Вы находитесь на странице: 1из 16

MAKALAH INFARK MIOKARD AKUT

Juni 23, 2012 · by makalahkeperawatan · Bookmark the permalink. ·


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Infark miokard akut mengacu pada proses rusaknya jaringan jantung akibart suplai darah
yang tidak adekuat, sehingga aliran darah koroner kurang. Infark miokard akut adalah
nekrosisi miokard akibat aliran darah ke otot jantung targanggu.

Faktor-faktor yang menyebabkan Acute Myocardial Infarction adalah suplai darah oksigen ke
miokard berkurang (aterosklerosis, spasme,arteritis,stenosis aorta, insufisiensi jantung,
anemia, hipoksemia),curah jantung yang meningkat (emosi,aktivitas
berlebih,hipertiroidisme), dan kebutuhan oksigen miokard meningkat ( kerusakan miokard,
hpertropi miokard,hipertensi diastolik). Penyebab infark miokard yang jarang adalah penyakit
vaskuler inflamasi, emboli (endokarditis, katup buatan),spasme koroner yang berat (misal
setelah menggunakan kokain), peningkatan viskositas darah serta peningkatan kebutuhan O2
yang bermakna saat istirahat.

1.2 Rumusan Masalah


1.Apa yang dimaksud Infark miokard akut ?

2. Bagaimana pengkajian pada pasien Infark miokard akut?

3. Bagaimana analisa data pada pasien Infark miokard akut?

4. Bagaimana diagnosa pada pasien Infark miokard akut?

5. Bagaimana Perencanaan pada pasien Infark miokard akut?

6.Bagaimana Implementasi pada pasien Infark miokard akut?

7.Bagaimana Evaluasi pada pasien Infark miokard akut?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Infark miokard akut

2. Untuk mengetahui pengkajian pada pasien Infark miokard akut

3. Untuk mengetahui analisa data pada pasien Infark miokard akut

4. Untuk mengetahui diagnosa pada pasien Infark miokard akut


5. Untuk mengetahui Perencanaan pada pasien Infark miokard akut

6. Untuk mengetahui Implementasi pada pasien Infark miokard akut

7. Untuk mengetahui Evaluasi pada pasien Infark miokard akut

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Infark miokard akut mengacu pada proses rusaknya jaringan jantung akibat suplai darah yang
tidak adekuat, sehingga aliran darah koroner kurang. Infark miokard akut adalah nekrosisi
miokard akibat aliran darah ke otot jantung targanggu.

Etiologi
Faktor-faktor yang menyebabkan Acute Myocardial Infarction adalah suplai darah oksigen ke
miokard berkurang (aterosklerosis, spasme,arteritis,stenosis aorta, insufisiensi jantung,
anemia, hipoksemia),curah jantung yang meningkat (emosi,aktivitas
berlebih,hipertiroidisme), dan kebutuhan oksigen miokard meningkat ( kerusakan miokard,
hpertropi miokard,hipertensi diastolik). Penyebab infark miokard yang jarang adalah penyakit
vaskuler inflamasi, emboli (endokarditis, katup buatan),spasme koroner yang berat (misal
setelah menggunakan kokain), peningkatan viskositas darah serta peningkatan kebutuhan O2
yang bermakna saat istirahat.

Patofisiologi Infark Miokard Akut


1.Proses terjadinya infark

Thrombus menyumbat aliran darah arteri koroner, sehingga suplai nutrisi dan O2 ke bagian
distal terhambat., sel oto jantung bagian distal mengalami hipoksia iskhemik infark,
kemudian serat oto menggunakan sisa akhir oksigen dalam darah, hemoglobin menjadi
teroduksi secara total dan menjadi berwarna birui gelap, dinding arteri menjadi permeable,
terjadilah edmatosa sel, sehingga sel mati.

2.Mekanisme nyeri pada AMI

Hipoksia yang terjadi pada jaringan otot jantung memaksa sel untuk melakukan metabolisme
CO2 (metabolisme anaerob), sehingga menghasilkan asam laktat dan juga merangsang
pengeluaran zat-zatiritatif lainnya seperti histamine, kinin, atau enzim proteolitik sleuler
merangsang ujung-ujung syaraf reseptor nyeri di otot jantung, impuls nyeri dihantarkan
melalui serat sraf aferen simpatis, kemudian dihantarkan ke thalamus, korteks serebri, serat
saraf aferen, dan dipersepsikan nyeri.

