Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Abstrak
Kata kunci: Tanin, protein, -amylase, pestisida nabati, Areca catechu, Gnetum gnemon.
Abstract
31
Firdausi et al.
tein complex, tannin content 1.77 mg TAE/mL with antioxidant activity of 90%,
the ability to inhibit the activity of -amylase by 95% with IC 50 values of
10 mg/mL.
Key words: Tannin, protein, -amylase, botanical pesticides, Areca catechu, Gnetum gnemon.
32
Identifikasi tanaman penghasil tanin-protein kompleks kaitannya sebagai pestisida nabati
gnemon L.) juga mengandung tanin. Daun chu L.), dan simplisia gambir (Uncaria
gamal (Gliricidia sepium Jacq.) dan lamtoro gambir Roxb.). Bahan penelitian yang
(Leucaena leucocephala Lamk.) mempunyai digunakan antara lain adalah Diphenil
kandungan tanin 8-10% (Suharti, 2005; Picrilhydrazil (DPPH), asam galat (Gallic
Sulastri, 2009). Biji pinang (Areca acid), asam askorbat (Ascorbic acid),
catechu L.) dan simplisia gambir (Uncaria Bovine Serum Albumin (BSA), dan enzim
gambir Roxb.) telah dikenal luas sebagai -amylase porcine pancreatic (Sigma), serta
penghasil tanin dengan kandungan tanin bahan pendukung lain dengan kualitas untuk
masing-masing sebesar 26,6% dan 30-40% analisis (analitical grade).
(Pambayun, 2007; Hadad et al., 2007). Sepuluh gram contoh dilarutkan dengan
Senyawa tanin yang terdapat dalam 50 mL 50% metanol, kemudian disentrifusi
tanaman secara alami memiliki kemampuan dengan kecepataan 10.000 rpm (rotary per
untuk berinteraksi dengan protein dan minute) untuk dipisahkan antara supernatan
membentuk protein kompleks, demikian pula dan pelet, supernatan akan digunakan pada
dengan senyawa pati (Makkar et al., 2007). proses berikutnya.
Senyawa kompleks tersebut bersifat racun
yang dapat berperan dalam menghambat
Total Protein Terlarut
pertumbuhan dan mengurangi nafsu makan
herbivora melalui penghambatan aktivitas Kandungan protein total diukur dengan
enzim pencernaan yakni -amylase. metode Bradford (1976). Sepuluh (10) µL
Terhadap penghambatan aktivitas enzim contoh ditambah dengan 990 µL larutan
-amylase belum banyak dilakukan peng- Bradford, diinkubasi selama 15 menit pada
amatan. Tulisan ini menyajikan hasil suhu ruang, kemudian diukur nilai absor-
identifikasi tanaman potensial penghasil tanin- bansinya pada panjang gelombang 595 nm.
protein kompleks, penghambatan aktivitas Hasil pengukuran dibandingkan dengan 1 mg/
-amylase sebagai langkah awal perakitan mL Bovine Serum Albumin (BSA) sebagai
pestisida nabati untuk mengendalikan hama standar untuk mengetahui kandungan total
kakao yang ramah lingkungan. protein terlarut.
33
Firdausi et al.
34
Identifikasi tanaman penghasil tanin-protein kompleks kaitannya sebagai pestisida nabati
Tabel 1. Kandungan protein, fenolik, dan tanin pada beberapa jenis tanaman
Table 1. Protein, phenol, and tannin content in several species of plants
Protein (Protein) Fenolik (Phenolic) Tanin (Tannin)
Sampel Tanaman (Plant species)
mg/g mg GAE/g mg TAE/g
Daun sidaguri (S. rhombifolia leaves) 02.41 ± 0.02 d 4.18 ± 0.02 a 5.91 ± 0.02 a
Daun melinjo (G. gnemon leaves) 03.18 ± 0.05 c 12.11 ± 0.07 d 14.50 ± 0.19 c
Daun gamal (G. sepium leaves) 00.97 ± 0.05 e 7.37 ± 0.03 c 7.21 ± 0.09 ab
Daun lamtoro (L. leucocephala leaves) 00.13 ± 0.03 f 4.69 ± 0.06 b 14.90 ± 0.06 c
Simplisia gambir (Crude gambier) 12.13 ± 0.02 b 74.77 ± 0.10 e 26.90 ± 0.06 e
Biji pinang (Arecanut fruit) 14.87 ± 0.06 a 74.38 ± 0.04 e 20.74 ± 0.09 d
Catatan (Notes): BSA = (Bovine serum albumin); GAE = Ekuivalen asam galat (Gallic acid equivalent); QE = Ekuivalen
kuersetin (Quercetin equivalent); TAE = Ekuivalen asam tanat (Tannin acid equivalent).
