Вы находитесь на странице: 1из 13

TUBERKULOSIS PARU PADA ANAK

(A15.0)

No. Dokumen No. Revisi Halaman


0 1/10

Disusun Oleh: Diperiksa Oleh:


KSM Kesehatan Anak
Panduan
TanggalTerbit Ditetapkan,
Praktis Plt.Direktur BLUD RSUD SCHOLOO KEYEN
Klinis
dr. Felix Duwit, M.Sc., MPH, Sp. PD
NIP. 19670812 199712 1 001

1. Wewanti  PPK ini khusus membahas tata laksana TB paru pada anak. Tata laksana
TB ekstra paru dan TB pada kondisi khusus (TB-HIV, TB perinatal)
dibahas di PPK tersendiri.
 Respons pasien terhadap prosedur diagnosis dan terapi bervariasi
 PPK ini berlaku sejak tanggal diterbitkan sampai revisi berikutnya
 PPK ini berisi panduan praktis, tidak berisi uraian lengkap tentang
penyakit TB

2. Pengertian  Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh


Mycobacterium tuberculosis (Mtb).
 Tuberkulosis merupakan penyakit sistemik yang dapat menyerang semua
organ tubuh, tetapi paling sering mengenai paru-paru.
 Infeksi TB adalah adanya kuman Mtb di dalam tubuh anak tetapi tidak
menimbulkan gejala klinis TB. Biasanya ditandai dengan uji tuberkulin
positif.
 Sakit TB adalah anak yang menunjukkan gejala-gejala TB disertai
dengan bukti infeksi TB atau ditemukannnya kuman Mtb dalam tubuh.
TUBERKULOSIS PADA ANAK

No. Dokumen No. Revisi Halaman


2/13

Panduan
Praktis
Klinis

3. Anamnesis Tanyakan:
1. Apakah anak pernah kontak erat dengan penderita TB paru dewasa. Yang
dimaksud dengan kontak erat adalah tinggal serumah atau sering kontak
dengan penderita TB paru tersebut. Contoh: kontak antara anak dengan
yang mengasuhnya (ibu, nenek, pengasuh, dan sebagainya), kontak
antara murid dengan gurunya.
2. Apakah anak mempunyai gejala-gejala sakit TB berikut (II)1:
 Batuk lebih dari 2 minggu yang tidak membaik dengan pemberian
antibiotika atau obat asma (sesuai indikasi)
 Demam lebih dari 2 minggu yang tidak membaik dengan pengobatan
antibiotika atau anti malaria (sesuai indikasi). Penyebab demam lama
yang lain perlu disingkirkan dahulu, seperti infeksi saluran kemih
(ISK), tifus, atau malaria.
 Berat badan menetap atau berat badan turun lebih dari 10% berat
sebelumnya dalam 3 bulan terakhir, meskipun telah diberikan terapi
nutrisi yang adekuat selama minimal 1 bulan.
 Anak tampak lemah dan tidak seaktif biasanya.

Catatan:
-
Anamnesis harus dilakukan secara cermat dan komprehensif karena
gejala TB pada anak bisa menyerupai gejala penyakit lainnya,
-
Misalnya anak dengan keluhan berat badan tidak naik, harus ditanyakan
dan dievaluasi bagaimana asupan makanan sebelumnya. Selanjutnya
berikan edukasi kepada ibu untuk memberikan asupan nutrisi yang
adekuat, dan kita lakukan evaluasi berat badannya satu sampai 2 bulan
kemudian. (D)2

2
TUBERKULOSIS PADA ANAK

No. Dokumen No. Revisi Halaman


3/13

Panduan
Praktis
Klinis

4. Pemeriksaan fisik Pada sebagian besar kasus TB paru, tidak dijumpai kelainan fisik yang
khas.
- Antropometri: gizi kurang atau gizi buruk.
- Suhu subfebris dapat ditemukan pada sebagian pasien.
- Pembesaran kelenjar getah bening (KGB) multiple, tidak nyeri tekan,
dan konfluens (saling menyatu). Lokasi: koli anterior atau posterior,
aksila, atau inguinal