Perangsangan syaraf simpatis yang berlebihan akan menyebabkan :

a. Meningkatkan kerja jantung dengan menstamulasi SA Node sehingga menghasilkan


frekuensi denyut jantunglebih dari normal (takikardi).
b. Merangsang kelenjar keringat sehingga ekresi keringat berlebihan.

c. Menekan kerja parasimpatis, sehingga gerakan peristaltik menurun, akumulai cairan di


saluran pencernaan, rasa penuh di lambung, sehingga merangsangf rasa mual / muntah.

d. Vasokonstriksi pembuluh darah ferifer, sehinga alir balik darah vena ke atrium kanan
meningkat, dan akhirnya yekanan darah meningkat.

Tanda dan Gejala


Trias AMI

1. Nyeri

Nyeri dada yang terjadi secara mendadak, sangat sakit, dan seperti tertusuk-tusuk yang dapat
menjalar ke bahu dan terus kebawah menuju lengan kiri, dan leher. Biasanya diatas region
sternal bawah dan abdomen bagian atas. Terjadi lebih intensif dan menetap daripada angina
(lebih dari 30 menit), tidak sepenuhnya menghilang dengan istirahat maupun pemberian
nitrogliserin, sering disertai nausea, berkeringat, dan sangat menakutkan pasien. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan muka pucat, takikardi, dan bunyi jantung III (bila disertai gagal
jantung kongestif).

2. Laborat

Jika bagian yang mati cukup besar, enzim akan dilepaskan dari sel miokardium dalam aliran
darah. Pada diagnosis AMI, yang penting bukan banyaknya kadar konsentrasi enzim, tetapi
nilai maksimalnya yang terjadi hanya sementara.

3. CPK-MB/CPK

Kreatinin kinase miokardium akan meningkat 4-6 jam, memuncak pada 12-24 jam, kembali
normal dalam 36-48 jam

4. LBH/HBDH

Laktat Dehidrogenasi miokardium meningkat dalam 12-24 jam dan memakan waktu lama
untuk kembali normal.

5. ASAT/SGOT

Aspartan aminotransferase meningkat dalam 6-12 jam, memuncak dalam 24 jam, kembali
normal dalam 3-4 hari.

6. EKG
Ciri utama infark transmural adalah gelombang Q yang abnormal yang berlangsung >0,04
detik dan voltasenya >25% dari keseluruhan voltase QRS. Gelombang Q yang abnormal
terjadi dalam jangka waktu satu hari, akibat miokardium yang mengalami nekrosis tidak
memberikan sinyal listrik sehingga saat segmen miokardium iniharus terdepolarisasi (dalam
0,04 detik pertama), vektor eksitasi dari bagian jantung yang normal dan berseberangan akan
mendominasi vektor penjumlahan. Karena itu “vektor 0,04” ini akan “meunjuk keluar’ dari
tempat infark, misalnya pada infar dinding anterior, sehingga kan tercatat terutama pada V5,
V6, I, dan aVL sebagai gelombang Q yang besar (gelombang R yang kecil). Gelombang Q
yang abnormal akan tetap ada selama beberapa tahun kemudian sehingga bukan merupakan
tanda diagnosa infark akut.

Segmen ST elevasi pada EKG merupakan tanda iskemia, namun bukan (belum) tanda
kematian jaringan miokardium. Segmen ST elevasi terjadi :

– Selama serangan angina

– Pada infark nontransmural

– Pada permukaan infark transmural

– Pada batas infark transmural yang telah terjadi beberpa jam hingga beberapa hari
sebelumnya.

Segmen ST kembali normal dalam waktu satu hingga dua hari setelah MI, namun beberpa
minggu kemudian akan timbul gelombang T terbalik.

