Вы находитесь на странице: 1из 8

Kebablasan

Monyet lucu berekor panjang


Berteriak nyaring meminta makan
Si Tamak lucu berjubah panjang
Berteriak nyaring di pinggir jalan
Kabarnya si Tamak ini keturunan singa
Yang mengaum ganas di bawah monas
Apalah artinya hidup tanpa bela agama
Meski bodo amat bikin tetangga panas
Mungkin Singa kurang minum
Sehingga agak hilang fokusnya
Maunya bela agama
Eh tapi malah hina pancasila
Kini Singa tamak itu kena getahnya
Jeruji besi sedang menunggunya

Prihatin
Burung beo pintar bicara
Lagi asik nonton berita
Tapi kaget ia duduk di kursinya
Melihat kancil membuka aibnya
Langsung beo angkat bicara
Berkicau protes merasa dihina
Lain maksud lain nyatanya
Habis sudah beo dibuli masa

Salah Sekolah
Sebut saja ia mawar,
gadis cantik gaul dari desa yang
mudik jadi mahasiswa di kota
Kabarnya si bapak telah habis sapinya
Demi menyekolahkan anak gadisnya.
Sesampainya di kota
Cita-cita lenyap entah kemana
Mawar cantik mulai kenal narkoba
Hiburan malam teman bermainnya.
Semester demi semester teralui
Hingga si mawar bukan mahasiswa lagi
Tapi boleh bangga karena mawar sudah mandiri
Berkat usahanya jualan diri
Entah mimpi buruk apa sang bapak malam itu
Melihat mawar pulang kampung
Agak besar badannya
Agak buncit perutnya
Mawar menangis minta ampun
Karena ia telah berbadan dua
Hamil oleh lelaki yang minggat entah kemana.
Beginilah cerita kecil dari negri impian
Gadis mawar nama samaran
Korban indahnya kota metropolitan

Selamat Tinggal, Wajah!


Pagi ini ia harus buru-buru dandan
Seusai bangun tidur dan cuci muka
Maklum, hari sudah mulai hangat
Dan sebentar lagi mulai rapat
Pastinya ia tak boleh telat.
Ribet jadi PNS, apalagi seorang bupati perempuan
Dandan adalah hal yang wajib
Entah oleh sebab apa; mungkin karena dandan ia diangkat jadi bupati
Selama 9 tahun menjabat, mungkin sudah 9 kilogram bedak
Dan 9 kilometer lipstick telah dihabiskan untuk menambal wajahnya
Tetapi entah kenapa pagi ini wajahnya tidak tampak di cermin
Mungkin ia masih mengantuk
sudah dua hari dua malam
Ia lupa tidur karena harus mengetik laporan; bukan laporan pekerjaan
Melainkan laporan harta simpanan.
Susah memang jadi orang kaya;
dua hari tak cukup untuk sekedar merinci jumlah uang,
kalung dan gelang,
tanah dan ladang,
maka ia mencuci muka sekali lagi karena mandi sudah tak sempat lagi
lantas ia buru-buru menghampiri cermin dan tak ia temukan wajahnya di sana
apakah ini karma? Batinnya cemas
tapi ia tak hilang akal, tanpa cermin ia masih bisa berdandan
tangannya sudah hafal bagaimana menumpuk bedak dan lipstick di wajahnya
seusai berdandan barulah wajahnya tampak di cermin
lho kok tak seperti kemarin? Batinnya
ah sudahlah, yang penting wajah dandan
tak penting bila beda hari beda bentuknya
lantas ia buru-buru pergi ke kantor
tak lupa menyapa setiap orang yang dijumpainya
tapi aneh; kok orang-orang tidak seperti biasanya?
Ah sudahlah, ia bergegas masuk ke dalam ruangannya.
Selang beberapa lama, dua orang satpam datang
“Maaf, ibu ada kepentingan apa ya masuk ruangan bupati?”
“Lho ini kan ruangan saya?”
“Jangan main-main! Ibu bupati sudah dua hari ini jadi buronan KPK.
Anda ini siapa?”
“Saya ini bupati, kalian kok berani-beraninya lancang seperti itu?”
Satpam itu tertawa, pagi-pagi sudah menangkap orang gila
“maaf, kami harus membawa ibu ke kantor polisi,
Sudah jelas wajah ibu beda dengan wajah bupati kami”
Percuma ia dandan pagi itu
Toh tak seorangpun mengenalinya
Beruntung polisi tak jadi menahannya
Karena menyangka dirinya gila
Lantas ia pulang ke rumah
Sesampainya ia diujung gang masuk rumahnya
Ia melihat kerumunan pelayat sudah berbondong-bondong datang
Siapa yang meninggal? Pikirnya
Maka ia bertanya pada seseorang yang sedang berjalan kaki dan
berpakaian hitam, “Maaf pak, siapa ya yang meninggal dunia?”
“Oh, tadi pagi ibu bupati meninggal dunia!
Konon beliau minum racun serangga!”

