Вы находитесь на странице: 1из 10

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN

DIFUSI DAN OSMOSIS


(Penentuan Potensial Air Jaringan Tumbuhan)
Malus Pumila

Disusun oleh:
RYSA TITANIKA WATI
16030204031
Pendidikan Biologi A
2016

Universitas Negeri Surabaya


Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Prodi S1 Pendidikan Biologi
2018
A. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah pengaruh konsentrasi larutan sukrosa terhadap perubahan panjang
potongan jaringan tumbuhan pada Malus Pumila?
2. Pada konsentrasi larutan sukrosa berapakah yang tidak menyebabkan perubahan
panjang irisan jaringan umbi Malus Pumila?
3. Berapakah nilai potensial air pada jaringan umbi Malus Pumila?

B. Tujuan
1. Menjelaskan pengaruh konsentrasi larutan sukrosa terhadap perubahan panjang
potongan jaringan tumbuhan pada Malus Pumila
2. Mengidentifikasi konsentrasi larutan sukrosa berapakah yang tidak menyebabkan
perubahan panjang irisan jaringan umbi Malus Pumila
3. Menghitung potensial air pada jaringan umbi Malus Pumila

C. Hipotesis
1. H0 : Konsentrasi larutan sukrosa tidak berpengaruh terhadap perubahan panjang
potongan jaringan tumbuhan buah apel
HA : Konsentrasi larutan sukrosa berpengaruh terhadap perubahan panjang
potongan jaringan tumbuhan buah apel.
2. H0 : Konsentrasi larutan sukrosa tidak menyebabkan perubahan panjang potongan
jaringan tumbuhan buah apel..
HA : Konsentrasi larutan sukrosa menyebabkan perubahan panjang jaringan
tumbuhan buah apel..
3. H0 : Tidak diketahui nilaipotensial air jaringantumbuhan.
HA : Diketahui nilaipotensial air jaringantumbuhan.

D. Kajian Pustaka
1. Potensial Air
Potensial kimia air atau potensial air (PA) merupakan konsep yang sangat penting
dalam fisiologi tumbuhan. Potensial air digunakan sebagai dasar untuk sifat air dalam
sistem tumbuhan-tanah-udara. Potensial air merupakan sesuatu yang sama dengan
potensial kimia air dalam suatu sistem, dibandingkan dengan potensial kimia air
murni pada tekanan atmosfir dan suhu yang sama. Salah satu ciri yang membedakan
antara sel hewan dan sel tumbuhan adalah adanya dinding sel. Dinding sel terdiri atas
dinsing primer dan dinding sekunder,di antara dinding primer dari suatu sel dengan
dinding primer dari sel tetangganya terdapat lamella tengah. Lamella tengah
merupakan perekat yang mengikat sel-sel secara bersama-sama untuk membentuk
jaringan dan oleh sebab itu dijumpai diantara sel-sel primer yang berdekatan. Karena
air begitu sangat penting dan jumlahnya sangat banyak (konsentrasi sekitar 50 M),
difusi air melintasi membran semipermeabel dinamakan osmosis. Molekul air dapat
berdifusi secara bebas melintasi membran, dari larutan dengan gradien konsentrasi
larutan rendah ke larutan dengan gradien konsentrasi larutan tinggi. Tumbuhan
banyak mengandung air dalam sel-selnya. Hal ini menyebabkan suhu tumbuhan
relatif stabil walaupun menerima atau kehilangan energi.
Potensial air memiliki dua komponen yaitu, potensial tekanan dan potensial
osmotik. Potensial tekanan timbul karena adanya tambahan tekanan dan sama dengan
tekanan nyata di bagian sistem tertentu. Potensial osmotik disebut juga potensial
linarut, yang terjadi karena adanya unsur terlarut. Karena potensial tekanan
merupakan tekanan nyata untuk mudahnya kita sebut tekanan (Salisbury dan ross,
1995). Membran sel memungkinkan molekul air melintas lebih cepat daripada unsur
terlarut. Dinding sel primer biasanya sangat permeabel terhadap keduanya. Membran
sel tumbuhan memungkinkan berlangsungnya osmosis, tapi dinding sel yang tegar
itulah yang meninbulkan tekanan di dalamnya, sel tersebut sering pecah, seperti yang
terjadi saat sel darah merah dimasukkan ke dalam air (Salisbury dan ross, 1995).
Osmosis merupakan proses gerak air pelarut melewati membran yang bersifat
permeabel selektif, beberapa partikel yang terlarut (substansi dalam cairan tubuh
dan cairan sel) seperti protein tidak dapat melewati membran. Pada keadaan tersebut,
supaya kedua sisi membran mempunyai tekananseimbang, air harus bergerak
melewati membran untuk memperbaiki perbedaan kadar yang disebabkan substansi
yang tidak dapat melewati membran. Sebagai contoh, bila sel mempunyai kadar
partikel yang lebih tinggi dari pada cairan intertisial di sekeliling sel, maka air dari
cairan intertisial akan bergerak masuk ke dalam sel sampai tercapai keseimbangan
tekanan di kedua sisi membran. Karena adanya gerak air, maka volume sel akan
meningkat, dengan demikian tekanannya meningkat.
Osmosis adalah kasus khusus dari transpor pasif, dimana molekul air berdifusi
melewati membran yang bersifat selektif permeabel. Dalam sistem osmosis,
dikenal larutan hipertonik (larutan yang mempunyai konsentrasi terlarut tinggi),
larutan hipotonik (larutan dengan konsentrasi terlarut rendah), dan larutan isotonik
(dua larutan yang mempunyai konsentrasi terlarut sama). Jika terdapat dua larutan
yang tidak sama konsentrasinya, maka molekul air melewati membran sampai kedua
larutan seimbang. Dalam proses osmosis, pada larutan hipertonik, sebagian besar
molekul air terikat (tertarik) ke molekul gula (terlarut), sehingga hanya sedikit
molekul air yang bebas dan bisa melewati membran. Sedangkan pada larutan
hipotonik, memiliki lebih banyak molekul air yang bebas (tidak terikat oleh molekul
terlarut), sehingga lebih banyak molekul air yang melewati membran. Oleh sebab itu,
dalam osmosis aliran netto molekul air adalah dari larutan hipotonik ke hipertonik.