Pengobatan Infark Miokard Akut


a.Vasodilatator

Vasodilatator pilihan untuk mengurangi rasa nyeri jantung adalah nitroglycerin, baik secara
intra vena maupun sublingual, efek sampingnya yaitu dapat mengurangi preload, beban kerja
jantung dan after load.

b.Antikoagulan

Heparin adalah anti koagulan pilihan utama, heparin bekerja memperpanjang waktu
pembekuan darah, sehingga mencegah thrombus

c.Trombolitik

Untuk melarutkan thrombus yang telah terbentuk di arteri koroner, memperkecil


penyumbatan dan meluasnya infark, teombolitik yang biasa digunakan adalah streptokinase,
aktifasi plasminogen jaringan (5-14) dan amistropletase
d.Analgetik

Pemberian dibatasi hanya untukk pasien yang tidak efektif dengan pemberian nitrat dan
antiloagulan, analgetik pilihan adalah morvin sulfat secara IV

2.2 Pengkajian hipertensi


A. Riwayat Keperawatan dan Pengkajian Fisik:
Berdasarkan klasifikasi Doenges dkk. (2000) riwayat keperawatan yang perlu dikaji adalah:
1. Aktivitas/istirahat:
Gejala:
– Kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur
– Riwayat pola hidup menetap, jadual olahraga tak teratur
Tanda:
– Takikardia, dispnea pada istirahat/kerja
2. Sirkulasi:
Gejala:
– Riwayat IM sebelumnya, penyakit arteri koroner, GJK, masalah TD, DM.
Tanda:
– TD dapat normal atau naik/turun; perubahan postural dicatat dari tidur sampai
duduk/berdiri.
– Nadi dapat normal; penuh/tak kuat atau lemah/kuat kualitasnya dengan pengisian kapiler
lambat; tidak teratur (disritmia) mungkin terjadi.
– BJ ekstra (S3/S4) mungkin menunjukkan gagal jantung/penurunan kontraktilitas atau
komplian ventrikel
– Murmur bila ada menunjukkan gagal katup atau disfungsi otot papilar.
– Friksi; dicurigai perikarditis
– Irama jantung dapat teratur atau tak teratur.
– Edema, DVJ, edema perifer, anasarka, krekels mungkin ada dengan gagal jantung/ventrikel.
– Pucat atau sianosis pada kulit, kuku dan membran mukosa.
3. Integritas ego:
Gejala:
– Menyangkal gejala penting.
– Takut mati, perasaan ajal sudah dekat
– Marah pada penyakit/perawatan yang ‘tak perlu’
– Kuatir tentang keluarga, pekerjaan dan keuangan.
Tanda:
– Menolak, menyangkal, cemas, kurang kontak mata
– Gelisah, marah, perilaku menyerang
– Fokus pada diri sendiri/nyeri.
4. Eliminasi:
Tanda:
– Bunyi usus normal atau menurun
5. Makanan/cairan:
Gejala:
– Mual, kehilangan napsu makan, bersendawa, nyeri ulu hati/terbakar.
Tanda:
– Penurunan turgor kulit, kulit kering/berkeringat
– Muntah,
– Perubahan berat badan
6. Hygiene:
Gejala/tanda:
– Kesulitan melakukan perawatan diri.
7. Neurosensori:
Gejala:
– Pusing, kepala berdenyut selama tidur atau saat bangun (duduk/istirahat)
Tanda:
– Perubahan mental
– Kelemahan
8. Nyeri/ketidaknyamanan:
Gejala:
– Nyeri dada yang timbul mendadak (dapat/tidak berhubungan dengan aktifitas), tidak hilang
dengan istirahat atau nitrogliserin.
– Lokasi nyeri tipikal pada dada anterior, substernal, prekordial, dapat menyebar ke tangan,
rahang, wajah. Tidak tertentu lokasinya seperti epigastrium, siku, rahang, abdomen,
punggung, leher.
– Kualitas nyeri ‘crushing’, menusuk, berat, menetap, tertekan, seperti dapat dilihat.
– Instensitas nyeri biasanya 10 pada skala 1-10, mungkin pengalaman nyeri paling buruk
yang pernah dialami.
– Catatan: nyeri mungkin tak ada pada pasien pasca operasi, dengan DM, hipertensi dan
lansia.
Tanda:
– Wajah meringis, perubahan postur tubuh.
– Menangis, merintih, meregang, menggeliat.
– Menarik diri, kehilangan kontak mata
– Respon otonom: perubahan frekuensi/irama jantung, TD, pernapasan, warna
kulit/kelembaban, kesadaran.
9. Pernapasan:
Gejala:
– Dispnea dengan/tanpa kerja, dispnea nokturnal
– Batuk produktif/tidak produktif
– Riwayat merokok, penyakit pernapasan kronis
Tanda:
– Peningkatan frekuensi pernapasan
– Pucat/sianosis
– Bunyi napas bersih atau krekels, wheezing
– Sputum bersih, merah muda kental
10. Interaksi sosial:
Gejala:
– Stress saat ini (kerja, keuangan, keluarga)
– Kesulitan koping dengan stessor yang ada (penyakit, hospitalisasi)
Tanda:
– Kesulitan istirahat dengan tenang, respon emosi meningkat
– Menarik diri dari keluarga
11. Penyuluhan/pembelajaran:
Gejala:
– Riwayat keluarga penyakit jantung/IM, DM, Stroke, Hipertensi, Penyakit Vaskuler Perifer
– Riwayat penggunaan tembakau
B. Tes Diagnostik
EKG
Laboratorium:
Enzim/Isoenzim Jantung
Radiologi
Ekokardiografi
Radioisotop

