Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Disusun Oleh :
Nama :SULASTRI
Nim :4152121043
2018
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas mata
kuliah Psikologi Pendidikan mengenai laporan critical book dengan baik dan tepat pada
waktunya yang tujuannya memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan .
Penulis mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan, bimbingan dan arahan dari
berbagai pihak yang membantu penyelesaian tugas ini. Penulis menyadari bahwa dalam
penulisan laporan ini banyak sekali kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan baik
dari segi bahasa maupun susunan penulisannya. Hal ini disebabkan oleh kemampuan dan
pengalaman penulis yang terbatas. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan untuk langkah-langkah selanjutnya.
Penulis
Sulastri
i
DAFTAR ISI
kata Pengantar......................................................................................................................... i
Daftar Isi ................................................................................................................................ii
Identitas ............................................................................................................................... iii
Bab I Pendahuluan ................................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................. 1
1.2 Tujuan Critical Book Report........................................................................................ 1
1.3 Manfaat ........................................................................................................................ 2
Bab II Isi Buku ..................................................................................................................... 3
2.1 Ringkasan Buku Utama ............................................................................................... 3
2.1 Ringkasan Buku Pembanding .................................................................................... 16
Bab III Pembahasan ............................................................................................................. 28
3.1 Perbandingan Buku Utama Dan Buku Pembanding .................................................. 28
3.2 Kelebihan Dan Kekurangan ....................................................................................... 29
Bab IV Penutup ................................................................................................................... 31
4.1 Kesimpulan ................................................................................................................ 31
4.2 Saran .......................................................................................................................... 31
Daftar Pustaka ..................................................................................................................... 32
ii
IDENTITAS
1. Buku Utama
1. Judul buku : Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru
2. ISBN : 978-514-672-6
3. Pengarang : Muhibbin Syah
4. Penerbit : Remaja Rosdakarya
5. Tahun terbit : 2008
6. Kota terbit : Bandung
7. Tebal buku : 267 halaman
2. Buku Pembanding
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 MANFAAT
1. Dapat memahami tujuan dari adanya psikologi kependidikan dalam pendidikan
khususnya di Indonesia.
2. Dapat mengetahui prinsip-prinsip dasar yang terdapat di dalam Psikologi
Pendidikan.
3. Dapat memahami hubungan pertumbuhan dan perkembangan manusia dalam
psikologi pendidikan.
2
BAB II
ISI BUKU
3
b. Definisi Pendidikan
Pendidikan berasal dari kata “didik”, lalu kata ini mendapat awalan me sehingga
menjadi “mendidik”, artinya memelihara dan memberi latihan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendidikan merupakan proses
pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
c. Definisi Psikologi Pendidikan
Arthur S. Reber (1988) mengatakan bahwa Psikologi Pendidikan adalah sebuah
subdisiplin ilmu psikologi yang berkaitan dengan teori dan masalah kependidikan yang
berguna dalam hal-hal sebagai berikut :
1. Penerapan prinsip-prinsip belajar dalam kelas
2. Pengembangan dan pembaruan kurikulum
3. Ujian dan evaluasi bakat dan kemampuan
4. Sosialisasi proses-proses dan interaksi proses-proses tersebut dengan
pendayagunaan ranah kognitif
5. Penyelenggaraan pendidikan keguruan
Menurut Tardif (1987) Psikologi pendidikan memiliki ruang lingkup,yaitu:
1. Context of teaching and learning (situasi atau tempat yang berhubungan dengan
mengajr dan belajar)
2. Process of teaching and learning (tahapan-tahapan dalam mengajar dan belajar)
3. Outcomes of teaching and learning (hasil-hasil yang tercapai oleh proses mengajar
dan belajar)
B. Arti Penting Psikologi Pendidikan
Para pendidik khususnya para guru sekolah sangat diharapkan menguasi psikologi
pendidikan yang memadai agar dapat mendidik para siswa melalui proses mengajar-belajar
yang berdaya guna dan berhasil guna.
Pengetahuan yang bersifat psikologis mengenai peserta didik dalam proses belajar
dan proses belajar-mengajar sesungguhnya tidak hanya diperlukan oleh calon guru dan
guru professional. Para dosen di pergurua tinggi bahkan orangtua dan mereka yang
berkecimpung dalam dunia pendidikan juga memerlukan pengetahuan psikologi
pendidikan.
Ada 10 macam kegiatan pendidikan yang memerluka prinsip psikologis, yaitu : 1)
seleksi penerimaan siswa baru, 2) perencanaan pendidikan, 3) penyususunan kurikulum, 4)
penelitian pendidikan, 5) administrasi pendidikan, 6) pemilihan materi pelajaran, 7)
4
interaksi mengajar-belajar, 8) pelayanan bimbingan dan penyuluhan, 9) metode mengajar
dan 10) pengukuran dan evaluasi. Dalam menerapkan prinsip-prinsip psikologis tersbut,
diperlukan adanya figure-figur guru yang kompeten.
C. Sejarah, Cakupan, dan Metode Psikologi Pendidikan
a. Sejarah Singkat Psikologi Pendidikan
Menurut David (1972) dan para ahli umumnya memandang bahw Johann Friedrich
Hebart adalah bapak psikologi pendidikan. Hebart adalah seorang filsof dan pengarang
keenam yang lahir di Oldenburg, Jerman pada tanggal 4 Mei 1776. Nama Hebart
kemudian diabadikan sebagai nama sebuah aliran psikologi yang disebut Herbatianisme
(1820-an). Konsep utama aliran ini adalah apperceptive mass yaitu khusus diperuntukkan
bagi pengetahuan yang telah dimiliki indiviudu. Menurut Reber (1988) aliran ini adalah
pendahulu dari aliran psikoanalisis Freud dan berpengaruh besar terhadap pemikiran
psikologi eksperimental Wundt.
Aliran-aliran yang paling menonjol pengaruhnya dalam psikologi pendidikan, yaitu:
1. Aliran Humanisme, tokoh-tokoh utamanya J.J Rousseau, Abraham Maslow, C.
Rogers
2. Aliran Behaviorisme, tokoh-tokoh utamanya J.B Watson, E.L. Thorndike, dan B.F
Skinner
3. Aliran Psikologi Kognitif, tokoh-tokoh utamanya J. Piaget, J. Bruner dan D.
Ausbel
b. Cakupan Psikologi Pendidikan
Secara garis besar, banyak ahli yang membatasi pokok-pokok bahasan psikologi
pendidikan menjadi 3 macam, yaitu :
1. Pokok bahasan mengenai “belajar”
2. Pokok bahasan mengenai “proses belajar”
3. Pokok bahasan mengenai “Situasi belajar”
Khusus mengenai proses belajar-mengajar, para hali Psikologi Pendidikan seperti
Barlow (1985) dan Good & Brophy (1990) mengelompokkan pembahadan dalam 7
bagian, yaitu :
1. Manajemen ruang (kelas) yang sekurang-kurangnya meliputi pengendalian kelas
dan penciptaan iklim kelas
2. Metodologi kelas (metode pengajaran)
3. Motivasi siswa peserta kelas
4. Penanganan siswa yang berkemampuan luar biasa
5
5. Penanganan siswa yang berperilaku menyimpang
6. Pengukuran kinerja akademik siswa
7. Pendayagunaan umpan balik dan penindaklanjutan
c. Metode Psikologi Pendidikan
1. Metode Eksperimen
Dalam metode ini objek akan dibagi kedalam 2 kelompok, yakni Kelompok
Percobaan dan Kelompok Pembanding. Setelah eksperimen usai, data kelompok
percobaan dibandingkan dengan data kelompok pembanding, lalu di analisis, ditafsirkan
dan disimpulka dengan teknik statistik tertentu.
