Вы находитесь на странице: 1из 23

MAKALAH MAKALAH PERTANIAN

Sunday, July 30, 2017

MAKALAH TRANSGENIK
MAKALAH PRAKTIKUM
GENETIKA DASAR
TANAMAN TRANSGENIK

O
L
E
H

NAMA : RENDY HARVANA


NIM : 1309000412
P. STUDI : AGROTEKNOLOGI

PRAKTIKUM GENETIKA DASAR


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
MEDAN
2014
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan kita nikmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
mkala ini. Makalah ini berjudul “Tanaman transgenik” tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Penulis berharap semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Akhir kata saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang turut
membantu dalam penyelesaian makalah ini, terlebih kepada kedua orang tua yang
selalu memberikan dukungan dan do’a pada saya.
Semoga Allah senantiasa memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kita
semua.
Amin ya Robbal Alamin.

Medan, April 2014

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang

Tanaman transgenik pertama kalinya dibuat tahun 1973 oleh Herbert


Boyer dan Stanley Cohen. Pada tahun 1988 telah ada sekitar 23 tanaman
transgenik, pada tahun 1989 terdapat 30 tanaman, pada tahun 1990 lebih dari 40
tanaman.
Secara sederhana tanaman transgenik dibuat dengan cara mengambil gen-
gen tertentu yang baik pada makhluk hidup lain untuk disisipkan pada tanaman,
penyisipan gen ini melalui suatu vektor (perantara) yang biasanya menggukan
bakteri Agrobacterium tumefeciens untuk tanaman dikotil atau partikel gen untuk
tanaman monokotil, lalu diinokulasikan pada tanaman target untuk menghasilkan
tanaman yang dikehendaki.
Tujuan dari pengembangan tanaman transgenik ini diantaranya adalah 1.
menghambat pelunakan buah (pada tomat). 2. tahan terhadap serangan insektisida,
herbisida, virus. 3. meningkatkan nilai gizi tanaman. Dan 4. meningkatkan
kemampuan tanaman untuk hidup pada lahan yang ektrem seperti lahan kering,
lahan keasaman tinggi dan lahan dengan kadar garam yang tinggi.
Apakah rekayasa genetik? Rekayasa adalah rancang bangun (otak atik)
sedangkan genetik dari kata gen yang berarti materi pembawa sifat dari makhluk
hidup. Sebagai contoh ada mangga yang rasanya manis ada juga yang rasanya
kurang manis, meskipun sama-sama buah mangganya dan tumbuh pada tanah
yang sama tapi mempunyai rasa yang berbeda.

BAB II
PEMBAHASAN

SEJARAH TANAMAN TRANSGENIK


Sejarah penemuan tanaman transgenik dimulai pada tahun 1977 ketika
bakteriAgrobacterium tumefaciens diketahui dapat
mentransfer DNA atau gen yang dimilikinya ke dalam tanaman. Pada tahun 1983,
tanaman transgenik pertama, yaitu bunga matahari yang disisipi gen
dari buncis (Phaseolus vulgaris) telah berhasil dikembangkan oleh manusia. Sejak
saat itu, pengembangan tanaman transgenik untuk kebutuhan komersial dan
peningkatan tanaman terus dilakukan manusia. Tanaman transgenik pertama yang
berhasil diproduksi dan dipasarkan adalah jagung dan kedelai. Keduanya
diluncurkan pertama kali di Amerika Serikat pada tahun 1996. Pada tahun 2004,
lebih dari 80 juta hektar tanah pertanian di dunia telah ditanami dengan tanaman
transgenik dan 56% kedelai di dunia merupakan kedelai transgenic.
Seleksi genetik untuk pemuliaan tanaman (perbaikan kualitas/sifat
tanaman) telah dilakukan sejak tahun 8000 SM ketika praktik pertanian dimulai
di Mesopotamia. Secara konvensional, pemuliaan tanaman dilakukan dengan
memanfaatkan proses seleksi danpersilangan tanaman Kedua proses tersebut
memakan waktu yang cukup lama dan hasil yang didapat tidak menentu karena
bergantung dari mutasi alamiah secara acak. Contoh hasil pemuliaan
tanaman konvensional adalah durian montong yang memiliki perbedaan sifat
dengan tetuanya, yaitu durian liar. Hal ini dikarenakan manusia telah
menyilangkan atau mengawinkan durian liar dengan varietas lain untuk
mendapatkan durian dengan sifat unggul seperti durian montong.
PENGERTIAN TANAMAN TRANSGENIK
Transgenik terdiri dari kata trans yang berarti pindah dan gen yang berarti
pembawa sifat. Jadi transgenik adalah memindahkan gen dari satu makhluk hidup
ke makhluk hidup lainnya, baik dari satu tanaman ketanaman lainnya, atau dari
gen hewan ke tanaman.
Transgenik secara definisi adalah the use of gene manipulation to
permanently modify the cell or germ cells of organism (penggunaan manipulasi
gen untuk mengadakan perubahan yang tetap pada sel makhluk hidup).
Teknologi Transgenik atau kloning juga sering dilakukan pada dunia
peternakan, separti domba dolly yang diambil dari gen sel ambing susu domba
yang ditransplantasikan ke sel telurnya sendiri. Pada ikan-ikan teleostei,
menghasilkan ikan yang resisten terhadap pembusukan dan penyakit.
Rekayasa Genetika (RG), merupakan salah satu teknologi baru dalam
bidang biologi. Salah satu produk RG yang dikenal saat ini adalah tanaman
transgenik. Tanaman ini dihasilkan dengan cara mengintroduksi gen tertentu ke
dalam tubuh tanaman sehingga diperoleh sifat yang diinginkan. Jenis-jenis
tanaman transgenik yang telah dikenal diantaranya tanaman tahan hama, toleran
herbisida, tahan antibiotik, tanaman dengan kualitas nutrisi lebih baik,serta
dengan produktifitas lebih tinggi.
Transgenik adalah suatu organisme ya n g m e n g a n d u n g
transgen melalui proses b i o t e k n o l o g i (bukan proses
pemuliaan tanaman), Transgen adalah gen asing
D itambahkan kepada suatu spesies. Suatu jasad yang memiliki sifat
baru, yang sebelumnyatidak dimiliki oleh jenis jasad tersebut, sebagai hasil
penambahan gen yang berasal dari jasadlain. Juga disebut organisme transgenik.
Tanaman transgenik adalah tanaman yang telah disisipi atau memiliki gen
asing dari spesies tanaman yang berbeda atau makhluk hidup lainnya.
Penggabungan gen asing ini bertujuan untuk mendapatkan tanaman dengan sifat-
sifat yang diinginkan, misalnya pembuatan tanaman yang tahan suhu tinggi, suhu
rendah, kekeringan, resisten terhadap organisme penggangu tanaman, serta
kuantitas dan kualitas yang lebih tinggi dari tanaman alami.Sebagian besar
rekayasa atau modifikasi sifat tanaman dilakukan untuk mengatasi kebutuhan
pangan penduduk dunia yang semakin meningkat dan juga permasalahan
kekurangan gizi manusia sehingga pembuatan tanaman transgenik juga menjadi
bagian dari pemulian tanaman. Hadirnya tanaman transgenik menimbulkan
kontroversi masyarakat dunia karena sebagian masyarakat khawatir apabila
tanaman tersebut akan mengganggu keseimbangan lingkungan (ekologi),
membahayakan kesehatan manusia dan memengaruhi perekonomian global.

