Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
The Effect Comparison Of Peel Durian Charcoal And Charcoal Sawdust Surian
Wood to Quality Briqutte
Abstrak
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh perbandingan arang kulit durian dan arang
serbuk kayu surian terhadap mutu briket arang yang dihasilkan berdasarkan Standar Nasional Indonesia
dan untuk mengetahui kelayakan usaha pembuatan briket arang. Rancangan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 3 ulangan sebagai berikut
A (70% arang kulit durian : 30% arang serbuk kayu), B (60% arang kulit durian : 40% arang serbuk
kayu), C (50% arang kulit durian : 50% arang serbuk kayu), D (40% arang kulit durian : 60% arang
serbuk kayu), E (30% arang kulit durian : 70% arang serbuk kayu). Data dianalisis dengan uji F dan
dilanjutkan dengan New Multiple Range Uji Duncan (DNMRT) pada 5%. Pengamatan briket arang
terdiri dari kadar air, kadar abu, volatile matter, fixed carbon, nilai kalor, densitas, kuat tekan, dan laju
pembakaran. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perlakuan perbandingan pembuatan briket arang
memberikan pengaruh terhadap uji kadar air, kadar abu, kualitas nilai kalor, volatile matter, fixed carbon,
dan kekuatan tekan yang dilakukan, kecuali densitas yang tidak memberikan pengaruh terhadap
pembuatan briket arang. Perlakuan terbaik ditinjau dari segi nilai kalor adalah perlakuan E : 30% arang
kulit durian + 70% arang serbuk kayu sebesar 4903,803 Kal/gram. Hasil analisa sifat kimia dan fisik
briket arang dari kulit durian dan serbuk kayu surian rata-rata belum memenuhi SNI 01-6235-2000 briket
arang. Briket arang ini layak untuk dikembangkan dari segi kelayakan usahanya dengan keuntungan/tahun
Rp 13.032.864,99 , BCR = 1,29 dan BEP= 11.538,49 kg/tahun, untuk produksi briket/tahun maka
titik impas akan tercapai.
PENDAHULUAN
Pertumbuhan ekonomi dan bertambahnya penduduk yang semakin meningkat di
Indonesia menyebabkan bertambahnya konsumsi energi di semua sektor kehidupan
seperti transportasi, listrik, dan industri, terutama pada tingkat pemakaian bahan bakar
fosil seperti minyak dan gas. Masyarakat Indonesia masih biasa menggunakan minyak
tanah sebagai bahan bakar untuk keperluan rumah tangga, padahal ketersediaan minyak
tanah pada saat ini cukup langka dan sangat mahal. Sebagai solusinya, pemerintah
Indonesia telah mengeluarkan kebijakan energi minyak bumi dengan menetapkan
penggunaan kompor berbahan bakar gas sebagai pengganti minyak tanah. Namun
demikian, harga bahan bakar gas pun masih cukup mahal dirasakan masyarakat. Oleh
karena itu, dibutuhkan energi alternatif yang dapat diperbaharui, murah dan mudah
didapatkan sebagai bahan bakar pada kompor untuk keperluan rumah tangga. Indonesia
memiliki banyak sumber energi alternatif yang dapat diperbaharui diantaranya adalah
biomassa atau bahan–bahan limbah organik, baik berasal dari areal hutan, pertanian,
perkebunan, peternakan ataupun limbah dari beberapa jenis industri. Beberapa biomassa
yang memiliki potensi cukup besar diantaranya adalah limbah kayu, sekam padi, jerami,
260
Prosiding Seminar Nasional FKPT-TPI 2017
Kendari, Sulawesi Tenggara, 20-21 September 2017
ampas tebu, kulit durian, tempurung kelapa, cangkang sawit, kotoran ternak dan
sampah lainnya. Bahan-bahan tersebut dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi
alternatif pengganti BBM dan gas. Menurut Pari (2002) untuk mengolah limbah tersebut
menjadi lebih bermanfaat maka diperlukan teknologi alternatif. Teknologi tersebut di
antaranya adalah pembuatan arang kulit durian. Arang tersebut yang dihasilkan dapat
diolah lebih lanjut menjadi produk yang lebih mempunyai nilai ekonomi seperti briket
arang. Arang briket adalah arang yang diubah bentuknya, ukurannya dan
kerapatannya dengan mengepres campuran serbuk arang dan bahan perekat kemudian
dikeringkan (Alinaysah, 1985). Menurut Jati dan Santoso (2005), umumnya sebagian
limbah kulit durian hanya digunakan sebagai bahan bakar tungku, atau dibakar begitu saja,
sehingga dapat menimbulkan pencemaran lingkungan. Kulit buah yang keras dan tebal
yang mencapai hampir seperempat bagian dari buahnya tersebut merupakan bagian
yang dibuang saja sampai akhirnya menjadi busuk. Memanfaatkan limbah kulit durian
sebagai produk briket kulit durian yang nantinya sebagai substitusi minyak tanah, tentunya
dapat memecahkan masalah pencemaran lingkungan limbah kulit durian juga akan
teratasi dengan baik, dengan efektif dan efisien, disamping itu dengan adanya usaha
pemanfaatan pengolahan kulit durian sebagai produk briket bernilai ekonomis akan
meningkatkan perekonomian masyarakat pedagang durian. Hatta (2007) menunjukkan
bahwa nilai kalor kulit durian yang diperoleh menunjukkan angka sebesar
3.786,95 kal/g dengan kadar abu rendah sebesar 4 %. Komponen kimia kayu sangat
bervariasi, karena dipengaruhi oleh faktor tumbuh, iklim dan letaknya didalam batang atau
cabang. Serbuk gergaji kayu surian mempunyai nilai kalor 5839,56 kal/gram (Detti,
2003), sehingga berpotensi untuk dijadikan campuran arang arang kulit durian untuk
peningkatan kualitas briket arang, kedua bahan ini dapat dikombinasikan sehingga
diharapkan nilai kalornya menjadi meningkat. Dalam penelitian pendahuluan,
perbandingan briket arang kulit durian dan arang serbuk kayu surian yang baik adalah
30:70 untuk mengoptimalkan pengguna bahan bakar alternatif sebagai bahan bakar
pengganti minyak tanah maka perlu adanya optimalisasi dalam meningkatkan
efektivitas dan efisiensi dari bahan bakar alternatif tersebut. Untuk itu perlu dilakukan
penelitian tentang “Pengaruh Perbandingan Arang Kulit Durian dan Arang Serbuk Kayu
Surian Terhadap Mutu Briket”. Adapun tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah
mengetahui pengaruh perbedaan tingkat perbandingan arang kulit durian dengan arang
serbuk kayu terhadap mutu briket arang yang dihasilkan, mengetahui komposisi terbaik
dalam pembuatan briket arang berdasarkan SNI dan mengetahui kelayakan usaha
pembuatan briket arang.
METODE PENELITIAN
261
Prosiding Seminar Nasional FKPT-TPI 2017
Kendari, Sulawesi Tenggara, 20-21 September 2017
40%:60%, 30%:70% dengan menggunakan alat pencetak briket. Bahan yang digunakan
yaitu dari kulit durian dan serbuk kayu dengan proses pembuatannya yaitu kulit durian
dibersihkan, dikeringkan, dikarbonisasi, digiling, diayak, dan dicetak. Begitu juga
sebaliknya dengan serbuk kayu.
Pengujian Karakteristik Briket
Pegujian karakteristik briket dilakukan untuk mengetahui kualitas dari briket yang
dihasilkan sesuai dengan SNI. Pengujian meliputi kadar air, kadar abu, volatile matter,
fixed carbon, laju pembakaran, kerapatan massa atau densitas, pengujian nilai kalor dan
kekuatan tekan.
Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak
Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 3 kali ulangan. Apabila berbeda nyata
kemudian dilanjutkan dengan uji Duncan’s Multiple Ranges Test (DNMRT) pada taraf
nyata 5%. Perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
A = 70% arang kulit durian : 30% arang serbuk kayu B = 60% arang kulit durian : 40%
arang serbuk kayu C = 50% arang kulit durian : 50% arang serbuk kayu D = 40% arang
kulit durian : 60% arang serbuk kayu E = 30% arang kulit durian : 70% arang serbuk kayu
Tempat
Bahan dan Alat
Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan briket adalah kulit durian dari daerah
kota Padang tepatnya di Tarandam, Serbuk kayu dari kayu surian dari pengrajin kayu dari
daerah Pasar Ambacang, tepung kanji dan air. Alat-alat pengolahan yang digunakan
adalah alat pengepres briket dengan alat kempa dingin, cetakan yang berdiameter 4 cm
dan tinggi 6 cm, drum, parang, lumpang dan alu, ember, ayakan berukuran 40 mesh, oven,
gelas ukur, batang pengaduk, timbangan digital, cawan alumanium, desikator, stopwatch,
termometer, penjepit cawan, bom calorimeter, alat–alat tulis serta alat pendukung lainnya.
Pelaksanaan Penelitian
Penyiapan Bahan Baku
Bahan baku yang disiapkan adalah limbah kulit durian dan serbuk kayu surian, bahan
tersebut dikumpulkan dan dibersihkan dari material yang tidak diperlukan. Bahan ini
dijemur pada kondisi cuaca cerah 2–3 hari diletakkan di atas seng, agar bahan cepat kering
merata, sedangkan untuk cuaca tidak baik mencapai 1 minggu, kemudian kadar air kedua
bahan baku dianalisis terlebih dahulu sebelum dilakukan pembuatan briket arang. Kadar
air bahan maksimal 12%. Menurut Hendra (1999) yang perlu diperhatikan dalam
pengolahan bahan baku adalah kadar air bahan baku. Kadar air material sebelum
dilakukan proses pembriketan tidak lebih dari 12%. Prosedur analisa kadar air bahan baku
ditentukan dengan metode gravimetri.
262
Prosiding Seminar Nasional FKPT-TPI 2017
Kendari, Sulawesi Tenggara, 20-21 September 2017
kegiatan yang dilakukan dalam proses karbonisasi adalah drum dinaikkan ke atas susunan
batu bata yang membentuk tungku pembakaran. Selanjutnya, seluruh bahan dimasukkan
ke dalam drum dan api dinyalakan di bagian atas dan ditutup dengan seng. Sekitar 10
menit akan terlihat mengepul asap putih dari atas drum yang menandakan bahwa
pengarangan telah dimulai dari bagian dasar. Berangsur–berangsur kulit durian dan serbuk
kayu surian kering akan meyusut seiring dengan terjadinya pengarangan dibagian
bawah. Proses pembakaran dihentikan sampai asap yang keluar dari cerobong menipis
dan semua bahan baku menjadi arang. Arang dikeluarkan dan dipisahkan dengan
bahan yang menjadi abu.
Penggilingan Arang
Setelah bara arang kulit durian dan serbuk kayu mati dinginkan 10 menit, hasil
pengarangan dituangkan di atas permukaan kertas atau seng yang datar dan bersih, lalu
dijemur 3 jam. Selanjutnya, arang digiling dengan menggunakan lesung ditumbuk
hingga halus kira – kira 30 menit, hasil peggilingan diayak dengan ukuran ayakan 40
mesh.