2. Mengukur Potensial Air


Untuk mengukur potensial air, dapat digunakan metode volume-jaringan. Sampel
jaringan yang diinginkan dimasukkan ke dalam seri larutan dalam ragam konsentrasi
yang diketahui. Linarut yang terbaik untuk pengukuran semacam ini adalah yang
tidak mudah melintasi membran atau tidak merusak jaringan. Tujuannya ialah untuk
mendapatkan larutan yang tidak mengubah volume jaringan. Artinya, tidak ada air
yang masuk atau yang hilang. Hal ini menunjukkan bahwa jaringan dan larutan sudah
sejak awal berada dalam kesetimbangan. Potensial air jaringan sudah sama dengan
potensial air dalam larutan pada tekanan atmosfer, saat P = 0, maka potensial air
sama dengan potensial osmotik (Salisbury dan ross, 1995).
Ada beberapa cara untuk mengetahui perubahan volume. Salah satu caranya
adalah dengan mengukur volume jaringan sebelum jaringan dimasukkan ke dalam
larutan (biasanya juga digunakan volume baku), dan mengukur volume (atau
mengukur panjangnya) setelah jaringan direndam dalam waktu tertentu. Perubahan
volume dapat diartikan sebagai fungsi dari konsentrasi larutan yang menunjukkan
penambahan volume pada larutan yang encer dan pengurangan volume pada larutan
yang pekat (Salisbury dan ross, 1995).

3. Nilai Potensial Air


Nilai potensial air di dalam sel dan nilainya di sekitar sel akan mempengaruhi
difusi air dari dan ke dalam sel tumbuhan. Dalam sel tumbuhan ada tiga faktor yang
menentukan nilai potensial airnya, yaitu matriks sel, larutan dalam vakuola dan
tekanan hidrostatik dalam isi sel. Hal ini menyebabkan potensial air dalam sel
tumbuhan dapat dibagi menjadi 3 komponen yaitu potensial matriks, potensial
osmotik dan potensial tekanan. Nilai potensial air dapat dihitung dengan
menggunakan rumus :
PA = PO + PT dan PA = - TO
Keterangan :
PO = Potensial osmotik
PA= Potensial Air
Untuk mencari nilai tekanan osmotik (TO) menggunakan rumus :
TO Sel = 22,4 . M . T
273
Keterangan :
TO = Tekanan Osmotik
M = Konsentrasi larutan yang menyebabkan 50% sel terplasmolisis
T = Temperatur mutlak (273 + t°C)

E. Variabel Penelitian
1. Variabel manipulasi : Konsentrasi larutan sukrosa.
2. Variabel control : Jenis dan volume larutan, apel , waktu perendaman panjang
potongan silinder apel, dan jumlah potongan apel dalam satu wadah.
3. Variabel respon : Perubahanpanjangpotongansilinderumbi.
F. Definisi Operasional Variabel
1. Variabel Kontrol :
- Orientasi potongan apel
- Volume larutan 25ml
- Waktu peredaman selama 1,5 jam
2. Variabel Manipulasi :
- Konsentrasi larutan sukrosa dengan molaritas 0 M; 0,2 M; 0,4 M; 0,6 M; 0,8 M
dan 1 M
3. Variabel Respon :
- Sel yang mengalami pertambahan pemanjangan
G. Alat dan Bahan
1. Buah Apel Fuji (Malus pumila)
2. larutan sukrosa dengan molaritas 0 M; 0,2 M; 0,4 M; 0,6 M; 0,8 M dan 1 M
3. Gelas kimia 100mL seanyak 6 buah
4. Alat pengebor gabus
5. Penggaris
6. Pisau tajam
7. Pinset
8. Karet gelang atau tali