2. Metode Kuesioner
Metode ini lazim juga disebut metode surat-menyurat (mail survey), karena
pelaksanaan penyebaran dan pengembaliannya sering dikirimkan ke dan dari responden
melalui jasa pos.
3. Metode Studi Kasus
Metode ini adalah sebuah metode penelitian yang digunakan untuk memeroleh
gambaran yang rinci mengenai aspek-aspek psikologis seorang siswa atau sekelompok
siswa tertentu.
4. Metode Penyelidikan Klinis
Sasaran metode ini adalah memastikan sebab-sebab timbulnya ketidaknormalan
perilaku seorang siswa atau sekelompok kecil siswa.
5. Metode Observasi Naturalistik
Metode ini berupa observasi yang dilakukan secara alamiah.
D. Hakikat dan Hubungan Antara Pendidik dan Pengajaran
Pendidikan dipandang lebih utama daripada pengajaran dalam arti sebgai konsep
ideal (sebagai landasan hukum). Namun tidak ada sistem pendidikan yang berjalan tanpa
pengajaran. Maka pengajaran dan perwujudannya seyogiyanya dipandang sebagai konsep
operasioanl yang berposisi setara dengan pendidikan sebgai konsep ideal.
6
pentingnya. Pertumbuhan juga dapat berarti sebuah tahapan perkembangan (McLeod,
1989).
b. Faktor yang mempengaruhi perkembangan
1. Aliran Nativisme (Arthur Schopenhauer, 1788-1860)
Dalam aliran ini perkembangan manusia ditentukan oleh pembawaannya,
sedangkan pengalaman dan pendidikan tidak berpengaruh apa-apa.
2. Aliran Empirisme (John Locke, 1632-1704)
Aliran ini menekankan arti penting pengalaman, lingkungan, dan pendidikan dalam
perkembangan manusia, sedangkan bakat dan pembawaan sejak lahir tidak
berpengaruh apa-apa.
3. Aliran Konvergensi (Louis William Stern, 1871-1938)
Aliran ini menggabungkanarti penting pembawaan dengan lingkungan sebagai
faktor yang berpengaruh dalam perkembangan manusia.
B. Proses, Tugas, dan Hukum Perkembangan
a. Proses Perkembangan
Proses perkembangan individu sampai menjadi dirinya sendiri ada 3 tahap:
1. Tahapan proses konsepsi (pembuahan sel ovum ibu oleh sel sperma ayah)
2. Tahapan proses kelahiran (saat keluarnya bayi dari Rahim ibu kealam dunia
bebas)
3. Tahapan proses perkembangan individu bayi menjadi seorang pribadu yang
khas.
b. Tugas dan Fase Perkembangan
1. Tugas Perkembangan Fase Bayi dan Kanak-kanak
2. Tugas Perkembangan Fase Anak-anak
3. Tugas Perkembangan Fase Remaja
4. Tugas Perkembangan Dewasa
5. Tugas Perkembangan Setengah Baya
6. Tugas Perkembangan Fase Usia Tua
c. Hukum Perkembangan
1. Hukum Konvergensi
Perkembangan manusia pada dasarnya tidak hanya dipengaruhi oleh faktor
pembawaan sejak lahir, tetapi juga oleh lingkungan pendidikan
2. Hukum Perkembangan dan Pengembangan Diri
7
Manusia berkembang karena adanya insting atau naluri pembawaan sejak lahir
yang menuntutnya untuk bertahan dan mengembangkan diri.
3. Hukum Masa Peka
Seorang siswa yang belum sampai pada masa pekanya untuk mempelajari suatu
materi pelajaran, materi tersebut akan sangat sulit diserap dan diolah oleh sistem
memorinya.
4. Hukum Keperluan Belajar
Setiap anak biasanya berkembang karena belajar.
5. Hukum Kesatuan Anggota Badan
Tahapan perkembangan yang terjadi dalam suatu ranah akan berpengaruh
terhadap tahap perkembangan lainnya.
6. Hukum Tempo Perkembangan
Tempo-tempo perkembangan manusia pada umumnya terbagi dalam kategori :
cepat, sedang, dan lambat.
7. Hukum Irama Perkembangan
Perkembangan manusia tidak tetap, terkadang naik dan terkadang turun.
8. Hukum Rekapitulasi
Proses perkembangan individu manusia adalah sebuah mikrokosmik (dunia
kehidupan kecil) yang mencerminkan evolusi kehidupan dari tingkat yang
paling sederhana sampai tingkat yang lebih kompleks.
C. Perkembangan Psiko-Fisik Siswa
Proses-proses perkembangan tersebut meliputi :
a. Perkembangan Motor, yakni proses perkembangan yang progresif dan
berhubungan dengan perolehan aneka ragam keterampilan fisik anak.
b. Perkembangan Kognitif, yakni perkembangan fungsi intelektual atau proses
perkembangan/kemampuan otak anak. Perkembangan ini terdiri dari 4 tahap, yaitu:
1) Tahap sensorimotor, yaitu saat intelegensi yang dimiliki anak masih berbentuk
primitif dalam arti masih didasarkan pada prilaku terbuka.
2) Tahap pra-operasional, perkembangan ini bermula pada saat anak telah
memiliki penguasaan sempurna mengenai object permanence, artinya anak
sudah memiliki kesadaran akan tetap eksisnya suatu benda yang harus ada atau
biasa ada, atau sudah tak dilihat dan didegar lagi.
8
3) Tahap operasional konkret, pada tahap ini intelegensi operasional anak terdapat
sistem operasi kognitif yang meliputi : conservation, addition of classes,
mutiplication of classes.
4) Tahap operasional formal, adalah tahap dimana seorang remaja telah memiliki
kemampuan mengkoordinasikan baik secara serentak maupun berurutan dua
ragam kemampuan kognitif yaitu: kapasitas menggunakan hipotesis, dan
kapasitas menggunkana prinsip-prinsip abstrak.
c. Perkembangan Sosial dan Moral, yakni proses perkembangan mental yang
berhubungan dengan perubahan-perubahan cara anak berkomunikasi dengan orang
lain, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok.
