Вы находитесь на странице: 1из 16

PENGARUH CEO DUALITY DAN INTERLOCKING DIRECTORSHIP

TERHADAP KUALITAS AKRUAL


(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia)

ARTIKEL ILMIAH

Oleh:
SITI NURLAILA
2009310107

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PERBANAS


SURABAYA
2013
ii
PENGARUH CEO DUALITY DAN INTERLOCKING DIRECTORSHIP
TERHADAP KUALITAS AKRUAL
(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia)

Siti Nurlaila
STIE Perbanas Surabaya
Email: 2009310107@students.perbanas.ac.id
Jl. Nginden Semolo 34-36 Surabaya

ABSTRACT
This research focuses on the existence of dual position found in Indonesian firms, especially
in manufacturing firms, so that Indonesia adheres to the one-tier system. While, Indonesia
adheres to a two-tier system. This is due to the Indonesian manufacturing companies is still
no official rules regarding prohibited of the dual position. Meanwhile, regulations governing
officially only in the banking sector and State-Owned Enterprises. This research also re-
confirm Gumanti (2011) research which stated in 2000-2006 found the 46 firms that happen
duality, whereas in this study in 2004-2010 only found 6 firms. The purpose of this research
was to examine the effect of CEO Duality and Interlocking Directorship to accruals quality
with company size as control variables. The sample research were 102 manufacturing
companies listed on the Indonesian Stock Exchange (IDX) were selected through porposive
sampling method. This research used multiple linear regression to test the hypotheses. The
result of this study indicate that the Interlocking Directorship and Company Size significantly
have an effect on the accruals quality. Meanwhile, CEO Duality had no effect on the accruals
quality. It can be caused by an unbalance proportion between the number of companies that
found CEO Dualiy with total sample as a whole.

Key words: CEO Duality, Interlocking Directorship, Accruals Quality

PENDAHULUAN diantaranya: (a) Peraturan Bank Indonesia


Pentingnya pelaksanaan Good Corporate Nomor 8/4/PBI/2006 tentang Pelaksanaan
Governance (GCG) diantaranya adalah Good Corporate Governance bagi Bank
untuk mendorong tercapainya Umum Pasal 22 (1) dan (b) UU No. 19
kesinambungan perusahaan melalui Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik
pengelolaan berdasarkan asas transparansi, Negara (BUMN) Pasal 25 dan pasal 33.
akuntabilitas, responsibilitas, independensi Sedangkan pada perusahaan manufaktur
serta kewajaran dan kesetaraan (KNKG, belum ada peraturan secara resmi yang
2006). Indonesia yang menganut two-tier mengatur jabatan rangkap tersebut
system, dimana antara Dewan Komisaris dan melainkan hanya himbauan secara tertulis
Dewan Direksi memiliki tugas dan pada pedoman GCG di Indonesia. Sehingga,
wewenang yang berbeda dan tidak dapat di adanya CEO Duality dimana seorang CEO
jabat oleh orang yang sama, kini terkesan menjabat sekaligus menjadi dewan komisaris
menganut one-tier system karena adanya di satu perusahaan yang sama dan
jabatan rangkap yang ditemukan pada Interlocking Directorship dimana seseorang
perusahaan-perusahaan manufaktur di menjadi dewan di dua atau lebih perusahaan
Indonesia. Hal ini disebabkan peraturan yang yang berbeda masih dapat ditemukan di
resmi mengenai tidak diperbolehkannya Indonesia, khususnya perusahaan
jabatan rangkap hanya terdapat pada sector manufaktur. Penelitian Gumanti (2011)
perbankan dan BUMN, adapun peraturan- bahkan menyatakan pada tahun 2000-2006
peraturan di Indonesia yang melarang menemukan adanya 46 perusahaan
adanya jabatan rangkap tersebut, manufaktur di Indonesia yang terjadi peran

1
dualitas berpengaruh terhadap kualitas Interlocking Directorship berpengaruh
akrual, sehingga perusahaan dengan peran terhadap kualitas akrual yang dihasilkan oleh
dualitas menyebabkan kualitas akrual yang suatu perusahaan.
rendah. Sedangkan penelitian Hashim dan Tujuan penelitian ini yaitu untuk
Rahman (2011) menyatakan bahwa adanya mengetahui secara empiris pengaruh CEO
interlocking directorate justru dapat Duality dan Interlocking Directorship
memberikan dorongan untuk memantau terhadap kualitas akrual yang dihasilkan
tindakan manajemen dan meningkatkan dengan menggunakan ukuran perusahaan
kualitas pelaporan keuangan atas sebagai variabel control. Penelitian ini juga
pengalaman mereka dari dewan direksi diharapkan dapat memberikan pengetahuan
lainnya. lebih bagi perusahaan-perusahaan
Pengaruh CEO Duality dan manufaktur di Indonesia pada khususnya dan
Interlocking Directorship terhadap kualitas mahasiswa pada umumnya mengenai
akrual, yaitu terkait dengan dewan yang pengaruh adanya CEO Duality dan
berperan penting bagi tata kelola yang baik Interlocking Directorship terhadap kualitas
pada suatu perusahaan. Rosalina (2011) akrual.
menyatakan bahwa dengan optimalnya tugas
dewan diharapkan pelaksanaan kinerja RERANGKA TEORITIS DAN
perusahaan juga dapat berjalan seoptimal HIPOTESIS
mungkin dan dapat menghasilkan kualitas Teori Keagenan
laba yang diharapkan bagi pihak yang Teori keagenan membahas mengenai
berkepentingan. Perusahaan-perusahaan hubungan antara principal dan agen yang
yang ditemukan adanya CEO Duality dan menunjukkan bahwa ada pemisahan
Interlocking Directorship menimbulkan kepemilikan dan pengendalian perusahaan,
pertanyaan mengenai independensi dewan di potensi masalah keagenan ada karena
perusahaan tersebut dan juga bagaimana konflik kepentingan antara principal dan
kualitas pelaporan keuangan yang agen (Hashim, 2008). Teori ini
dihasilkan, apakah terdapat campur tangan mengindikasikan bahwa setiap individu
manajemen atau tidak. Pada penelitian Muna bertindak atas kepentingan mereka sendiri.
Elingga dan Supatmi (2008), Berstein Menurut agency theory, yang
menyatakan bahwa semakin tinggi berbentuk perseroan biasanya telah
kandungan arus kas operasi dalam laba, dilakukan pemisahan antara pemilik
maka semakin tinggi pula kualitas laba yang (principal) perusahaan dengan manajer
dihasilkan, Ingram dan Lee mengungkapkan (agen) perusahaan, dengan harapan
bahwa informasi yang disediakan laba dan manajemen bertindak sesuai kepentingan
arus kas operasi tersebut merupakan hasil pemilik. Karena adanya pemisahan fungsi
dari proses pengukuran akuntansi akrual. tersebut, tidak bisa dihindari adanya
Pengukuran akrual sangat dipengaruhi oleh kemungkinan perbedaan kepentingan
pertimbangan dari pihak manajemen, (Sudana dkk, 2011). Pihak manajemen yang
sehingga akrual sangat mudah untuk mempunyai kepentingan tertentu akan
dimanipulasi (Werner, 2009). Jadi, adanya cenderung menyusun laporan laba yang
campur tangan dari pihak manajemen sesuai dengan tujuannya dan bukan demi
mempengaruhi pengukuran kualitas akrual untuk kepentingan principal. Sehingga saat
yang mengindikasikan adanya manipulasi. seorang manajer merasa berkepentingan
Sedangkan kualitas pelaporan keuangan untuk meningkatkan laba dan dapat
yang baik yaitu pelaporan keuangan yang memperoleh kualitas laba yang baik, maka
tidak dimanipulasi oleh pihak manapun manajer akan terus termotivasi untuk
(Rosalina, 2011). Maka, berdasarkan latar meningkatkan laba perusahaan tersebut.
belakang di atas peneliti termotovasi untuk Watts dan Zimmerman (1986) dalam Novita
mengetahui apakah CEO Duality dan Indrawati dan Yulianti (2010) menyatakan