Angka-angka di dalam kolom yang sama dan diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda
nyata dengan uji jarak Duncan 5% (Numbers within the column followed with the same letters are not
significantly different according to DMRT test at 5% level).
35
Firdausi et al.
secara spesifik senyawa-senyawa yang ber- yang berbeda untuk setiap tanaman. Hal ini
potensi sebagai antioksidan. Pengujian ini menunjukkan bahwa terdapat beberapa
dilakukan menggunakan GA (gallic acid) dan senyawa berbeda yang terkandung pada
BHT (butylated hydroxytoluene) sebagai contoh yang bersifat sebagai antioksidan.
kontrol. Metode berikutnya yaitu dengan
Dari Gambar 1 (A) dapat diketahui perendaman dalam DPPH yang digunakan
bahwa semua contoh yang digunakan pada untuk mengetahui aktivitas antioksidan
penelitian ini mempunyai kemampuan secara kuantitatif pada setiap tanaman dan
sebagai antioksidan. Hal ini tampak pada hasilnya tampak pada Gambar 2.
reduksi warna ungu yang berubah menjadi Pada penelitian ini diketahui bahwa
putih atau coklat. Warna ungu merupakan contoh memiliki aktivitas antioksidan yang
senyawa DPPH yang merupakan senyawa berbeda. Pada konsentrasi 10 mg GAE/mL,
radikal bebas dan akan berubah menjadi contoh sudah menunjukkan aktivitas
putih atau coklat apabila senyawa DPPH antioksidan yang tinggi, yaitu pada biji
berikatan dengan senyawa yang merupakan pinang, simplisia gambir, daun melinjo, daun
antioksidan. Pada Gambar 1 (B) yakni hasil lamtoro, dan daun gamal, namun pada daun
dari metode TLC-DPPH menunjukkan bahwa sidaguri baru menunjukkan aktivitas
terdapat banyak senyawa yang berfungsi antioksidan dalam konsentrasi yang tinggi
sebagai antioksidan pada masing-masing yakni 40 mg GAE/mL. Hal ini menunjukkan
contoh, namun terdapat pita (band) yang bahwa semua bahan tanaman yang diuji
menunjukkan bahwa senyawa tersebut mempunyai potensi untuk dijadikan sebagai
merupakan antioksidan utama. Senyawa ini sumber antioksidan, namun biji pinang dan
mempunyai nilai laju alir (rate of flow = RF) simplisia gambir memiliki potensi yang lebih
RF : 0,86
RF : 0,85
RF : 0,79
RF : 0,76
S M G L P GB
A B
Gambar 1. (A) Pengujian aktivitas antioksidan dengan metode dot blot, (B) penentuan aktivitas penangkal
radikal dengan TLC-DPPH. GA = gallic acid; ME = metanol; BHT = butil hidroksitoluen;
S = daun sidaguri; M = daun melinjo; G = daun gamal; L = daun lamtoro; P = biji pinang;
GB = simplisia gambir.
Figure 1. (A) Antioxidant activity test using dot blot method, (B) TLC-DPPH. GA = gallic acid;
ME = metanol; BHT = butil hidrositoluen; S = Sida rhombifolia L.; M = Gnetum gnemon L.;
G = Gliricidia sepium; L = Leucaena leucocephala; P = Areca catechu; GB = Uncaria gambir.
36
Identifikasi tanaman penghasil tanin-protein kompleks kaitannya sebagai pestisida nabati
100
60
40
20
0
0 10 20 30 40 50 60
Konsentrasi contoh GAE (GAE concentration), mg/mL
Sidaguri (Sida rhombifolia L.) Pinang (Areca catechu)
Lamtoro (Leucaena leucocephala) Gamal (Gliricidia sepium)
Gambar 2. Pengaruh pemberian contoh ekstrak tanaman dengan berbagai konsentrasi pada DPPH.