3
TUBERKULOSIS PADA ANAK

No. Dokumen No. Revisi Halaman


4/13

Panduan
Praktis
Klinis

5. Pemeriksaan a. Pemeriksaan bakteriologis
penunjang 
Pada   setiap   anak   yang   dicurigai   sakit   TB   diupayakan   untuk
dilakukan pengambilan sputum (D)3

Pengambilan   sputum   pada   anak   dapat   dilakukan   dengan   teknik
induksi sputum, minimal diambil 2 kali (C)4, 5

Bila tidak dapat dilakukan induksi sputum dapat dilakukan aspirasi
cairan lambung (D)

Pemeriksaan   tes   cepat   (Xpert   MTB/RIF)   dikerjakan   sebagai
pemeriksaan awal untuk diagnosis TB pada anak (C).6­9 

Pemeriksaan mikroskopis (BTA) dan pemeriksaan kultur Mtb 
- Hasil BTA negatif tidak menyingkirkan diagnosis TB

b. Pemeriksaan untuk menunjukkan adanya bukti infeksi TB

Uji   tuberkulin   dengan   cara   Mantoux   dikerjakan   pada   anak   yang
dicurigai sakit TB (D)3
           Catatan:
- Uji tuberkulin positif bila diameter transversal indurasi:  >  10
mm
- Pada anak dengan imunokompromais, uji tuberkulin positif bila
diameter transversal indurasi: > 5 mm

Interferon-gamma release assays (IGRA) tidak direkomendasikan
untuk menggantikan pemeriksaan uji tuberkulin (D)10

4
TUBERKULOSIS PADA ANAK

No. Dokumen No. Revisi Halaman


5/13

Panduan
Praktis
Klinis

c. Pemeriksaan foto toraks

Foto   Toraks   dilakukan   dengan   posisi   antero­posterior   (AP)   dan
lateral (D)

Gambaran foto toraks sugestif TB: pembesaran kelenjar hilus atau
paratrakeal, konsolidasi segmen/lobus paru, milier, kavitas, efusi
pleura, atelektasis, atau kalsifikasi

d. Tes HIV
Tes HIV sebaiknya dilakukan pada anak yang didiagnosis TB (D)11

e. Pemeriksaan serologi seperti PAP TB, ICT, Mycodot dan lain-lain, tidak
dapat dan tidak boleh digunakan sebagai dasar untuk menegakkan
diagnosis TB baik paru maupun ekstra paru (D)3

5
TUBERKULOSIS PADA ANAK

No. Dokumen No. Revisi Halaman


6/13

Panduan
Praktis
Klinis

6. Kriteria Diagnosis  Baku emas TB paru adalah kultur Mtb positif pada spesimen dahak.
Menegakkan diagnosis TB secara konfirmasi bakteriologis pada anak
tidak mudah. Oleh karena itu diagnosis sering ditegakkan secara klinis
berdasarkan hal berikut:
- gejala klinis TB
- bukti infeksi TB: riwayat kontak erat dengan penderita TB paru
dewasa atau uji tuberkulin positif
- gambaran Rontgen dada sesuai dengan TB.

 Bila tidak dapat dilakukan pemeriksaan bakteriologis, Pedoman TB


Nasional merekomendasikan penggunaan sistem skoring (lihat
Lampiran Sistem Skoring TB) untuk pendekatan diagnosis TB pada
anak (Tabel 1) (D). 2
- Anak didiagnosis TB jika jumlah skor ≥ 6, dengan catatan skor
tersebut TIDAK HANYA didapat dari parameter kontak dengan
pasien TB BTA positif (skor 3) DAN uji tuberkulin positif (skor 3).
- Anak dengan skor 5 yang diperoleh dari kontak dengan pasien TB
BTA positif dan 2 gejala klinis lain, maka dapat didiagnosis sakit
TB.