2
bahwa laporan keuangan yang dilaporkan Laba berdasar akrual memunculkan isu
oleh agen sebagai pertanggungjawaban tentang kualitas laba, karena pos-pos akrual
kinerjanya diharapkan mampu berpotensi menjadi objek perekayasaan laba.
meminimalkan konflik diantara pihak-pihak Kualitas laba merupakan sifat inheren pada
yang berkepentingan (principal), sehingga akuntansi berdasarkan konsep akrual yang
principal dapat menilai, mengukur, dan memberikan pintu masuk bagi manajemen
mengawasi sampai sejauh mana agen dalam pemilihan atau perubahan metode
tersebut bekerja untuk meningkatkan akuntansi.
kesejahteraannya, serta sebagai Penelitian Lesia Jang dkk (2007)
pertimbangan dalam memberikan menyatakan bahwa kualitas akrual
kompensasi kepada agen. menunjukkan seberapa dekat hubungan
antara arus kas dan akrual. Adanya
CEO Duality pengakuan akrual menunjukkan laba yang
Teori agensi menyatakan bahwa peran CEO diakui tidak mencerminkan keadaan yang
(Chief Executive Officer) dan Chairman of sesungguhnya. Maka dari itu, semakin dekat
Board harus dipisahkan, jika tidak, salah hubungan antara arus kas dan akrual maka
satu dari keduanya akan mendominasi semakin tinggi pula kualitas laba yang
dewan. Akibatnya, dualitas CEO dapat dihasilkan.
meningkatkan dominasi CEO dan
mengurangi independensi direksi Rerangka Pemikiran
(Finklestein and D’Aveni, 199; Rhoades et CEO Duality merupakan adanya dominasi
al, 2001) dalam Lam, Lee (2008). kekuasaan CEO, sehingga dapat
Berkurangnya independensi ini juga yang menyebabkan kualitas pelaporan keuangan
menyebabkan pelaksanaan asas GCG tidak yang buruk (Donato, 2009). Hal ini
efisien. Hasil dari penelitian Donato (2009) dibuktikan dengan hasil penelitian Donato
mengungkapkan bahwa Dualitas CEO (2009) yang menegaskan bahwa terdapat
menunjukkan korelasi negative atau tidak korelasi negatif antara dualitas CEO dengan
signifikan terhadap kualitas laba Earning Quality.
Interlocking directorship dipandang
Interlocking Directorship dapat memberikan kontribusi positif kepada
Interlocking directorship yang terjadi di perusahaan, karena perusahaan akan
sebuah perusahaan nampak melaporkan menerima informasi lebih lanjut tentang
kualitas laba yang lebih tinggi, hal ini lingkungan eksternalnya (Nugroho & Eko,
konsisten dengan prediksi teori agensi. 2011). Sehingga perusahaan interlocking
Namun, jika interlocking directorship yang directorship dapat lebih mudah untuk
terjadi di suatu perusahaan lebih besar dari mengelola laba mereka agar terlihat lebih
75% akan menyebabkan kualitas laba stabil dibandingkan perusahaan yang tidak
menurun (Hashim & Rachman, 2011). dikelola (Yang, et al, 2012). Penelitian Chiu,
Bagaimanapun, ketika interlocking et al (2009) menyatakan peran dewan
directorate menghubungkan bersama dua interlocks harus diungkapkan, khususnya
atau lebih perusahaan yang bersaing, dalam pelaporan keuangan, untuk
mungkin timbul pertanyaan mengenai menegaskan kembali bahwa perusahaan
independensi keputusan dewan dan perilaku tersebut menyebabkan rendahnya kualitas
kompetitif perusahaan (Policy Roundtables, laba.
2008). Suatu ukuran perusahaan juga dapat
menentukan baik tidaknya kinerja
Kualitas Akrual perusahaan. Investor lebih tertarik pada
Menurut pandangan teori agensi (Jensen dan perusahaan besar, karena perusahaan besar
Meckling, 1976) dalam Triyono (2007), laba dianggap mampu untuk terus meningkatkan
sangat rentan dengan intervensi manajemen. kinerja perusahaannya dengan berupaya

3
meningkatkan kualitas labanya (Lesia Jang, pemikiran yang dapat digambarkan pada
dkk 2007). penelitian ini adalah sebagai berikut:
Berdasarkan latar belakang dan
rumusan masalah di atas, maka rerangka