Figure 2. Effect of plant samples with different concentrations on DPPH.
besar untuk dijadikan sebagai sumber tanin. dapat terjadi jika perbandingan jumlah
Hasil penghitungan nilai IC50 (inhibitory con- protein dan tanin lebih dari satu. Apabila
centration) dari biji pinang 4,1; simplisia kandungan tanin lebih besar daripada
gambir 6,4; daun melinjo 20,0; daun gamal kandungan protein maka tanin-protein
41,0; dan daun lamtoro 72,4 mg/mL GAE kompleks yang terbentuk lebih mengarah
(Gambar 2). Untuk daun sidaguri tidak dapat pada tanin-protein kompleks yang tidak
ditentukan nilai IC 50-nya, hal ini karena diendapkan. Tanin protein kompleks dapat
aktivitas penghambatannya terhadap DPPH disintesa secara turbidimetrik berdasarkan
tidak mencapai 50%. Hasil tersebut gradien pH. Tidak semua tanaman mem-
menunjukkan bahwa dengan meningkatnya punyai nilai pH yang sama dalam pem-
aktivitas antioksidan, maka nilai IC 50 akan bentukan tanin protein kompleks.
semakin rendah dan contoh tersebut sangat Pada Tabel 2, dapat dilihat bahwa
berpotensi untuk dijadikan sebagai sumber masing-masing contoh memiliki pH yang
pestisida nabati. berbeda dalam pembentukan tanin-protein
kompleks. Ada yang terbentuk pada pH
Interaksi Tanin Protein asam yakni melinjo pada pH 4, pH netral
yakni gambir pada pH 6, dan yang terbanyak
Tanin secara alami memiliki kemampuan adalah pH basa, yaitu daun sidaguri pada
untuk berikatan dengan protein yang pH 8; daun gamal pada pH 10; daun lamtoro
kemudian membentuk tanin protein pada pH 10 dan biji pinang pada pH 8. Hal
kompleks. Secara umum, interaksi tanin ini dipengaruhi oleh jenis protein yang
protein-kompleks yang dapat diendapkan terdapat pada setiap tanaman. Kelarutan tanin
37
Firdausi et al.
Tabel 2. Kandungan protein, fenolik, dan tanin protein kompleks pada beberapa tanaman contoh
Table 2. Protein, phenolic, and tannin-protein complex contents in several of plant species
Jeneis tanaman pH TP T Fenolik Tanin Hambatan DPPH P/T
Plant species Total soluble protein Phenolic Tannin DPPH inhibition
mg/ml mg GAE/ml mg TAE/ml %
Daun sidaguri 8 2.30 ± 0.08 ab 01.63 ± 0.02 b 0.91 ± 0.13 ab 13.62 ± 0.27 ab 2.52
S. rhombifolia leaves
Daun melinjo 4 2.05 ± 0.15 ab 1.39 ± 0.03 b 0.37 ± 0.00 a 18.44 ± 0.23 cd 5.54
G. gnemon leaves
Daun gamal 10 5.66 ± 0.66 c 0.83 ± 0.00 ab 0.65 ± 0.13 ab 11.76 ± 0.50 a 8.71
G. sepium leaves
Daun lamtoro 10 1.49 ± 0.02 ab 12.76 ± 5.74 c 0.96 ± 0.02 ab 16.13 ± 0.59 bc 1.55
L. leucocephala leaves
Simplisia gambir 8 1.01 ± 0.01 a 0.33 ± 0.01 a 0.55 ± 0.09 ab 32.07 ± 0.23 e 1.84
Crude gambier
Biji pinang 6 4.96 ± 0.68 c 43.55 ± 7.78 d 2.79 ± 0.06 c 86.70 ± 0.05 f 1.78
Arecanut fruit
Catatan (Notes): TPT = Total protein terlarut (Total of soluble protein); P/T = Rasio antara protein dan tanin (protein-
tannin ratio).
Angka-angka di dalam kolom yang sama dan diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda
nyata dengan uji jarak Duncan 5 % (Numbers in the same column followed with the same letters are not
significantly different according to DMRT test at 5 % level).