PEMBUATAN TANAMAN TRANSGENIK


Untuk membuat suatu tanaman transgenik, pertama-tama dilakukan
identifikasi atau pencarian gen yang akan menghasilkan sifat tertentu (sifat yang
diinginkan).Gen yang diinginkan dapat diambil dari tanaman lain, hewan,
cendawan, atau bakteri. Setelah gen yang diinginkan didapat maka dilakukan
perbanyakan gen yang disebut dengan istilah kloning gen. Pada tahapan kloning
gen, DNA asing akan dimasukkan ke dalam vektor kloning (agen pembawa
DNA), contohnya plasmid (DNA yang digunakan untuk transfer gen). Kemudian,
vektor kloning akan dimasukkan ke dalam bakteri sehingga DNA dapat
diperbanyak seiring dengan perkembangbiakan bakteri tersebut.
Apabila gen yang diinginkan telah diperbanyak dalam jumlah yang cukup
maka akan dilakukan transfer gen asing tersebut ke dalam sel tumbuhan yang
berasal dari bagian tertentu, salah satunya adalah bagian daun. Transfer gen ini
dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu metode senjata gen, metode
transformasi DNA yang diperantarai bakteri Agrobacterium tumefaciens, dan
elektroporasi (metode transfer DNA dengan bantuan listrik).
Metode senjata gen atau penembakan mikro-proyektil. Metode ini sering
digunakan pada spesies jagung dan padi. Untuk melakukannya, digunakan senjata
yang dapat menembakkan mikro-proyektil berkecepatan tinggi ke dalam sel
tanaman. Mikro-proyektil tersebut akan mengantarkan DNA untuk masuk ke
dalam sel tanaman. Penggunaan senjata gen memberikan hasil yang bersih dan
aman, meskipun ada kemungkinan terjadi kerusakan sel selama penembakan
berlangsung.
Metode transformasi yang diperantarai oleh Agrobacterium tumefaciens.
Bakteri Agrobacterium tumefaciens dapat menginfeksi tanaman secara alami
karena memiliki plasmidTi, suatu vektor (pembawa DNA) untuk menyisipkan gen
asing. Di dalam plasmidTi terdapat gen yang menyandikan sifat virulensi untuk
menyebabkan penyakit tanaman tertentu. Gen asing yang ingin dimasukkan ke
dalam tanaman dapat disisipkan di dalam plasmidTi. Selanjutnya, A. tumefaciens
secara langsung dapat memindahkan gen pada plasmid tersebut ke dalam genom
(DNA) tanaman. Setelah DNA asing menyatu dengan DNA tanaman maka sifat-
sifat yang diinginkan dapat diekspresikan tumbuhan.
Metode elektroporasi. Pada metode elektroporasi ini, sel tanaman yang akan
menerima gen asing harus mengalami pelepasan dinding sel hingga menjadi
protoplasma (sel yang kehilangan dinding sel). Selanjutnya sel diberi kejutan
listrik dengan voltase tinggi untuk membuka pori-pori membran sel tanaman
sehingga DNA asing dapat masuk ke dalam sel dan bersatu (terintegrasi) dengan
DNA kromosom tanaman. Kemudian, dilakukan proses pengembalian dinding sel
tanaman.
Setelah proses transfer DNA selesai, dilakukan seleksi sel daun untuk
mendapatkan sel yang berhasil disisipi gen asing. Hasil seleksi ditumbuhkan
menjadi kalus (sekumpulan sel yang belum terdiferensiasi) hingga nantinya
terbentuk akar dan tunas. Apabila telah terbentuk tanaman muda (plantlet), maka
dapat dilakukan pemindahan ke tanah dan sifat baru tanaman dapat diamati.

KEUNTUNGAN TANAMAN TRANSGENIK


1. Peningkatan kualitas biji-bijian
2. Peningkatan kadar protein
3. Pembentukan tanaman resisten hama, penyakit, dan herbisida
4. Pembentukan tanaman toleran kekeringan, tanah masam, suhu ektrem
5. Pembentukan tanaman yang lebih bernilai nutrisi tinggi, seperti vit C, E dan β-
karoten.
6. Menghambat pelunakan buah pada Tomat.
7. Tahan terhadap serangan insektisida, herbisida, dan virus.
8. Meningkatkan nilai gizi tanaman.
9. Meningkatkan kemampuan tanaman untuk hidup pada lahan yang ekstrim seperti
lahan dengan keasaman tinggi dan lahan dengan kadar garam yang tinggi.

CONTOH TANAMAN TRANSGENIK


Beberapa contoh tanaman transgenik yang dikembangkan di dunia tertera pada
tabel di bawah ini.