Gambar 1
Rerangka Pemikiran

Dewan komisaris yang seharusnya directors dapat memberikan dorongan untuk


mengawasi kinerja dewan direksi sudah lebih rajin memonitor karena mereka
seharusnya memiliki independensi dari memiliki pengetahuan, keahlian,
dewan direksi (Gumanti, 2011). Dengan keterampilan dan dorongan yang kuat untuk
adanya pemisahan antara posisi CEO dan secara aktif memantau tindakan manajemen
ketua diharapkan dapat memberikan dan meningkatkan kualitas pelaporan
pengawasan dan keseimbangan kekuasaan keuangan atas pengalaman mereka dari
yang berperan penting dalam kinerja dewan direksi lainnya.
manajemen (Hashim, 2008). Hasil dari H2 : Ada pengaruh Interlocking
penelitian Donato (2009) mengungkapkan Directorship terhadap kualitas akrual.
bahwa Dualitas CEO menunjukkan korelasi
negative atau tidak signifikan terhadap METODE PENELITIAN
kualitas laba. Namun, hasil penelitian Rancangan Penelitian
Gumanti (2011) menemukan bahwa Penelitian ini menggunakan paradigma
perusahaan dengan dualitas peran dewan kuantitatif yang menekankan pada pengujian
komisaris memiliki kualitas akrual lebih teori-teori melalui pengukuran variable-
rendah dibandingkan dengan perusahaan variabel penelitian dengan angka dan
tanpa dualitas peran dewan komisaris saat melakukan analisis data dengan prosedur
IPO. statistic. (Nur dan Bambang, 1999:12).
H1 : Ada pengaruh CEO Duality terhadap Berdasarkan karakteristik masalah,
kualitas akrual. penelitian ini termasuk penelitian kausal
Interlocking directorship dipandang dapat komparatif yang merupakan penelitian
membantu direksi menjadi lebih transparan dengan karakteristik masalah berupa
dalam membuat keputusan karena mereka hubungan sebab-akibat antara dua variable
dapat membandingkan kinerja dewan atau lebih (Nur dan Bambang, 1999 : 12).
terbaik di perusahaan-perusahaan yang Data yang digunakan dalam penelitian
dikelolanya (Hashim dan Rahman, 2011). ini adalah data kuantitatif yang bersumber
Hasil penelitian Hashim dan Rahman (2011) dari data sekunder dengan mengambil data
menyatakan adanya peningkatan interlocked di perusahaan manufaktur yang go public di
directors memiliki peran positif dalam BEI. Pengumpulan data sekunder ini berupa
menentukan kualitas laba di Malaysia. Hal data keuangan perusahaan pada tahun 1999-
ini menunjukkan bahwa adanya interlocked 2011. Data laporan keuangan yang
4
digunakan berasal dari IDX, sedangkan data dan Cooke (2005) dan Freedman dan Jaggi
nama dewan komisaris dan dewan direksi (2005) dalam Djoko dan Mari (2010) yang
berasal dari ICMD. Teknik pengumpulan menggunakan logaritma total asset sebagai
data adalah secara dokumentasi yaitu teknik proksi ukuran perusahaan (company size).
pengumpulan data yang diambil dari
ringkasan laporan keuangan yang dianalisis Kualitas Akrual
untuk tujuan penelitian dan sebagai alat Kualitas akrual merupakan salah satu ukuran
penunjang adalah ICMD (Indonesia Capital kualitas laba yang dikembangkan oleh
Market Directory). Dechow & Dichev (2002). Ukuran kualitas
akrual didasari pandangan bahwa laba yang
Identifikasi Variabel lebih mendekati arus kas merupakan laba
Berdasarkan rerangka pikir yang telah yang lebih baik kualitasnya (Margani Pinasti
disusun, terdapat 3 (tiga) variabel pada & Asnawi, 2009). Sehingga kualitas akrual
penelitian ini yang terdiri dari: diukur dengan nilai standar deviasi residual
Variabel Dependen, yaitu Kualitas Akrual; dari regresi jumlah akrual realisasi arus kas
Variabel Independen, yaitu CEO Duality dan satu tahun sebelumnya, arus kas tahun ini,
Interlocking Directorship; serta dan arus kas satu tahun berikutnya (Lesia
Variabel Kontrol, yaitu Ukuran Perusahaan. Jang, dkk 2007). Ukuran kualitas akrual
diestimasi dari model Dechow & Dichev
Definisi Operasional dan Pengukuran (2002) sebagai berikut:
Variabel
CEO Duality 𝑇𝐶𝐴 𝑗 ,𝑡 𝐶𝐹𝑂 𝑗 ,𝑡−1 𝐶𝐹𝑂 𝑗 ,𝑡
= 𝜑0𝑗 + 𝜑1𝑗 + 𝜑2𝑗 +
CEO Duality yaitu adanya seseorang yang 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠 𝑗 ,𝑡 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠 𝑗 ,𝑡 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠 𝑗 ,𝑡
𝐶𝐹𝑂 𝑗 ,𝑡+1
menduduki jabatan sebagai CEO (Chief 𝜑3𝑗 + 𝑉𝑗 ,𝑡
𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠 𝑗 ,𝑡
Executive Officer) yang sekaligus menjabat
sebagai Chairman of Board di satu
Keterangan:
perusahaan (Werner, 2009). CEO Duality
dinyatakan dengan variabel dummy, yaitu 𝑇𝐶𝐴𝑗 ,𝑡 = Total Current Accrual
apabila di suatu perusahaan terdapat CEO perusahaan j pada tahun t;
duality sama dengan 1 dan 0 jika tidak. 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠𝑗 ,𝑡 = Total aktiva rata-rata perusahaan
j untuk periode tahun t dan t-1;
Interlocking Directorship 𝐶𝐹𝑂𝑗 ,𝑡−1 = Arus kas dari aktivitas
Perusahaan Interlocking Directorate terjadi operasional perusahaan j pada
ketika satu orang terkait dengan suatu tahun t-1;
organisasi dan menjadi dewan direksi di 𝐶𝐹𝑂𝑗 ,𝑡 = Arus kas dari aktivitas
organisasi yang lain pula. Konsep operasional perusahaan j pada
Interlocking Directorship ini tahun t;
menggambarkan situasi di mana satu orang 𝐶𝐹𝑂𝑗 ,𝑡+1 = Arus kas dari aktivitas
atau lebih memiliki tanggung jawab operasional perusahaan j pada
eksekutif dalam dua atau lebih perusahaan tahun t+1
yang bersaing satu sama lain (Mizruchi, Untuk memperoleh ukuran kualitas akrual
1996). Interlocking Directorship dinyatakan cross-sectional, per perusahaan, persamaan
dengan variabel dummy, yaitu apabila diatas diestimasi setiap tahunnya pada setiap
terdapat Interlocking Directorship sama level industri, dan nilai residual 𝑉𝑗 ,𝑡 spesifik
dengan 1 dan 0 jika tidak. perusahaan-tahun yang dihasilkan
merupakan ukuran kualitas akrual spesifik
Ukuran Perusahaan perusahaan-tahun. Ukuran kualitas akrual
Company Size adalah ukuran besar kecilnya spesifik perusahaan diperoleh dari standar
suatu perusahaan. Pengukuran Size pada deviasi nilai residual estimasian untuk
penelitian ini akan mengacu pada Haniffa perusahaan j=𝜎(𝑉𝑗 ,𝑡 ). Semakin kecil standar
5
deviasi nilai residual estimasian untuk CFO t−1 CFO t CFO t+1
terdiri dari , , dan sehingga
𝑇𝐴𝑡 𝑇𝐴𝑡 𝑇𝐴𝑡
perusahaan j, 𝜎(𝑉𝑗 ,𝑡 ) sebagai ukuran kualitas berdasarkan syarat uji regresi yang harus
akrual, maka semakin baik kualitas laba dipenuhi yaitu minimal jumlah sampel k+2,
yang dihasilkan dari pengukuran kualitas maka jumlah sampel yang digunakan
akrual tersebut, karena semakin besar presisi minimal 5 tahun. Untuk itu, sampel yang
pemetaan akrual saat ini terhadap arus kas akan digunakan untuk perhitungan kualitas
saat ini, arus kas periode sebelumnya, dan akrual selama tahun 2004-2010 yaitu nilai
arus kas periode setelahnya (Margani Pinasti Cash Flow Operation satu tahun
& Asnawi, 2009). sebelumnya, tahun ini, dan satu tahun
setelahnya mulai tahun 2000 sampai dengan
Populasi, Sampel, dan Teknik tahun 2011.
Pengambilan Sampel
Populasi penelitian ini adalah semua ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Analisis Deskriptif
Indonesia. Sampel perusahaan dipilih dari Analisis statistik deskriptif dalam penelitian
perusahaan manufaktur di Bursa Efek pada dasarnya merupakan proses
Indonesia untuk periode tujuh tahun, yaitu transformasi data penelitian dalam bentuk
tahun 2004–2010 dengan metode purposive tabulasi sehingga mudah dipahami dan
sampling, dengan kriteria dapat memenuhi diinterpretasikan (Nur dan Bambang, 1999 :
kelengkapan data dalam perhitungan kualitas 170). Statistik deskriptif memberikan
akrual, yang terdiri dari Cash Flow gambaran atau deskripsi suatu data yang
Operation satu tahun sebelumnya, tahun ini, dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar
dan satu tahun setelahnya. deviasi, varian, maksimum, minimum, sum,
Perhitungan kualitas akrual dalam range, kurtosis dan skewness (Imam
penelitian ini membutuhkan data minimal 5 Ghozali, 2011 ; 19).
tahun, karena dalam perhitungan kualitas
akrual terdapat 3 (tiga) komponen yang

