Sularso dan Kiyokatsu pada halaman 169
Ukuran puli penggerak hitung (dp) yang dianjurkan = 100 mm (ukuran yang tersedia
90,95,100,106)
Ukuran puli beban hitung (Dp) = 100 mm/0,35 = 286 mm (tidak tersedia, paling
mendekati 300 dan 400) saya memutuskan menggunakan 300 mm, sehingga ukuran puli
penggerak (dp) = 300 x 0,35 = 105 mm
𝑛1.𝑑p = 𝑛2.Dp
𝑛2 = 𝑛1 . 𝑑p/Dp
Keterangan :
𝑛1 = Putaran awal
𝑛2 = Putaran akhir
𝑑p = Diameter pulley 1
= 2.284,3 = 2.284
2
𝑏+ √𝑏2 −8(𝐷2− 𝑑1)
C=
8
2
2.284 + √2.2842 −8(300−105)
C=
8
2.284 + 2.216,4
C= = 2.561,05 = 2.560 mm
8
Bahan poros menggunakan AISI 1050, kekuatan tarik (𝜎𝐵) = 690000 psi = 70,4 kg/mm2
, Sf1 = 6, Sf2 = 2 , Kt = 1,5 (untuk beban kejutan dan tumbukan), Cb = 2 (untuk beban
lenturan)
𝜎B
𝜏A =
𝑆𝑓1 .𝑆𝑓1
70,4 𝑘𝑔/𝑚𝑚2
𝜏A = = 5,87 kg/mm2
6. 2
1
5,1 3
ds = [ . 𝐾𝑡 . 𝐶𝑏 𝑇]
𝜏𝑎
1
5,1 3
ds1 = [ . 1,5 . 2. 347,85 ]
5,87
= 9,64 = 10 mm
1
5,1 3
ds2 = [ . 1,5 . 2. 993,87 ]
5,87
= 13,6 mm = 14 mm
57 (𝐷2 −𝑑1)
𝜃 = 1800 − 𝐶
57 (300−105)
𝜃 = 1800 − = 910
1322
𝜃 = 910 ,
=97 rpm
Hasil perhitungan n sudah memenuhi target kebutuhan putaran 97 rpm >85 rpm
g. Spesifikasi transmisi :
Sabuk-V
Tipe sabuk = 3V
L = 1778 mm / 70 inch
Ukuran puli
dp = 105 mm, Dp = 300 mm
Lubang dp = 10 mm dan lubang Dp = 14 mm
Jarak sumbu = 2560 mm
4.2 Poros
Poros yang digunakan pada mesin pengupas kulit tebu meneruskan daya motor listrik
sebesar 1 HP. Hasil reduksi transmisi adalah 490 rpm sehingga poros berputar 490 rpm
Tabung
Pengupasan Por P
os u
l
i
Bantal
18 an
27 5
cm cm cm
𝑃
T2 = 9,74 x 105 (𝑛)
0,5 𝐻𝑃
T2 = 9,74 x 105 ( 490 )
= 993,87 kg.mm
6 kg kg
8 cm 27 5 cm
cm
Gambar 4.3 : Reaksi gaya yang terjadi pada poros
horizontal
a) ΣV = 0
VA – VB – VC + VD = 0
6 kg – VB – VC + 12 kg = 0
VB + VC = 6 + 12
= 18 kg
b) ΣMB = 0
VA.8 + VC.27 – VD.32 = 0
6.8 + VC.27 – 12.32 = 0
48 + VC.27 – 384 = 0
VC.27 = 336
VC = 12,4 kg ( )
VB + VC = 18 kg
VB + 12,4 = 18 kg
VB = 5,6 kg
c) Nominal Force (NFD), Shearing Force (SFD), Bending Moment (BMD) poros.
1) A – B
A X B
NFx = 0
SFx = -6
BMx = -6x
x=0 NFA = 0
SFA = -6
BMA = 0
X=8 NFB = 0
SFB = -6
BMB = -6 . 8
BMA = -48
2) B – C
5,6 kg
A 8 B C
NFx = 0
SFx = -6 + VB
SFx = -6 + 5,6 = -0,4 kg
BMx = -6x + 5,6 (x-12)
x=8 NFB = 0
SFB = 0,4 kg
BMA = -48 kg.cm
x = 35 NFc = 0
SFc = -0,4 kg
BMc = -58,8
3) C – D 1
2
C B
X kg
NFx = 0
SFx = 12
BMx = =12x
x=0 NFD = 0
SFD = 12 kg
BMD = 0
x=7 NFC = 0
SFC = 12 kg
BMC = -12 . 5
BMC = -60 kg.cm
A B C D
C D
-6 -0,4
Gambar 4.5 : Diagram SFD pada poros
A B C D
4
8
6
Gambar 4.6 : Diagram BMD pada poros 3
Beban bekerja pada poros, umumnya adalah beban berulang. Berdasarkan macam
beban serta sifatnya, maka dipakai satu rumus dengan memasukkan pengaruh
skelelahan karena beban berulang. Faktor tersebut adalah Kt untuk momen punter,
sedangkan untuk momen lentur yang tetap dipakai faktor Km. Faktor Km yang diambil
adalah 2 dan faktor Kt diambil 1,5
5) Diameter Poros
Diketahui :
Km = 2
Kt = 1,5
𝜏A = 5,87 kg.mm
M = 60 kg.cm = 600 kg.mm
T = 993,87 kg.mm
1
5,1 3
ds ≥ [( ) . √(𝐾𝑚 . 𝑀)2 + (𝐾𝑡 . 𝑇)2 ]
𝜏𝑎
1
5,1 3
ds ≥ [( ) . √(2.600)2 + (1,5 . 993,87 )2 ]
5,87
1
3
ds ≥ [(0,86) . √1.440.000 + 2.222.499,5]
1
ds ≥ [1.645,83]3
ds ≥12,8 mm
Kebutuhan diameter minimal poros ≥ 12,8 mm aman digunakan. Poros
yang digunakan pada mesin 15 mm.