NO JENIS SIFAT YANG TELAH MODIFIKASI


TANAMAN DIMODIFIKASI
Mengandung provitamin Gen dari tumbuhan narsis,
A (beta-karotena) dalam jagung, dan bakteri Erwinia
1 Padi jumlah tinggi. disisipkan pada kromosom padi.
Gen toksin Bt dari
bakteri Bacillus
Jagung, kapas, Tahan (resisten) thuringiensis yang ditransfer ke
2 kentang terhadap hama. dalam tanaman.
Gen untuk mengatur pertahanan
pada cuaca dingin dari
tanaman Arabidopsis
thaliana atau dari sianobakteri
Tahan terhadap cuaca (Anacyctis nidulans)
3 Tembakau dingin. dimasukkan ke tembakau.
Gen khusus yang
disebut antisenescensditransfer
ke dalam tomat untuk
menghambat enzim
poligalakturonase (enzim yang
mempercepat kerusakan dinding
Proses pelunakan tomat sel tomat). Selain menggunakan
diperlambat sehingga gen dari bakteri E. coli, tomat
tomat dapat disimpan transgenik juga dibuat dengan
lebih lama dan tidak memodifikasi gen yang telah
4 Tomat cepat busuk. dimiliknya secara alami.
Mengandung asam oleat Gen resisten herbisida dari
tinggi dan tahan bakteriAgrobacterium galur CP4
terhadap herbisida dimasukkan ke kedelai dan juga
glifosat.ketika disemprot digunakan teknologi molekular
5 Kedelai dengan herbisida untuk meningkatkan
tersebut, hanya gulma di pembentukan asam oleat.
sekitar kedelai yang
akan mati.
Gen dari selubung virus tertentu
Tahan terhadap penyakit ditransfer ke dalam ubi jalar dan
tanaman yang dibantu dengan teknologi
6 Ubi jalar disebabkan virus. peredaman gen.
Menghasilkan minyak
kanola yang
mengandung asam laurat
tinggi sehingga lebih
menguntungkan untuk
kesehatan dan secara Gen FatB dariUmbellularia
ekonomi. Selain itu, californica ditransfer ke dalam
kanola transgenik yang tanaman kanola untuk
disisipi gen penyandi meningkatkan kandungan asam
7 Kanola vitamin E laurat.
Resisten terhadap virus
tertentu, Gen yang menyandikan
contohnya Papaya selubung virus PRSV ditransfer
8 Pepaya ringspot virus(PRSV). ke dalam tanaman pepaya.
Gen baru dari bakteriofag T3
diambil untuk mengurangi
pembentukan hormon etilen
(hormon yang berperan dalam
9 Melon Buah tidak cepat busuk. pematangan buah) di melon.
Gen dari
bakteriAgrobacterium galur CP4
Tahan terhadap herbisida dan cendawanStreptomyces
10 Bit gula glifosat dan glufosinat. viridochromogenesditransfer ke
dalam tanaman bit gula.
Resisten terhadap infeksi
virus cacar prem (plum Gen selubung virus cacar prem
11 Prem (plum) pox virus). ditransfer ke tanaman prem.
Resisten terhadap Gen penyandi enzim kitinase
peyakit hawar yang (pemecah dinding sel cendawan)
disebabkan dari jelai (barley) ditransfer ke
12 Gandum cendawanFusarium. tanaman gandum
DAMPAK TANAMAN TRANSGENIK TERHADAP LINGKUNGAN
Perkembangan teknologi tanaman transgenik mengalami peningkatan
cukup pesat. Pada awal tahun 1988, baru ada sekitar 23 jenis tanaman transgenik
yang diproduksi. Namun pada tahun 1989, terjadi peningkatan menjadi 30
tanaman dan tahun 1990 terdapat 40 tanaman. Akan tetapi meskipun
perkembangannya cukup pesat, terdapat berbagai kekhawatiran masyarakat
terhadap tanaman transgenik. Seperti kita ketahui bahwa, ”tidak ada teknologi
tanpa resiko”, dan memang masih banyak kelemahan yang harus diperbaiki dan
dikontrol dalam pengembangan tanaman transgenik ini.
Adapun beberapa pengaruh negatif dari produk tanaman transgenik yang
dapat mengancam lingkungan sebagai berikut:
1. Potensi erosi plasma nutfah
Penggunaan tembakau transgenik telah memupus kebanggaan Indonesia
akan tembakau Deli yang telah ditanam sejak tahun 1864. Tidak hanya plasma
nutfah tanaman, plasma nutfah hewan pun mengalami ancaman erosi serupa.
Sebagai contoh, dikembangkannya tanaman transgenik yang mempunyai gen
dengan efek pestisida, misalnya jagung Bt, ternyata dapat menyebabkan kematian
larva spesies kupu-kupu raja (Danaus plexippus) sehingga dikhawatirkan akan
menimbulkan gangguan keseimbangan ekosistem akibat musnahnya plasma
nutfah kupu-kupu tersebut.
Hal ini terjadi karena gen resisten pestisida yang terdapat di dalam jagung
Bt dapat dipindahkan kepada gulma milkweed (Asclepia curassavica) yang berada
pada jarak hingga 60 m darinya. Daun gulma ini merupakan pakan bagi larva
kupu-kupu raja sehingga larva kupu-kupu raja yang memakan daun gulma
milkweed yang telah kemasukan gen resisten pestisida tersebut akan mengalami
kematian. Dengan demikian, telah terjadi kematian organisme nontarget, yang
cepat atau lambat dapat memberikan ancaman bagi eksistensi plasma nutfahnya.
2. Potensi pergeseran gen
Daun tanaman tomat transgenik yang resisten terhadap serangga
Lepidoptera setelah 10 tahun ternyata mempunyai akar yang dapat mematikan
mikroorganisme dan organisme tanah, misalnya cacing tanah.
Tanaman tomat transgenik ini dikatakan telah mengalami pergeseran gen
karena semula hanya mematikan Lepidoptera tetapi kemudian dapat juga
mematikan organisme lainnya. Pergeseran gen pada tanaman tomat transgenik
semacam ini dapat mengakibatkan perubahan struktur dan tekstur tanah di areal
pertanamannya.
3. Potensi pergeseran ekologi
Organisme transgenik dapat pula mengalami pergeseran ekologi.
Organisme yang pada mulanya tidak tahan terhadap suhu tinggi, asam atau garam,
serta tidak dapat memecah selulosa atau lignin, setelah direkayasa berubah
menjadi tahan terhadap faktor-faktor lingkungan tersebut. Pergeseran ekologi
organisme transgenik dapat menimbulkan gangguan lingkungan yang dikenal
sebagai gangguan adaptasi.
4. Potensi terbentuknya barrier species
Adanya mutasi pada mikroorganisme transgenik menyebabkan
terbentuknya barrier species yang memiliki kekhususan tersendiri. Salah satu
akibat yang dapat ditimbulkan adalah terbentuknya superpatogenitas pada
mikroorganisme.
5. Potensi mudah diserang penyakit
Tanaman transgenik di alam pada umumnya mengalami kekalahan
kompetisi dengan gulma liar yang memang telah lama beradaptasi terhadap
berbagai kondisi lingkungan yang buruk. Hal ini mengakibatkan tanaman
transgenik berpotensi mudah diserang penyakit dan lebih disukai oleh serangga.
Penggunaan tanaman transgenik yang resisten terhadap herbisida akan
mengakibatkan peningkatan kadar gula di dalam akar. Akibatnya, akan makin
banyak cendawan dan bakteri yang datang menyerang akar tanaman tersebut.
Dengan perkataan lain, terjadi peningkatan jumlah dan jenis mikroorganisme yang
menyerang tanaman transgenik tahan herbisida. Jadi, tanaman transgenik tahan
herbisida justru memerlukan penggunaan pestisida yang lebih banyak, yang
dengan sendirinya akan menimbulkan masalah tersendiri bagi lingkungan.