38
Identifikasi tanaman penghasil tanin-protein kompleks kaitannya sebagai pestisida nabati
assay), sebagai tampak pada Gambar 3. kuat dibandingkan dengan ikatan ion (Shahidi
Interaksi tanin dengan protein terlihat dari & Marian, 2004) dan setiap tanaman memiliki
lingkaran cincin (visible ring) yang karakteristik tanin yang berbeda.
terbentuk. Semakin lebar visible ring yang Dari Tabel 3 dapat diketahui bahwa tanin
terbentuk, maka kemampuan tanin untuk protein kompleks yang berasal dari simplisia
berinteraksi dengan protein juga semakin gambir dan biji melinjo memiliki kandungan
besar (Makkar et al., 2007). Hasil radial tanin yang lebih rendah dibandingkan dengan
difusi menunjukkan bahwa sampel yang tanin protein komplek yang berasal dari biji
berasal dari biji pinang dan gambir mempunyai pinang dan biji melinjo. Demikian pula
afinitas yang tinggi untuk berikatan dengan dengan kemampuan anti-oksidannya. Oleh
protein dibandingkan dengan sampel yang karena itu, contoh yang akan dipilih sebagai
lain. Hal ini menunjukkan bahwa biji pinang bahan pestisida tanin protein komplek adalah
dan gambir berpotensi untuk dijadikan yang berasal dari biji pinang dan biji melinjo.
sebagai sumber tanin.
Pada penelitian ini, biji melinjo dipilih
Aktivitas Penghambatan -amylase
untuk digunakan sebagai sumber protein,
karena biji melinjo mempunyai kandungan Telah banyak penelitian yang me-
protein yang cukup tinggi yakni mencapai nyatakan bahwa aktivitas pencernaan akan
10% untuk tiap butir bijinya (Siswoyo, terganggu dengan adanya -amylase
2011). Selain itu biji melinjo dikenal memiliki inhibitor (Narayanan, 2004; Obame et al.,
kemampuan sebagai antioksidan dan 2007; Vinayaka et al., 2009). Sebagai contoh,
karakteristik protein pada biji melinjo aktifitas -amylase larva Tecia solanivora
telah diketahui. Penginteraksian antara menurun sebesar 80% dengan adanya biji
sumber tanin dengan protein yang berasal Amaranthus hypocondriacus. Mekanisme
dari biji melinjo diharapkan dapat penghambatan tanin terhadap bakteri dan
meningkatkan penghambatan aktivitas beberapa enzim belum diketahui secara pasti.
-amylase. Kandungan protein, fenolik, dan Ada pendapat yang menyatakan bahwa
tanin pada tanin protein kompleks disajikan strategi penghambatan -amylase serangga
dalam Tabel 3. antara lain melalui penghambatan interaksi
Interaksi antara tanin dan protein untuk antara sisi substrat yang seharusnya ber-
membentuk tanin protein komplek di- ikatan dengan enzim, menjadi berikatan
pengaruhi oleh ikatan antara keduanya. Tanin dengan tanin. Akibatnya terbentuk subsite
protein kompleks yang terjadi karena ikatan yang menciptakan molekul-molekul lain
hidrofobik memiliki kemampuan yang lebih sehingga struktur yang seharusnya terlibat
Tabel 3. Kandungan protein, fenolik, dan tanin dalam tanin protein kompleks
Table 3. Protein, phenolic, and tannin content in tanin protein complex
Fenolik Tanin TP T Hambatan DPPH/Aktivitas antioksidan
Contoh Phenolic Tannin Total soluble protein DPPH Inhibition/antioxidant activity
Sample
mg GAE/mL mg TAE/mL mg/mL %
P-M 5.30 ± 0.02 b 1.77 ± 0.01 b 0.31 ± 0.001 a 90.05 ± 0.37 b
Gb-M 1.43 ± 0.01 a 0.52 ± 0.00 a 0.27 ± 0.001 a 46.74 ± 0.89 a
Catatan (Notes): BSA = Bovine Serum Albumin; GAE = Gallic acid equivalent; QE = Quercetin equivalent; TAE = Tannic
acid equivalent.