4.3 Pasak
Gambar 4.7 :
Pada perhitungan mencari pasakPasak
diketahui (dari perhitungan poros):
ds maks yang dipakai = 15 mm
Ukuran nominal pasak (b x h) = 6 mm x 7 mm
t1 (kedalaman alur pasak pada poros) = 5 mm
t2 (kedalaman alur pasak pada naf) = 4 mm
ka = 5,87 kg/mm2
T = 993,87 kg.mm
Dari apa yang diketahui di atas, didapat :
𝑇
𝐹 = 𝑑 /2
𝑠
993,87 𝑘𝑔.𝑚𝑚
F= = 132,516 kg
15/2
𝐹
𝜏A =
𝑏.𝑙1
132,516
5,87 kg/mm2 ≥
6/𝑙1
l1 = 6,76 = 7 mm
𝐹
p=
𝑙2 𝑡2
132,516
6 kg/mm2 ≥
𝑙2 .4
l2 = 5,52 = 6 mm
lk = l1 + l2
= 7 mm + 6 mm = 13 mm
b/ds = 6 mm/15 mm = 0,4
lk/ds = 13 mm/15 mm = 0,86
Ukuran pasak = 6 mm x 5,5 mm
Panjang pasak yang aktif = 13 mm
Jadi, l = 13 mm,
b = 6 mm, dan
h = 7 mm
4.4 Bearing
Perhitungan:
Diketahui :
(C) Kapasitas dinamis : 1812 lb = 823 kg
(C) Kapasitas statis : 843 lb
1) Menghitung beban ekivalen (beban radial dan aksial)
P = VXR + YT (Robert L. Mott,2009 :576)
Keterangan :
P = Beban ekuivalen (lb)
V = Faktor putaran (sudah ditetapkan 1,0 untuk cincin dalam bantalan yang berputar; 1,2
untuk cincin luar yang berputar)
R = Beban radial yang berlaku (lb)
T = Beban aksial yang berlaku (lb)
X = Faktor radial ( Tabel 14.5 L. Mott, 2009)
Y = Faktor aksial ( Tabel 14.5 L. Mott, 2009)
2) Menentukan gaya radial yang terjadi pada titik B sebesar RB =
FrB = VB
= 5,4 kg
3) Menentukan beban ekuivalen dinamis (P) :
P = VXR + YT
= VXR
= 1 . 1 . 5,6 kg = 5,6 kg
4) Menentukan beban ekuivalen statis (Po) :
Po = FrB
= 5,6 kg
5) Menentukan gaya radial yang terjadi pada titik C sebesar Rc =
FrC = Vc
= 12,6 kg
6) Menentukan beban ekuivalen dinamis (PR)
P = VXR + YT
Karena gaya aksial Fa = 0, maka Y = 0
Berdasarkan table, nilai V = 1 untuk cincin dalam yang berputar dan nilai X = 1, maka
Pvc = VXR
= 1 . 1 . 12,4
= 12,4 kg
7) Menentukan beban ekuivalen statis (Po) :
Po = FrC
= 12,4 kg
8) Menentukan beban rata-rata :
𝑃
Pm = √Pr 𝐵 𝑝 . 𝑎 + 𝑃𝑟𝐶 𝑝 . 𝑎
Dimana P = 3 untuk bantalan bola dan a = 1 karena tanpa variasi beban & putaran
3
Pm = √5,63 . 1 + 12,43 . 1
3
Pm = √5,63 . 1 + 12,43 . 1 = 12,76
9) Menentukan faktor kecepatan (Fn) =
33,3 1/3
Fn = [ ]
𝑛
33,3 1/3
Fn = [ ] = 0,40
485
𝐶 106
Lh = ( )𝑝
𝑃𝑚 60.𝑛
823 3 106
=( )
12,76 60.460
1 𝑗𝑎𝑚
=(9 x 106 ) ( )
60 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
= 15 x 104 jam kerja
4.5 Blower
Blower dimesin pengering padi ini berfungsi sebagai penghasil udara dengan kecepatan
tertentu dan tekanan tertentu sehingga dapat menjadi medium penghantar panas pada mesin
pengering padi. Untuk menghitung kecepatan dan tekanan yang dihasilkan sebagai berikut :
Kecepatan Udara
Untuk menghitung kecepatan putaran blower tersebut sebagai berikut:
Jumlah putaran (n)/ 10 detik : 20 putaran
𝑛
Maka frekuensi (f) blower adalah : f = 𝑡 = 20/10 = 10 Hz
Kecepatan yang dihasilkan : v = ὠ R = 2πf R
= 2 3.14 10 6
= 37.68 m/s
Keterangan :
V = kecepatan (m/s)
ὠ = kecepatan sudut
f = frekuensi
R = Jari-jari blower
Tekanan Udara
Sudah kita dapatkan kecepatan udara yang dihasilkan yaitu 37.68m/s. Sedangkan masa
jenis udara adalah 11.807 N/m3 dan ketinggiannya 0 m sehingga rumus untuk
menghitung tekanan udara yaitu
P = ‽gh + 1/2‽v2
Keterangan