PENGARUH TANAMAN TRANSGENIK TERHADAP LINGKUNGAN


1. Pengaruhnya terhadap keanekaragaman hayati
Di daerah pertanian intensif, terutama di belahan bumi utara, pertanian
merupakan faktor manajemen lingkungan yang signifikan, dan banyak
keanekaragaman hayati pada negara-negara itu ada pada lapangan pertanian
budidaya. Oleh karena itu, perubahan pola manajemen pertanian memiliki
konsekuensi yang signifikan bagi keanekaragaman hayati di negara-negara
tersebut.
Tanaman tahan herbisida diproyeksi akan memungkinkan pengendalian
gulma lebih efisien. Keberatan terhadap kondisi ini mulai ada, terutama di Inggris,
yang menekankan konsekuensi negatif pada keanekaragaman hayati di pedesaan.
Penjelasan yang diajukan adalah hanya sedikit tanaman biji-bijian yang dapat
bertahan hidup untuk menyediakan sumber daya bagi banyak organisme mulai
dari invertebrata sampai burung. Kemungkinan pengaruh dari skenario seperti itu
didekati dengan pemodelan. Mereka mendebat dengan menggunakan model
gulma (Chenopodium album) dan burung penyanyi (skylark, Alauda arvensis) di
lapangan untuk memprediksi dampak tanaman gula bit yang tahan herbisida
terhadap keanekaragaman hayati pada umumnya.
Hasilnya menunjukkan bahwa ada potensi pengaruh negatif yang signifikan
terhadap burung pemakan bijian. Keprihatinan tersebut mendorong pemerintah
Inggris melarang menanam tanaman transgenik secara komersial dan mulai
melakukan pengujian sekala lapangan selama 4 tahun untuk mempelajari apa
pengaruh tanaman transgenik tahan herbisida terhadap keanekaragaman hayati.
Sejauh ini, hasil kajian yang dipublikasikan dari pengaruh tanaman transgenik
terhadap keanekaragaman hayati rada tidak sempurna.
2. Konsekuensi dari perlarian gen dan agresi
Perlarian gen diakui sebagai bahaya yang berpotensi. Ini dapat terjadi akibat
adanya kemungkinan kawin silang dan hibridisasi dengan kerabat liarnya.
Konsekuensi ekologisnya bisa menjadi serius jika terjadi perubahan sifat
kejaguran atau agresi dari tanaman transgenik. Agresi telah diakui sebagai
ancaman utama di Selandia Baru, tetapi agresi juga terjadi di seluruh dunia. Data
yang berkaitan dengan kejaguran atau agresi dari tanaman rekayasa genetika
masih langka. Tanaman canola yang mengandung gen Bt-toksin memiliki
kejaguran pada kondisi adanya serangga herbivore.
Dalam sebuah studi jangka panjang terhadap daya bertahan hidup di alam
liar dan agresi tanaman tahan herbisida di daerah yang berbeda dari Kepulauan
Inggris, didapatkan bahwa tidak ada galur tanaman rekayasa genetika bisa
bertahan hidup lebih lama dari 4 tahun bila ditanam di habitat alami. Namun,
keberhasilan agresi terkait dengan skala dan agak sulit untuk memprediksi
konsekuensinya pada pertanaman skala luas dari tanaman transgenik dari studi
skala yang terbatas.
3. Pengaruhnya terhadap musuh alami
Tanaman tahan insekta targetnya adalah untuk mengurangi kepadatan serangga
tertentu yang makan tanaman itu. Akan tetapi, serangga ini juga berfungsi sebagai
mangsa dari berbagai musuh alami. Pengaruh potenial yang penting dari tanaman
transgenik adalah konsekuensi dari terjadinya perubahan keberadaan dan
kepadatan mangsa bagi musuh alami. Jika kepadatan mangsa berkurang, maka
pengaruh aliran langsungnya adalah berkurangnya juga kepadatan musuh alami
mereka. Kentang transgenik yang mengendalikan kumbang kentang Colorado
mungkin bertanggung jawab atas penurunan predator kumbang tanah.
Insekta predator dan parasitoid juga sensitif terhadap kualitas mangsanya
di satu sisi dan di sisi lain, tanaman menentukan kualitas mangsa. Dengan
demikian, terjadi tiga arah interaksi di lapangan. Banyak contoh tersebut diakui
terjadi di lingkungan tanaman transgenik atau lingkungan yang serupa. Sebagi
contoh, lebah parasitoid Eulophus pennicornis telah berkurang kemampuan
parasitnya terhadap inang cacing-buah-tomat (Lacanobia oleracea) dari tanaman
kacang buncis yang mengandung inhibitor tripsin. Parasitoid juga dapat bereaksi
tingkat perilakunya terhadap tanaman inang yang berasal dari tanaman transgenic.
Kumbang dewasa, ketika diberi kutu daun yang dipelihara pada kentang
transgenik (mengekspresikan lektin snowdrop), mengalami pengaruh negatif.
Betina dewasa (tapi tidak yang jantan) umurnya berkurang, peletakan telur dan
viabilitas telur menurun. Menariknya, larva kumbang yang sama tidak menderita
konsekuensi yang sama.
Dalam kasus lain, kumbang tanah dewasa memakan lebih sedikit mangsa
ulatnya ketika mangsanya ini dipelihara pada diet yang mengandung inhibitor
proteinase vs diet normal. Pengaruh ini berlangsung lebih lama daripada paparan
sebenarnya terhadap mangsa yang dimanipulasi dan tergantung pada usia.
Inhibitor proteinase tampaknya mempengaruhi kesesuaian herbivora sebagai
mangsa dari predator ini.
4. Pengaruhnya terhadap penyerbuk
Lebih dari 25% tanaman pangan dunia diserbuki oleh hewan. Organisme
penyerbuk di daerah beriklim dingin sebagian besar adalah serangga, yaitu lebah
