Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Tujuan
Tujuan dari pembahasan, antara lain:
2.2. Definisi
Hiperparatiroidisme adalah berlebihnya produksi hormon paratiroid oleh
kelenjar paratiroid ditandai dengan dekalsifikasi tulang dan terbentuknya batu
ginjal yang mengandung kalsium (R. Sjamsuhidayat, Wim de Jong, 2004).
Hiperparatiroidisme adalah keadaan yang terjadi sebagai akibat dari
pengeluaran getah anak gondok secara berlebihan dan abnormal, ditandai dengan
radang tulang yang bersifat degenerasi disertai pembentukan kista, peningkatan
kadar kalsium darah, penurunan fosfor serum dan dikeluarkannya zat-zat itu
melalui kemih ( Ramali, 2003 ).
Dari penjelasan beberapa definisi hiperparatiroidisme tersebut dapat
disimpulkan bahwa hiperparatiroidisme adalah keadaan yang terjadi karena
berlebihnya produksi hormon paratiroid oleh kelenjar paratiroid yang ditandai
dengan dekalsifikasi tulang, terbentuknya batu ginjal yang mengandung kalsium,
peningkatan kadar kalsium darah, penurunan fosfor serum dan dikeluarkannya
zat-zat itu melalui kemih.
5
2.3 Epidemiologi
Prevalensi penyakit hiperparatiroid di Indonesia kurang lebih 1000 orang
tiap tahunnya. Wanita yang berumur 50 tahun keatas mempunyai resiko yang
lebih besar 2 kali dari pria. Di Amerika Serikat sekitar 100.000 orang diketahui
terkena penyakit hiperparatiroid tiap tahun. Perbandingan wanita dan pria sekitar
2:1. Pada wanita yang berumur 60 tahun keatas sekitar 2 dari 10.000 bisa terkena
hiperparatiroidisme. Hiperparatiroidisme primer merupakan salah satu dari 2
penyebab tersering hiperkalsemia; penyebab yang lain adalah keganasan.
Kelainan ini dapat terjadi pada semua usia tetapi yang tersering adalah pada
dekade ke-6 dan wanita lebih sering 3 kali dibandingkan laki-laki. Insidensnya
mencapai 1:500-1000.
2.4 Etiologi
Menurut Saputra (2002), etiologi hiperparatiroid antara lain adalah sebagai
berikut :
1. Kira-kira 85% dari kasus hiperparatiroid primer disebabkan oleh adenoma
tunggal.
2. Sedangkan 15% lainnya melibatkan berbagai kelenjar (contoh berbagai
adenoma atau hyperplasia). Biasanya herediter dan frekuensinya berhubungan
dengan kelainan endokrin lainnya.
3. Sedikit kasus hiperparatiroidisme utama disebabkan oleh paratiroid
karsinoma. Etiologi dari adenoma dan hyperplasia pada kebanyakan kasus
tidak diketahui. Kasus keluarga dapat terjadi baik sebagai bagian dari
berbagai sindrom endrokin neoplasia, syndrome hiperparatiroid tumor atau
hiperparatiroidisme turunan. Familial hypocalcuric dan hypercalcemia dan
neonatal severe hiperparatiroidisme juga termasuk kedalam kategori ini.
4. Beberapa ahli bedah dan ahli patologis melaporkan bahwa pembesaran dari
kelenjar yang multiple umumnya jenis adenoma yang ganda. Pada ± 15 %
pasien semua kelenjar hiperfungsi; chief cell parathyroid hyperplasia.
6
2.5 Klasifikasi
Hiperparatiroid terbagi menjadi tiga macam, diantaranya adalah
hiperparatiroid primer, sekunder, dan tersier. Klasifikasi tersebut dapat dijabarkan
sebagai berikut :
a. Hiperparatiroid primer
Kebanyakan pasien yang menderita hiperparatiroidisme primer mempunyai
konsentrasi serum hormon paratiroid yang tinggi. Kebanyakan juga mempunyai
konsentrasi serum kalsium yang tinggi, dan bahkan juga konsentrasi serum ion
kalsium yang juga tinggi. Tes diagnostik yang paling penting untuk kelainan ini
adalah menghitung serum hormon paratiroid dan ion kalsium. Penderita
hiperparatiroid primer mengalami peningkatan resiko terjangkit batu ginjal sejak
10 tahun sebelum didiagnosis. Pengangkatan paratiroid mereduksi resiko batu
ginjal hingga 8.3%, dan bahkan setelah 10 tahun sejak pengangkatan, resiko
menjadi hilang. Gejala klinis hiperparatiroid primer dapat beraneka ragam dan
dibagi dalam 4 kelompok, yaitu :
1. Sebagai akibat hiperkalsemia yang gejalanya berupa anoreksia, nausea,
muntah-muntah, konstipasi dan berat badan menurun, lekas lelah dan otot-
otot lemah, miopati proksimal, polidipsi dan poliuria (diabetes insipidus like
syndrome), perubahan mental (depresi, stupor, perubahan personalitas, koma,
konvulsi).