P = Tekanan (N/m2)
‽ = Masa Jenis (N/m3)
H = Ketinggian (m)
Dari penjelasan di atas laju perpindahan panas dapat dihitung dengan rumus
q=
hAd(T1-T2)
Keterangan
q = Laju perpindahan panas (W)
h = koefisien konveksi suatu fluida (W/m2K)
A = luas permukaan benda
Dari gambar diatas arah perpindahan panas dari A1 menuju A2 dengan diamter A1 =
14mm dan A2 = 50 mm.dengan suhu output elemen pemanas T1=95oc = 368 K, suhu
pengeringan padi 50oc = 323 K dan koefisien konveksi udara h=0.024 w/m2k Maka laju
perpindahan panas konveksinya adalah
q = hA(T1-T2)
q = 0.024 x 0.15m (368-323)
q = 0.036 x 45
q = 1.62 W
Panjang Pipa
Untuk mengetahui panjang pipa dengan bahan alumunium agar suhu yang diinginkan
tercapai 50oC maka rumusnya sebagai berikut :
q = kAdT/x
Keterangan
q = Laju perpindahan panas (W)
k = Konduktivitas thermal benda (W/m2K)
x = Panjang benda (m)
pipi yang saya gunakan mesin pengering padi menggunakan bahan alumunium maka
konduktivitas thermalnya adalah 2,4 W/m2K maka panjang benda sebagai berikut :
q = kAdt/x
1.62 = 2.4 x 0.15 (363-323)/x
1.62 = 0.36 x 45/x
1.62 = 16.2/x
X = 16.2/1.62
X = 10m
Jadi panjang pipa yang dibutuhkan agar suhu tercapai yang diinginkan adalah 10m
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Proses perencanaan mesin pengering padi ini dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. dapat disimpulkan bahwa spesifikasi motor mesin pengering padi yang direncanakan
sebagai berikut
a. Kapasitas : 50 kg/jam
b. Daya Motor : 0.5 Hp
c. Putaran Motor : 1400 rpm
d. Voltage/Arus : 220 V/2,82 A
e. Efisiensi : 65%
f. Power Factor : 0,92
g. Diameter poros : 14 mm
2. Transmisi dari mesni ini menggunakan sabuk/ v-belt dengan spesifikasi sebagai berikut :
a. Tipe Sabuk : 3V
b. Panjang Sabuk : 1778 mm / 70 inch
c. Kecepatan Sabuk : 7,6 m/s
d. Jarak Sumbu : 2560 m
3. Pulley yang digunakan dengan spesifikasi sebagai berikut :
a. Diameter pulley 1 (dp) : 105 mm
b. Diameter pulley 2 (Dp) : 300 mm
c. Lubang pulley 1 : 10 mm
d. Lubang pulley 2 : 14 mm
4. Elemen pemanas yang digunakan sepesifikasi berikut :
a. Daya : 50 Watt
b. Tegangan : 12V AC
c. Suhu Output : 95o C
B. Saran
Perencanaan mesin pengering ini masih jauh dari sempurna, baik dari segi kualitas
bahan, penampilan, dan system kerja. Oleh karena itu, untuk dapat menyempurnakan
rancangan mesin ini perlu adanya ide maupun pemikiran yang lebih baik dengan segala
pertimbangannya. Beberapa saran untuk langkah yang dapat membangun dan
menyempurnakan perencanaan ini antara lain :
1. Untuk bahan dasar poros perlu pertimbangan ulang, dikarenakan pada bagian komponen
poros harus bersifat keras, ulet, dan tidak mudah berubah bentuk
2. Perawatan mesin harus rutin dilakukan
a. Pemeriksaan rutin untuk pengecekan motor yang digunakan
b. Pelumasan bantalan
c. Pemeriksaan secara pada v-belt.
d. Pembersihan alat secara rutin
DAFTAR PUSTAKA
Darmawan .H, 2004, Pengatar Perancangan Teknik, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi;
Jakarta.
Sularso dan Suga, Kiyokatsu . 1997 . Dasar Perencanaan Dan Elemen Mesin. Jakarta:
Pradnya Paramita.
http://www.google.co.id
http://www.youtube.com