dan tawon. Mereka bisa menjadi agen penyebar serbuk sari dan terpapar ke setiap
produk transgenik yang ada dalam serbuk sari atau nektar. Lebah dan tawon dapat
dipengaruhi oleh produk transgenic. Dengan demikian, studi sistematis terhadap
penilaian risiko lingkungan tanaman transgenik tampaknya penting, yang dapat
menyakinkan kita bahwa layanan ekosistem tidak dalam keadaan rusak.
5. Pengaruhnya terhadap organisme tanah dan dekomposer
Bt-toksin dilaporkan terdapat dalam eksudat akar jagung Bt-transgenik.
Konsentrasinya cukup untuk membunuh serangga. Akibatnya untuk masa jangka
panjang masih belum diketahui. Pengaruh sementara dan perubahan signifikan
telah dilaporkan terhadap populasi protozoa dalam tanah pada galur kentang
rekayasa genetic. Pemeliharaan kesuburan tanah tergantung pada proses biologi,
oleh karenanya pengujian pengaruh tanaman transgenik terhadap proses dalam
tanah menjadi sangat penting.
6. Pengaruhnya terhadap organisme non-target
Organisme bukan target yang memakan tanaman dapat dipengaruhi oleh
tanaman tahan insenkta. Misalnya, serbuk sari jagung transgenik, yang diletakkan
pada daun milkweed dapat menyebabkan kematian larva kupu-kupu raja (Danais
plexippus) yang merupakan spesies yang penting pada konservasi alam di
Amerika Serikat. Penelitian ini memberikan dampak yang berbahaya bagi jenis
lainnya, yang menunjukkan bahwa serbuk sari alami dapat menyebabkan
kematian yang signifikan. Akan tetapi, larva dari swallowtail hitam (Papilio
polyxenes) tidak sensitif terhadap serbuk sari jagung transgenic.
7. Pengaruh pada kesehatan manusia
Sikap kontra terhadap produk tanaman transgenik umumnya berasal
dari organisasi non-pemerintah/LSM, seperti Greenpeace dan Friends of the Earth
Internasional. Dari segi kesehatan, tanaman ini dianggap dapat
menjadi alergen (senyawa yang menimbulkan alergi) baru bagi manusia. Untuk
menanggapi hal tersebut, para peneliti menyatakan bahwa sebelum suatu tanaman
transgenik diproduksi secara massal, akan melakukan berbagai pengujian
potensi alergi dan toksisitas untuk menjamin agar produk tanaman tersebut aman
untuk dikonsumsi. Apabila berpotensi menyebabkan alergi, maka tanaman
transgenik tersebut tidak akan dikembangkan lebih lanjut. Kekhawatiran lain yang
timbul di masyarakat adalah kemungkinan gen asing pada tanaman transgenik
dapat berpindah ke tubuh manusia apabila dikonsumsi.
Pendapat tersebut dinilai berlebihan oleh para ilmuwan karena makanan
yang berasal dari tanaman transgenik akan terurai menjadi unsur-unsur yang dapat
diserap tubuh sehingga tidak akan ada gen aktif. Untuk memberikan kebebasan
kepada masyarakat dalam memilih produk transgenik atau produk alami, berbagai
negara, khususnya negara-negara Eropa, telah melakukan pemberian label
terhadap produk transgenik. Pelabelan tersebut juga bertujuan untuk memberikan
informasi kepada konsumen sebelum mengonsumsi hasil tanaman transgenic.
8. Pengaruh etika dan agama
Dari segi etika, pihak yang kontra dengan tanaman transgenik menganggap
bahwa rekayasa atau manipulasi genetik tanaman merupakan tindakan yang tidak
menghormati penciptaan Tuhan. Perubahan sifat tanaman dengan penambahan
gen asing juga dianggap sebagai tindakan "bermain sebagai Tuhan" karena
mengubah makhluk yang telah diciptakan-Nya. Pemikiran
teologis Katolikmemandang bahwa manipulasi atau rekayasa genetik merupakan
suatu kemungkinan yang disediakan oleh Tuhan karena tanaman diberikan kepada
manusia untuk dipelihara dan dimanfaatkan. Dalam sudut
pandang agama tersebut, modifikasi genetika tanaman tidak berlawanan dengan
ajaran Gereja Katolik, namun kelestarian alam juga harus diperhatikan karena
merupakan tanggung jawab manusia.
Dalam menanggapi isu tentang tanaman transgenik, Dewan Yuriprudensi
Islam dan Badan Sertifikasi Makanan Islam di Amerika (IFANCA) menyatakan
bahwa makanan dari tanaman transgenik yang ada telah dikembangkan
bersifat halal dan dapat dikonsumsi oleh umat Islam. Untuk tanaman yang disisipi
gen dari binatang haram, produk tanaman transgenik tersebut akan
disebut Masbuh, yang berarti masih diragukan (belum diketahui) status halal atau
haramnya. Sertifikasi makanan yang telah dikeluarkan oleh IFANCA juga diakui
dan diterima oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI), Majelis Ulama Islam
Singapura (MUIS), Liga Muslim Dunia, Arab Saudi, dan pemerintah Malaysia.
Pihak yang mendukung tanaman transgenik menganggap bahwa transfer gen
dari suatu makhluk hidup ke makhluk lainnya merupakan hal yang alamiah dan
biasa terjadi di alam sejak pertama kali berlangsungnya kehidupan. Mereka juga
berargumen bahwa persilangan berbagai jenis padi yang dilakukan untuk
mendapatkan padi dengan sifat unggul telah dilakukan para petani sejak dahulu.
Perkawinan berbagai varietas padi tanpa disadari telah mencampur gen-gen yang
ada di tanaman tersebut. Para ilmuwan hanya mempercepat proses transfer gen
tersebut secara sengaja dan sistematis.