BAB IV : BELAJAR
A. Definisi dan Contoh Belajar
a. Definisi Belajar
Menurut Skinner, Belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku
yang berlangsung seacra progresif. Chaplin dalam Dictionary of Psychology mengatakan
bahwa belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai
akibat praktik dan pengalaman. Sedangkan Wittig dalam bukunya Psychology of Learning
mengatakan belajar adalah perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala
macam/keseluruhan tingkah laku organisme sebagai hasil belajar.
b. Contoh Belajar
Contoh sederhananya seorang anak balita yang memperoleh mobil-mobilan akan
mencoba memainkan dengan cara memutar kuncinya dan meletakkannya di suatu
permukaan. Perilaku memutar dan meletakkan merupakan respon atau reaksi atas
rangsangan yang timbul pada mainan itu.
B. Arti Penting Belajar
Belajar adalah key term (istilah kunci) yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan.
Tanpa belajar sesungguhnya tidak pernah ada pendidikan. Belajar juga memainkan peran
penting dalam mempertahankan kehidupan manusia ditengah persaingan dengan bangsa
lainnya yang lebih dahulu maju karena belajar.
C.Belajar, Memori, dan Pengetahuan dalam Perspektif Psikologi dan Agama
a. Perspektif Psikologi
Hubungan antara belajar, memori dan pengetahuan itu sangat erat dan tidak dapat
dipisahkan.
9
b. Perspektif Agama
Islam memandang umat manusia sebagai makhluk yang dilahirkan dalam keadaan
kosong, tidak berilmu dan tidak berpegetahuan. Akan tetapi, Tuhan memberi potensi
yang bersifat jasmaniah dan rohaniah untuk belajar dan mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi untuk kemaslahatan umat manusia itu sendiri
D. Teori-teori Pokok Belajar
a. Koneksionisme (Edward L. Thorndike, 1874-1949)
Belajar adalah hubungan antara Stimulus dan Respon
b. Pembiasan Klasik (Ivan Pavlov, 1849-1936)
Belajar adalah perubahan yang ditandai dengan adanya hubungan stimulus dan respon.
Maka pada prisnipnya eksperimen E.L. Thorndike kurang lebih sama dengan hasil
eksperimen Pavlov.
c. Pembiasan Perilaku Respons (Frederic Skinner, 1904)
Fenomena tingkah laku belajar melibatkan reinforcement (penguatan).
d. Teori Pendekatan Kognitif
Tingkah laku manusia yang tampak tidak dapat diukur dan diterangkan tanpa
melibatkan proses mental, seperti : motivasi, kesengajaan, keyakinan dan sebagainya.
E. Proses dan Fase Belajar
a. Definisi Proses Belajar
Proses belajar adalah tahapan perubahan perilaku kognitif, afektif dan psikomotor yang
terjadi dalam diri siswa.
b. Fase-fase dalam Proses Belajar
Menurut Jerome S. Bruner dalam proses belajar siswa melalui 3 fase, yaitu :
1. Fase Informasi (tahap penerimaan materi)
2. Fase Transformasi (tahap pengubahan materi)
3. Fase Evaluasi (tahap penilaian materi)
10
Perubahan positif artinya baik, bermanfaat dan sesuai harapan, sedangkan perubahan
aktif terjadi karena usaha siswa itu sendiri.
c. Perubahan Efektif dan Fungsional
Perubahan yang membaw pengaruh, makna dan manfaat tertentu bagi siswa.
B. Perwujudan Perilaku Belajar
Perwujudan perilaku belajar biasanya tampak dalam perubahan-perubah Kebiasaan,
Keterampilan, Pengamatan, Berfikir Asosiatif dan Daya Ingat, Berfikir Rasional dan
Kritis, Sikap, Inhibisi, Apresiasi dan Tingkah laku Afektif.
C. Jenis-jenis Belajar
Jenis-jenis belajar antara lain : Belajar Abstrak, Belajar Keterampilan, Belajar Sosial,
Belajar Pemecahan Masalah, Belajar Rasional, Belajar Kebiasaan, Belajar Apresiasi,
dan Belajar Pengetahuan.
D. Efisiensi, Pendekatan dan Metode Belajar
a. Efisiensi Belajar
1. Efisiensi Usaha Belajar
Suatu kegiatan belajar dapat dikatakan efisien kalau prestasi belajar yang
diinginkan dapat dicapai dengan usaha yang hemat dan minim.
2. Efisiensi Hasil Belajar
Kegiatan belajar dapat dikatakan efisien apabila dengan usaha belajar memberikan
prestasi belajar tinggi.
b. Ragam Pendekatan Belajar
1. Pendekatan Hukum Jost
Siswa yang lebih sering mempraktikkan materi pelajaran akan lebih mudah
memanggil kembali memori lama yang berhubungan dengan materi yang sedang ia
tekuni.
2. Pendekatan Ballard & Clanchy
Pendekatan belajar siswa pada umumnya dipengaruhi oleh sikap terhadap ilmu
pengetahuan.
3. Pendekatan Biggs
Pendekatan belajar siswa dapat dikelompokkan dalam 3 prototipe, yaitu :
Pendekatan surface (permukaan/bersifat lahiriah)
Pendekatan deep (mendalam)
Pendekatan achieving (pencapaian prestasi tinggi)
11
c. Metode Belajar SQ3R
Dengan menggunakan metode ini siswa dapat menjadi pembaca aktif dan terarah
langsung pada intisari yang tersirat dan terusat dalam teks.
E. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
1.Faktor Internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani
siswa.
2.Faktor Eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa.
3.Faktor Pendekatan Belajar, yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan
metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi
pelajaran.
12
Ragam alat evaluasi terdiri atas 2 macam bentuk, yaitu :
1. Bentuk Objektif, (Tes Benar-Salah, Tes Pilihan Berganda, Tes Pencocokan, Tes
Isian, dan Tes Pelengkapan)
2. Bentuk Subjektif
D. Evaluasi Prestasi Kognitif, Afektif, dan Psikomotor
a. Evaluasi Prestasi Kognitif
Dapat dilakukan dengan tes tertulis maupun tes lisan dan perbuatan.
b.Evaluasi Prestasi Afektif
Dapat dilakukan dengan menggunakan Skala Likert
c.Evaluasi Prestasi Psikomotor
Dapat diukur dengan melakukan Observasi
E. Lupa dan Kejenuhan Belajar
a. Faktor-faktor penyebab lupa
1. Lupa dapat terjadi karena gangguan konflik antara item-item informasi atau materi
yang ada dalam sistem memori siswa.
2. Lupa dapat terjadi karena adanya tekanan terhadap item yang telah ada, baik
disengaja maupun tidak.
b. Kiat Mengurangi Lupa dalam Belajar
Kiat menurut Barlow (1985), Reber (1988) dan Anderson (1990), yaitu :
1. Overlearning (belajar lebih)
2. Extra Study Time (tambahan waktu belajar)
3. Mnemonic Device (muslihat memori)
4. Pengelompokan
5. Latihan berbagi
c. Faktor penyebab Kejenuhan Belajar
Kejenuhan dapat terjadi karena siswa tersebut kehilangan motivasi, bosan dan keletihan.