2.3 Analisa data


Analisa data adalah kemampuan kognitif, berpikir dan daya nalar perawat terhadap data
senjang yang ditemukan sehingga diketahui permasalahan klien. Data senjang dapat meliputi
keluhan dari klien dan juga didasarkan atas apa yang dilihat pada klien.

2.4 Diagnosa
1. Nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan sekunder terhadap sumbatan arteri ditandai
dengan :

ü Nyeri dada dengan atau tanpa penyebaran

ü Wajah meringis

ü Gelisah

ü Perubahan nadi, tekanan darah

2. Resiko kelebihan volume cairan ekstravaskuler berhubungan dengan penurunan perfusi


ginjal, peningkatan natrium atau retensi air, peningkatan tekanan hidrostatik, penurunan
protein plasma.

3. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan faktor-faktor listrik,


penurunan karakteristik miokard.

4. Gangguan perfusi jantung berhubungan dengan, iskemik, kerusakan otot jantung,


penyempitan atau penyumbatan pembuluh darah arteri koronaria ditandai dengan :

ü Daerah perifer dingin

ü Rr lebih dari 24x/menit

ü Nyeri dada

ü Nadi lebih dari 100x/menit


5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen
miokard dan kebutuhan, adanya iskemik atau nekrotik jaringan miocard ditandai dengan
gangguan frekuensi jantung, tekanan darah dalam aktivitas, terjadinya distritmia, kelemahan
umum.

2.5 Perencanaan dan Implementasi


Penghilangan rasa nyeri

Penghilangan nyeri dada adalah prioritas utama pada pasien dengan IM akut, dan terapi
medis diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut. Nyeri dada merupakan bagian proses
penyakit akut dan bukan komplikasi MI, maka penatalaksanaan nyeri dada pasien disajikan
dalam diskusi intervensi keperawatan tetapi memerlukan kolaborasi antara perawat dan
dokterdalam mengkaji respons pasien terhadap terapi medis dan dalam merubah pengobatan
yang sesuai.

Metode yang digunakan untuk menghilangkan nyeri dada sehubungan dengan MI adalah
pemberian terapi vasodilator dan obat anti koagulan intervena. Nitrogliserin dan heparin
adalah obar pilihan. Terapi trombolik (mis, sterpkokinase, anistreplase) sangat
menguntungkan bagi mereka yang dapay mencapai fasilitas kesehatan dengan segera dan
mereka yang memenuhi syarat klinis, artinya tidak kontra indikasi dengan obat ini. Terapi ini
penting Karen aselain menghilangkan nyeri, obat ini juga dapat mengurangi dan
mencegahcedera jantung permanen.

Oksigen harus diberikan bersamaan dengan terapi medis untuk menjamin penghilangan nyeri
secara maksimal.Tanda vital dikaji sering selama pasien merasakan nyeri.
Istirahan fisik ditempat tidur dengan bahu dan kepaladinaikkan, ini membatu mengurangi
nyeri dada dan dispnu. Posisi ini beralasan karena :

1. Volume tidal dapat diperbaiki karena tekanan isi perut terhadap diafragma berkurang,
sehingga pertukaran gas akan lebih baik.

2. Drinase lobud atas paru lebih baik dan

3. Aliran balik vena ke jantung berkurang, sehingga mengurangi kerja jantung.

Pengkajian fungsi respirasi

Pengkajian fungsi pernafasan yang teratur dan teliti dapat membantu perawat mendeteksi
tanda – tanda awal komplikasi yang berhubungan dengan paru. Perhatian yang mendalam
mengenai status volume cairan dapat mencegah overloading jantung. Menganjurkan pasien
bernafas dalam dan merubah posisi sesering mungkin akan mencegah pengumpulan cairan
didasar paru.