2. Sebagai akibat kalsifikasi viseral, kalsifikasi pada ginjal berupa kalkuli,
nefrokalsinosis. Kalsifikasi okular terjadi karena deposit kalsium pada
konjungtiva dan kelopak mata, band keratopathy.
3. Sebagai akibat peningkatan resorbsi tulang, nyeri tulang dan deformitas,
fraktur patologis, osteoklastoma dan perubahan gambaran tulang pada foto x-
ray.
4. Sebagai akibat hipertensi, gagal ginjal, ulkus peptic, sindrom Zollinger
Ellison, pankreatitis akut, pankreatitis menahun dan kalkuli, multiple
adenomatosis syndrome, hiperurisemia, gout. Apabila ditemukan gambaran
klinis, seperti tersebut di atas, maka harus curiga akan kemungkinan
hiperpatiroidisme.
7
b. Hiperparatiroid sekunder
Hiperparatiroidisme sekunder adalah produksi hormon paratiroid yang
berlebihan karena rangsangan produksi yang tidak normal. Secara khusus,
kelainan ini berkitan dengan gagal ginjal akut. Penyebab umum lainnya karena
kekurangan vitamin D. (Lawrence Kim, MD, 2005, section 5). Hipersekresi
hormon paratiroid pada hiperparatiroidisme sekunder sebagai respons terhadap
penurunan kadar kalsium terionisasi didalam serum. (Clivge R. Taylor, 2005, 780)
Hiperparatiroidisme sekunder adalah hiperplasia kompensatorik keempat
kelenjar yang bertujuan untuk mengoreksi penurunan kadar kalsium serum. Pada
sebagian besar kasus, kadar kalsium serum dikoreksi ke nilai normal, tetapi tidak
mengalami peningkatan. Kadang-kadang, terjadi overkoreksi dan kadar kalsium
serum melebihi normal; pasien kemudian dapat mengalami gejala hiperkalsemia.
c. Hiperparatiroid Tersier
Istilah hiperparatiroid tersier digunakan untuk menunjukkan perkembangan
lanjut tipe sekunder, dimana terjadi autonomi kelenjar paratiroid. Seperti
hiperparatiroid primer, maka bentuk tersier memerlukan tindakan pembedahan
ekstirpasi adenoma, kecuali bila kegagalan ginjal sudah terlalu berat, maka
dilakukan hemodialisis terlebih dahulu kemudian disusul ekstirpasi adenoma.
Pemberian vitamin D kadang-kadang masih diperlukan untuk mencegah
terjadinya hipokalsemia. Pengobatan penyakit hiperparatiroid tersier adalah
dengan cara pengangkatan total kelenjar paratiroid disertai pencangkokan atau
pengangkatan sebagian kelenjar paratiroid.
2.7 Patofisiologi
Hiperparatiroidisme ditandai oleh kelebihan PTH dalam sirkulasi. PTH
terutama bekerja pada tulang dan ginjal. Dalam tulang, PTH meningkatkan
resorpsi kalsium dari limen tubulus ginjal. Dengan demikian mengurangi eksresi
kalsium dalam urine. PTH juga meningkatkan bentuk vitamin D3 aktif dalam
ginjal, yang selanjutnya memudahkan ambilan kalsium dari makanan dalam usus.
Sehingga hiperkalsemia dan hipofosatmia kompensatori adalah abnormlitas
biokimia yang dideteksi melalui analisis darah. Konsentrasi PTH serum juga
meningkat.
Produksi hormon paratiroid yang berlebih disertai dengan gagal ginjal
dapat menyebabkan berbagai macam penyakit tulang, penyakit tulng yang sering
terjadi adalah osteitis fibrosa cystica, suatu penyakit meningkatnya resorpsi tulang
karena peningkatan kadar hormon paratiroid. Penyakit tulang lainnya juga sering
terjadi pada pasien, tapi tidak muncul secara langsung.
Kelebihan jumlah sekresi PTH menyebabkan hiperkalsemia yang
langsung bisa menimbulkan efek pada reseptor di tulang, traktus intestinal, dan
ginjal. Secara fisiologis sekresi PTH dihambat dengan tingginya ion kalsium
serum. Mekanisme ini tidak aktif pada keadaan adenoma, atau hiperplasia
kelenjar, dimana hipersekresi PTH berlangsung bersamaan dengan hiperkalsemia.