F. Transfer dalam Belajar
Menurut Gagne transfer dalam belajar digolongkan dalam 4 dikategori, yaitu :
a. Transfer Positif
b. Transfer Negatif
c. Transfer Vertikal
d. Transfer Lateral
G. Kesulitan Belajar dan Alternatif Pemecahannya
Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya kesulitan belajar adalah faktor
13
intern dan ekstern siswa.
a. Alternatif Pemecahan Kesulitan Belajar
1. Analisis Hasil Diagnosis
2. Menentukan Kecakapan Bidang Bermasalah
3. Menyusun Program Perbaikan
4. Melaksanakan Program Perbaikan
14
4. Metode Ceramah Plus
E. Strategi dan Tahapan Mengajar
a. Strategi Mengajar SPELT
1. Direct strategy instruction (pengajaran dengan strategi langsung)
2. Teaching for Transfer (mengajar untuk mentransfer strategi)
3. Generating elaborative strategies (pembangkitan strategi belajar siswa yang luas
dan terperinci)
b. Tahapan-tahapan Mengajar
1. Tahap Prainstruksional, yaitu persiapan sebelum mengajar dimulai
2. Tahap Instruksional, yaitu saat-saat mengajar (penyajian materi)
3. Tahap Evaluasi dan tindak lanjut
15
1. Pengaruh Karakteristik Siswa
2. Pengaruh Karakteristik Guru
3. Pengaruh Interaksi dan Metode
4. Pengaruh Karakteristik Kelompok
5. Pengaruh Fasilitas Fisik
6. Pengaruh Lingkungan Luar
b. Fungsi Guru dalam Proses Mengajar-Belajar
1. Designer of Instruction (perancang pengajaran)
2. Manager of instruction (pengelola pengajaran)
3. Evaluator of Student Learning (penilai prestasi belajar siswa)
16
Di sisi lain, Crow and Crow mengemukakan ruang lingkup psikologi pendidikan
antra lain (1) sampai sejauh mana factor hereditas dan lingkungan berpengaruh terhadap
belajar, (2) sifat-sifat dari proses belajar, (3) hubungan antara tingkat kematangan dengan
kesiapan belajar, (4) signifikansi pendidikan terhadap perbedaan-perbedaan individual
dalam kecepatan dan keterbatasan belajar, (5) perubahan selama dalam belajar, (6)
hubungan prosedur mengajar dengan hasil belajar, (7) teknik bagi penilaian kemajuan
belajar, (8) pengaruh pendidikan formal dibandingkan informal terhadap individu, (9)
manfaat nilai ilmiah terhadap pendidikan bagi personel sekolah, dan (10) pengaruh
psikologi yang ditimbulkan oleh kondisi sosiologi terhadap sikap siswa.
Dari rangkaian pokok di atas tampak jelas bahwa belajar adalah masalah yang
paling vital dalam psikologi pendidikan.
Bab. II Peranan Ilmu Jiwa Pendidikan Dalam Dunia Pendidikan
Dalam bab ini di jelaskan bahwa para pendidik diharapkan memiliki pengetahuan
psikologis pendidikan yang sangat memadai agar dapat mendidik para siswa melalui
proses belajar mengajar yang berdaya guna dan berhasil guna. Pengetahuan ini akan
berguna mempelajari gejala kejiwaan anak, perkembangan anak, minat dan bakatnya, cara
belajar dan membimbingnya serta bagaiman mengawasi hasil belajarnya yang tepat.
Menurut Lindgren manfaat psikologi pendidikan adalah untuk membantu para guru
dalam mengembangkan pemahaman yang lebih baik mengenai kependidikan dan
prosesnya. Sementara itu, Chaplin menitikberatkan manfaat psikologi pendidikan untuk
memecahkan masalah-masalah yang terdapat dalam dunia pendidikan dengan cara
menggunakan metode-metode yang telah disusun rapi dan sistematis. Dari dua macam
pendapat tersebut, secara umum psikologi pendidikan merupakan alat bantu yang penting
bagi para penyelenggara pendidikan dalam mencapai tujuan pendidikan yang telah
ditetapkan. Hal ini dikarenakan prinsip yang terkandung dalam psikologi pendidikan dpat
dijadikan landasan berpikir dan bertindak dalam mengelola proses belajar mengajar.
Setidak-tidaknya ada 10 macam kegiatan pendidikan yang banyak memerluksn
prinsip-prinsip psikologi, yaitu (1) seleksi penerimaan siswa baru, (2) perencanaan
pendidikan, (3) penyusunan kurikulum, (5) administrasi kependidikan, (6) pemilihan
materi pelajaran, (7) interaksi belajar mengajar, (8) pelayanan bimbingan dan penyuluhan,
(9) metode mengajar, (10) pengukuran dan evaluasi. Untuk menerapkan prinsip-prinsip
psikologi tersebut diperlukan guru-guru yang berkompeten dan bertanggung jawab.
Berkompeten artinya bahwa guru mampu melaksanakan profesinya dengan baik dan benar.
17
Adapun bertanggung jawab adalah guru mampu mengelola prose belajar mengajar dengan
sebaik-baikny sesuai dengan prinsip-priinsip psikologis.
Dengan adanya perkembangan teknologi sekarang ini, dampaknya jugasanat terasa
dalam dunia pendidikan. Banyak teknologi yang dikembangkan untuk media pendidikan
yang justru dalam penerapannya jauh dari prinsip-prinsip psikologi. Untuk mengatasi
persoalan ini hendaknya dalam proses belajar siswa dibawa kepada keaktifan yang tinggi
baik secara fisiologi maupun psikologi.
Bab III Teori – Teori Psikologi Belajar
Dalam Bab ini dijelaskan dengan berkembangnya psikologi dalam pendidikan
muncul pula berbagai aliran psikologi pendidikan yaitu (1) psikologi behavoristik, (2)
psikologi kognitif, (3) psikologi humansitik. Dalam setiap periode perkembangan aliran
psikologi tersebut, mulcullah teori-teori tentang belajar, yaitu:
Teori belajar psikologi behavioristik, yang berendapat bahwa tingkah laku siswa
merupakan reaksi-reaksi terhadap lingkunganmereka pada masa lalu dan masa sekarang
dan bahwa segenap tingkah laku merupakan hasil belajar. Bahwa tingkah laku manusia
dikendalikan oleh ganjaran (reword) dan penguatan (reinforcement). Teori – teori ini
dipelopori oleh Thorndike, Pavlov, Watson dan Guthrie.
Teori belajar psikologi kognitif, yang berpendapat bahwa tingkah laku seseorang
senantiasa didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi
dimana tingkah laku itu terjadi. Dalam situasi belajar seseorang terlibat langsung dalm
situasi itu dan memperoleh “insight” untuk pemecahan masalah. Insight itu sering
dihubungkan dengan pernyataan spontan seperti “aha”, “oh”, “I see now”. Teori – teori ini
dipelopori oleh Gestalt, Mex Wertheimer, Lewin, Kurt Koffka dan Wolfgang Kohler.