Pembuatan Adonan Briket Arang
Arang yang telah halus dicampurkan dengan bahan perekat sampai membentuk
semacam adonan. Pada proses ini dilakukan persentase bahan dengan bahan dengan
perekatnya adalah 5 %. Kadar perekat dalam briket tidak boleh terlalu tinggi karena
dapat mengakibatkan penurunan mutu briket dan menimbulkan banyak asap. Kadar
perekat yang digunakan umumnya tidak lebih dari 5% (Sudradjat, Setiawan, dan
Roliadi, 2005). Kemudian disiapkan campuran perekat kanji yang dilarutkan dalam air
dengan perbandingan 1 : 4 kemudian dipanaskan. Perekat atau larutan tepung kanji yang
digunakan adalah 5% dari berat campuran arang kulit durian dan serbuk kayu.
Pencetakan Adonan
Bahan yang telah tercampur rata ditimbang sebanyak 35,168 gram. Kemudian
dimasukkan kedalam cetakan yang berbentuk slinder dengan ukuran diameter 4 cm dan
tinggi 6 cm. Caranya adonan dimasukkan kedalam cetakan, kemudian ditekan atau
dpress hingga mempat benar dengan dengan alat pengepres kempa dingin di laboratorium
Teknologi Hasil Pertanian, Universitas Andalas Padang. Setelah itu dibiarkan 5 menit agar
briket sesuai dengan cetakan. Pengempaan yang baik akan menghasilkan briket dengan
bara yang cukup lama.
Pengeringan Briket
Briket dikeringkan di bawah sinar matahari 6 jam berturut – turut selama 2-3 hari. Menurut
Achmad (1991), lama penjemuran dengan sinar matahari selama 3 hari dalam kondisi
cuaca yang cerah, agar briket kering sempurna. Tujuannya agar briket cepat nyala ketika
dinyalakan serta tidak berasap.
Pengamatan
Pengamatan-pengamatan pada penelitian ini adalah : kadar air, kadar abu, volatile
matter, fixed carbon, laju pembakaran, kerapatan massa atau densitas, pengujian nilai
kalor, dan kekuatan tekanan mekanik pada briket.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Bahan Baku
Analisa kadar air dan kadar abu kulit durian dan serbuk kayu surian dapat dilihat pada
Tabel 1.
263
Prosiding Seminar Nasional FKPT-TPI 2017
Kendari, Sulawesi Tenggara, 20-21 September 2017
Kadar air kulit durian lebih tinggi dari pada serbuk kayu surian. Hal ini disebabkan
oleh perbedaan sruktur kulit durian dan serbuk kayu surian itu sendiri, yaitu kulit durian
memiliki ukuran lebih besar dan lebih tebal sedangkan serbuk kayu lebih kecil dan tipis.
Menurut Hendra (1999), yang perlu dilakukan dalam pengolahan bahan baku adalah kadar
air bahan baku. Kadar air material sebelum dilakukan proses pembuatan briket tidak lebih
dari 12 %. Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa nilai analisa kadar air dari kulit durian
dan serbuk kayu surian dibawah 12 %. Kadar abu kulit durian lebih tinggi dari pada serbuk
kayu surian. Menurut Hatta (2007), kadar abu kulit durian sebesar 4 %. Jika dibandingkan
pada Tabel 1 didapat sebesar 5,73 % kedua ini tidak jauh berbeda. Besarnya kadar abu
sangat dipengaruhi oleh garam garam karbonat dari kalium, kalsium, magnesium dan
kadar silika (Komarayati et al, 2004). Kandungan kadar abu yang tinggi dapat
menurunkan nilai kalor briket arang sehingga akan menurunkan kualitas briket arang
(Triono, 2006).
10 7.52 7.74
5.71
4.05 4.56
5
0
E D C B A
Perlakuan
Gambar 1. Kadar Air Briket.