Reabsorpsi kalsium dari tulang dan peningkatan absorpsi dari usus merupakan
efek langsung dari peningkatan PTH.
Pada saat kadar kalsium serum mendekati 12 mg/dL, tubular ginjal
mereabsorpsi kalsium secara berlebihan sehingga terjadi keadaan hiperkalsiuria.
Hal ini dapat meningkatkan insidens nefrolithiasis, yang mana dapt menimbulkan
penurunan kreanini klearens dan gagal ginjal. Peningkatan kadar kalsium
ekstraselular dapat mengendap pada jaringan halus. Rasa sakit timbul akibat
kalsifikasi berbentuk nodul pada kulit, jaringan subkutis, tendon (kalsifikasi
tendonitis), dan kartilago (khondrokalsinosis). Vitamin D memainkan peranan
penting dalam metabolisme kalsium sebab dibutuhkan oleh PTH untuk bekerja di
target organ ( Rumahorbor, Hotma,1999).
10
2.12 Pencegahan
1. Minum banyak cairan, khususnya air putih. Meminum banyak cairan dapat
mencegah pembentukan batu ginjal.
2. Latihan, ini salah satu cara terbaik untuk membentuk tulang kuat dan
memperlambat pengrapuhan tulang.
3. Penuhi kebutuhan vitamin D. sebelum berusia 50 tahun, rekomendasi
minimal vitamin D yang harus dipenuhi setiap hari adalah 200 International
Units (IU). Setelah berusisa lebih dari 50 tahun, asupan vitamin D harus lebih
tinggi, sekitar 400-800 IU perhari.
4. Jangan merokok. Merokok dapat meningkatkan pengrapuhan tulang seiring
meningkatnya masalah kesehatan, termasuk kanker.
5. Waspada terhadap kondisi yang dapat meningkatkan kadar kalsium. Kondisi
tertentu seperti penykit gastrointestinal dapat menyebabkan kadar kalsium
dalam darah meningkat (Rumahorbor, 1999).
13
BAB 3. PATHWAYS
Resiko terhadap cidera
hiperkalsiuria
mual
Reabsorbsi kalsium
Kerja ginjal meningkat kelemahan, kepayahan
oleh ginjal meningkat
PTH memerintahkan
Pelepasan Kalsium dan Fosfat
dari matriks tulang
Gangguan homeostatis
kalsium
PTH terproduksi berlebihan
PTH terproduksi
berlebihan
Kanker
Kekurangan Kalsium Penyakit ginjal adenoma Hiperplasia paratiroid
14
4.1 Pengkajian
a. Identitas Klien
Nama : diisi dengan nama pasien
Tempat tanggal lahir : diisi dengan Tempat tanggal lahir pasien
Umur : menyerang disegala umur, namun
kebanyakan terjadi pada umur 60-70
tahun
Jenis kelamin : Pada hiperparatiroid primer terjadi 2 atau 3
kali lebih sering pada wanita daripada
laki-laki.
Agama : diisi dengan agama/ kekinan pasien
Suku : diisi dengan suku pasien
b. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama
Hiperparatiroidisme : sakit kepala, kelemahan, lethargi dan kelelahan otot,
depresi, nyeri tulang dan sendi, pada sistem pencernaan dapat terjadi mual,
muntah, anorexia, obsipasi dan nyeri lambung kemudian diikuti penurunan
berat badan.
2. Riwayat kesehatan sekarang
Hiperparatiroidisme: lama pasien merasakan keluhan utama dan keluhan
yang dirasakan saat ini.
3. Riwayat penyakit dahulu
Hiperparatiroidisme : riwayat pasien terdahulu misalnya adanya riwayat
trauma/fraktur tulang, riwayat terapi radiasi daerah leher dan kepala.
15
c. Pemeriksaan fisik
a. Breath (B1) :
Gejala: nafas pendek, dispnea nocturnal paroksimal, batuk dengan/tanpa
sputum kental dan banyak. Tanda: takipnea, dispnea, peningkatan
frekensi/kedalaman) pernafasan.
b. Blood (B2)
Gejala: Riwayat hipertensi lama atau berat, palpitasi. Tanda: hipertensi (nadi
kuat, edema jaringan, pitting pada kaki, telapak tangan), disritmia
jantung, pucat, kecenderungan perdarahan.
c. Brain (B3)
Gejala: penurunan daya ingat, depresi, gangguan tidur. Tanda: gangguan
status mental, penurunan tingkat kesadaran, ketidak mampuan konsentrasi,
emosional tidak stabil
d. Bladder (B4)
Gejala: penurunan frekuensi urine, obstruksi traktus urinarius, gagal fungsi
ginjal (gagal tahap lanjut), abdomen kembung,diare, atau konstipasi. Tanda:
perubahan warna urine, oliguria, hiperkalsemia, batu ginjal biasanya terdiri
dari kalsium oksalat atau kalsium fosfat.
e. Bowel (B5)
Gejala: anoreksia, mual, muntah, penurunan berat badan. Tanda: distensi
abdomen, perubahan turgor kulit.
f. Bone(B6)
Gejala: kelelahan ekstremitaas, kelemahan, malaise. Tanda: penurunan
rentang gerak, kehilangan tonus otot, kelemahan otot,atrofi otot.