Teori belajar psikologi Humanistis, yang orientasinya utamanya tertuju pada
masalah bagaimana tiap-tiap individu dipengaruhi dan dibimbing oleh maksud-maksud
pribadi yang mereka hubungkan dengan pengalaman-pengalaman mereka sendiri.
Tujuannya adalah untuk membantu siswa mengembangkan dirinya, mengenal dirinya
sendiri sebagai mausia yang unik dan membantunya dalam mewujudkan potensi-potensi
yang ada dalam diri mereka. Tokoh yang menonjol pada aliran ini adalah Combs Maslov,
dan Rogers.
Dengan demikian hal terpenting yang harus diperhatikan adalah tentang tujuan
belajar. Bahwa belajar merupakan suatu usaha atau perbuatan yang dilakukan sedara
bersungguh-sungguh, sistematis, mendayagunakan semu potensi yang dimiliki baik fisik
mental serta dana panca indera, otak dan tubuhserta aspek-aspek kejiwaan
18
sepertiintelegensi, bakat, minat motivasi dan sebagainya. Hal ini dilakukan untuk
memperbaiki hidup untuk mencapai cita-cita.
Dalam perjalanannya, dalam pembelajaran harus memperhatikan prinsip-prinsip
belajar yang meliputi (1) kematangan jasmani dan rohani, (2) memiliki kesiapan, (3)
memahami tujuan, (4) memiliki kesungguhan, (5) ulangan dan latihan.
Selain itu, dalam bab ini juga dijelaskan tentang factor-faktor yang mempengaruhi
belajar, antara lain factor internal yang meliputi (1) kesehatan, (2) intelegensi dan bakat,
(3) minat dan motivasi, serta (4) cara belajar, dan factor eksternal yang mencakup (1)
keluarga, (2) sekolah, (3) masyarakat dan (4) lingkunga sekitar
Bab. IV Pertumbuhan dan Perkembangan Manusia
Ada dua bagian kondisional pribadi manusia baik secara jasmaniah maupun secara
rohaniah, yaitu (1) bagian pribadi materiil yang kuantitatif dan (2) bagian pribadi
fungsional yang kualitatif. Pertumbuhan dapat diartikan sebagai perubahan kuantitatif pada
materiil sesuatu sebagai akibat dari adanya pengaruh lingkungan, sedangkan bagian
pribadi fungsinal yang kualitatif mengalami perkembangan.
1. Pertumbuhan
Peristiwa pertumbuhan pribadi manusia berawal dari peristiwa awal herediter.
Secara genetis manusia terbentuk dari satu sperma dan satu telur. Keduanya mewakili sifat
dari orang tuanya yang pada akhirnya akan turun kepada anaknya sebagai individu baru.
Dalam perjalanannya, pertumbuhan ini diatur oleh hokum-hukum antara lain (a)
pertumbuhan adalah kuantitaif dan kualitatif, (b) pertumbuhan merupakan proses yang
berkesinambungan dan teratur, (c) tempo pertumbuhan adalah tidak sama, (d) taraf
perkembangan dari berbagai aspek pertumbuhan adlah tidak sama, (e) kecepatan serta pola
pertumbuhan dapat dimodifikasi oleh kondisi-kondisi di dalam dan di luar badan, (f)
masing-masing individu tumbu menurut caranya sendiri yang unik, (g) pertumbuhan
adalah kompleks, dan semua aspeknya saling berhubungan.
Pertumbuhan yang mengenai tinggi dan berat badan, sangat dipengaruhi oleh
kondisi lingkungan internal seperti makanan, gizi, perangai, dan lain-lain. Sedangkan
kondisi lingkungan eksternal misalnya suhu udara, aktivitas social, dan lain-lain. Dalam
kondisi pertumbuhan normal tinggi badan anak dapat ditafsirkan dengan rumus :
Tinggi badan anak laki-laki = (tinggi badan ayah + 100% tinggi badan ibu) / 2
Tinggi badan anak perempuan = (tinggi badan ibu + 92% tinggi badan ayah)/ 2
2. Perkembangan
19
Perkembangan pribadi diartikan sebagai perubahan kualitatif dari setiap fungsi
kepribadian akibat dari pertumbuhan dan belajar. Setiap fungsi tersebut dapat mengalami
perubahan.
Perkembangan tidak dapat dipisahkan dari pertumbuhan. Kematangan pada fungsi
jasmaniah sangat mempengaruhi perubahan fungsi-fungsi kejiwaan. Hokum-hukum dalam
perkembangan adalah (1) perkembangan adalah kualitatif, (2) perkembangan sangat
dipengaruhi oleh proses hasil dari belajar, (3) usia ikut mempengaruhi perkembangan, (4)
masing-masing individu mempunyai tempo perkembangan yang berbeda, (5) dalam
keseluruhan periode perkembangan setiap spesies perkembangan individu mengikuti pola
umum yang sama, (6) perkembangan dipengaruhi oleh hereditas dan lingkungan, (7)
perkembangan yang lambat dapat dipercepat, (8) perkembangan meliputi proses
individuasi dan integrasi
2.1 Tahap-Tahap Perkembangan
Perkembangan pribadi manusia meliputi perkembangan fisiologis, perkembangan
psikologis, perkembangan social dan perkembangan didaktis atau pedagogis.
Perkembangan fisiologis
Menurut Sigmund Freud ada 6 tahap perkembangan fisiologis pada manusia yaitu
(a) tahap oral (umur 0 sd sekitar 1 tahun) dimana mulut bayi merupakan daerah utama dari
aktivitas dinamis manusia, (b) tahap anal (umur 1 sd 3 tahun) yaitu dorongan dan gerak
individu lebih banyak terpusat pada fungsi pembuangan kotoran, (c) tahap falish (umur 3
sd 5 tahun) dimana alat-alat kelamin menjadi perhatian penting, (d) tahap latent (umur 5 sd
12/13 tahun) dimana anak belajar bersosialisasi, fungsi imajinasi, ingatan dan pikiran
mulai berkembang, mulai mampu berpikir kritis, (e) tahap pubertas (umur 12/13 sd 20
tahun) dimana kelenjar-kelenjar indoktrin tumbuh pesat dan berfungsi mempercepat
pertumbuhan kearah kematangan, (f) tahap genital (setelah umur 20 tahun) yaitu
pertumbuhan genital merupakan dorongan penring bagi tingkah laku sesorang.
Perkembangan Psikologis
Menurut Jean Jacques Rousseou perkembangan fungsi dan kapasitas kejiwaan
manusia berlangsung dalam 5 tahap, yaitu tahap (a) perkembangan masa bayi (sejak lahir –
2 tahun) dimana perkembangan kepribadian didominasi oleh perasaan, (b) perkembangan
masa kanak-kanak (2 s.d 12 tahun) dimana perkembangan pribadi anak dimulai dengan
berkembangnya fungsi-fungsi indra anak untuk mengadakan pengmatan, (c)
perkembangan pada masa preadolesen (umur 12 s.d 15 tahun) dimana perkembangan
20
fungsi penalaran intelektual pada anak sangat dominan, (d) perkembangan pada masa
adolesen (umur 15 s.d 20 tahun) dimana perkembangan terhadap kualitas kehidupan yang
diwarnai oleh dorongan seksual yang kuat, (e) masa pematangan diri (setelah umur 20
tahun) dimana perkembangan fungsi kehendak sangat dominan.