7. Diagnosis Diagnosis TB paru anak:


(ICD 10)  TB paru terkonfirmasi bakteriologis (A15.0)
- Hasil pemeriksaan BTA atau tes cepat (Xpert MTB/RIF) atau
kultur Mtb positif
 TB paru klinis (A15.0)
- Ditegakkan berdasarkan gejala klinis, hasil uji tuberkulin dan
Foto Toraks
 TB paru berat (A15.0)
- TB paru terkonfirmasi bakteriologis
- TB paru dengan lesi paru luas atau dengan kavitas (adult type)

6
TUBERKULOSIS PADA ANAK

No. Dokumen No. Revisi Halaman


7/13

Panduan
Praktis
Klinis

8. Diagnosis Banding - Pneumonia


- Infeksi HIV
- Lymphocytic interstitial pneumonia

9. Tata laksana  Anak dengan TB paru klini diberi obat anti TB (OAT) dengan regimen
2RHZ 4RH sebagai berikut (D)2:
- Fase intensif (selama 2 bulan): INH (H), Rifampicin (R) dan
Pirazinamid (Z)
- Fase lanjutan (selama 4 bulan): INH dan rifampisin

 Anak dengan TB paru BTA positif atau TB paru berat diberi OAT
dengan regimen 2RHZE 4 RH sebagai berikut (D)2:
- Fase intensif (selama 2 bulan): INH (H), Rifampicin (R),
Pirazinamid (Z) dan Ethambutol (E)
- Fase lanjutan (selama 4 bulan): INH dan rifampisin

 Respon terapi dievaluasi dengan perbaikan klinisnya. Respons yang


baik dapat dilihat dari perbaikan semua keluhan awal. Nafsu makan
yang membaik, berat badan yang meningkat dengan cepat, hilangnya
keluhan demam, batuk lama, tidak mudah sakit lagi.
 Respons terapi yang nyata biasanya terjadi dalam 2 bulan awal (fase
intensif). Setelah itu perbaikan klinis tidak lagi sedramatis fase intensif.
 Evaluasi radiologis dilakukan pada akhir pengobatan, kecuali jika ada
perburukan klinis sebelum akhir pengobatan. (D)
 Uji tuberkulin tidak digunakan untuk menilai respon terapi (D)

7
TUBERKULOSIS PADA ANAK

No. Dokumen No. Revisi Halaman


8/13

Panduan
Praktis
Klinis

10. Pencegahan 1. Vaksin BCG


- Vaksin BCG harus diberikan pada semua bayi (D)
- Bayi yang terbukti terinfeksi HIV, tidak boleh diberikan vaksin BCG
- Bayi yang dilahirkan oleh ibu terinfeksi HIV dan tidak ada tanda
klinis infeksi HIV, harus diberikan vaksin BCG

2. INH profilaksis
-
Anak usia < 5 tahun yang kontak dengan penderita TB dewasa
INH profilaksis selama 6 bulan (A)12
-
Anak usia > 5 tahun yang kontak dengan penderita TB dewasa,
kondisi sehat tidak perlu terapi profilaksis, tetapi harus dipantau
(D)3

11. Perkiraan lama hari Anak dengan TB paru tidak memerlukan rawat inap.
rawat Anak dengan TB paru berat mungkin memerlukan rawat inap. Lama rawat
inap antara 2-4 minggu.