Meningkatkan perfusi jaringan yang adekuat


Menjaga agar pasien tetap ditempat tidur sangat membantu mengurangi konsumsi oksigen
jantung. Memeriksa suhu kulit dan denyut nadi perifer sesering mungkin perlu dilakukan
untuk mengetahui bahwa perfusi jaringan adekuat. Oksigen dapat diberikan untuk
meningkatkan suplai oksigen dalam sirkulasi.

Pengurangan kecemasan

Membina hubungan saling percaya dalam perawatan pasien sangat penting untuk mengurangi
kecemasan. Beri kesempatan pada pasien sesering mungkin untuk berbagi rasa mengenai
keprihatinan dan ketakutan. Rasa diterima akan membantu [asien mengetahui bahwa
perasaan seperti ini masuk akal dan normal.

Pendidikan pasien dan pertimbangan perawatan dirumah

Cara paling efektif untuk meningkatkan kebutuhan pasien terhadap program perawatan diri
setelah pulang dari rumah sakit adalah memberikan pendidikan mengenai proses
penyakitnya.

Implementasi ami
1. Mengukur skala nyeri

2. Memberi oksigen

3. Memberi terapi obat

4. Observasi KU px

5. Mengukur tanda tanda vital

6. Memberi pengetahuan agar kecemasan px hilang

2.6 Evaluasi
Hasil yang diharapkan

1. Px menunjukkan pengurangan nyeri

2. Tidak menunjukkan kesulitan dalam bernafas

3. Perfusi jaringan terpelihara secara adekuat

4. Memperlihatkan berkurangnya kecemasan


5. Mematuhi program perawatan diri

6. Tidak menunjukkan adanya komplikasi

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Infark miokard akut mengacu pada proses rusaknya jaringan jantung akibart suplai darah
yang tidak adekuat, sehingga aliran darah koroner kurang. Infark miokard akut adalah
nekrosisi miokard akibat aliran darah ke otot jantung targanggu.

Daftar Pustaka
Arief Mansjoer,dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Ed. 3. Penerbit Media Aesculapius
FKUI. Jakarta.
Corwin,Elizabeth J.2009.Buku saku Patofisiologi.Jakarta:EGC
Santosa, Budi. 2006. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA. Jakarta : Prima Medika
Smeltzer,Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta :EGC
Wong Donna L. 2004. Keperawatan Pediatrik. EGC. Jakarta
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Tn.W DENGAN DIAGNOSA INFARK
MIOKARD AKUT
A . Pengkajian
1.Identitas
a.Identitas Klien
Nama : Tn .W
Umur : 45th

Suku : Bali

Status : Menikah

b.identitas Penanggung jawab


Tidak terkaji
2.Riwayat Penyakit
Alasan masuk rumah sakit : Klien datang ke UGD dengan keluhan nyeri dada dari bahu ke
lengan kiri. Istri klien mengatakan bahwa Tn. W juga mengalami mual dan muntah.

3.Pemeriksaan Fisik
1. Tekanan darah : 140/90 mmHg

Nadi : 110x/menit

Respirasi : 28x/menit

Suhu : 37°C
4.Pemeriksaan Penunjang
Tidak terkaji

B. Diagnosa Keperawatan
1. Tidak efektifnya perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penyumbatan pembuluh
darah arteri koronaria ditandai dengan px tampak pucat dan berkeringat dingin

2. Nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan sekunder terhadap sumbatan arteri ditandai
dengan nyeri dada yang menjalar dari bahu ke kanan kiri

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan

kebutuhan oksigen miokard ditandai dengan gangguan frekuensi jantung( N= 110)

dan tekanan darah dalam aktivitas (TD=140/90)

4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang penyakit ditandai

dengan keluarga klien tampak bingung dan selalu bertanya mengenai penyakit

suaminya
C. Rencana Keperawatan
No. Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional
keperawatan criteria hasil

1. Tidak efektifnya Setelah


perfusi jaringan dilakukan
kardiopulmoner asuhan
dan perifer keperawatan
berhubungan 1×24 jam
dengan kepada pasien
penyumbatan diharapkan
pembuluh darah perfusi
arteri koronaria jaringan
perifer px
kembali
normal
dengan
kriteria hasil :

o Px tidak pucat

o Tidak berkeringat atau akral hangat


1. Pantau suhu pasien (derajat dan pola) , perhatikan menggigil pasien (derajat dan pola)

2. Pantau suhu lingkungan, batasi / tambahkan linen tempat tidur , sesuai indikasi.
3. Berikan kompres mandi hangat ; hindari penggunaan alkohol.