H. Rancangan Percobaan
1. Mengisi gelas kimia ke-1 dengan larutan sukrosa 0 M, gelas kimia ke-2 dengan
larutan sukrosa 0,2 M dan seterusnya sampai gelas kimia yang ke-6, masing-masing
25 mL. Memberi label pada masing-masing gelas kimia tersebut.
2. Memilih apel yang cukup besar dan baik, membuat silinder apel dengan alat pengebor
gabus. Kemudian memotong-motong silinder apel sepanjang 2 cm.
3. Memasukkan potongan umbi apel ke dalam gelas kimia yang telah diisi dengan
larutan sukrosa pada berbagai konsentrasi, masing-masing 4 potongan. Mencatat
waktu pada saat memasukkan potongan umbi apel ke dalam gelas kimia. Bekerja
dengan cepat untuk mengurangi penguapan, dan tutup rapat gelas kimia selama
percobaan dilakukan.
4. Mengeluarkan setiap potongan umbi apel setelah 1,5 jam, kemudian mengukur
kembali panjangnya.
5. Menghitung nilai rata-rata pertambahan panjang umbi untuk setiap konsentrasi larutan
sukrosa.

I. Langkah Kerja

Buah Apel 6 Buah Cup

 Memilih buah apel  potong silinder apel


yang besar dan baik sepanjang 2 cm
 Membuat silinder  Isi masing masing cup ke-1
silinder apel dengan sampai ke- 6 dengan larutan
alat pengebor gabus sukrosa sesuai dengan
konsentrasi sebanyak 25
mL) , beri label.

 Memasukkan potongan umbi apel ke dalam gelas kimia yang telah


diisi dengan larutan sukrosa pada berbagai konsentrasi, masing-
masing 4 potongan
 Mencatat waktu pada saat memasukkan potongan umbi apel ke
dalam gelas kimia
 Tutup rapat gelas kimia
 Mengeluarkan setiap potongan umbi apel setelah 1,5 jam
 Mengukur kembali panjangnya.
 Menghitung nilai rata-rata pertambahan panjang umbi untuk setiap
konsentrasi larutan sukrosa.

J. Rancangan Tabel Pengamatan


Konsentrasi (M) Panjang awal (cm) Panjang akhir Selisih panjang
(cm) x1 - x 2 (cm)
2,3
2,1
0 2 2,3 0,2
2,1
2,1
2,1
2,2
0,2 2 2,1 0,15
2,2
2,15
2,1
2,05
0,4 2 2,05 0,075
2,1
2,075
2,05
2,05
0,6 2 2,05 0,05
2,05
2,05
2,05
2,05
0,8 2 2,05 0,0375
2
2,0375
2
2
1 2 2 0
2
2

Tabel perbandingan panjang awal, panjang akhir dan selisih panjang apel
Grafik Selisih panjang

K. Rencana Analisis Data

Berdasarkan data yang telah diperoleh dapat dianalisa sebagai berikut:

1. Pada konsentrasi larutan sukrosa 0 M, rata-rata pertambahan panjang potongan silinder buah
apel sepanjang 0,2 cm.
2. Pada konsentrasi larutan sukrosa 0,2 M, rata-rata pertambahan panjang potongan silinder buah
apel sepanjang 0,15 cm.

3. Pada konsentrasi larutan sukrosa 0,4 M, rata-rata pertambahan panjang potongan silinder buah
apel sepanjang 0,075 cm.

4. Pada konsentrasi larutan sukrosa 0,6 M, rata-rata pertambahan panjang potongan silinder buah
apel sepanjang 0,05 cm.

5. Pada konsentrasi larutan sukrosa 0,8 M, rata-rata pertambahan panjang potongan silinder buah
apel sepanjang 0,0375 cm.

6. Pada konsentrasi larutan sukrosa 1 M, rata-rata pertambahan panjang potongan silinder buah
apel sepanjang 0 cm.

Dari grafik tersebut dapat diketahui bahwa larutan sukrosa dengan konsentrasi 1 M
tidak menyebabkan perubahan panjang pada potongan silinder jaringan buah apel.
Diskusi
Dalam menentukan potensial air perlu dicari nilai konsentrasi larutan sukrosa yang
tidak menyebabkan pertambahan panjang pada potongan silinder apel dikarenakan dalam
menentukan potensial air (PA) perlu diketahui potensial tekanan dan potensial osmotik
(PO). Dalam hal ini diketahui bahwa PT= - 24,451 atm seehingga terjadi pertambahan
panjang paa potongan silinder apel.
Nilai potensial air sel apel yang tidak mengalami perubaan panjangnya sama dengan
nilai potensial osmosis larutan sukrosa yang tidak menyebabkan pertambahan panjang
apel dikarenakan PA=PO, sehingga PT=0 jadi tidak terjadi tekanan yang membuat
potensial air (PA) pada apel sama dengan potensial osmotik (PO) yang dimiliki oleh
larutan sukrosa sehingga tidak terjadi aliran keluar masuknya air ke dalam sel atau
sebaliknya.