Tabel 1
Ringkasan Hasil Analisis Deskriptif CEO Duality dan Interlocking Directorship
Tahun 2004-2010

Terjadi Tidak Terjadi


Variabel Dummy Total Data
Jumlah Persentase Jumlah Persentase
CEO Duality 714 6 0.80% 708 99.20%
Interlocking
714 320 44.80% 394 55.20%
Directorship

CEO Duality Apparel and Other Textille dan sector


Hasil analisis deskriptif CEO Duality secara industri Metal and Allied Products. Tahun
keseluruhan menunjukkan bahwa hanya 2010 ditemukan terdapat 3 sektor industri
terdapat 6 CEO Duality yang terjadi. Selama yang terjadi CEO Duality, yaitu pada sector
tahun 2004-2010 yang dapat ditemukan industri Metal and Allied Products, Food
adanya CEO Duality yaitu hanya pada tahun and Beverage, dan Paper and Allied
2004, 2009, dan 2010. Pada tahun 2004, Products.
CEO Duality ditemukan pada sector industri
Apparel and Other Textille. Tahun 2009
terjadi pada 2 sektor industri, yaitu CEO
Duality ditemukan lagi pada sector industri

6
Interlocking Directorship Interlocking Directorship, yaitu sector
Hasil analisis deskriptif Interlocking industri Stone, Clay, Glass and Concrete
Directorship secara keseluruhan menyatakan Products dan sector industri Fabricated
bahwa terdapat 320 Interlocking Metal Products. Sehingga, kesimpulannya
Directorship yang dapat ditemukan selama bahwa persentase jumlah Interlocking
tahun 2004-2010. Interlocking Directorship Directorship yang terjadi pada tahun 2004-
yang paling banyak ditemukan yaitu pada 2010 terhadap total adanya Interlocking
sector industri Metal and Allied Products. Directorship maupun tidak secara
Meskipun hasil yang ditemukan Interlocking keseluruhan yaitu sebesar 44.8% (320/714).
Directorship cukup banyak, namun tidak Hal ini berbeda jauh, dengan sedikitnya
semua sector industri terdapat Interlocking jumlah CEO Duality yang dapat ditemukan
Directorship, karena ditemukan adanya 2 yaitu hanya sebesar 0.80% (6/714).
sektor industri yang tidak terdapat

Tabel 2
Ringkasan Hasil Analisis Deskriptif Ukuran Perusahaan dan Kualitas Akrual
Tahun 2004-2010

Variabel 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010


Company Size
(dalam jutaan 1927302 2346998 2394765 3007817 3637866 3804457 4501496
rupiah)
Kualitas
0.10552 0.3141 0.35245 0.34917 0.34153 0.34809 0.43165
Akrual