4. Kolaborasi berikan antipiretik, misalnya ASA (aspirin), asetaminofen


(Tylenol).1. Suhu 38,9o – 41,1oC menunjukkan proses penyakit infeksius akut. Pola demam
dapat membantu dalam diagnosis ; mis, kurva demam lanjut berakhir lebih dari 24 jam
menunjukkan pneumonia pneumokokal, demam scarlet atau tifoid ; demam remiten
(bervariasi hanya beberapa derajat pada arah tertentu) menunjukkan infeksi paru ; kurva
intermiten atau demam yang kembali normal sekali dalam periode 24 jam
menunjukkanepisode septik, endokarditis septic, atau TB- menggigil sering mendahului
puncak suhu. Catatan : penggunaan antipiretik mengubah pola demam dan dapat dibatasi
samapai diagnosis dibuat atau bila demam tetap lebih besar dari 38,9oC.
2. Suhu ruangan/jumlah selimut harus diubah untuk mempertahankan suhu mendekati
normal.

3. Dapat membantu mengurangi demam. Catatan : penggunain air es/alkohol mungkin


menyebabkan kedinginan, peningkatan suhu secara aktual. Selain itu, alkohol dapat
mengeringkan alkohol.

4. Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada hipotalamus,


meskipun demam mungkin dapat berguna dalam membatasi pertumbuhan organisme, dan
meningkatkan autodestruksi dari sel – sel yang terinfeksi.2Nyeriberhubungan dengan iskemia
jaringan sekunder terhadap sumbatan arteriSetelah diberikan asuhan keperawatan selama
1×24 jam diharapkan nyeri pasien berkurang. Dengan kriteria hasil :

o Nyeri dapat terkontrol/ berkurang

o
Skala nyeri 7 menjadi 5
1. Selidiki laporan nyeri dada dan bandingkan dengan episode sebelumnya. Gunakan sekala
nyeri (0-10) untuk rentang intensitas. Catat ekspresi verbal/ non verbal nyeri, dan ambil
gambaran terhadap lokasi nyeri pasien, lamanya, kualitas nyerinya.

2. Evaluasi respons terhadap obat.

3. Berikan lingkungan istirahat dan batasi aktrivitas sesuai kebutuhan.

4. Berikan relaksasi

5.Kolaborasi berikan vasodilator, contoh nitrogliserin, nifedipin (procardia) sesuai


indikasi1. Perbedaan gejala perlu untuk mengidentifikasi penyebab nyeri. Nyeri sebagai
pengalaman subjektif dan harus digambarkan oleh pasien. Bantu pasien untuk menilai nyeri
dan membandingkannya dengan pengalaman yang lain.

2. Penggunaan terapi obat dan dosis. Catat nyeri yang tidak hilang atau menurun dengan
nitrat menunjukkan MVP, berhubungan dengan nyeri dada tidak khas/non angina.
3. Aktivitas yang meningkatkan kebutuhan oksigen miokardia (contoh kerja tiba – tiba,
stres, makan banyak, terpajan dingin) dapat mencetuskan nyeri dada.

4. Relaksasi dapat meningkatkan rasa nyaman dan mengalihkan rasa nyeri pasien.

5.Obat diberikan untuk meningkatkan sirkulasi miokardia (vasodilator) menurunkan angina


sehubungan dengan iskemia miokardia.3Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen miokardSetelah diberikan asuhan
keperawatan selama 1×24 jam diharapkan px dapat meningkatkan toleransi aktivitas dengan
kriteria hasil :

o klien berpartisipasi dalam aktifitas sesuai kemampuan klien

o tidak ada kesulitan dalam pergerakan

o Frekuensi jantung 60 – 100 x/ menit

o Tekanan Darah 120 – 80 mmHg


1.kaji tanda-tanda dekubitus pada klien, atur posisi pasien setiap 2 jam sekali

2. monitor vital sign setiap 15 menit

3. bantu px dalam melakukan aktivitas sendiri

4. kolaborasi dengan dokter dan fisioterapi dalam latihan aktivitas1. mengetahui tanda-tanda
dekubitus pada klien