P = Biji pinang (Arecanut fruit); Gb = Simplisia gambir (Crude gambier); M = Biji melinjo (Gnetum
gnemon bean).
39
Firdausi et al.
100
90
80
Penghambatan (Inhibition), %
70
60
50
Pinang (Areca catechu)
40
20
Pinang-melinjo (Areca catechu-
10 Gnetum gnemon L.)
0
0 20 40 60 80 100 120
Protein (Protein), mg
Gambar 4. Aktivitas penghambatan -amylase oleh tanin-protein kompleks dari biji pinang dan biji melinjo.
Figure 4. -amylase inhibition activity by tannin protein complex from Arecanut fruit and Gnetum gnemon
seed.
40
Identifikasi tanaman penghasil tanin-protein kompleks kaitannya sebagai pestisida nabati
120
80
y = -0.008x2 + 1.941x - 1.334
R2 = 0.980
60
40
20
0 20 40 60 80 100
-20
Hambatan -amylase (-amylase inhibition), %
Gambar 5. Korelasi antara aktivitas penghambatan -amylase dan aktivitas antioksidan dari tanin protein
kompleks asal biji Pinang-biji Melinjo.
Figure 5. Correlation between -amylase inhibition activity and antioxidant activity from tannin protein
complex derived from Areca catechu-Gnetum gnemon seeds.
41
Firdausi et al.
tive determination of tannins. Journal Mehrabadi, M. & A.R. Bandani (2009). Assess-
of Agricultural and Food Chemistry, ing of -amylase activity of midgut in
26, 809—812. wheat bug Eurygaster Maura. Ameri-
can Journal of Applied Sciences, 6,
Hopkins, W.G. & N.P.A Huner (2004). Intro-
478—483.
duction to Plant Physiology. John
Wiley and Sons, Inc. Third Edition. Miller, J.M.T. (2001). Anti-cariogenic proper-
London. ties of tea (Camellia sinensis). Jour-
Islam, M.D.; N.A. Khatune; M.I.I. Waheed nal of Medical Microbiology, 50,
& M.D. Haque (2003). Larvacidal 299—302.
activity of a new glucocide, phenyl Misnawi & T.Wahyudi (2008). Potential uses
ethyl D-glucopiranoside from the stem of cocoa bean infested by Cono-
of plant Sida rhumbifolia Linn. pomorpha cramerella for polyphenol
Pakistan Journal of Biological extraction. ASEAN Food Journal, 15,
Science, 6, 73—75. 27—34.
Jimenez., A.V.; J.W. Arboleda; A. Lo´pez A´ Morris; T.R. Carron; M.P Robbin; & K.J. Webb
vila & M.F. Rossi-de-Sa´ (2008). Diges- (1993). Distributions of condensed
tive -amylases from Tecia solanivora tannins in flowering plants of Lotus
larvae (Lepidoptera: Gelechiidae): corniculatus var japonicas and
response to pH, temperature and plant tannin accumulations by transformed
amylase inhibitors. Bulletin of Ento- root cultures. Journal of Experimen-
mological Research, 98, 575—579. tal Botany, 43, 221—231.
Kayani, S.A.; M. Ayeesha; K.H. Abdul; Narayanan, K. (2004). Insect defense: its
Achakzai & A. Shahla (2007). Distri- impact on microbial control of insect
bution of secondary metabolites in pest. Current Science, 86, 6-12.
plants of Quetta-Balochistan. Pakistan
Neves, V.A.; E.J. Lourenco & M.A.M. Silva
Journal Botany, 39, 1173—1179.
(1997). Effect of tannins on albumin
Kusuma, F.; K. Dewi & F. Enny (2009). Isolasi, hydrolysis by tripsin. Ciência e Tecno-
Identifikasi, dan Uji Toksisitas Minyak logia de Alimentos, 17, 208—212.
Atsiri Daun Sidaguri (Sida rhombifolia
Obame, L.C.; J. Koudou; B.S. Kumulungui;
Linn). Jurusan Kimia FMIPA UNDIP.
I.H.N. Bassolé; P. Edou; A.S. Ouattara
Semarang.