Ukuran Perusahaan yakni senilai 1.627.530 juta rupiah. Hal ini


Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa rata- menunjukkan bahwa perusahaan yang terjadi
rata ukuran perusahaan pada seluruh sektor interlocking directorship memiliki rata-rata
industri yang diteliti pada tahun 2004-2010 ukuran perusahaan yang lebih besar daripada
selalu mengalami peningkatan yang cukup perusahaan yang tidak terjadi interlocking
stabil di setiap tahunnya. directorship.
Tabel 3 yang menunjukkan rata-rata
ukuran perusahaan yang terjadi CEO Duality Kualitas Akrual
selama tujuh tahun yakni senilai 8.594.698 Kualitas akrual model Dechow & Dichev
juta rupiah terlihat jauh lebih besar dari rata- merupakan salah satu pengukuran kualitas
rata ukuran perusahaan yang tidak terjadi laba yang menyatakan bahwa kualitas laba
CEO Duality yakni senilai 3.042.010 juta yang baik adalah laba yang mendekati arus
rupiah. Hal ini menunjukkan bahwa kas operasi. Kualitas akrual dikatakan
perusahaan yang terjadi dualitas memiliki rendah apabila error (tingkat kesalahan) juga
rata-rata ukuran perusahaan yang lebih besar rendah, dan apabila kualitas akrual rendah
daripada perusahaan yang tidak terjadi maka kualitas laba dapat dinyatakan tinggi.
dualitas. Begitu juga hasil analisis deskriptif Sehingga kualitas akrual diukur dengan
ukuran perusahaan berdasarkan status mencari standar deviasi dari nilai residual
Interlocking Directorship, rata-rata ukuran regresi (Total Current Accrual (TCA) tahun
perusahaan yang terjadi Interlocking ini dan Cash Flow Operation (CFO) satu
Directorship selama tujuh tahun yakni tahun sebelumnya, tahun ini, dan satu tahun
senilai 4.887.702 juta rupiah terlihat jauh setelahnya) yang dilakukan per perusahaan
lebih besar dari rata-rata ukuran perusahaan dan per tahun melalui SPSS. Berdasarkan
yang tidak terjadi Interlocking Directorship pengukuran tersebut, karena tahun observasi

7
yang digunakan selama tujuh tahun dan penelitian Gumanti (2011) yang menyatakan
sampel terdiri dari 102 perusahaan, maka bahwa perusahaan dengan peran dualitas
ada 714 kali regresi untuk mencari standar dapat menyebabkan kualitas akrual yang
deviasi dari nilai residual per tahun per rendah.
perusahaan. Sedangkan berdasarkan status
Hasil analisis descriptive kualitas Interlocking Directorship, rata-rata kualitas
akrual selama tahun 2004-2010 yang terlihat akrual yang terjadi Interlocking Directorship
pada Tabel 2 menunjukkan bahwa kualitas selama tujuh tahun yakni senilai 0,45854,
akrual terendah terdapat pada tahun 2004. jauh lebih besar dari rata-rata kualitas akrual
Meskipun setiap tahunnya tidak selalu yang tidak terjadi Interlocking Directorship
mengalami peningkatan namun kualitas yakni senilai 0,20813. Hal ini menunjukkan
akrual pada tahun 2010 merupakan nilai bahwa perusahaan yang terjadi interlocking
yang tertinggi dibandingkan dengan tahun- directorship justru memiliki rata-rata nilai
tahun sebelumnya. kualitas akrual yang lebih tinggi daripada
Tabel 3 di bawah ini menunjukkan perusahaan yang tidak terjadi interlocking
hasil analisis deskriptif berdasarkan status directorship. Sehingga, dapat dinyatakan
CEO Duality yang menunjukkan bahwa rata- bahwa terdapat perbedaan antara hasil
rata kualitas akrual yang terjadi CEO Duality analisis kualitas akrual berdasarkan status
selama tujuh tahun senilai 0, 13465 terlihat CEO Duality dan berdasarkan status
lebih rendah dari rata-rata kualitas akrual Interlocking Directorship, dimana rata-rata
yang tidak terjadi CEO Duality yakni senilai kualitas akrual yang tertinggi berdasarkan
0,32193. Hal ini menunjukkan bahwa status CEO Duality terdapat pada
perusahaan yang terjadi dualitas justru perusahaan yang tidak terjadi dualitas,
memiliki rata-rata nilai kualitas akrual yang sedangkan rata-rata kualitas akrual tertinggi
lebih rendah daripada perusahaan yang tidak berdasarkan status interlocking directorship
terjadi dualitas. Sehingga, dapat dikatakan terdapat pada perusahaan yang terjadi
bahwa hasil analisis berdasarkan CEO interlocking directorship.
Duality tersebut sependapat dengan hasil

Tabel 3
Ringkasan Hasil Analisis Deskriptif Ukuran Perusahaan dan Kualitas Akrual
berdasarkan Status CEO Duality dan Interlocking Directorship

CEO Duality Interlocking Directorship


Variabel
Terjadi Tidak Terjadi Terjadi Tidak Terjadi
Company Size
8594698 3042010 4887702 1627530
(dalam jutaan rupiah)
Kualitas Akrual 0.13465 0.32193 0.45854 0.20813

Pengujian Hipotesis kedalam skor standardized atau z-score,


Uji Normalitas yakni data LogTA dengan standar score
Hasil Uji normalitas menunjukkan bahwa lebih besar dari 2.5 maka data tersebut
besarnya nilai Kolmogorov-Smirnov sebesar dinyatakan outlier.
11.468 dan signifikan pada 0.000 dengan Setelah mengeliminasi 10 data outlier
jumlah data sebanyak 714. Hal ini berarti pada nilai z-score dari LogTA diharapkan
data residual tidak terdistribusi secara dapat memperbaiki data yang tidak
normal. Sehingga perlu dilakukan penentuan terdistribusi secara normal menjadi
nilai batas yang dikategorikan sebagai data terdistribusi secara normal. Dengan jumlah
outlier dengan mengkonversi nilai data data sebanyak 704 didapatkan nilai