Pada perkembangan psikologis secara umum ada kegoncangan psikologis dialami
oleh individu yaitu pada masa umur 3 atau 4 tahun dimana anak mulai menemukan “aku”-
nya, dan pada masa pubertas.
Tahap perkembangan secara pedagogis
Tahap perkembangan pedagogis dapat ditinjau dari dua sudut pandang yaitu dari
sudut tinjauan teknis umum penyelenggaraan pendidikan dan sudut tinjauan teknis khusus
perlakuan pendidikan.
Menurut Hohn Amos Comenius, dari sudut tinjauan teknis umum penyelenggaraan
pendidikan perkembangan pribadi manusia terdiri atas 5 tahap, yaitu tahap (a) tahap enam
tahun pertama, yaitu tahap perkembangan penginderaan sehingga anak mampu mengenal
lingkungannya, (b) enam tahun kedua, yaitu tahap perkembangan fungsi ingatan dan
imajinasi individu sehingga mampu menganalisis lingkungan dengan kemampuan daya
pikirnya, (c) enam tahun ketiga, yaitu perkembangan fungsi intelektual sehingga anak
mampu mengevaluasi sifat-sifat serta menemuka hubungan antar variable di dalam
lingkungannya, (d) enam tahun keempat, tahap perkembangan berdikari, “ self direction”
dan “self controle”, (e) tahap kematangan pribadi, dimana intelek memimpin
perkembangan semua aspek kepribadian menuju kematangan pribadi.
Mengenai perkembangan pribadi dari sudut pandang tinjauan teknis khusus
perlakuan pendidikan secara otomatis dapat diambil dari tinjauan pertama. Di sini tinggal
memberikan perlakuan-perlakuan yangdiperlukan dalam pendidikan, seperti pemeliharaan
makanan, pembiasaan untuk hidup teratur, latihan mengindra, member latihan berpikir,
memupuk rasa tanggung jawab dan lain-lain.
Di dalam bab ini juga di jelaskan secara singkat tentang teori – teori yang
mempunyai pengaruh terhadap parktek-praktek pendidikan di sekolah antara lain teori
nativisme, teori konvergensi, teori naturalism, teori rekapitulasi dan teori empirisme.
Bab V. Pembawaan dan lingkungan
5.1 Pembawaan
Setiap individu lahir dengan membawa hereditas tertentu, ini berarti bahwa
karakteristik individu diperoleh melalui pewarisan dari pihak orang tuanya dan selebihnya
dari nenek dan moyangnya. Warisan atau keturunan memiliki peranan dalam pertumbuhan
21
dan perkembangan anak. Para ahli meyakini bahwa hokum mendel mengenai pewarisan
sifat berlaku juga untuk manusia. Warisan atau pembawaan yang terpenting adalah:
Bentuk tubuh dan warna kulit
Sifat – sifat
Sifat dan kebiasaan merupakan cora (warna) dari kepribadian seseorang atau suku
bangsa. Para ahli telah membagi tipe-tipe manusia berdasarkan sifat yang dimilikinya.
Salah satunya dikemukakan oleh Edward Sparanger yaitu (a) manusia ekonomi, yang
memiliki sifat hemat, rajin bekerja, (b) manusia teori yang memiliki sifat suka berpikr,
meneliti, (c) manusia politik yang suka menguasai dan memerintah, (d) manusia seni yang
suka keindahan, (e) manusia agamis yang suka mengabdi dan taat ibadah
Intelegensi, yaitu kemampuan yang bersifat umum untuk mengadakan penyesuaian
terhadap suatu situasi atau masalah. Dalam bab ini dijelaskan beberapa teori untuk
mengetahui tingkat intelegensi seseorang. Salah satunya adalah tes intelegensi Binert-
Simon yang menggunakan persamaan:
,Ket: MA adalah Mental Age, CA adalah Chronological Age.
Interval angka kecerdasannya adalah:
140 – ke atas = luar biasa cerdas (genius)
120 – 139 = sangat cerdas (superior)
110 – 119 = di atas normal
90 – 109 = normal
80 – 89 = di bawah normal
70 – 79 = borderline (garis batas)
50 – 69 = debile
26 – 49 = embicile
0 – 25 = idiot
Selain itu masih ada lagi instrument tes intelegensi yang dikembangkan para ahli
seperti tes wechler, tes progressive matrics dan tes arny alpha dan beta.
Bakat, yaitu kemampuan khusus yang menonjol diantara berbagai jenis
kemampuan yang dimiliki seseorang.
Penyakit atau cacat tubuh, penyakit yang dibawa sejak lahir oleh anak akan
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak.
5.2 Lingkungan
22
Secara fisiologis, lingkugan meliputi segala kondisi dan material jasmaniah di
dalam tubuh seperti gizi, vitamin, air, zat asam, suhu, system saraf, darah, kelenjar-
kelenjer indoktrin dan lain-lain.
Secara psikologis, lingkungan mencakup segenap stimulasi yang diterima
individumulai sejak dalam konsesi kelahiran sampai matinya. Stimulasi itu misalnya
berupa sifat-sifat gen, selera, keinginan, minat, emosi, perasaan, kebutuhan, kapasitas
intelektual, dan lain-lain.
Besar kecilnya pengaruh lingkungan terhadap pertumbuhan dan perkembangan
bergantung kepada keadaan lingkungan anak itu sendiri serta jasmani dan rohaninya.
Lingkungan tersebut meliputi lingkungan (a) keluarga, (b) sekolah, (c) masyarakat dan (d)
keadaan alam sekitar.
Bab VI. Ciri – Ciri Kematangan
Pada bab ini penulis kembali menjelaskan beberapa prinsip dan teori-teori
perkembangan menurut para ahli. Diantaranya teori perkembangan menurut Airstoteles,
Charlotte Buchler, Johan Amos Comenius, H.C Witherington dan Masrun,MA. Khusus
tentang prinsip kematangan, bahwa yang dimaksud dengan kematangan adalah
kemampuan seseorang untuk berbuat sesuatu dengan cara-cara tertentu. Singkatnya ia
telah memiliki intelegensi. Kecerdasan atau intelegensi seseorang member kemungkinan
bergerak dan berkembang dalam bidang tertentu dalam kehidupannya.
Perubahan jasmani memerlukan bantuan “motor learning” agar pertumbuhan itu
mencapai kematangan. Kematangan atau kondisi fisik baru akan memperoleh pengakuan
social apabila individu yang bersangkutan mengusahakan “social learning” ( belajar
berinteraksi dengan orang lain atau kelompok serta menyesuaikan diri dengan nilai-nilai
serta minat-minat kelompok). Dengan demikian diharapkan individu mencapai tingkat-
tingkat kematangannya sesuai dengan tahap-tahap pertumbuhannya, belajarnya dan
lingkungan sosialnya.