264
Prosiding Seminar Nasional FKPT-TPI 2017
Kendari, Sulawesi Tenggara, 20-21 September 2017
Kadar air semua perlakuan memenuhi SNI 016235-2000 yaitu ≤ 8%. Kadar air
sangat erat kaitannya dengan dengan kerapatan briket arang, dimana semakin tinggi
kerapatan maka sifat higroskopis briket arang semakin berkurang sehingga daya serap
terhadap air akan semakin kecil, demikian pula sebaliknya. Hal ini disebabkan semakin
tinggi kerapatan maka ronggarongga antar partikel arang akan semakin rapat karena
padunya partikel-partikel tersebut sehingga tidak terdapat celah atau ruang kosong (Bahri,
2007).
Kadar Abu
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa tingkat perbandingan arang kulit durian dengan
arang serbuk kayu surian berbeda nyata terhadap kadar abu briket arang yang
dihasilkan. Rata-rata kadar abu Briket yang dihasilkan dapat dilihat pada Gambar 2.
Kadar Abu (%)
30
18.42 19.41
14.96 16.65
20 13.12
10
0
E D C B A
Perlakuan
40.98 41.86
Volatil
39.64
40
35
A B C D Perlak
E uan
265
Prosiding Seminar Nasional FKPT-TPI 2017
Kendari, Sulawesi Tenggara, 20-21 September 2017
Nilai rata-rata volatile matter berkisar antara 54,93-62,98%. Volatile matter semua
perlakuan belum memenuhi SNI 01-6235-2000 yaitu < 15%. Menurut Hendra dalam
Sinurat (2011) tinggi rendahnya volatile matter yang dihasilkan dipengaruhi oleh jenis
bahan baku, sehingga perbedaan jenis bahan baku berpengaruh nyata pada nilai volatile
matter tiap briket arang. Kadar zat menguap ditentukan oleh kesempurnaan proses
karbonisasi, disamping itu kadar zat menguap juga dipengaruhi oleh suhu dan waktu
pengarangan, semakin besar suhu pada waktu pengarangan maka semakin banyak zat
menguap yang terbuang selama proses pengarangan sehingga kandungan zat menguap
akan semakin kecil (Tampubolon, 2001 dalam Bahri, 2007).
Fixed Carbon
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa tingkat perbandingan arang kulit durian dengan
arang serbuk kayu surian berbeda nyata terhadap fixed carbon briket arang yang
dihasilkan pada taraf nyata α = 5%. Rata-rata hasil analisa fixed carbon dapat dilihat
pada Gambar 4. Dari Gambar 4 fixed carbon berkisar antara 33,05 - 38,23%, kadar
fixed carbon briket arang kulit durian dengan arang serbuk kayu surian masih dibawah
SNI 016235-2000 yaitu 76% Menurut Sinurat (2011). Fixed Carbon didalam arang
dipengaruhi oleh nilai kadar abu dan zat menguap. Kadar fixed carbon akan bernilai tinggi
apabila volatile matter rendah. Hal ini dapat dilihat dari perlakuan A,B,C,D dan E yang
memiliki kadar abu : 19,41%, 18,42%, 16,65%, 14,96%, 13,12%, dan volatile matter :
39,64%, 40,98%, 41,86%, 43,34%, 44,58% yang sangat tinggi sehingga menghasilkan
kadar fixed carbon yang sangat rendah.
40 38.23
Fixwd Carbon
37.03
(%)
30
B A E C D
Perlakuan
Gambar 4. Fixed Carbon Briket
Nilai Kalor
Hasil Sidik ragam menunjukkan bahwa tingkat perbandingan arang kulit durian
dengan arang serbuk kayu surian berbeda nyata terhadap nilai kalor briket arang yang
dihasilkan pada taraf nyata α = 5%. Rata-rata hasil analisa nilai kalor dapat dilihat pada
Gambar 5.