8
Kolmogorov-Smirnov sebesar 8.654 dan CEO Duality meskipun hanya 6 dari 102
signifikan pada 0.000, hal ini menunjukkan perusahaan yang diteliti selama tahun 2004-
bahwa data tetap tidak terdistribusi secara 2010. Perusahaan-perusahaan yang
normal. ditemukan adanya CEO Duality yaitu
Oleh karena itu, data yang akan terletak pada sector industri Apparel and
digunakan untuk menguji model regresi Other Textille untuk tahun 2004, sector
selanjutnya adalah data yang telah industri Apparel and Other Textille dan
mengeliminasi data outlier, yakni sebanyak sector industri Metal and Allied Products
704 data. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk tahun 2009, serta sector industri Metal
untuk bisa mendapatkan hasil yang terbaik, and Allied Products, Food and Beverage,
jika dibandingkan model dengan data outlier. dan Paper and Allied Products di tahun
2010.
Uji Hipotesis Berbeda halnya dengan CEO Duality,
Pengujian hipotesis ini dilakukan dengan uji Interlocking Directorship ditemukan jauh
regresi linear berganda. Tujuan dari lebih banyak terjadi di perusahaan
pengujian ini adalah mengetahui pengaruh manufaktur di Indonesia selama tahun 2004-
CEO Duality dan Interlocking Directorship 2010. Hasil analisis deskriptif Interlocking
terhadap kualitas akrual, serta menambahkan Directorship di atas menunjukkan dari 102
ukuran perusahaan sebagai variabel control. perusahaan yang diteliti rata-rata kurang
Sehingga model regresi dari penelitian ini lebih 30-50 perusahaan yang ditemukan
adalah: adanya Interlocking Directorship di setiap
tahunnya. Sehingga dari 102 perusahaan
KAt = c + b1CEOt + b2IDt + b3SIZEt + et… yang diteliti selama tujuh tahun tersebut,
terdapat 320 interlocking directorship yang
di mana: dapat ditemukan. Banyaknya Interlocking
KAt = Kualitas Akrual Directorship yang dapat ditemukan ini
CEOt = CEO Duality menunjukkan lemahnya regulasi di
IDt = Interlocking Directorship Indonesia, sehingga mengindikasikan Good
SIZEt = Size Corporate Governance di Indonesia belum
c = constanta bisa berjalan secara efektif.
b1,b2,b3 = Koefisien regresi Analisis deskriptif dari ukuran
et = error (residual) perusahaan sebagai variabel control
digambarkan berdasarkan nilai total asset
Pembahasan yang sesungguhnya, karena dengan nilai
Berdasarkan hasil analisis deskriptif di atas, total asset yang sesungguhnya dapat
terlihat bahwa pada penelitian ini CEO diketahui seberapa besar ukuran perusahaan
Duality yang dapat ditemukan di tersebut. Semakin besar total asset yang
perusahaan-perusahaan manufaktur dimiliki suatu perusahaan menunjukkan
Indonesia tidak sebanyak temuan dari hasil semakin besar pula ukuran perusahaannya.
penelitian Gumanti. Pada penelitian ini, Berdasarkan hasil analisis ukuran
CEO Duality yang dapat ditemukan di perusahaan yang telah dijelaskan
perusahaan manufaktur Indonesia hanya 6 sebelumnya, berdasarkan status CEO
perusahaan, sedangkan pada penelitian Duality, rata-rata ukuran perusahaan yang
Gumanti terdapat 46 perusahaan. Hal ini terjadi dualitas memiliki rata-rata ukuran
juga membuktikan bahwa CEO Duality tidak perusahaan yang lebih besar daripada
banyak dilakukan di Indonesia, karena perusahaan yang tidak terjadi dualitas.
Indonesia menganut two-tier system dan Begitu juga dengan hasil analisis deskriptif
sudah ada beberapa peraturan yang melarang ukuran perusahaan berdasarkan status
adanya rangkap jabatan atau duality. Namun, interlocking directorship, rata-rata ukuran
pada kenyataannya masih ditemukan adanya perusahaan yang terjadi Interlocking

9
Directorship memiliki rata-rata ukuran menyebabkan kualitas akrual yang rendah.
perusahaan yang lebih besar daripada Sedangkan berdasarkan status interlocking
perusahaan yang tidak terjadi interlocking directorship, rata-rata kualitas akrual yang
directorship. terjadi Interlocking Directorship justru
Hasil analisis deskriptif kualitas memiliki rata-rata nilai kualitas akrual yang
akrual berdasarkan status CEO Duality lebih tinggi daripada perusahaan yang tidak
menujukkan bahwa rata-rata kualitas akrual terjadi interlocking directorship. Berbeda
yang terjadi dualitas memiliki nilai yang dengan status CEO Duality, bahwa
lebih rendah daripada perusahaan yang tidak perusahaan yang terjadi dualitas justru
terjadi dualitas. Sehingga, hal ini memiliki rata-rata nilai kualitas akrual yang
menunjukkan hasil yang sependapat dengan lebih rendah dibandingkan dengan
penelitian Gumanti (2011) yang menyatakan perusahaan yang tidak terjadi dualitas.
bahwa perusahaan dengan peran dualitas

Tabel 4
Ringkasan Hasil Uji Regresi

Uji F
Model F Sig Keterangan
Regression 14.331 0.000 Model Fit
Uji t
Model t Sig. Keterangan
(Constant) 6.522 0.000
Tidak
CEO Duality -0.41 0.682
Signifikan
Kualitas Akrual Interlocking
3.215 0.001 Signifikan
Directorship
Ukuran Perusahaan -6.25 0.000 Signifikan

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa kualitas akrual, hal ini dapat dilihat dari nilai
nilai F-test sebesar 14.331 dan signifikan t-hitung sebesar -0.41 dengan tingkat
pada 0.000, karena probabilitas jauh lebih signifikan 0.682 yang jauh lebih besar dari
kecil dari 0.05, maka dalam hal ini berarti 0.05.
model dapat dikatakan fit dan model regresi Penelitian ini hanya dapat
ini dapat digunakan untuk memprediksi menemukan 6 perusahaan yang terjadi CEO
kualitas akrual, atau dengan kata lain Duality pada tahun 2004-2010, sedangkan
variabel independen CEO Duality, Gumanti (2011) dapat menemukan 46
Interlocking Directorship, dan Log Total perusahaan yang terjadi CEO Duality pada
Assets yang digunakan sebagai variabel tahun 2000-2006. Sehingga, hasil temuan
kontrol secara bersama-sama berpengaruh penelitian ini berbeda dengan hasil
terhadap variabel kualitas akrual. penelitian Gumanti (2011) dan Nugroho dan
Eko (2011) yang menyatakan bahwa peran
Pengaruh CEO Duality terhadap Kualitas dualitas mampu mempengaruhi manajemen
Akrual laba, di mana manajemen laba dapat terjadi
Berdasarkan hasil uji regresi dapat karena adanya manipulasi terhadap pos-pos
disimpulkan bahwa CEO Duality tidak akrual untuk membuat laba terlihat baik dan
berpengaruh secara signifikan terhadap menyebabkan kualitas akrual terlihat tinggi.