Di Bawah Naungan Hujan


Angin nakal tadi sore telah mencuri atap rumahnya
Kini mendung dan mungkin sebentar lagi hujan
Lelaki itu menatap istrinya yang sedari tadi sibuk di dapur
Bersiap untuk menanak butiran hujan.
Tak ada yang bisa dikatakan lelaki itu,
tubuhnya terlalu basah dan kedinginan
sang istri tertidur pulas di atas meja
sambil mendekap anak lelaki satu-satunya
sambil menunggu banjir segera surut
ah, sebaiknya memancing saja, pikir lelaki itu
maka lelaki itu mengendap-endap mencari joran dan kail
tapi tak ada umpan, tak ada cacing, tak ada apapun
barangkali di kulkas, pikir lelaki itu
maka ia membuka kulkas dan menemukan seonggok lumpur yang belum ia bersihkan sejak
tiga hari yang lalu.
bodo amat, yang penting ada yang dikerjakan
maka lelaki itu memancing di teras rumah
berharap mendapatkan bantal
atau selimut yang hanyut
atau bahkan TV
sambil memancing, sambil menunggu, akhirnya lelaki itu tertidur juga
ia bermimpi bantuan telah tiba
ia mendapat berkardus-kardus, mungkin makanan, mungkin mie instan
petugas pergi, lalu lelaki itu membuka kardus
dan hanya mendapati tulisan “MAAF ANDA BELUM BERUNTUNG”
lelaki itu tersenyum dalam tidurnya,
ia telah lelah dan sebentar lagi akan menyusul istrinya
yang sejak tadi telah pergi duluan ke surga.
Beo Nakal

Citra, Sassi dan Shafira saling bertetangga dan sering bersama-sama


berangkat menuju kantor. Untuk sampai jalan raya agar bisa naik kendaraan umum,
mereka diharuskan melalui suatu gang yang diantara rumah tersebut terdapat
peliharaan burung beo.
Tiap kali tiga perempuan tersebut melalui depan rumah orang yang memiliki
peliharaan beo, selalu saja si burung beo bilang tiga warna. Sassi mulai merasa
curiga kalau burung beo tersebut sudah tahu akan warna celana dalam mereka
bertiga.
Untuk memastikan hal tersebut betul atau tidak, mereka mengadakan
kesepakatan buat mengenakan warna celana dalam yang sama.
Di esok harinya mereka kembali melalui gang tersebut, si beo mengucapkan
“Hitam, hitam, hitam.” Ketiga perempuan itu terkagum kagum dan tercengang. Di
hari selanjutnya, secara tepat juga si beo mampu menebak warna celana dalam
mereka seraya mengatakan “Pink, pink, pink.”
Citra memiliki siasat yang agak konyol. “Bagaimana jika besok kita tak sama
sekali mengenakan celana dalam ? Coba, Akan berkata apa si beo usil itu ?” Di esok
harinya saat mereka melewati kembali, si beo di dalam sangkarnya tersebut
mondar-mandir kayak kebingungan.
Citra dan teman-temannya tersebut mulai tertawa sebab dapat ngerjain burung
beo yang suka usli tersebut. Namun tertawa mereka tidak langsung lama, karena si
beo bilang, “lurus, lurus, keriting.”

Вам также может понравиться