4903.8
Nilai Kalor (kal/g)
5000 4767.97
4800 4666.03
4510.6
4600
4400 4278.63
4200
4000
3800
A B C D E
Perlakuan
Gambar 5. Nilai Kalor
266
Prosiding Seminar Nasional FKPT-TPI 2017
Kendari, Sulawesi Tenggara, 20-21 September 2017
Nilai kalor yang didapatkan pada penelitian ini tidak ada yang memenuhi SNI 01-6235-
2000 yaitu 5000 kal/g. Nilai kalor juga dipengaruhi oleh kadar air dan kadar abu yang ada
dalam briket. Nilai kalor juga dipengaruhi oleh kadar air dan kadar abu yang ada dalam
briket arang, semakin rendah nilai kadar air dan kadar abu dalam briket arang maka akan
meningkatkan nilai kalor briket arang yang dihasilkan. Sesuai dengan pernyataan
Nurhayati (1974) cit bahri (2008), bahwa nilai kalor dipengaruhi oleh kadar air dan kadar
abu yang ada pada briket arang. Apabila semakin tinggi kadar air dan kadar abu,
maka nilai kalor yang dihasilkan rendah. Dapat dilihat pada perlakuan A yang memiliki
kadar air dan kadar abu yang yang tinggi sehingga menghasilkan nilai kalor yang rendah
sedangkan perlakuan E memiliki kadar air dan kadar abu yang rendah sehingga
menghasilkan nilai kalor yang tinggi sebesar 4903,80 kal/g.
Analisa Sifat Fisik Briket Arang
Kerapatan (Density)
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa tingkat perbandingan arang kulit durian dengan
arang serbuk kayu surian tidak berbeda nyata terhadap densitas briket arang yang
dihasilkan pada taraf nyata α = 5%. Rata-rata hasil analisa densitas dapat dilihat pada
Gambar 6.
0.63
Densitas (g/cm3)
0.6198
0.62
0.61 0.6037
0.5997 0.5993
0.6 0.5946
0.59
0.58
A B C D E
Perlakuan
267
Prosiding Seminar Nasional FKPT-TPI 2017
Kendari, Sulawesi Tenggara, 20-21 September 2017
Kuat Tekan
6 4.92 5.01
4.54
(N/cm2
4 3.14 3.39
0
A B C D PerlakEuan
268
Prosiding Seminar Nasional FKPT-TPI 2017
Kendari, Sulawesi Tenggara, 20-21 September 2017
Laju Pembakaran
1 0.83
0.71 0.75
0.8 0.66
(g/detik)
0.59
0.6
0.4
0.2
0
A B C D E
Perlakuan
269
Prosiding Seminar Nasional FKPT-TPI 2017
Kendari, Sulawesi Tenggara, 20-21 September 2017
KESIMPULAN
1. Perbedaan perlakuan perbandingan pembuatan briket arang memberikan pengaruh
terhadap uji kadar air, kadar abu, kualitas nilai kalor, volatile matter, fixed carbon, dan
kekuatan tekan yang dilakukan, kecuali densitas yang tidak memberikan pengaruh
terhadap pembuatan briket arang
2. Perlakuan terbaik ditinjau dari segi nilai kalor adalah perlakuan E : 30% arang kulit
durian + 70% arang serbuk kayu sebesar 4903,803 Kal/gram. Hasil analisa sifat
kimia dan fisik briket arang dari kulit durian dan serbuk kayu surian rata-rata belum
memenuhi SNI 01-6235-2000 briket arang
3. Briket arang ini layak untuk dikembangkan dari segi analisa kelayakan usahanya
dengan keuntungan /tahun Rp 13.032.864,99, BCR = 1,29 dan mampu mencapai
titik impas (BEP) dengan penjualan 11.538,49 kg/tahun.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, R. 1991. Briket Arang Lebih Baik dari Kayu Bakar. Jurnal Neraca 10 (4) : 21-
22.
Alinaysah, 1985, Mutu dan Cara Uji Arang Briket, Departemen Perindustrian Jakarta.
Bahri, S, 2007. Pemanfaatan Limbah Industri Pengolahan Kayu Untuk Pembuatan
Briket Arang dalam Mengurangi Pencemaran Lingkungan di Nangroe Aceh
Darussalam, Tesis, USU e-Repository 2008.