Kesadaran individu terhadap stimulus di alam sekitar maupun di dalam tubuh di
pimpin oleh aktivitas sel-sel khusus di dalam system saraf yang disebut “receptor”.
Tingkah laku manusia dapat terbagi atas dua macam, yaitu:
1. “Responden behavior”, yaitu tingkah laku bersarat dan tidak disengaja, selalu
tergantung kepada stimulus.
2. “Operan behavior”, yaitu tingkah laku disengaja dan tidak selalu tergantung kepada
stimulus.
23
Setiap jenis tingkah laku, baik yang sengaja atau tidak, memerlukan kematangan
fungsi jasmaniah, terutama fungsi-fungsi system saraf, dan fungsi-fungsi vital jasmaniah.
Perkembangan struktur dan fungsi otak tampak sempurna atau hamper sempurna pada saat
anak tiba masuk pada sekolah dasar.
Kematangan disebabkan karena perubahan “genes” yang menentukan
perkembangan struktur fisiologis dalam system saraf, otak dan indra sehingga semua itu
memungkinkan individu matangmengadakan reaksi-reaksi terhadap setiap stimulus
lingkungan. Menurut English & English, kematangan adalah keadaan atau kondisi bentuk,
struktur, dan fungsi yang lengkap atau dewasa pada suatu organism, baik terhadap satu
sifat bahkan seringkali semua sifat. Kematangan membentuk sifat dan kekuatan dalam diri
untuk bereaksi dengan cara tertentu yang disebut dengan “readiness”, yaitu untuk
bertingkah laku baik tingkah laku yang instingtif atau tingkah laku yang dipelajari.
Cronbach memberikan readiness sebagai segenap sifat atau kekuatan yang membaut
seseorang dapat bereaksi dengan cara tertentu.
Pembentukan readiness anak dipengaruhi oleh lingkungan atau kultur di
sekelilingnya. Stimulasi lingkungan serta hambatan-hambatan mental individu
mempegaruhi perkembangan mental, kebutuhan, minat, tujuan, perasaan dan
karakterindividu yang bersangkutan. Hal ini terjadi karena setiap anak mempunyai
perbedaan individual dan sejarah atau latar belakang yang berbeda. Selain itu, kematangan
emosional orang tua juga sangat berpengaruh serta menentukan taraf pemuasan kebutuhan-
kebutuhan psikologis yang penting pada anak dalam kehidupannya di keluarga.
Emosi orang tua yang telah mencapai kedewasaan menyebabkan perkembangan
yang sehat pada anak-anaknya. Sebaliknya emosi orang tua yang belum stabil akan
menimbulkan kesukaran-kesukaran dalam usaha anak untuk mendewasakan diri secara
emosional atau membebaskan dirinya secara emosional dari orang tuanya.
Bab VII Kemampuan dan Intelegensi
1. Kemampuan
Salah satu tujuan dari pendidikan adalah menolong anak mengembangkan
potensinya semaksimal mungkin, dan karena itu pendidikan sangat menguntungkan bagi
anak maupun bagi masyarakat. Anak didik memandang sekolah sebagai tempat untuk
mencari sumber “bekal” yang akan membuka dunia bagi mereka. Orang tua memandang
sekolah sebagai tempat dimana anaknyaakan mengembangkan kemampuannya.
Bimbingan merupakan sebagian dari pendidikan yang menolong anak mengenal diri serta
kemampuannya dan juga dunia di sekitarnya.
24
Agar dapat menolong anak dalam mengembangkan potensi kepribadian dan
kemampuannya, anak harus dikenal dalam segala aspeknya dan dalam konteks (situasi)
hidupnya dimana ia hidup. Kita harus mengenal hal-hal yang umum dan khusus pada diri
anak. Factor-faktor umum yang harus dikenal adalah (1) hakekat anak, (2) kebutuhan
pokok anak dan (3) langkah-langkah perkembangan anak. Ada motto yang berbunyi “
makin kita mengenal diri sendiri, makin kita mengenal orang lain. Makin kita terampil
mengembangkan dan mengubah diri sendiri, makin kita berhasil menolong orang
mengembangkan diri.
Dalam bab ini juga dijelaskan kembali tentang hokum-hukum perkembangan
antara lain (1) hukum konvergensi, yaitu perkembangan manusia pada dasarnya
dipengaruhi oleh pembawaan dan lingkungan, (2) hukum pertahanan dan pengembangan
diri, yaitu bahwa manusia atau organisme lainnya memiliki dorongan hasrat
mempertahankan diri dari hal-hal yang negative, (3) hukum masa peka, yaitu terdapat
masa yang tepat yang terdapat pada diri anak untuk mengembangkan fungsi-fungsi tertentu
seperti fungsi mulut untuk berbicara, (4) hukum keperluan belajar, yaitu pada dasarnya
anak berkembang karena belajar, (5) hukum tempo perkembangan, yaitu lambat atau
cepatnya proses perkembangangan seseorang tidak sama dengan orag lain, (6) hukum
irama perkembangan, yaitu bahwa perkembangan manusia tidak tetap terkadang naik
terkadang turun, (7) hukum rekapitulasi yaitu bahwa perkembangan individu
mencerminkan evolusi kehidupn jenis mahluk hidup dari tingkat yag paling sederhana ke
tingkt yang paling kompleks.
2. Inteligensi
Pada sub ini diuraikan beberapa defenisi tentang inteligensi antara lain yang
dikemukakan oleh Super dan Cites, Garret, Bischof, dan Heidentich. Dari beberapa
pendapat tentang inteligensi maka dapat ditarik kesimpulan inteligensi merupakan
kemampuan untuk dapat memecahkan suatu masalah dalam segala situasi yang baru atau
yang mengandung masalah.
Terdapat beberapa teori yang menjelaskan tentang inteligensi yaitu (1) teori “uni-
factor”, yaitu yang memandang bahwa inteligensi merupakan kapasitas atau kemampuan
umum, (2) teori “two factor”, yaitu teori inteligensi yang dikembangkan berdasarkan suatu
factor mental umum yang diberi kode “g” serta factor-faktor spesifik yang diberi tanda “s”,
(3) teori “multi-factor”, yaitu bahwa inteligensi terdiri dari bentuk hubungan-hubungan
neural antara stimulus dan respon, (4) teori “ primary-mental-abilities”, yang menjelaskan
bahwa inteligensi merupakan penjelmaan dari kemampuan pribadi / kemampuan primer
25
(5) teori “sampling”, yaitu teori yang menjelaskan bahwa inteligensi merupakan berbagai
kemampuan sampel.
Setiap orang memiliki inteligensi yang berbeda, hal ini dipengaruhi oleh
pembawaan, kematangan, pembentukan, minta dan pembawaan yang khas serta
kebebasan. Dan dari banyak penelitian yang dilakukan membuktikan tidak adanya
perbedaan yang signifikan antara inteligensi pria dan wanita. Walaupun antara pria dan
wanita masing-masing memiliki kelebihan. Sampai saat ini ilmu pengetahuan belum dapat
menjelaskan tentang pewarisan intelegensi.