10
Sedangkan pada penelitian ini peran dualitas akrual juga berpengaruh terhadap kualitas
justru tidak berpengaruh terhadap kualitas laba. Sehingga dapat dikatakan bahwa
akrual company size berpengaruh terhadap kualitas
akrual.
Pengaruh Interlocking Directorship
terhadap Kualitas Akrual KESIMPULAN, SARAN, DAN
Pembahasan mengenai pengaruh KETERBATASAN
Interlocking Directorship terhadap Kualitas Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
Akrual berdasarkan analisis regresi yang pengaruh CEO Duality dan Interlocking
telah dilakukan menyimpulkan bahwa Directorship terhadap Kualitas akrual.
Interlocking Directorship berpengaruh Secara teori, kualitas akrual yang baik yaitu
secara signifikan terhadap kualitas akrual, kualitas akrual yang mendekati arus kas
hal ini dapat dilihat dari nilai t-hitung operasi, sehingga kualitas akrual yang baik
sebesar 3.215 dengan tingkat signifikan yaitu kualitas akrual yang tidak dipengaruhi
0.001 yang lebih kecil dari 0.05. oleh faktor apapun. Adanya CEO Duality
Berdasarkan uraian diatas dapat dan Interlocking directorship di suatu
disimpulkan bahwa Interlocking perusahaan ditengarai dapat menimbulkan
Directorship berpengaruh secara signifikan pertanyaan mengenai independensi peran
terhadap kualitas akrual. Meskipun hasil dewan di perusahaan tersebut dan dapat
penelitian ini tidak sependapat dengan mengindikasikan tingginya kualitas akrual
penelitian Nugroho dan Eko (2011) yang yang berdampak pula pada rendahnya
menyatakan bahwa board interlock tidak kualitas pelaporan keuangan karena adanya
mempengaruhi manajemen laba, namun manipulasi yang mungkin terjadi. Menurut
hasil penelitian ini sependapat dengan agency theory, dengan adanya pemisahan
penelitian Hashim dan Rahman (2011) yang antara pemilik (principal) perusahaan dan
menyatakan adanya peningkatan interlocked manajer (agen) perusahaan diharapkan
directors memiliki peran positif dalam manajemen bertindak sesuai kepentingan
menentukan kualitas laba di Malaysia. pemilik. Namun, pihak manajemen yang
Namun, hal ini berbeda dengan hasil mempunyai kepentingan tertentu akan
analisis deskriptif di atas yang menyatakan cenderung menyusun laporan laba yang
rata-rata kualitas akrual perusahaan dengan sesuai dengan tujuannya dan bukan untuk
interlocking directorship justru lebih tinggi kepentingan principal.
yang menyebabkan kualitas laba perusahaan Penelitian ini menggunakan CEO
tersebut rendah. Duality dan Interlocking Directorship
sebagai variabel independen yang dalam
Pengaruh Ukuran Perusahaan sebagai pengukurannya dinyatakan dengan variabel
variabel control terhadap Kualitas Akrual dummy dan kualitas akrual sebagai variabel
Berdasarkan hasil uji regresi, dapat dependen dengan ukuran perusahaan
disimpulkan bahwa ukuran perusahaan (company size) sebagai variabel control.
sebagai variabel kontrol dari CEO Duality Sampel pada penelitian ini terdiri dari
dan Interlocking Directorship berpengaruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di
secara signifikan terhadap kualitas akrual, Bursa Efek Indonesia (BEI) dan pemilihan
hal ini dapat dilihat dari probabilitas sampel menggunakan metode purposive
signifikansi Ukuran Perusahaan sebesar sampling dengan kriteria dapat memenuhi
0.000 yang jauh di bawah 0.05. Sehingga, kelengkapan data dalam perhitungan kualitas
hasil penelitian ini sependapat dengan hasil akrual selama tahun 2004-2010. Sehingga,
penelitian Lesia Jang, dkk (2007) yang sampel awal sebanyak 166 perusahaan
menyatakan bahwa company size (ukuran menjadi 102 perusahaan dikarenakan
perusahaan) berpengaruh secara signifikan terdapat 64 perusahaan yang tidak
terhadap kualitas laba, di mana kualitas