Detti, Yuniata A. Kualitas Kayu Surian (Toona sureni MERR) Sebagai Kayu Unggulan
Kabupaten Tana Toraja.Universitas Hasanuddin. Makassar.
Hatta, V. 2007. Manfaat Kulit Durian Selezat Buahnya. UNILA. Lampung.
Hendra, D. 1999. Bahan Baku Pembuatan Arang dan Briket Arang, Pusat Penelitian dan
Pengembangan Hasil Hutan. Bogor.
270
Prosiding Seminar Nasional FKPT-TPI 2017
Kendari, Sulawesi Tenggara, 20-21 September 2017
Hendra, D & S, Darmawan. 2000. Pembuatan Briket Arang Serbuk Gergajian Kayu
dengan penambahan Tempurung Kelapa. Buletin Penelitian Hasil Hutan. Bogor
18(1):1-9.
Jamilatun, S. 2011. Kualitas Sifat-sifat Penyalaan dari Pembakaran Briket Tempurung
Kelapa, Briket Serbuk Gergaji Kayu Jati, Briket Sekam Padi dan Briket Batubara,
Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia “kejuangan” Pengembangan
Teknologi Kimia untuk Pengolahan Sumber Daya Alam Indonesia, Program
Studi Teknik Kimia, Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. Yogyakarta.
Jati E dan Santoso AB,2005. Penentuan Kalor Bakar Arang Dari Sejumlah Jenis Kayu dan
Lama Pirolisis. J Fisika Indonesia, F MIPA UGM Yogyakarta IX(28):11-
13.
Komarayati, Sri., 2009, Kajian Kegunaan Arang dan Produk Turunan Arang yang
dibuat dari Limbah Kayu, Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan,
Buletin Hasil Hutan 15(1):53-62
Nurhayati, T. 1974. Catatan Singkat Tentang Kualitas Arang Kayu Sehubungan dengan
Kegunaannya. Majalah Kehutanan Indonesia. Vol.1 Jakarta.
Pari G. 2002.Teknologi Alternatif Pemanfaatan Limbah Industri Pengolahan Kayu.
Makalah M.K. Falsafah Sains. Program Pascasarjana IPB, Bogor.
Saleh, M dan Rusliana Erna. 2010. Karakteristik Briket Bioarang Limbah Pisang
dengan Perekat Tepung Sagu ,Seminar Rekayasa Kimia dan Proses, Prodi
Teknologi Hasil Pertanian, Fak. Pertanian Universitas Khairun. Ternate.
Sinurat, E. 2011. Studi Pemanafaatan Briket Kulit Jambu Mete dan Tongkol Jagung
Sebagai Bahan Bakar Alternatif. Skripsi. Jurusan Mesin Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin, Makassar.
Sudradjat, R. Setiawan, D dan Roliadi, H, 2005. Teknik Pembuatan dan Sifat Briket Arang
dari Tempurung dan Kayu dari Tanaman Jarak Pagar. Pusat Penelitian Hasil
Hutan Bogor.
Syamsiro, M & Saptoadi, H. 2007. Pembakaran Briket Biomassa Cangkang Kakao :
Pengaruh Temperatur Udara Preheat, Seminar Nasional Teknologi 2007 (SNT
2007), Yogyakarta.
Tampubolon, D. 2001. Pembuatan Briket arang Kotoran Sapi Perah dengan
Penambahan Tempurung Kelapa, Skripsi. Jurusan Ilmu Produksi Ternak Fakultas
Peternakan Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Triono, A 2006. Karakteristik Briket Arang dari Campuran Serbuk Gergajian Kayu Afrika
(Maesopis eminii, Engl.) dan Sengon (Paraserianthes falcataria, L. Nielsen)
dengan Penambahan Tempurung Kelapa (Cocos nucifera, L.). Departemen Hasil
Hutan. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
271