MANFAAT EKOLOGI POTENSIAL TANAMAN TRANSGENIK


Evaluasi dampak lingkungan dari organisme transgenik sering berpusat
pada risiko yang menyertainya. Hal ini dapat dibenarkan, karena setiap, teknologi
baru dalam skala besar memang memiliki risiko dan konsekuensi yang tidak
terduga. Namun, sejumlah argumen memperlihatkan adanya dampak lingkungan
positif dari produksi skala besar tanaman transgenic, seperti :
1. Mengurangi dampak lingkungan dari pestisida
Herbisida dan pestisida memiliki potensi bahaya bagi pencemaran
lingkungan, sementara tanaman transgenik dapat menurunkan penggunaan bahan
kimia berbahaya bagi lingkungan untuk mengendalikan gulma dan hama. Sebagai
contoh, berkurang frekuensi perlakuan dapat membawa berkurangnya pencemaran
pestisida jika paralel dengan berkurangnya jumlah pestisida dan herbisida yang
digunakan. Konflik klaim telah banyak terjadi tentang pengaruh tanaman toleran
herbisida di Amerika Serikat. Dengan tidak adanya dokumentasi yang diterbitkan
di mana asumsi dan validitas dari argumen tersebut dapat diperiksa, maka tidak
ada kesimpulan yang bisa ditarik.
2. Peningkatan hasil
Jika hasil panen meningkat, maka sedikit daerah budidaya diperlukan
untuk menghasilkan jumlah pangan yang dibutuhkan oleh manusia. Hal ini dapat
mengakibatkan berkurangnya tekanan terhadap lahan yang belum ditanami dan
memungkinkan bisa lebih banyak lahan dibiarkan untuk konservasi. Manfaat
lingkungan yang potensial ini mungkin sangat besar terjadi di negara-negara
berkembang di mana sebagian besar peningkatan produksi pertanian dihasilkan
dari pembukaan daerah-daerah baru.
3. Konservasi tanah
Tanaman toleran herbisida memungkinkan petani untuk meninggalkan
penggunaan herbisida pra tumbuh. Pergeseran ke pengendalian gulma
pascatumbuh ini dapat meningkatkan praktek pengolahan tanpa olah dan
konservasi tanah, menurunkan erosi tanah, kehilangan air, dan meningkatkan
bahan organik tanah.
APLIKASI TANAMAN TRANSGENIK
1. Aplikasi yang telah dikembangkan
Beberapa tanaman transgenik telah diaplikasikan untuk menghasilkan tiga
macam sifat unggul, yaitu tahan hama, tahan herbisida, dan buah yang dihasilkan
tidak mudah busuk. Tanaman jagung dan kapas transgenik dengan sifat tahan
hama telah diproduksi secara massal dan dipasarkan di dunia. Gen asing yang
banyak digunakan untuk sifat resistensi hama ini adalah gen penyandi toksin Bt
dari bakteri Bacillus thuringiensis. Sejak tahun 1996, Monsanto, salah satu
perusahaan multinasional di bidang bioteknologi, telah menjual
benih kapas transgenik dengan merek dagang "Bollgard". Selain itu,
tanaman kedelai dan kanola tahan herbisida juga telah dijual ke berbagai negara,
termasuk Indonesia, dengan merek "Roundup Ready".
Tanaman tomat transgenik dengan sifat pematangan buah diperlambat pernah
diproduksi oleh Calgene pada tahun 1994 dan dipasarkan di Amerika
Serikat dengan merek "Flavr Savr". Biasanya, tanaman tomat alami dipanen
dalam keadaan masih hijau dan belum matang kemudian disemprot dengan
gas etilen untuk membuat buah matang dan berwarna merah. Namun,
rasa tomat yang dihasilkan umumnya kurang terasa. Tujuan pembuatan tomat
transgenik tersebut adalah untuk memperpanjang masa simpan dan menghindari
pembusukan buah selama transportasi dari lahan penanaman ke tempat penjualan.
Namun, penjualan Flavr Savr ditarik dalam waktu kurang dari setahun karena
alasan kesehatan dan penjualannya mengalami kerugian. Produk tersebut tidak
banyak terjual karena harganya dua kali lipat dari tomat biasa namun rasa yang
dihasilkan sama.
2. Aplikasi yang sedang dikembangkan
Dalam tahap penelitian, tanaman transgenik sedang diaplikasikan untuk
menghasilkan senyawa yang bermanfaat bagi kesehatan manusia, seperti vitamin
A dan vaksin. Untuk produksi vaksin yang dapat dimakan (edible vaccine),
contoh tanaman yang sedang dikembangkan adalah pisang, kentang, dan tomat.
Salah satu tanaman transgenik yang sudah diteliti sejak tahun 1980 untuk
mengurangi jumlah penderita defisiensi (kekurangan) vitamin A adalah padi
emas. Aplikasi lain yang sedang dikembangkan adalah penggunaan tanaman
untuk membersihkan polusi tanah dari senyawa beracun (seperti arsen) dan logam
berat (contohnya merkuri). Gen asing dari bakteri ditransfer ke
dalam tembakau dan Arabidopsis sehingga kedua tanaman tersebut dapat
menarik merkuri dalam tanah dan mengubahnya menjadi senyawa yang mudah
menguap serta tidak berbahaya.
Tanaman Arabidopsis juga dikembangkan untuk memproduksi poli(3-