12. Edukasi Hal-hal yang perlu disampaikan kepada orang tua yang anaknya
mendapatkan terapi OAT:
1. Pengobatan TB berlangsung lama, minimal 6 bulan, tidak boleh
terputus, dan harus kontrol teratur tiap bulan.
2. Obat Rifampisin dapat menyebabkan cairan tubuh (air seni, air mata,
keringat, ludah) berwarna merah.
3. Secara umum obat sebaiknya diminum dalam keadaan perut kosong
yaitu 1 jam sebelum makan/ minum susu, atau 2 jam setelah makan.
Khusus untuk Rifampisin harus diminum dalam keadaan perut kosong.
4. Bila timbul keluhan kuning pada mata, mual, dan muntah, segera
periksa ke dokter walau belum waktunya

13. Prognosis - Ad vitam: baik


- Ad functionam: baik
- Ad sanationam: baik

8
TUBERKULOSIS PADA ANAK

No. Dokumen No. Revisi Halaman


9/13

Panduan
Praktis
Klinis

14. Penelaah kritis


15. Indikator medis - Penegakan diagnosis: 3 hari
- Lama terapi: 6 bulan

16. Syarat pulang - Kondisi klinis baik: tidak sesak napas, tidak demam
pasien rawat inap - Pasien mampu minum obat per oral

9
TUBERKULOSIS PADA ANAK

No. Dokumen No. Revisi Halaman


10/13

Panduan
Praktis
Klinis

17. Daftar Pustaka


1. Marais BJ, Gie RP, Obihara CC, Hesseling AC, Schaaf HS, Beyers N.
Well defined symptoms are of value in the diagnosis of childhood
pulmonary tuberculosis. Archives of disease in childhood.
2005;90(11):1162-5.
2. Indonesia DJPPdPLKKR. Petunjuk Teknis Manajemen TB Anak.
Jakarta2013.
3. WHO. Guidance for national tuberculosis programmes on the
management of tuberculosis in children. second ed: WHO, Geneva;
2014.
4. Zar HJ, Hanslo D, Apolles P, Swingler G, Hussey G. Induced sputum
versus gastric lavage for microbiological confirmation of pulmonary
tuberculosis in infants and young children: a prospective study. Lancet.
2005;365(9454):130-4.
5. Zar HJ, Tannenbaum E, Apolles P, Roux P, Hanslo D, Hussey G.
Sputum induction for the diagnosis of pulmonary tuberculosis in infants
and young children in an urban setting in South Africa. Archives of
disease in childhood. 2000;82(4):305-8.
6. Bates M, O'Grady J, Maeurer M, Tembo J, Chilukutu L, Chabala C, et
al. Assessment of the Xpert MTB/RIF assay for diagnosis of
tuberculosis with gastric lavage aspirates in children in sub-Saharan
Africa: a prospective descriptive study. The Lancet Infectious diseases.
2013;13(1):36-42.
7. Nicol MP, Workman L, Isaacs W, Munro J, Black F, Eley B, et al.
Accuracy of the Xpert MTB/RIF test for the diagnosis of pulmonary
tuberculosis in children admitted to hospital in Cape Town, South
Africa: a descriptive study. The Lancet Infectious diseases.
2011;11(11):819-24.
8. Rachow A, Clowes P, Saathoff E, Mtafya B, Michael E, Ntinginya EN,
et al. Increased and expedited case detection by Xpert MTB/RIF assay
in childhood tuberculosis: a prospective cohort study. Clinical infectious
diseases : an official publication of the Infectious Diseases Society of
America. 2012;54(10):1388-96.
9. Zar HJ, Workman L, Isaacs W, Dheda K, Zemanay W, Nicol MP. Rapid
diagnosis of pulmonary tuberculosis in African children in a primary