11
memenuhi kelengkapan data dalam Keterbatasan dan Saran
perhitungan kualitas akrual. Penelitian ini hanya dapat digeneralisasi
Berdasarkan tujuan penelitian, hasil untuk sector industri manufaktur dan tidak
dari pengujian hipotesis penelitian ini, yaitu dapat digeneralisasi untuk sector industri
CEO Duality tidak berpengaruh terhadap yang lain. Maka, untuk peneliti selanjutnya
kualitas akrual. Hal ini dapat terlihat dari diupayakan dapat mendeteksi sector industri
nilai t-hitung sebesar -0.41 dengan tingkat lain yang mungkin masih dapat ditemukan
signifikan 0.682 yang jauh lebih besar dari adanya CEO Duality ataupun interlocking
0.05. Hasil temuan penelitian ini berbeda directorship
dengan hasil penelitian Gumanti (2011) dan Terdapat ketidaknormalan pada
hasil penelitian Nugroho dan Eko (2011) distribusi residual model yang diuji. Tindak
yang menyatakan bahwa peran dualitas lanjut dari hal ini yaitu dikeluarkannya data-
mampu mempengaruhi manajemen laba, di data outlier, namun hasil tetap menunjukkan
mana manajemen laba dapat terjadi karena bahwa distribusi residual model tidak
adanya manipulasi terhadap pos-pos akrual normal. Maka, diupayakan pada penelitian
untuk membuat laba terlihat baik dan selanjutnya sebaiknya deteksi normalitas
menyebabkan kualitas akrual terlihat tinggi. dilakukan sampai dengan residual model
Sedangkan pada penelitian ini peran dualitas yang diuji menghasilkan angka normal.
justru tidak berpengaruh terhadap kualitas
akrual. Namun, hal ini juga dikarenakan DAFTAR RUJUKAN
perbedaan dari jumlah perusahaan yang Chiu, Peng-Chia, et al. 2009. “Board
dapat ditemukan terjadi duality, pada Interlocks and Earnings Management
penelitian Gumanti (2011) ditemukan 46 Contagion”. November 2009
perusahaan yang terjadi duality, sedangkan Djoko Suhardjana dan Mari Wardhani. 2010.
penelitian ini hanya menemukan 6 “Praktik Intellectual Capital
perusahaan yang terjadi duality. Disclosure Perusahaan yang
Interlocking Directorship Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.
berpengaruh terhadap kualitas akrual. Hal JAAI Volume 14. No. 1. Juni 2010:
ini dapat dilihat dari nilai t-hitung sebesar 71-85
3.215 dengan tingkat signifikan 0.001 yang Donato, Francesca Di & Riccardo Tiscini.
lebih kecil dari 0.05. Sehingga, hasil 2009. “The Impact Of Family
penelitian ini tidak sependapat dengan Control And Corporate Governance
penelitian Nugroho dan Eko (2011) yang Practices On Earnings Quality Of
menyatakan bahwa board interlock tidak Listed Companies: A Study Of The
berpengaruh terhadap manajemen laba, Italian Case”. Social Science
namun sependapat dengan penelitian Hashim Research Network
dan Rahman (2011) yang menyatakan Gubernur Bank Indonesia. 2006. Peraturan
adanya peningkatan interlocked directors Bank Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006
memiliki peran positif dalam menentukan tentang Pelaksanaan Good
kualitas laba di Malaysia. Corporate Governance bagi Bank
Ukuran perusahaan (company size) Umum
berpengaruh terhadap kualitas akrual. Hal Hashim, Hafiza Aishah & Mohd Shaari
ini dapat dilihat dari probabilitas signifikansi Abdul Rahman. 2011. “Multiple
LogTA sebesar 0.000 yang jauh di bawah Board Appointments: Are Directors
0.05. Sehingga, hasil penelitian ini Effective?”. International Journal of
sependapat dengan hasil penelitian Lesia Business and Social Science. Vol. 2
Jang, dkk (2007) yang menyatakan bahwa No. 17
company size (ukuran perusahaan)
berpengaruh secara signifikan terhadap
kualitas laba.

12
Hashim, Hafiza Aishah dan S. Susela Devi. Novita Indrawati dan Lilla Yulianti. 2010.
2008. “Board Independence, CEO “Mekanisme Corporate Governance
Duality and Accrual Management: dan Kualitas Laba”. Pekbis Jurnal.
Malaysian Evidence”. Asian Journal Vol.2, No.2, Juli 2010. 283-291
of Business and Accounting, 1(1), Nugroho, Bernardus Y dan Umanto Eko.
2008. pg. 27-46 2011. “Board Characteristics and
I Made Sudana dan Putu Ayu Arlindania W. Earning Management”. Journal of
2011. “Corporate Governance dan Administrative Science &
Pengungkapan Corporate Social Organization. Volume 18. Number 1.
Responsibility pada Perusahaan Go- January 2011. Page 1-10
Public di Bursa Efek Indonesia”. Nur Indriantoro dan Bambang Supomo.
Jurnal Manajemen Teori dan 1999. Metodologi Penelitian Bisnis
Terapan. Tahun 4, No.1, April 2011 untuk Akuntansi dan Manajemen.
Imam Ghozali. 2011. Aplikasi Analisis Edisi Pertama. BPFE. Yogyakarta
Multivariate dengan Program IBM OECD. 2008. “Policy Roundtables Minority
SPSS 19. Edisi 5. Badan Penerbit Shareholdings”. 2008. Competition
Universitas Diponegoro. Semarang Law & Policy OECD
Komite Nasional Kebijakan Governance. Presiden Republik Indonesia. 2003. Undang-
2006. Pedoman Umum Good Undang Republik Indonesia Nomor
Corporate Governance Indonesia. 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha
Jakarta Milik Negara
Lam, Tin Yan dan Shu Kam Lee. 2008, Rosalina Resti Mandasari. 2011. “Pengaruh
“CEO Duality And Firm Corporate Governance terhadap
Performance: Evidence From Hong Earning Quality Perusahaan
Kong”. Emerald Group Publishing Manufaktur di Indonesia Tahun
Limited. Vol. 8 No. 3 2008, pp. 299- 2005-2006”. Skripsi. STIE
316 PERBANAS Surabaya
Lesia Jang dkk. 2007. “Faktor – Faktor yang Tatang Ary Gumanti dan Widi Prasetiawati.
Memengaruhi Kualitas Laba Pada 2011. “Dualitas Peran, Komisaris
Perusahaan Manufaktur Di BEJ”. Independen dan Manajemen Laba
Akuntabilitas, Vol. 6, No. 2, Maret pada Penawaran Saham Perdana”.
2007. Hal. 142-149 JAKI. Vol. 1 No. 1. Hal. 31-42
Margani Pinasti dan Meinarni Asnawi. 2009. Triyono. 2007. “Analisis Karakteristik
“Pengukuran Konstruk Kualitas Laba Fundamental Perusahaan Sebagai
Dan Isu Pengukuran Fair Value Penentu Kualitas Laba”. Jurnal
Dalam Akuntansi”. Yogyakarta Manajemen dan Bisnis. Vol. 11 No.
Mizruchi, Mark S. 1996. “What Do 1. Hal. 1-107. Surakarta
Interlocks Do? An Analysis, Werner R. Murhadi. 2009. “Studi Pengaruh
Critique, and Assessment of Good Corporate Governance
Research on Interlocking Terhadap Praktik Earning
Directorates”. Annual Review of Management pada Perusahaan
Sociology. Vol. 22. (1996). Pp. 271- Terdaftar di PT Bursa Efek
298 Indonesia”. Jurnal Manajemen dan
Muna Elingga dan Supatmi. 2008. Kewirausahaan. Vol. 11. No. 1,
“Pengaruh Komponen Akuntansi Maret 2009; 1-10
Akrual sebagai Prediktor Arus Kas Yang, Bei, et al. 2012. “Does Interlocking
Operasi pada Saat Krisis dan Setelah Directorship Hamper Earnings
Krisis”. Jurnal Akuntansi. Tahun Quality?”. American Accounting
XII. No. 02. Mei 2009; 132-141 Association. Washington, DC

13

Вам также может понравиться