hidroksibutirat) atau PHB, suatu bahan pembentuk plastik yang mudah diurai
(biodegradable). Sebagian besar plastik yang ada dibuat dari sumber daya yang
tidak dapat diperbaharui, salah satunya adalah minyak bumi. Untuk mengurangi
penggunaan sumber daya tersebut, digunakan PHB yang dihasilkan oleh bakteri,
seperti Alcaligenes eutrophus. Empat pen pembentuk PHB dari bakteri tersebut
telah ditransfer ke Arabidopsis sehingga tanaman tersebut dapat menghasilkan
PHB. Penelitian tentang PHB dari tumbuhan masih dalam tahap pengembangan
sebelum diproduksi massal.
DETEKSI TANAMAN TRANSGENIK
Untuk mendeteksi dan membedakan tanaman transgenik dengan tanaman
alamiah lainnya, telah dikembangkan beberapa teknik dan perangkat uji. Salah
satu uji kualitatif yang cepat dan sederhana adalah strip aliran-lateral (semacam
tongkat ukur). Benihtanaman yang akan diuji dihancurkan terlebih dahulu
kemudian strip tersebut dicelupkan ke dalamnya. Apabila dalam waktu 5-10 menit
muncul dua garis pada strip maka sampel tersebut positif merupakan tanaman
transgenik, sedangkan bila hanya satu pita yang didapat maka hasil yang diperoleh
adalah negatif. Teknik ini berdasarkan pada deteksi
keberadaanprotein atau antibodi spesifik dari tanaman transgenik
Uji lain yang dapat digunakan untuk mendeteksi tanaman transgenik
adalah reaksi berantai polimerase (PCR) dan ELISA (enzyme-linked
immunosorbent assay). Uji PCR merupakan salah satu metode diagnostik
molekular yang mendeteksi DNA atau gen pada tanaman transgenik secara
langsung. Sementara itu, ELISA dan strip aliran-lateral merupakan metode
imunodiagnostik (metode diagnostik menggunakan prinsip reaksiantigen-
antibodi) yang mendeteksi protein hasil ekspresi gen pada tanaman transgenik.
TANAMAN TRANSGENIK DI INDONESIA
Pertanian di Indonesia belum menghasilkan tanaman transgenik sendiri.
Pada tahun 1999, Indonesia pernah melakukan uji coba penanaman kapas
transgenik di Sulawesi Selatan. Uji coba itu dilakukan oleh PT Monagro
Kimia dengan memanfaatkan benih kapas transgenik Bt dari Monsanto. Hal itu
mendatangkan banyak protes dari berbagai LSMsehingga pada bulan September
2000, areal kebun kapas transgenik seluas 10.000 ha gagal dibuka. Pada tahun
yang sama, kampanye penerimaan kapas transgenik diluncurkan dengan
melibatkan petani kapas dan ahli dalam dan luar negeri. Kasus tersebut
berlangsung dengan pelik hingga pada Desember 2003, pemerintah Indonesia
menghentikan komersialisasi kapas transgenik. Suatu studi kelayakan finansial
terhadap kapas transgenik sempat dilakukan pada tahun 2001 di tiga kabupaten
di Sulawesi Selatan, yaitu Bulukumba,Bantaeng, dan Gowa. Hasil studi tersebut
menunjukkan bahwa budidaya kapas transgenik lebih menguntungkan
secara finansial dibandingkan kapas nontransgenik.
Pada tahun 2007, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Badan
Litbang) telah menargetkan Indonesia untuk memiliki padi dan jagung transgenik
pada tahun 2010 sehingga tidak perlu lagi melakukan impor beras dan
jagung.[51] Menurut Dr. Ir. Sutrisno, Kepala Balai Besar Penelitian Bioteknologi
dan Sumberdaya Genetik Pertanian (BB-Biogen), Indonesia telah melakukan
penelitian di bidang rekayasa genetika tanaman yang seimbang bila dibandingkan
dengan negara-negara ASEAN lainnya. Namun, dalam hal komersialisasi produk
transgenik tersebut, Indonesia dinilai agak tertinggal. Melalui BB-Biogen,
berbagai riset tanaman transgenik yang
meliputi padi, kedelai, pepaya, kentang, ubi jalar, dan tomat, masih terus
dilakukan oleh Indonesia. Pada tahun 2010, sebanyak 50% dari
kedelai impor yang digunakan di Indonesia merupakan produk transgenik yang di
antaranya didatangkan dari Amerika Serikat. Hal ini menyebabkan sebagian besar
produk olahan kedelai, seperi tahu, tempe, dan susu kedelai telah terbuat dari
tanaman transgenik.
Untuk mengatur keamanan pangan dan hayati produk rekayasa genetika
seperti tanaman transgenik, Menteri Pertanian, Menteri Kehutanan dan
Perkebunan, Menteri Kesehatan, dan Menteri Negara Pangan dan
Hortikultura telah mengeluarkan keputusan bersama pada tahun 1999. Keputusan
tentang "Keamanan Hayati dan Keamanan Pangan Produk Pertanian Hasil
Rekayasa Genetika Tanaman" No.998.I/Kpts/OT.210/9/99; 790.a/Kptrs-IX/1999;
1145A/MENKES/SKB/IX/199; 015A/Nmeneg PHOR/09/1999 tersebut mengatur
dan mengawasi keamanan hayati dan pangan. Di dalamnya juga diatur
pemanfaatan produk tanaman transgenik agar tidak merugikan, mengganggu, dan
membahayakan kesehatan manusia, keanekaragaman hayati, dan lingkungan.