& A.S. Traoré (2007). Antioxidant and
Makkar, H.P.S.; P. Shiddurajju & K. Becker antimicrobial activities of Canarium
(2007). Plant Secondary Metabolites. schweinfurthii Engl. Essential oil from
Humana Press. New Jersey. Centrafrican Republic. African Journal
Matsushita, H.; T. Mio & O. Haruko (2002). Biotechnology, 6, 2319—2323.
Porcine pancreatic -amylase shows Pambayun, R.; G. Murdijadi; S. Slamet &
binding activity toward N-linked R.K. Kapti (2007). Kandungan fenol dan
oligosaccharides of glycoproteins. sifat antibakteri dari berbagai ekstrak
The Journal of Biological Chemistry, produk gambir (Uncaria gambir Roxb.).
277, 4680—4686. Majalah Farmasi Indonesia, 18,
Mcdougall, G.; S. Faina; D. Patricia; S. Pauline; 141—146.
B. Alison & S. Derek (2003). Differ Payan, F. (2004). Structural basis for the
Polyphenolic Components of Soft inhibition of mammalian and insect
Fruit Inhibit -Amylase and -Glu- -amylase by plant protein inhibitors.
cosidase. Scottish Crop Research Biochimica et Biophysica Acta, 1696,
Institute. United Kingdom. 171—180.
42
Identifikasi tanaman penghasil tanin-protein kompleks kaitannya sebagai pestisida nabati
Ramasoota, J. (2001). Chemical and botanical Wahyudi, T.; T.R. Panggabean & Pujiyanto
pesticide in Vorthern Thailand. (2008). Panduan Lengkap Kakao
Journal of Health Science, 10, 1—7. Manajemen Agribisnis dari Hulu
hingga Hilir. Penebar Swadaya.
Shahidi, F. & N. Marian (2004). Phenolics in
Jakarta.
Food and Neutraceuticals. CRC
Press. Washington D.C. Wang, J; H. Liu; J. Zhao; H. Gao; L. Zhou;
Siswoyo, T.A. (2011). Biji melinjo tingkatkan Z. Liu; Y. Chen & P. Sui (2009). Anti-
daya tahan. Harian Kompas, 27 Januari microbial and antioxidant activities of
2011. the root bark essential oil of Periploca
sepium and its main component 2-Hy-
Suharti, F.M. (2005). Proteksi Protein Daun droxy-4-Meth oxy-benzal dehyde.
Lamtoro (Leucaena leucocephala) Molecules, 15, 5807—5817.
Menggunakan Tanin, Saponin,
Minyak dan Pengaruhnya Terhadap Wiryadiputra, S. (2003). Keefektifan limbah
RUDP dan Sintesis Protein Mikroba tembakau sebagai insektisida nabati
Rumen. Fakultas Peternakan, Univer- untuk mengendalikan hama Helo-
sitas Jendral Soedirman. Purwokerto. pheltis sp. pada kakao. Jurnal Per-
lindungan Tanaman Indonesia, 9,
Sulastri, T. (2009). Analisis kadar tanin ekstrak 35—45.
air dan ekstrak ethanol pada biji pinang
Wiryadiputra, S. (2009). Diagnosis Hama
sirih. Jurnal Chemical, 10, 59—63.
Utama Tanaman Kakao. Bahan Ajar
Taiz, L. & E. Zieger (2002). Plant Physiology. Program Pascasarjana Universitas
Sinauer Associates. 3 th edition. Jember. Jember.
Sunderland.
Xiao, Z.; R. Storms & A. Tsang (2009). A Quan-
Turkmen, N.; Y.S. Velioglu; F. Sari & G. Polat titative Starch-iodine Method for
(2007). Effect of extraction condition on Measuring -amylase and Gluco-
measured total polyphenol content and amylase Activities. Biotechnology
antioxidant and antibacterial activities Research Institute. Canada.
of black tea. Molecules, 12, 484—496.
*********.
Vinayaka, S.; S.P. Swarnalatha; H.R. Preethi;
K.S. Surabhi; R. Prashith & S.J. Sudhar-
shan (2009). Studies on in vitro anti-
oxidant, antibacterial, and insecticidal
activity of methanolic extract of Abrus
pulchellus wall (Fabaceae). African
Journal of Basic & Applied Sciences,
1, 110—116.
43