L. Hasil Analisis Data


Berdasarkan analisa data pada tabel diatas, dapat diketahui bahwa konsentrasi larutan
sukrosa memengaruhi perubahan panjang potongan jaringan buah apel. Hal ini dapat
dilihat dengan adanya data pada table diatas. Perubahan panjang silinder buah apel yang
di rendam pada larutan sukrosa di sebabkan oleh proses masuk atau keluarnya air di
dalam larutan sukrosa ke dalam sel buah apel dengan cara osmosis. Perubahan panjang
tersebut dapat berupa pertambahan panjang maupun penurunan panjang. Pertambahan
panjang potongan silinder buah apel di sebabkan oleh masuknya air ke dalam sel buah
apel secara osmosis, sedangkan penurunan panjang disebabkan oleh keluarnya air dari
sel buah apel secara osmosis juga. Keluarnya air disebabkan oleh larutan sukrosa
mempunyai potensial air yang lebih rendah (hipertonik) dari pada potensial air sel
(hipotonik), sehingga air berpindah dari dalam sel kelarutan sukrosa. Air meninggalkan
sel, volume sel menjadi kecil. Potensial air sel akan terus menurun hingga terjadi
keseimbangan antara potensial air sel dengan potensial air larutan sukrosa, dikarenakan
osmosis merupakan peristiwa difusi, dimana anatara dua tempat terjadinya difusi
dipisahkan oleh membrane atau selaput.
Larutan sukrosa dengan konsentrasi 1 M tidak menyebabkan pertambahan panjang
pada potongan silinder jaringan buah apel. Hal tersebut dikarenakan adanya persamaan
konsentrasi larutan di dalam dan di luar sel sehingga nilai konsentrasi cairan di dalam
jaringan ubi jalar sama denga nilai konsentrasi akuades. Dengan suhu nilai M
(konsentrasi larutan sukrosa yang tidak menyebabkan pertambahan panjang) sebesar 1 M
maka diketahui nilai PA (Potensial Air) sebesar -24.451 atm. Berdasarkan pemaparan ini
dapat diketahui bahwa besarnya konsentrasi larutan sukrosa berpengaruh terhadap
perubahan panjang potongan silinder buah apel.

M. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Konsentrasi larutan sukrosa menyebabkan perubahan panjang potongan jaringan pada
buah apel. Semakin rendah konsentrasi larutan sukrosa, maka semakin bertambah
panjang potongan silinder dari buah sedangkan semakin tinggi konsentrasilarutan
sukrosa, maka semakin sedikit perubahan panjang potongan silinder buah apel.
2. Terdapat konsentrasi larutan sukrosa yang tidak menyebabkan perpanjangan
potongan jaringan sel buah apel yaitu paa konsentrai 1 M. Hal inidikarenakan PA di
luar sel sama dengan PA di dalam jaringan buah apel.
3. Untuk menghitung potensial air pada jaringan buah apel menggunakan rumus
berikut;
PO = - TO
= 22,4 . M . T
273
= 22,4 . 1 (25+273)
273
= 22,4 . 298
273
= - 24,451 atm
PA = PO
PA = 24,451 atm

N. Daftar Pustaka
1. Campbell dan Reece. 2002. Biologi Edisi Kelima Jilid 3. Jakarta: Erlangga.
2. Dwidjo, Seputro. 1986. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Gramedia.

3. Fahn. 1991. Anatomi Tumbuhan Edisi Ketiga. Yogyakarta: Gajah Mada Universitas

Press.

4. Hendriyani, I. S. 2009. Kandungan klorofil dan pertumbuhan kacang panjang pada

tingkat penyediaan air yang berbeda.J. Sains and Mat. 17(3): 145-150.

5. Kimball, John W. 1992. Biologi. Jakarta: Erlangga.


6. Rachmadiarti Fida, dkk.2007.BIOLOGI UMUM.Surabaya: UNESA Unipress
7. Rahayu, Yuni Sri, dkk. 2016. Petunjuk Praktikum Fisiologi Tumbuhan. Surabaya:
Unesa University Press.
8. Salisbury, B. Frank. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2. Bandung : ITB Press.

LAMPIRAN

Вам также может понравиться