17
d. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan laboraturium
Dilakukan untuk menentukan kadar kalsium dalam plasma yang merupakan
pemeriksaan terpenting dalam menegakkan kondisi hiperparatiroidisme. Hasil
pemeriksaan laboraturium pada hiperparatiroidisme primer akan ditemukan
peningkatan kadar kalsium serum, kadar kalsium serum posfat anorganik menurun
sementara kadar kalsium dan posfat urine meningkat.
2. Pemeriksaan radiologi
akan tampak penipisan tulang dan terbentuk kista trabekula pada tulang.
4.3 Perencanaan
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1. Nutrisi kurang dari Tujuan: 1. Kaji pola makan klien 1. Mengetahui pola makan
kebutuhan tubuh Setelah dilakukan sebelum sakit klien saat sehat
berhubungan dengan tindakan keperawatan 2. Kaji perubahan nafsu 2. Membandingkan nafsu
intake inadekuat kebutuhan nutrisi klien makan klien makan klien sebelum dan
terpenuhi 3. Beri motivasi klien untuk saat sakit
Kriteria Hasil: makan 3. Meningkatkan nafsu
a. Antropometri : berat 4. Beri klien makanan yang makan klien
badan klien ideal tinggi kalori 4. Memenuhi asupan nutrisi
b. albumin normal : 3,5- 5. Kolaborasi dengan ahli klien
5 g/dl gizi untuk perencanaan 5. Menentukan diet yang
c. Hb wanita : 12,0-16,0 diet klien tepat untuk klien
g/dl
d. Hb pria: 13,5-18,0 g/dl
e. pasien tidak lemah
f. bising usus normal (5-
35 x/menit)
19
3. Resiko terhadap cidera Tujuan: 1. Beri lingkungan yang 1. Mengurangi resiko cidera
berhubungan dengan Setelah dilakukan aman bagi klien karena jatuh dan lain-lain
kalsifikasi tulang tindakan keperawatan 2. Bantu klien untuk 2. Mengurangi resiko
diharapkan klien tidak merubah posisi/posisi dekubitas , dan kekakuan
akan mengalami cedera tidak tetap otot kllien
3. Bantu aktivitas klien 3. Membantu memenuhi
4. Atur aktivitas klien yang kebutuhan pasien
tidak melelahkan 4. Mencegah kelelahan klien
5. Kolaborasi dengan yang dapat memperburuk
keluarga untuk keadaan pasien
membantu aktivitas klien 5. Membantu klien untuk
memenuhi kebutuhannya
22
klien
26
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Definisi hiperparatiroidisme tersebut dapat disimpulkan bahwa
hiperparatiroidisme adalah keadaan yang terjadi karena berlebihnya produksi hormon
paratiroid oleh kelenjar paratiroid yang ditandai dengan dekalsifikasi tulang,
terbentuknya batu ginjal yang mengandung kalsium, peningkatan kadar kalsium
darah, penurunan fosfor serum dan dikeluarkannya zat-zat itu melalui kemih.
Hiperparatiroid terbagi menjadi tiga macam, diantaranya adalah hiperparatiroid
primer, sekunder, dan tersier. Hiperparatiroid dapat dicegah dengan menjaga pola
gaya hidup yang sehat supaya keseimbangan fungsi hormon paratiroid dapat
berfungsi dengan baik.
5.2 Saran
Saran yang dapat disampaikan dari pembuatan makalah mengenai asuhan
keperawatan pada klien hiperparatoroidisme, khususnya pada perawat disarankan
dapat memahami dan menjelaskan asuhan keperawatan pada klien
hiperparatoroidisme yang dapat diterapkan dalam perawatan klinis pasien nantinya.
27
DAFTAR PUSTAKA
Ramali, Ahmad. 2003. Kamus Kedokteran: Arti dan Keterangan. Jakarta: Djambatan.
R. Sjamsuhidajat, Wim de Jong. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah Revisi. Jakarta : EGC.
Saputra, Lyndon .2002. Kapita selekta kedokteran jilid 1. Batam : Binarupa Aksara.