Kekhawatiran Bahwa tanaman Transgenik Menimbulkan keracunan


Masyarakat mengkhawatirkan bahwa produk transgenik berupa tanaman
tahan serangga yang mengandung gen Bt (Bacillus thuringiensis) yang berfungsi
sebagai racun terhadap serangga, juga akan berakibat racun pada manusia.
Kehawatiran ini disanggah dengan pendapat bahwa gen Bt hanya dapat bekerja
aktif dan bersifat racun jika bertemu dengan reseptor dalam usus serangga dari
golongan yang sesuai virulensinya. Sebagai contoh gen Cry I pada Bt hanya
kompatibel terhadap serangga golongan Lepidoptera, sedangkan gen Cry III
kompatibel terhadap serangga golongan Coleoptera.
Selain itu, gen-gen tersebut hanya dapat berfungsi pada usus serangga
yang berpH basa. Sedangkan pada usus manusia, tidak terdapat reseptor gen Bt
dan memiliki pH usus yang bersifat asam. Dengan demikian, tanaman yang
mengandung Bt Toxin merupakan pestisida alami yang aman bagi serangga,
hewan dan manusia. Percobaan memberi makan tikus dengan kentang transgenik
Bt var. Kurstaki Cry 1. Hasil yang diperoleh ternyata memperlihatkan gejala
villus ephitelial cell hypertrophy, multinucleation, disrupted microvili, degenerasi
mitokondrial, peningkatan jumlah lisosom, autofagic vacuoles, serta pengaktifan
crypt paneth cell.
Timbul pula kekhawatiran masyarakat terhadap kemungkinan alergi
Sekitar 1-2% orang dewasa dan 4-6% anak-anak mengalami alergi terhadap
makanan. Penyebab alergi (allergen) tersebut diantaranya brazil nut, crustacean,
gandum, ikan, kacang-kacangan, dan padi (anonymous, 2010). Konsumsi produk
makanan dari kedelai yang diintroduksi dengan gen penghasil protein metionin
dari tanaman brazil nut, diduga menimbulkan alergi terhadap manusia. Hal ini
diketahui lewat pengujian skin prick test yang menunjukkan bahwa kedelai
transgenik tersebut memberikan hasil positif sebagai allergen.
Alergi tersebut belum tentu disebabkan karena konsumsi tanaman
transgenik. Hal ini dikarenakan semua allergen merupakan protein sedangkan
semua protein belum tentu allergen. Allergen memiliki sifat stabil dan
membutuhkan waktu yang lama untuk terurai dalam sistem pencernaan,
sedangkan protein bersifat tidak stabil dan mudah terurai oleh panas pada suhu
>65 C sehingga jika dipanaskan tidak berfungsi lagi.
Dalam hal ini, lagi-lagi pendapat tersebut masih berupa asumsi. Akan
tetapi, memang saat ini belum ada cara yang dapat diandalkan untuk menguji
makanan RG yang bersifat allergen, sehingga kasus ini masih berupa prediksi
yang belum jelas kesimpulannya. Kekhawatiran terhadap kemungkinan
menyebabkan bakteri pada tubuh manusia dan tahan antibiotik. Kekhawatiran lain
muncul pada tanaman yang diintroduksi antibiotik Kanamicyn R (Kan R) ke
tanaman, diduga menyebabkan bakteri dalam tubuh menjadi resisten terhadap
antibiotik.
Sampai saat ini belum ada laporan ilmiah di Indonesia yang membuktikan
mengenai bahaya produk transgenik, selain reaksi alergis (produk ini telah ditarik
dari pasaran). Sehingga,sampai saat ini, tanaman transgenik masih layak untuk
dikonsumsi. Akan tetapi, memang diakui bahwa publikasi mengenai resiko
makanan produk RG terhadap hewan dan manusia, masih sangat sedikit.
Padahal mungkin sebenarnya dampak negatif konsumsi tanaman
transgenik sudah banyak terjadi di masyarakat hanya saja tidak banyak data yang
membuktikannya. Di negara maju seperti Amerika, urusan mengenai produk RG
ditangani oleh FDA (Badan Makanan dan Obat-Obatan Amerika). Pihak FDA ini
membuat pedoman keamanan pangan melalui telaah ulang produk transgenik,
dengan didasarkan uji reaksi sifat alergen-non alergen, analisis nutrisi, sifat
potensial toksisitas-non toksisitas, sifat fenotip dan reaksi molekuler. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa tanaman transgenik yang diproduksi saat ini
masih dalam tahap uji coba, sehingga untuk mengkonsumsinya, dibutuhkan sikap
kritis dan ketelitian masyarakat dalam mencari informasi dan penggunaannya.
Indonesia perlu mewaspadai masuknya produksi tanaman yang sudah
dimodifikasi secara genetik (transgenik), karena sekarang di Amerika 27 %
produksi kedelai dan 24 % produksi jagungnya berasal dari hasil rekaysa genetika
. demikian juga dengan hasil tanaman lain seperti tomat dan kanola. Kewaspadaan
itu perlu mengingat indonesia mengimpor kedelai dan jagung dari Amerika
dengan jumlah yang cukup besar, umumnya ada tiga gen yang diintroduksi ke
tanaman, yaitu ketahanan herbisida, ketahanan tehadap penyakit, memperbaiki
mutu panen. namu dampaknya tehadap lingkungan dan ketergantungan ekonomi
perlu dikaji lebih lanjut.

Terhadap lingkungan tanaman transgenik dengan modifikasi tahan


terhadap virus dapat memunculkan strain virus dulu yang lebih ganas dan dapat
memunculkan gulma super yang tahan herbisida. Tipe kubis-kubisan yang diberi
gen ketahanan terhadap herbisida serbuk sarinya membuahi tanaman yang
merupakan gulma, dikhawatirkan biji yang dihasilkan berkembang menjadi gulma
yang tahan terhadap herbisida. Burung yang makan dari tanaman transgenik akan
menurun kemampuan reproduksinya. Tanaman jagung yang telah ditambahkan
gen tahan serangga bakteri baccilus serangga disekitar kebun akan menurun daya
hidupnya, gen pada bakteri bacillus berfungsi merusak pencernaan pada serangga,
sehingga berfungsi sebagai insectisida.
Posted by BUKAN GAMERS at 2:05 PM
Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to Facebook

http://makalahpertanianindonesia.blogspot.co.id/2017/07/makalah-transgenik.html

Вам также может понравиться