10
TUBERKULOSIS PADA ANAK

No. Dokumen No. Revisi Halaman


11/13

Panduan
Praktis
Klinis

18. Daftar Pustaka 10. WHO. Use of tuberculosis interferon-gamma release assays (IGRAs) in
low- and middle-income countries: policy statement. . Geneva2011
(WHO/HTM/TB/2011.18).
11. WHO. WHO policy on collaborative TB/HIV activities: guidelines for
national pro- grammes and other stakeholders. Geneva2012 (WHO/
HTM/TB/2012.1).
12. Smieja MJ, Marchetti CA, Cook DJ, Smaill FM. Isoniazid for
preventing tuberculosis in non-HIV infected persons. The Cochrane
database of systematic reviews. 2000(2):Cd001363.
13. Thee S, Seddon JA, Donald PR, Seifart HI, Werely CJ, Hesseling AC, et
al. Pharmacokinetics of isoniazid, rifampin, and pyrazinamide in
children younger than two years of age with tuberculosis: evidence for
implementation of revised World Health Organization
recommendations. Antimicrobial agents and chemotherapy.
2011;55(12):5560-7.
14. WHO. Rapid advice: treatment of tuberculosis in children. .
Geneva2010 (WHO/HTM/TB/2010.13)

Ketua Komite Medik Ketua KSM Kesehatan Anak

11
TUBERKULOSIS PADA ANAK

No. Dokumen No. Revisi Halaman


12/13

Panduan
Praktis
Klinis

Tabel 1. Sistem Skoring diagnosis Tuberkulosis Anak

Parameter 0 1 2 3
Kontak TB Tidak jelas - Laporan keluarga (BTA BTA (+)
negatif atau tidak jelas)
Uji Tuberkulin Negatif - - Positif (> 10 mm, atau > 5 mm
pada keadaan imunosupresif)
Berat badan/gizi - BB/TB < 90% atau Klinis gizi buruk atau BB/TB -
B/U < 80% < 70% atau BB/U < 60%
Demam yang tidak - > 2 minggu - -
diketahui
penyebabnya*)
Batuk kronik*) - > 3 minggu - -
Pembesaran kelenjar - > 1 cm, jumlah > 1, - -
limfe kolli, aksila, tidak nyeri
inguinal
Pembengkakan tulang/ - Ada - -
sendi panggul, lutut, pembengkakan
falang
Foto toraks Normal/kelainan Gambaran sugestif - -
tidak jelas TB**)
Catatan:
- Bila dijumpai gambaran milier atau skrofuloderma, langsung didiagnosis TB
- Berat badan dinilai saat pasien datang
*) Demam dan batuk tidak memiliki respons terhadap terapi baku
**) Gambaran sugestif TB berupa: pembesaran kelenjar limfe atau paratrakheal dengan/tanpa infiltrat; konsolidasi
segmental/lobar; kalsfifikasi dengan infiltrat; atelektasis; tuberkuloma.

12
TUBERKULOSIS PADA ANAK

No. Dokumen No. Revisi Halaman


13/13

Panduan
Praktis
Klinis

Tabel 2. Dosis OAT yang biasa digunakan pada anak (E)13, 14

Obat Sediaan Dosis Dosis Efek samping


(mg/kg BB) maksimal
Isoniazid Tablet 100 & 300 mg; 5 -15*) 300 mg Peningkatan transaminase, hepatitis,
(INH / H) Sirup 100 mg/5 ml neuritis perifer, hipersensitivitas

Rifampisin Kapsul/tablet 150, 300, 10-15 600 mg Urin/sekresi warna kuning, mual-
(RIF / R) 450, 600 mg, sirup 20 muntah, hepatitis, flu-like reaction
mg/ml
Pirazinamid Tablet 500 mg 25-35 2g Hepatotoksisitas, hipersensitivitas
(PZA / Z)
Etambutol Tablet 500 mg 15-20 2,5 g Neuritis optikal, gangguan visus,
(EMB / E) gangguan warna, gangguan sal cerna
Streptomisin** Vial 1 g 15-30 1g Ototoksisitas, nefrotoksisitas
(SM / S)
# Sumber: Pedoman Nasional Tuberkulosis Anak
*) Jika INH dipadu dengan Rifampisin, dosis INH tidak lebih dari 10 mg/kgBB dan Rifampisin
15 mg/kgBB untuk mengurani insidens hepatitis.

13

Вам также может понравиться