3. CBSA
Dalam bab ini juga dijelaskan tentang Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA), yaitu
suatu proses kegitan belajar mengajar yang subyek didiknya terlibat secara intelektual dan
emosional sehingga benar-benar berpartisipasi aktif dalam melakukan kegiatan belajar.
Indicator untuk menilai cara belajar siswa aktif dalam KBM adalah dapat dilihat dari sudut
pandang (1) siswa, (2) guru, (3) program, (4) stuasi belajar, dan (5) sarana belajar.
Penerapan CBSA dalam KBM melalui tahap perencanaan dan pelaksanaan
termasuk penilaian. Agar pelaksanaannya menjadi optimal, maka dalam KBM perlu
memperhatikan prinsip-prinsip belajar antara lain: (1) stimulasi belajar, (2) perhatian dan
motivasi, (3) respon yang dipelajari, (4) penguatan dan (5) pemakaian dan pemindahan.
Bab VIII Tipe-Tipe Dan Kesulitan Belajar
Mengawali pembahasan pada bab ini, dijelaskanterlebih dahulu tentang definisi
belajar dari beberapa ahli. Dari uraian pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa
belajar merupakan perubahan; dalam tingkah laku, yang terjadi melalui latihan atau
pengalaman, relative mantap, dan perubahan dalam pengertian pemecahan suatu
masalah/berpikir keterampilan, kecakapan, kebiasaan atau sikap.
Berpikir rasional dan kritis adalah perwujudan perilaku belajar terutama yang
bertalian dengan pemecahan masalah. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah (1) sikap, (2)
inhibisi, (3) apresiasi, (5)tingkah laku afektif. Selain itu juga dijelaskan tentang aktivitas
belajar yang meliputi mendengarkan, memandang, meraba, membau dan mencicipi,
menulis dan mencatatnya, (6) membaca, (7) membuat iktisar atau ragkuma, (7) mengamati
table-tabel, digram dan bagan, (8) menysun kertas kerja,paper danlain-lain.
Keanekaragaman jenis belajar muncul dalam dunia pendidikan sejalan dengan
kebutuhan-kebutuhan kehidupan manusia yang bermacam-macam. Tipe-tipe belajar
tersebut antara laian: (1) belajar abstrak, (2) belajar keterampilan, (3) belajar social, (4)
26
belajar pemecahan masalah, (5) belajar rasional, (6) belajar kebisaan, (7) belajar apresiasi
dan (8) belajar pengetahuan
Aktivitas belajar setiap individu tidak selamanya berlangsung secara wajar.
Dalamm keadaan siswa tidak dapat belajar sebagimana mestinya disebut sebagai kesulitan
belajar. Kesulitan belajar dipengaruhi oleh: (1) factor dari diri manusia sendiri (fisiologi
dan psikologi), (2) factor eksternal (factor nonssial, dan (3) factor karena cacat tubuh, (4)
factor keluarga
Beberapa gejala sebagai pertanda ada kesulitan belajar pada diri siswa adalah:
Menunjukkan prestasi yang rendah/dibawah rat-rata.
Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilaukan.
Lamban dalam melakukan tugas-tugas belajar.
Menunjukkan sikap yang kurang wajar,
Menunjukkan tingkah laku yang berlainan
Di samping gejala-gejala yang tampak tersebut, guru juga dapat melakukan
penyelidikan melalui (1) observasi, (2) interview, (3) tes diagnostic dan (4) dokumentasi.
Setelah itu dilakukan usaha untuk mengatasi masalah melalui langkah (1) pengumpulan
data, (2) pengolahan data, (3) diagnosis, (4) prognosis, (5) treatment dan (6) evaluasi.
27
BAB III
PEMBAHASAN
28
3.2 KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
29
direkomendasikan untuk dibaca dengan jelas. Buku ini juga tidak
Karena Bahasa yang mudah dilengkapi glosarium, sehingga
dimengerti dan bahasan dalam buku pembaca kebingungan saat
ini tidak terlalu berat.
menemukan kata-kata yang asing
b. Buku pembanding
dan tidak umum dijumpai.
Materi dijelaskan secara runtut
b. Buku pembanding
sehingga Nampak keterkaitan yang
Tidak disajikan contoh dalam buku
jelas antara materi pada bab berikut
ini dalam menjelaskan materi
dengan bab sebelumnya. Aspek-
tentang sesuatu yang aplikatif
aspek pengetahuan psikologi
sehingga tidak tampak efek dari
pendidikan dijelaskan secara detail,
pengetahuan psikologi itu. Sebagai
mulai dari pengertian psikologi
contoh tentang kesulitan belajar,
pendidikan itu sendiri, teori-teori
akan lebih baik jika diiringi dengan
psikologi belajar, perkembangan
contoh sekaligus beberapa
dan pertumbuhan serta hal-hal yang
alternative pemecahannya.
berkaitan dengan karakteristik
psikologi anak serta kesulitan-
kesulitan dalam belajarnya.
30
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Setelah penulis menilai diantara buku yang satu dan buku yang lainnya
dibandingkan maka secara umum juga kita ketahui bahwasannya yang namanya manusia
tidak luput dari kesalahan tersebut dan juga tidak ada yang sempurna.Sehingga Dalam
buku yang dilihat maka dapat pembanding antara buku yang satu dengan buku
lainnya.Dimana antara kedua buku tersebut memliki kelebihan dan kelemahan , akan tetapi
buku tersebut memili kesamaan terhadap buku yang satu dengan buku yang lainnya .
Demikian pula peran pendidik di dalam memberikan materi atau pemahaman mengenai
Psikologi pendidikan dapat di pelajari dari Kedua buku tersebut. Banyak materi yang
dikembangkan dari hasil kedua buku tersebut, di antaranya pengertian dari psikologi
pendidikan itu sendiri , serta penjelasan bagaimana cara untuk mempelajari psikologi
tersebut.
Buku ini dapat menjadi pedoman pembelajaran tetapi dalam buku ini masih
terdapat kata-kata yang kurang efektif.. Dalam buku ini dapat kita ketahui arti psikologi
dan peran-peran psikologi dalam kehidupan sehari-hari serta implikasi kepada
pendidik,mahasiswa sebagai bahan materi perkulihannya.
Adapun kesamaan-kesamaan kedua buku ini ada menggunakan beberapa sumber
yang sama yang kedua pengarang gunakan atau yang menjadi panduan pengarang dalam
penyusunan kedua buku tersebut. Dan juga kedua buku tersebut bertujuan untuk
memudahkan proses pembelajaran di dalam pendidikan psikologi.
4.2 SARAN
Buku ini dapat di revisi ulang untuk memperbaiki kata-kata yang kurang efektif.
Dan kedua buku tersebut dapat menjadi buku tambahan bagi Dosen,Guru,Mahasiswa
dalam pemebelajaran Psikologi. Maka kedua buku ini juga dapat digunakan.
31
DAFTAR PUSTAKA
Syah, Muhibbin. 2008. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya
32