2. Untuk mengetahui vital sign px

3. Px dapat memilih dan merencanakannya sendiri

4. Meningkatkan kerjasama tim dan perawatan holistik4Kurang pengetahuan b.d kurang


informasi tentang penyakitSetelah dibeikan askep selama 1 x 24 jam diharapkan pengetahuan
tentang penyakit bertambah, dengan Kh :

o Keluarga klien mulai mengetahui dan memahami tentang penyakit yang diderita klien

dan mengetahui cara perawatan yang bisa diberikan dirumah

o Kecemasan keluarga klien berkurang

o Kaji ulang tingkat pengetahuan keluarga klien tentang penyakit klien

o Berikan HE pada keluarga klien


o Keluarga klien mengetahui tentang penyakit yang diderita klien
Memberikan pengetahuan dan informasi yang lebih akurat mengenai penyakit yang diderita
klien dan mengurangi kecemasan keluarga klien

D.Implementasi
No Implementasi Evaluasi proses
dx

1 Mengkaji tanda-tanda vital klien Suhu tubuh : 370CNadi : 80


x/ menit
RR: 20x/menit

TD: 120/80 mmHg

2 Mengkaji skala nyeri klien Nyeri klien 5 (rentang nyeri


1-10)

3 Mengkaji adanya luka dekubitus Tidak ada tanda-tanda


dekubitus

4 Memberikan infomasi Keluarga pesien


mengetahui penyakit yang
diderita klien

E.Evaluasi
No dx Evaluasi

1 S :O: Tekanan darah pasien 140/90 mmHg


A:Masalah teratasi

P: Pertahankan kondisi klien

2 S: Pasien mengatakan masih merasa nyeriO: Nyeri klien


berkurang dari berat menjadi sedang (dari 7 menjadi 5)
A: Masalah belum teratasi

P: Lanjutkanintervensi
3 S: -O: Tidak ada tanda-tanda dekubitus
A: Masalah belum teratasi

P: Lanjutkan intervensi

4 S : Keluarga pasien mengatakan mengerti dengan penyakit


yang diderita klienO: –
A: Masalah teratasi

P: Intervensi tidak dilanjutkan

F. Health Education
Tn. Wayan adalah seseorang yang bersuku bangsa Bali, maka ia dan keluarganya berwatak
sangat keras dan berpendirian kuat. Tutur katanya juga sangat tajam dan seringkali membuat
tersinggung pendengarnya.Maka kita sebagai seorang perawat dalam memberikan health
education dituntut memiliki tingkat kesabaran yang tinggi dan tutur bahasa yang halus agar
jangan sampai memancing emosi dari Tn.wayan tersebut.
Berikan health education yang halus namun mengena, karena orang Bali tidak menyukai
ketidakpastian. Health education itu meliputi :

1. Dorong Tn.Wayan untuk mengekspresikan perasaan marah, cemas/takut terhadap situasi


krisis yang dialaminya.
2. OrientasikanTn.Wayan dan orang terdekat terhadap prosedur rutin dan aktivitas yang
diharapkan.
3. Kolaborasi pemberian agen terapeutik anti cemas/sedativa sesuai indikasi
(Diazepam/Valium, Flurazepam/Dal-mane, Lorazepam/Ativan).

4. Anjurkan Tn.Wayan untuk beristirahat total selama di rumah sakit dan kurangi bergerak.
5. Batasi pengunjung sesuai dengan keadaan klinisTn.Wayan.
6. Bantu aktivitas sesuai dengan keadaanTn.Wayan dan jelaskan pola peningkatan aktivitas
bertahap.
7. Anjurkan Tn.Wayan untuk selalu berfikir positif. Ajak ia untuk bercerita hal-hal yang ia
sukai.
8. Anjurkan Tn. Wayan untuk meminum obat secara teratur

9. Anjurkan untuk tidak mengubah, berhenti, menambah, atau mengurangi dosis dan jenis
obat tanpa petunjuk dokter

Jangan lupa untuk melibatkan keluarga Tn. Wayan untuk lebih memotivasinya dalam
menjalani pola hidup sehat sesuai dengan yang telah kita anjurkan.Kita juga sebagai tenaga
medis harus membantu Tn. Wayan untuk mengidentifikasi dan mulai merencanakan
perubahan hidup yang perlu.Pacu semangatnya untuk sembuh.Tumbuhkanlah pikiran-pikiran
positif.

Вам также может понравиться